Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oviliani Wijayanti
"Anak-anak, terutama yang tinggal di lingkungan kurang bersih, merupakan populasi yang rentan mengalami askariasis. Gejala askariasis tidak khas sehingga sering tidak terdeteksi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai gejala askariasis perlu diberikan pada anak-anak, salah satunya melalui penyuluhan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan anak mengenai gejala askariasis. Desain yang digunakan adalah pre-post study. Penyuluhan dilakukan di Sekolah Dasar X, Bantar Gebang, Bekasi pada 17 Desember 2011. Subjek penelitian adalah 60 orang murid kelas IV, V, dan VI SD X. Data pengetahuan diambil menggunakan kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai gejala askariasis yang dibagikan sebelum dan setelah intervensi penyuluhan. Data diolah dengan program SPSS 20.0 dan diuji dengan Wilcoxon. Sebelum penyuluhan, secara keseluruhan tingkat pengetahuan semua responden mengenai gejala askariasis tergolong kurang dan tidak meningkat setelah diberikan penyuluhan. Selanjutnya, pada analisis setiap butir pertanyaan, didapatkan perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada dua pertanyaan, yaitu mengenai gejala umum infeksi cacing gelang (p=0,001) dan akibat yang ditimbulkan larva cacing gelang pada infeksi berat (p<0,001). Sementara itu, tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada ketiga pertanyaan lainnya. Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan tidak efektif meningkatkan pengetahuan murid SD X, Bantar Gebang, Bekasi mengenai gejala askariasis.

Children, especially ones living in unsanitary environment, are prone to having ascariasis. Detecting ascariasis is difficult because symptoms are uncharacteristic. Knowledge about symptoms of ascariasis becomes important issue for children. This survey aims at assessing the effect of health education on improving students? knowledge about symptoms of ascariasis. Pre-post study is the design of choice. Health education was given at X Primary School, Bantar Gebang, Bekasi on December 17, 2011. The subjects are 60 fourth, fifth, and sixth grade students. Questionnaires consisting of 5 questions about symptoms of ascariasis were handed out before and after health education. Data were processed using SPSS 20.0 and tested with Wilcoxon. Before health education was given, the knowledge of all students? about the symptoms of ascariasis was poor and did not improve afterwards. Based on analysis of each question, there is significant difference between pretest and posttest scores on two questions regarding common symptom of ascariasis (p=0,001) and the effect of A. lumbricoides larvae in severe infection (p<0,001), while there is no significant difference on the other three. It is concluded that health education is not effective in improving students? knowledge about the symptoms of ascariasis in X Primary School, Bantar Gebang, Bekasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheli Azalea
"Cacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya pada anak usia sekolah dasar (SD). Pengetahuan mengenai pencegahan dan pengobatan penting dalam mengatasi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan murid SD mengenai cacingan.
Penelitian menggunakan desain eksperimental dengan intervensi penyuluhan kesehatan. Pengambilan data dilaksanakan di SD X Bantar Gebang, Bekasi pada tanggal 17 Desember 2011 terhadap 60 murid SD kelas IV, V, dan VI. Murid tersebut diberikan penyuluhan mengenai pencegahan dan pengobatan cacingan.
Evaluasi dengan pretest dan posttest menggunakan kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai pencegahan dan pengobatan cacingan. Data diolah dengan SPSS 20.0 serta diuji dengan marginal homogeneity dan Wilcoxon. Sebelum penyuluhan, murid yang mempunyai pengetahuan kurang 56 orang (93,3%), sedang 4 orang (6,7%), dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik. Setelah penyuluhan, murid dengan pengetahuan kurang 51 orang (85%), sedang 8 orang (13,3%), dan baik 1 orang (1,7%). Sebelum penyuluhan, pertanyaan yang paling banyak dijawab tidak tepat oleh murid SD adalah makanan yang tidak boleh dimakan penderita cacingan (88,3% yang menjawab salah).
Berdasarkan uji marginal homogeneity didapatkan perbedaan tidak bermakna (p=0,058) pada pengetahuan murid sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan tidak berperan meningkatkan pengetahuan murid SD mengenai pencegahan dan pengobatan cacingan.

Helminthiasis is a health problem in Indonesia especially in school age children. Knowledge on helminthiasis prevention and medication is important in overcoming the disease. The aim of this research is to know the role of health education in stage of elementary school student knowledge level on prevention and medication of helminthiasis.
