Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emiliana Cindie Kusumawati
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara followership dan kepuasan kerja pada karyawan BUMN dan seberapa besar dimensi followership memberikan sumbangan pada dimensi kepuasan kerja. Pengukuran followership menggunakan alat ukur Kelley’s Followership Questionnaire (Kelley, 1992) yang mana memiliki dua dimensi yaitu independent critical thinking dan active engagement.
Pengukuran kepuasan kerja menggunakan alat ukur Minnesota Satisfaction Questionnaire (short-form) (Weiss, Dawis, England, & Lofquist, 1967) yang mana memiliki dua dimensi yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Metode pengambilan sampel menggunakan accidental sampling yang mana kuesioner disebarkan melalui 2 staff di perusahaan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 111 karyawan BUMN. Dalam melihat hubungan menggunakan teknik Pearson Correlation.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara followership dengan kepuasan kerja pada karyawan (r = 0.430; p<0.05, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi followership yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya. Selain itu, dimensi followership yang memiliki sumbangan paling besar, yaitu independent critical thinking. Berdasarkan hal tersebut, seorang karyawan perlu ditingkatkan followership-nya terutama dimensi independent critical thinking sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.

This research was conducted to find the correlation between followership and job satisfaction among employees, and how much each followership dimension contributes to job satisfaction dimension.Followership was measured using an instrument named Kelley’s Followership Questionnaire (Kelley, 1992) that there are two dimensions: independent critical thinking and active engagement.
Job satisfaction was measured using an instrument named Minnesota Satisfaction Questionnaire (short-form) (Weiss, Dawis, England, & Lofquist, 1967) that there are two dimensions on it: intrinsic and extrinsic. Sampling method using accidental sampling in which questionnaire was seperated by 2 staffs in organization. The participants of this research are 111 BUMN employees. In order to find correlation using Pearson Correlation technique.
The main results of this research show that followership correlated with job satisfaction (r = 0.430; p < 0.05, significant atL.o.S 0.05). which means, the higher followership someone’s own, showing the higher job satisfaction. Furthermore, the biggest contribution dimension of followership toward job satisfaction was independent critical thinking. Based on these result an employe need to improve the followership especially independent critical thinking, as one of factor that affect job satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52656
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah S. Prabandari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nundhini T. Astrie
"Dengan disiplin seorang anak diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab terhadap segala prilakunya (Tumer & Helms, 1995). Ibu sebagai agen sosialisasi memegang peran penting dalam mengajarkan anak disiplin karena ibu merupakan orang dewasa yang selalu beiada di dekat anak dan merupakan jembatan antara kebutuhan anak dan tuntutan dari lingkungan (Papalia & Olds; Martin & Colbert, 1997; Hoffinan, 1964).
Tujuan utama dari disiplin adalah tanggung jawab (Morgan dkk, 1986). Dengan bertanggung jawab, anak dapat memilih dan memutuskan apa yang akan ia lakukan dengan percaya diri dan aman dari serangan lingkungan sosial. Perkembangan dunia yang cepat menuntut anak untuk dapat membuat keputusankeputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan, bukan hanya baginya tapi juga bagi orang lain disekitamya. Untuk itu mereka memerlukan kemampuan untuk menyeleksi informasi mana saja yang dapat mereka percaya dan bermanfaat dulam pengambilan keputusannya. Disinilah berpikir kritis diperlukan.
Berpikir kritis bukan sesuatu yang terberi melainkan suatu ketrampilan yang dapat dipelajari dan dibiasakan. Salah satu hai yang dapat membantu mengembangkan kemampuan seorang individu dalam berpikir kritis adalah bagaimana orang tua memperlakukannya dan mengasuhnya sejak ia kanak-kanak, termasuk di dalamnya disiplin Dengan memiliki kemampuan berpikir secara kritis, seorang anak dapat dirangsang untuk belajar memikirkan dan memahami konsekuensi setiap prilaku mereka karena dengan mengetahui konsekuensi tersebut mereka akan dapat mempertanggungjawabkan prilaku yang mereka hasilkan.
