Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Bernadethe Kurniawati Beyeng
"Malaria merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Kejadian Malaria pada balita dapat menimbulkan komplikasi khususnya pada infeksi oleh plasmodium falciparum, dapat menyebabkan malaria cerebral, malaria berat, gangguan pernapasan(acidosis) dan hipoglikemia. Kabupaten Lembata di Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan satu dari 21 kabupaten kota di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan API tertinggi yaitu 137/ ‰ dan SPR mencapai 16% pada tahun 2012. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita di Puskesmas Lewoleba Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilakukan dengan kasus kontrol. Total populasi 3194, jumlah sampel sebesar 216.
Hasil penelitian menunjukan variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita adalah kebiasaan memakai kelambu secara rutin saat tidur malam hari nilai p=0,002 Odds Ratio= 3,085 dengan 95% CI=1,543-6,169, pengetahuan ibu tentang malaria nilai p=0,035 Odds Ratio=1,888 dengan 95% CI: 1,081-3,297 serta status gizi dengan nilai p=0,000 Odds Ratio=4,684 dengan 95% CI: 2,513-8,730. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah tempat perindukan nyamuk nilai p=0,059 dan OR=1,818 derajad kepercayaan 95% CI: 1,019-3,243, pendidikan ibu nilai p=0,411 dan OR=1,3 derajad kepercayaan 95% CI: 0,760-2,230, perilaku ibu nilai p=0,077 dan OR=1,685 derajad kepercayaan 95% CI: 0,884-2,886, pekerjaan ibu nilai p=0,149 dan OR=0,550 derajad kepercayaan 95% CI: 0,266-1,138, dan riwayat ibu sakit malaria, nilai p=0,237 dan OR=1,585 derajad kepercayaan 95% CI: 0,810-3,102. Saran atas hasil penelitian ini adalah kelambunisasi, meningkatkan status gizi balita, upaya promosi kesehatan yang berkesinambungan.

Malaria is one of the environmentally based diseases which is spread through a female anopheles mosquito bites. The incident of Malaria to the Children Under Five Years Old may cause specific complication particularly infection caused by plasmodium falcifarum which may cause Malaria Cerebral, severe Malaria, respiratory distress (acidosis) and hypoglycemia. Lembata Regency in Nusa Tenggara Province is one of 21 Regencies/Cities in the Nusa Tenggara Timur Province which has the highest API 137 ‰ and SPR reached 16% in 2012. The purpose of the research is to find out any Risk Factors connected with the incident of Malaria to the Children Under Five Years Old in the Local Government Clinic of Lewoleba of Lembata Regency of Nusa Tenggara Timur Province. The research has been conducted through case-control study. A number of population 3194 and the number of samples are 216.
The research result indicates that the variables connected with the incident of Malaria to the Children Under Five Years Old is the habits of using mosquito nets routinely at night with p value = 0.002 Odds Ratio = 3.085 with 95% CI = 1.543 to 6.169, mother's knowledge of Malaria with p value = 0.035 Odds Ratio = 1.888 with 95% CI: 1.081 to 3.297 and nutritional status with p = 0.000 Odds Ratio = 4.684 with 95% CI: 2.513 to 8.730. While unconnected variables are mosquito breeding places p value = 0.059 and OR = 1.818 95% CI: 1.019 - 3.243, mother’s education p value = 0.411 and OR = 1.3 CI: 0.760 to 2.230, the mother’s behavior with p value = 0.077 and OR = 1.685 CI: 0.884 - 2.886, mother’s occupancy with p value = 0.149 OR = 0.550 CI 0.266 - 1.138, and maternal history of malaria illness, with p value = 0.237 and OR = 1.585 95% CI: 0.810 to 3.102. The suggestions on the results of this research is that to have the mosquito net program, to increase the nutritional status of children under five years old and the sustainable health promotion efforts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Febriana Rohi Riwu
"Malaria merupakan suatu penyakit yang penyebarannya sangat luas di negara yang beriklim tropis dan sub-tropis. Kabupaten Sabu Raijua adalah salah satu kabupaten dengan tingkat endemisitas yang tinggi di Provinsi NTT. Puskesmas Seba merupakan wilayah dengan endemisitas tertinggi yaitu API 38,86%.
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian malaria di Puskesmas Seba, Kecamatan Sabu Barat Kabupaten Sabu Raijua Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012. Desain penelitian kasus kontrol, data primer. Populasi penelitian adalah semua penderita malaria dengan total sampel 260 responden yang diambil secara purposive sampling.
Hasil menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah lama bermukim (1,95; 1,117-3,411), penggunaan kelambu (2,36; 1,428-3,901), penggunaan obat nyamuk (2,46; 1,466-4,112), penggunaan pakaian tertutup (5,67; 2,261-14,233), penggunaan kawat kasa (2,85; 1,484-5,415), pemeliharaan ternak (3,32; 1,933-5,709) dan lingkungan fisik rumah (3,22; 1,909-5,444).
Sedangkan umur, pekerjaan dan tempat perindukan nyamuk tidak ada hubungan dengan kejadian malaria. Faktor paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah memakai pakaian tertutup memiliki kecenderungan 8,54 kali berisiko malaria pada responden yang tidak memakai pakaian tertutup.