This case study uses experimental design with intervention in health education and analyze by SPSS 20.0 with marginal homogeneity and Wilcoxon test. Data collected in SD X, Bantar Gebang, Bekasi on December 17th, 2011 from 60 elementary school students.
Health education was given about helminthiasis prevention and education. Pretest and posttest use questionnaire which consists of five questions about helminthiasis. Knowledge level of student before health education are 93,3% poor, 6,7% average, and 0% good. After health education, the knowledge level are 85% poor, 13,3% average,and 1,7% good. Before health education, the question with the poorest score is the food that forbidden for helminthiasis (88,3% answer false).
Based on marginal homogeneity test, there is no siginificant difference (p=0,058) on the knowledge level before and after health education. It is concluded that health education has no role in increasing knowledge level of elementary school student on helminthiasis prevention and medication."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atikah
"Trikuriasis merupakan penyakit yang rentan menginfeksi anak-anak, terutama di daerah dengan sanitasi buruk. Untuk mencegah trikuriasis dibutuhkan pengetahuan mengenai gejala, pengobatan, dan pencegahan trikuriasis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan murid mengenai trikuriasis. Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) X, Bantar Gebang dengan desain pre-post study. Pengambilan data dilakukan pada Desember 2011 dengan metode total population terhadap 60 murid SD X. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan mengenai gejala, pengobatan, dan pencegahan trikuriasis. Data diproses dengan SPSS versi 20.0 dan diuji dengan uji Willcoxon.
Hasil penelitian didapatkan murid kelas IV SD berjumlah 27 murid (45%), kelas V SD 12 murid (20%), dan VI SD 21 murid (35%). Tingkat pengetahuan semua murid sebelum penyuluhan tergolong kurang dan tetap tergolong kurang sesudah penyuluhan sehingga tidak dilakukan uji statistik. Pada uji Willcoxon didapatkan perbedaan bermakna pada skor sebelum dan sesudah penyuluhan pada tiga pertanyaan mengenai gejala dan pencegahan trikuriasis (p<0,05) tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah penyuluhan pada dua pertanyaan lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan murid mengenai trikuriasis.

Children living in unsanitary area are susceptible to trichuriasis. Children need knowledge about trichuriasis in order to prevent trichuriasis. The purpose of this study is to determine the effect of health education on students? knowledge about trichuriasis. This study was conducted at X Elementary School, Bantar Gebang, Bekasi using pre-post study design. The data was collected in December 2011, involving 60 students of X Elementary School selected with total population method. Students were asked to fill out questionnaires about symptoms, treatment, and prevention of trichuriasis before and after health education. Data were processed using SPSS 20.0 and tested using Willcoxon test.
The result shows there were 27 fourth grade students (45%), 12 fifth grade students (20%), and 21 sixth grade students (35%). All students had poor knowledge before health education was given and did not improve afterwards so statistic test was not conducted. Based on Willcoxon test, there is a significant difference between pre-test and post-test score on three questions about symptoms and prevention of trichuriasis (p<0,05). However, there is no significant difference between before and after health education on two other questions. In conclusion, health education does not have effect on students? knowledge about symptoms and prevention of trichuriasis.
"
Depok: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffrey Ryano Sandakh
"Infestasi tuma kepala sering dijumpai pada penduduk di lingkungan kumuh, padat dan pengetahuan yang kurang. Dengan demikian untuk memberantas kutu kepala, penduduk yang berisiko terinfestasi perlu diberikan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai pedikulosis kapitis pada siswi di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Metode: Desain penelitian adalah pre-poststudy dan data diambil pada 8 Maret 2014. Semua siswi pesantren yang datang pada pengumpulan data dijadikan subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan cara penularan kutu kepala. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan hanya 13 siswi 17,57 yang memiliki pengetahuan baik sedangkan ada 27 36,49 siswi pengetahuan sedang dan 34 45,9 siswi yang mendapat nilai kurang. Setelah penyuluhan, pengetahuan meningkat menjadi 34 siswi 45,9 berpengetahuan baik, sedangkan pengetahuan sedang 20 siswi, sama dengan yang berpengetahuan kurang yaitu 20 siswi 27 . Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan signifikan pada pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.