Cara yang dilakukan adalah dengan menyiapkan aturan yang digunakan sebagai alat untuk mengajarkan mereka nilai-nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat (Hurlock, 1964). Pemahaman terhadap nilai ini akan berguna sebagai penyaring informasi-informasi yang dimilikinya sehingga anak akan dapat memilih informa:i mara yang dapat ia gunakan untuk menghasil suatu keputusan yang baik baginya dan orang lain serta memenuhi standar yang sudah ada di dalam masyarakat dimana ia tinggal. Dengan kata lain, nilai ini akan membantu kita mengetahui apa yang harus dilakukan dan kapan kita dapat melakukannya. (Colorado State Univ., 2002)
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan gambaran yang kaya mengenai bagaimana ibu mengajarkan disiplin kepada anak yang akan membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan untuk menggali informsi. Untuk menunjang informasi yang tidak dapat diberikan melalui wawancara (seperti keadaan saat wawancara berlangsung), observasi digunkan sebagai metode penunjang. Metode analisis yang digunakan terhadap informasi dari subyek adalah dengan mempergunakan metode content analysis.
Gambaran mengenai konsep disiplin dan kaitannya dengan berpikir kritis anak yang diterapkan di dalam rumah muncul dengan tema-tema: definisi dan strategi disiplin yang digunakan oleh subyek, alasan pembelajaran disiplin, pembuatan aturan dan aturan-aturan yang belaku di rumah, waktu yang tepat untuk memberikan penjelasan mengenai hukuman, dan cara orang tua mengajarkan kepada anak tanggung jawab dan membuat pilihan, serta alasanalasan yang biasa digunakan anak untuk menghindari aturan.
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa ibu yang menjadi subyek pada penelitian belum memiliki persiapan untuk melatih kemampuan berpikir kritis anak melalui penerapan aturan dan kesempatan bertanya kepada anak. Disiplin inconsisten dan gaya permissive yang ibu gunakan dalam mengasuh anak mereka, membuat anak tidak memahami aturan yang jelas mengenai apa yang benar dan salah. Karena anak tidak akan mengetahui dengan pasti apa yang diharapkan darinya, anak akan berprilaku sesukanya yang akhirnya gagal memenuhi harapan lingkungan sosialnya (Hurlock, 1964). Selain itu, Penjelasan yang diberikan oleh ibu mengenai aturan lebih ditekankan untuk membuat anak merasa tetap dicintai setelah penerapan konsekuensi tertentu (hukuman), dibandingkan karena didasari oleh kesadaran perlunya mempersiapkan penjelasan yang masuk akal untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai pembelajaran disiplin dan berpikir kritis anak yang diharapkan dapat membantu orang tua muda mempersiapkan diri dalam mengasuh anak-anak. Untuk itu diperlukan informasi mengenai pengasuhan yang lengkap. Informasi ini dapat diperoleh dai i setiap orang dewasa yang menjadi pengasuh dan model belajar bagi anak, bukan hanya dari Ibu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Tri Sumartini
"Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh panduan coaching kepala ruang terhadap kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan perawat primer. Penelitian dengan desain quasi experiment with control group posttest only. Populasi penelitian adalah perawat primer di ruang rawat inap PKSC, Jakarta. Jumlah sampel 77 orang pada kelompok intervensi dan 77 orang pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian karakteristik individu tidak ada pengaruh terhadap berpikir kritis dan pengambilan keputusan. Analisis regresi logistik ganda ditemukan adanya pengaruh coaching terhadap berpikir kritis ( p value 0,04) dan pengambilan keputusan (p value 0,036), Coaching dapat dikembangkan penggunaannya bagi staf, perawat baru dan pembimbingan mahasiswa untuk pengembangan keperawatan profesional.

The aim of this study was to examine the effect of coaching guide of charge nurse to critical thinking and decision making primary nurse .This study with quasi experiment with control group posttest only design. The study population was the primary nurse at the inpatient ward in PKSC, Jakarta. The number of samples of 77 people in the intervention group and 77 people in the control group.
The individual characteristic did not reveal any contribution.Multiple logistic regression analysis found that the significant influences on coaching toward critical thinking (p value 0,044) and decision making (p value 0,036). Coaching can be developed for personal use, nurses orientee and nurses student for professional nursing development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T33228
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Rahayu
"Dalam mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan, seorang karyawan harus memiliki followership yang baik. Hal tersebut akan mengarah pada meningkatnya kepuasan kerja yang dimiliki karyawan. Followership merupakan suatu kapasitas dan keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu dengan tujuan untuk berpartisipasi dalam memenuhi tujuan bersama (Kelley, 1992). Followership terdiri dari dua dimensi yaitu independent critical thinking dan active engagement. Sedangkan kepuasan kerja didefinisikan sebagai keseluruhan perasaan terhadap pekerjaan dan hubungannya dengan aspek-aspek dari pekerjaan (Spector, 1997). Aspek-aspek tersebut dapat dilihat dari sisi intrinsik dan ekstrinsik.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Followership Questionnaire (Kelley, 1992) yang telah dimodifikasi dan Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) yang berasal dari Weiss, Dawis, England dan Lofquist (1967). Penelitian ini melibatkan 131 karyawan sebagai responden dengan menggunakan teknik accidental sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara followership dan kepuasan kerja pada karyawan (r = 0.382; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Hasil tersebut dapat diartikan, semakin tinggi tingkat followership maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan kerja karyawan. Dengan demikian, salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawannya dapat dilakukan dengan cara meningkatkan followership mereka.

To achieve the company’s goal, employees must have good followership. This will lead to increased employee job satisfaction. Followership is the capacity and the desire to perform a particular behavior in order to participate in common goals (Kelley, 1992). Followership consists of two dimensions, namely independent critical thinking and active engagement. While job satisfaction is defined as the overall feeling of the work and its relation to aspects of the job (Spector, 1997). These aspects can be seen from the intrinsic and extrinsic.
Instruments that used in this study are Followership Questionnaire developed (Kelley, 1992) that has been modified and Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ) developed by Weiss, Dawis, England and Lofquist (1967). This study involved 131 employees as respondents using accidental sampling technique.
The result of this study show that there is a significant positive relationship between followership and job satisfaction on employees (r = 0382, p = 0.000, significant at LoS 0.01). This results can be interpreted as the higher followership, the higher job satisfaction that employees have. Thus, one of the efforts that the company can do to improve employee job satisfaction is by also increasing their followership.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Helvionita Hayuni Rizki Subagjo
"Salah satu metode pembelajaran yang digunakan pada institusi keperawatan ialah problem-based learning. Namun, penelitian mengenai pengaruh problem-based learning dengan kemampuan berpikir kritis bagi mahasiswa keperawatan masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengalaman pembelajaran metode problem-based learning dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional dan bersifat kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 159 mahasiswa fakultas ilmu keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2016 dan 2017. Analisa data dengan menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengalaman pembelajaran metode problem-based learning dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa keperawatan Universitas Indonesia.