Head lice infestation is common in the population in a seedy neighborhood, dense and less knowledge. Thus, to eradicate head lice, people at risk should be given knowledge infested. This study aims to determine the effectiveness of health education about pediculosis capitis in students at a pesantren in East Jakarta.
Method: The study design is a pre poststudy and data taken on March 8, 2014. All the girls pesantren coming on data collection used as research subjects. Data were collected by a questionnaire consisting of 10 questions mode of transmission of head lice. The data was processed with SPSS version 20 and tested with marginal homogeneity.
Results: The results showed, before the extension was only 13 female students 17.57 who have a good knowledge, while there were 27 36.49 were female students knowledge and 34 45.9 students who scored less. After counseling, knowledge increased to 34 students 45.9 good knowledge, while knowledge was 20 students, together with knowledgeable less that 20 students 27 . Marginal homogeneity test showed significant differences in knowledge before and after counseling p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Lingkungan padat penghuni seperti pesantren merupakan faktor risiko pedikulosis kapitis sehingga santri perlu diberikan pengetahuan mengenai siklus hidup Pediculus humanus capitis agar dapat melakukan pencegahan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan santri mengenai siklus hidup P.h.capitis. Desain penelitian adalah pre-post study dengan intervensi penyuluhan kesehatan. Pengambilan data dilakukan di sebuah pesantren, Jakarta Timur pada bulan Mei 2012 dengan meminta semua santri (total sampling) mengisi kuesioner yang berisi enam pertanyaan mengenai siklus hidup P.h.capitis sebelum dan sesudah penyuluhan. Setiap soal mempunyai skor maksimal lima dan minimal nol. Data skor sebelum dan sesudah penyuluhan diolah dengan uji marginal homogeneity pada program SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan santri berusia 11-19 tahun, 109 orang (60,2%) laki-laki dan 72 orang (39,8%) perempuan. Sebelum penyuluhan, 154 santri (85,1%) memiliki tingkat pengetahuan kurang, 20 santri (11%) berpengetahuan sedang, dan 7 santri (3,9%) berpengetahuan baik. Setelah penyuluhan, 19 santri (10,5%) memiliki pengetahuan kurang, 45 santri (24,9%) berpengetahuan sedang, dan 117 santri (64,6%) berpengetahuan baik. Uji marginal homogeneity (p<0,01) menunjukan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan bahwa penyuluhan berpengaruh dalam meningkatkan tingkat pengetahuan santri mengenai siklus hidup P.h.capitis., Crowded environment such as islamic boarding school is a risk factor of pediculosis capitis, thus the students should be given the knowledge about life cycle of Pediculus humanus capitis in orther to prevent the disease. The aim of this research was to know the influence of health promotion in improving students knowledge about the life cycle of P.h.capitis. This pre-post study with health promotion intervention was held on May 2012 at Islamic Boarding School, East Jakarta by giving the students a questionnaire with six questions about the life cycle of P.h.capitis before and after health promotion. Score before and after the health promotion was analyzed using marginal homogeneity test on SPSS version 20. The result showed that the students were 11-19 years old, 109 male students (60,2%), and 72 female students (39,8%). Before health promotion, 154 students (85,1%) had poor knowledge level, 20 students (11%) had fair knowledge and 7 students (3,9%) had good level. After health promotion, 19 students (10,5%) had poor level, 45 students (24,9%) had fair knowledge level, and 117 students (64,6%) had good level. Marginal homogeneity test (p<0,01) showed that there were significant difference of students knowledge level before and after health promotion. In conclusion, the health prom]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jayanti Dwi Puspitasari
"Kejang demam yang terjadi berulang akan mengakibatkan efek yang buruk bagi anak, terutama untuk kecerdasan dan perkembangan otak. Salah satu cara untuk mencegah kejang demam berulang adalah dengan memberikan edukasi kesehatan kepada ibu. Edukasi kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu, sehingga sikap ibu akan berubah kearah positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak edukasi kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan kejang demam berulang. Desain penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan teknik pre test and post test nonequevalent control group pada 58 responden kelompok intervensi = 29 dan kelompok kontrol = 29. Kelompok intervensi diberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan kejang demam berulang dengan media video, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya dampak edukasi kesehatan terhadap pengetahuan p=0,001 dan sikap p=0,001. Edukasi dapat dimasukkan kedalam rencana asuhan keperawatan ketika anak pertama kali dirawat di rumah sakit dikarenakan kejang demam, karena terbukti dapat meningkatkan pengetahuan ibu sehingga ibu dapat mengambil sikap yang positif untuk pencegahan terjadinya kejang demam berulang.

The Recurrent Febrile Seizures RFS could affect the children intelligence and their brain development. Health education is one of the ways in order to prevent the RFS. By providing health education among mothers, it might increase their knowledge and could lead to a positive attitude in preventing the RFS. This study was aimed at investigating the effect of health education on knowledge and attitude of mothers in preventing the RFS among hospitalized children. This was a quasi experimental study with pre and post test nonequivalent control group with total sample was 58 respondents intervention group, n 29, and control group, n 29. The video guidelines on RFS prevention was performed in the intervention group, while there was no intervention performed in the control group. This result showed a significant effect of health education on knowledge p 0.001 , and attitude p 0.001. Health education should be included in the nursing care plan when the children with RFS were admitted to the hospital."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Wartati
"ABSTRACT
Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala yang banyak terdapat pada orang yang tinggal di daerah padat penghuni. Untuk merencanakan pemberantasan pedikulosis, diperlukan pengetahuan pencegahan pedikulosis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan santri mengenai pencegahan pedikulosis. Survey dilakukan di sebuah pesantren di Jakarta Timur. Desain penelitian pre-post study dengan metode total sampling dan intervensi penyuluhan kesehatan. Data diambil pada Mei 2012 menggunakan kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai pengobatan dan pencegahan pedikulosis kapitis. Data diproses dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji marginal homogeneity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 205 santri, sebanyak 181 ikut dalam penelitian; laki-laki 109 (60,2%) dan 72 (39,8%) perempuan dengan usia 11-19 tahun. Jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik 14 orang (7,7%), sedang 46 orang (25,4%), dan kurang 121 orang (66,9%). Setelah penyuluhan, jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik meningkat menjadi 39 orang (21,5%) dan sedang 89 orang (49,2%); pengetahuan kurang menurun menjadi 53 orang (29,3%). Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,01) pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan, penyuluhan berhasil meningkatkan pengetahuan santri mengenai pencegahan pedikulosis kapitis.

ABSTRACT
Pediculosis capitis is frequently found in people who live in a crowded area. It is necessary to have knowledge about prevention of pediculosis in order to eradicate pediculosis. The purpose of this research was to know about the impact of health promotion in improving the student?s knowledge about prevention of pediculosis. The survey was conducted at a Islamic boarding school in East Jakarta . The research design was pre-post study with a total sampling methods and health promotion interventions. Data was collected on May 2012 by giving a questioner consist of five questions about treatment and prevention of pediculosis. Data was processed by SPSS version 20 and analyzed with the marginal homogeneity test. The results showed that 181 of 205 students participated; 109 male students (60.2%) and 72 female students (39.8%), age 11-19 years old. The number of good knowledge students were 14 (7.7%), fair knowledge 46 (25.4%) and poor knowledge 121 (66.9%). After health promotion, the number of good knowledge students were 39 (21.5%), fair knowledge 89 (49.2%), poor knowledge 53 (29.3%). Marginal homogeneity test showed significant difference of knowledge before and after the health promotion (p<0.001). In conclusion, health promotion was effective in increasing knowledge about prevention of pediculosis capitis students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Afifah Mutiksa
"ABSTRAK
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan program Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dijalankan untuk mencegah penularan penyakit, termasuk penyakit infeksi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara prevalensi penyakit infeksi kulit dengan tingkat pengetahuan PHBS siswa Sekolah Dasar. Sebanyak 135 siswa usia 9-12 tahun di Sekolah Dasar X dan Madrasah Ibtidaiyah Y diperiksa oleh dokter spesialis kulit Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Tingkat pengetahuan PHBS dinilai melalui kuesioner. Sebanyak 59 anak (43,7%) menderita penyakit infeksi kulit. Pedikulosis kapitis ditemukan pada 54 anak (40,0%). Survei tingkat pengetahuan PHBS menujukkan sebagian besar siswa berpengetahuan kurang (51,1%). Uji Chi-square menunjukkan nilai p=0,149. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara prevalensi penyakit infeksi kulit dan tingkat pengetahuan PHBS.