One of the learning methods used in nursing education is problem-based learning. But the research on the effect of problem-based learning and critical thinking skiils among nursing student is still limited. This study aimed to determine the relationship between experience of the problem based learning method and the critical thinking skills of nursing student. This researsh used quantitative cross sectional method. The research sample consisted of 159 undergraduate students of the Faculty of Nursing Universitas Indonesia, batch 2016 and 2017. Data analysis used chi-square. The results showed there was a significant relationship between learning experience of the problem based learning method and critical thinking skills of nursing students at the Universitas Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentius Sutarmo Setiadji
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
153.42 SUT o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Sondang Felicia
"Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan yang penting untuk dimiliki mahasiswa di pembelajaran abad 21 guna menghadapi tuntutan akademik di perguruan tinggi. Akan tetapi, penelitian terdahulu menemukan bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki kemampuan berpikir kritis yang rendah. Penting bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis sedini mungkin agar dapat beradaptasi di perguruan tinggi. Penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana peran motivasi akademik sebagai mediator dalam hubungan antara mindfulness dan kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis diukur dengan Tes Analog yang dikembangkan oleh Suleeman dan Christia (2016), mindfulness diukur dengan 15-Item Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ-15) oleh Baer dkk. (2012) yang telah diadaptasi peneliti ke dalam bahasa Indonesia, dan motivasi akademik diukur dengan Academic Motivation Scale versi pendek yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh Natalya (2018). Partisipan penelitian ini terdiri dari 186 mahasiswa tahun pertama berusia 18 – 23 tahun (M = 18.9), dengan partisipan perempuan berjumlah 145 orang (78%). Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi akademik (M = 65.97, SD = 8.283) berperan memediasi sepenuhnya hubungan antara mindfulness dengan kemampuan berpikir kritis (indirect effect = 0.0305, BootSE = 0,0190, CI [0.0010,0.0739]). Hasil dari penelitian ini menyarankan mahasiswa tahun pertama untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya melalui mindfulness serta motivasi akademik

Critical thinking is an essential skill for college students in this 21st century learning, in order for them to cope with academic demands. However, previous studies have found that first-year students have low critical thinking skills. It is important for them to develop critical thinking skill as early as possible in order to adapt well in college. This study aims to explain the role of academic motivation as a mediating variable between mindfulness and critical thinking among first-year undergraduate students. Critical thinking skill was measured with Analog Test by Suleeman dan Christia (2016), mindfulness was measured with 15-Item Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ-15) by Baer et al. (2012) that has been adapted to bahasa Indonesian, and academic motivation was measured with Academic Motivation Scale Short Version that has been adapted to bahasa Indonesia by Natalya (2018). This study consisted of 186 first-year students aged between 18-23 years old (M = 18.9), with 145 female participants (78%) . This study was non-experimental with a simple regression method. Based on the analysis result, it was found that the relationship between mindfulness and critical thinking was fully mediated by academic motivation (indirect effect = 0.0305, BootSE = 0,0190, CI [0.0010,0.0739]). This study suggested first-year college students develop their critical thinking skill with mindfulness practice that will lead to academic motivation enhancement, which will accelerate the critical thinking skill"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaninta Alvi Andira
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara berpikir kritis dan orientasi religius. Berpikir kritis adalah penilaian yang bertujuan dan bersifat meregulasi diri untuk menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan kesimpulan beserta penjelasan dari pertimbangan yang jelas, konseptual, metodologis, kriteriologis, atau kontekstual berdasarkan penilaian tersebut (Facione, 1990).
Orientasi religius merupakan cara seseorang mempraktikkan atau hidup dengan keyakinan dan nilai agamanya (Allport & Ross, 1967). Pengukuran berpikir kritis menggunakan Tes Analog (Suleeman & Christia, 2016) dan pengukuran orientasi religius menggunakan alat ukur Religious Orientation Scale (ROS) versi revisi (Genia, 1993). Partisipan pada penelitian ini adalah 121 mahasiswa S1 Universitas Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara berpikir kritis dan orientasi religius, baik pada dimensi orientasi religius intrinsik maupun orientasi religius ekstrinsik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki gejala ini dengan memperluas penggunaan sampel penelitian, mengonstruksikan alat ukur orientasi religius dalam konteks Indonesia yang lebih baik, melakukan wawancara, dan memperhitungkan pengelompokkan agama pada partisipan penelitian.

This research was conducted to find the relationship between critical thinking and religious orientation. Critical thinking is purposeful, self-regulatory judgment which results in interpretation, analysis, evaluation, and inference, as well as explanation of the evidential, conceptual, methodological, criteriological, or contextual considerations upon which that judgment is based (Facione, 1990).
Religious orientation is the way in which a person practices or lives out his/her religious beliefs and values (Allport & Ross, 1967). Critical thinking was measured using Tes Analog (Suleeman & Christia, 2016) and religious orientation was measured using the revised version of Religious Orientation Scale (ROS) (Genia, 1993). The participants in this research were 121 undergraduate students of University of Indonesia.
The result shows that there is no significant correlation between critical thinking and religious orientation, whether it is intrinsic or extrinsic religious orientation. Further research is needed to investigate this phenomenon by expanding participants of the research, constructing religious orientation instrument in Indonesian's context, conducting interviews, and considering religious grouping on the participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2016
S63088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>