ABSTRACT
Clean and Healthy Living Behavior (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, PHBS) is a program of Ministry of Health in order to prevent spreading of a disease, including skin infection. This study would like to find out the correlation between skin infection prevalence and knowledge level of PHBS of elementary school students. Dermatologists from Cipto Mangunkusumo Hospital examine 135 students aged 9-12 years from two elementary schools. Knowledge level of PHBS is obtained based on questionnaire. The results show that 59 students suffer the skin infection (43,7%). Pediculosis capitis is found in 54 students (40,0%). Knowledge level survey shows that most of the students have poor knowledge (51,1%). Chi-square test gives p-value 0,149. Conclusively, there is no correlation between skin infection prevalence and knowledge level of PHBS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amilia Resdiani
"Prevalensi soil-transmitted helminth (STH) di Indonesia tinggi terutama pada anak usia sekolah. Untuk mencegah infeksi, murid perlu diberikan edukasi mengenai STH. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan mengenai infeksi STH pada murid madrasah di Desa Pacet, Cianjur. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan semua murid sebagai subyek. Data diambil pada tanggal 10 dan 11 September 2011 menggunakan kuesioner yang berisi 6 pertanyaan mengenai karakteristik demografi dan 5 pertanyaan mengenai pencegahan STH. Data diolah dengan program SPSS 11,5 dan dianalisis dengan uji chi-square. Dari 196 subyek didapatkan murid laki-laki sedikit lebih banyak 99 (50,5%) daripada perempuan 97 (49,5%) dan 88 (44,9%) pernah terinfeksi oleh STH. Murid tsanawiyah yang mempunyai pengetahuan kategori baik, sedang dan buruk adalah 45,9 %, 24,7%, dan 29,4%, sedangkan aliyah 62%, 12%, dan 26%. Uji chi-square menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna (p=0,087) antara tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan siswa. Disimpulkan tingkat pengetahuan murid masih kurang dan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan pencegahan infeksi STH dengan tingkat pendidikan. Murid madrasah baik tsanawiyah maupun aliyah perlu diberikan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuannya.

The prevalence of soil-transmitted helminth (STH) infections is high in Indonesia especially among school-age children. To prevent the infection, the students should be given education about STH. The aim of this research was to know the knowledge level on prevention of STH infection in madrasah students in Pacet Village, Cianjur. This research used cross-sectional design with all students as the subjects. The data were taken on September, 10th and 11th 2011 using a questionnaire which consists of 6 demographic characteristics questions and 5 prevention of STH infections questions. The data were processed by SPSS 11.5 program and analyzed by chi-square test. The result of 196 subjects showed male students were slightly more 99 (50.5%) than female 97 (49.5%) and 88 (44.9%) had been infected by STH. Madrasah students who had knowledge level good, fair, and poor were 45,9 %, 24,7%, and 29,4%, meanwhile, aliyah students were 62%, 12%, and 26%, respectively. Chi-square test showed that there was no significant difference (p=0.087) between knowldge level and education level of the students. In conclusion, madrasah students were lack of knowledge and no association between education level and knowledge level. Madrasah students, both tsanawiyah and aliyah had to be given health education to improve their knowledge.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"BACKGROUND: the percentage of HIV infections in the age group 20-24 years (14%) and the highest percentage of cumulative AIDS cases un the ge group 20-29 years (30.7%), then in the age group 15-19 years (3.3%). The incidence in school childen or students as much as 1086 people and HIV / AIDS among adolescents aged 15-29 years. the prevalence of AIDS cases per 100.000 population by province was ranked 19th out of 33 provinces in Indonesia, where there is a prevalence of 9.33 cases of AIDS. There data indicate that young age, 15-29 yeas old are the most vulnerable population and need to be target in HIV / AIDS in Indonesia. Methods: This study is a Pre experiments with One Group Pretest Posttest Design. The simple of this study uses total sampling, all students of class XI SMA Negeri 1 Selupu Rejang as much as 167 people. collecting data from primary data obtained directly by Administering the object, through a questinnaire. To test the results of studies using non-paramentric statistical Wilcoxon test with a level of 0.05. Result: Showed differences in the mean value oof the students knowledge about HIV/ AIDS before and after the health education with a p value of 0.000. This Means that health education on HIV/AIDS affect knowledge of students. Conclusion: health education about HIV/AIDS may increase adolescent knowledge about HIV/AIDS."
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>