Malaria is disease that is prevalent in or unique to tropical and sub-tropical regions. Sabu Raijua region is one of the regions with a highest level of endemicity in Nusa Tenggara Timur Province. Seba Health Center is the region with the highest endemicity such as API 38.86%.
The purpose of this research is to determine the risk factors related to the incidence of malaria in Seba Health Centre, Sabu Barat Sub district, Sabu Raijua Regency, Nusa Tenggara Timur Province in 2012. Case-control study design, primary data. Populations in this research were those all patients infected malaria with a sample of 260 respondents taken by purposive sampling.
Results showed that the variables related with the incidence of malaria is long lived (1.95; 1.117 to 3.411), the use of mosquito nets (2.36; 1.428 to 3.901), the use of insect repellent (2.46; 1.466 to 4.112), the use of a closed clothing (5.67; 2.261 to 14.233), the use of wire netting (2.85; 1.484 to 5.415), cattle raising (3.32; 1.933 to 5.709) and the physical environment of house (3.22; 1.909 to 5.444).
Meanwhile age, occupation, and mosquito breeding places have no relation with the incidence of malaria. The most dominant factor that related with the incidence of malaria is a tendency to wear clothes covered has a 8.54 times the risk of malaria among those respondents who do not wear clothing covered.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52663
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Alfian Zainuddin
"Indonesia masih menjadi negara yang belum terbebas dari malaria. Terdapat kesenjangan kasus malaria di Indonesia dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model manajemen malaria berbasis wilayah yang nantinya dikembangkan menjadi algoritma manajemen malaria berbasis wilayah. Desain penelitian ini adalah desain penelitian analitik yang menggabungkan studi ekologi dan studi potong lintang. Sampel diambil dari empat desa yang berdekatan di Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki perbedaan prevalensi malaria dan perbedaan ekosistem yaitu Desa Mata Kapore, Desa Waikarara, Desa Kahale dan Desa Karang Indah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat variabilitas dinamika transmisi di antara keempat desa tersebut yaitu jenis parasit, densitas parasit, kepadatan nyamuk, perilaku pemajanan, jarak rumah dari tempat perindukan nyamuk. Terdapat variabilitas respons imun di antara keempat desa yaitu kadar IgG dan alel gen MSP2. Pola persebaran kasus dan alel gen MSP2 di masing-masing desa memiliki karakteristik tertentu. Ada hubungan antara jarak rumah dari tempat perindukan nyamuk (p=0,041) dan alel gen MSP2 (p=0,032) dengan densitas parasit. Model akhir menunjukkan alel gen MSP2 memiliki hubungan dengan densitas parasit.
Penelitian ini menyarankan algoritma manajemen malaria berbasis wilayah yang memuat manajemen kasus, manajemen faktor risiko, integrasi dan keterlibatan lintas sektor.

Indonesia is not malaria-free country. There is a gap of malaria cases in Indonesia with the highest prevalence in the province of Papua, West Papua and East Nusa Tenggara.
This study aims to obtain spatial management of malaria model which will be developed into an spatial management of malaria algorithms. This study design is an analytic study designs that combines ecological study and cross-sectional study. Samples taken from four adjacent villages in the district of Kodi Balaghar Southwest Sumba Regency East Nusa Tenggara Province which have differences in prevalence of malaria and ecosystem diversity. They are Mata Kapore Village, Waikarara Village, Kahale Village and Karang Indah Village.
The results showed there are variabilities in the transmission dynamics among the four villages. The variabilities are the type of parasite, parasite density, density of mosquitoes, behavioral exposure, the distance of house from breeding places. There are variabilities in immune response among the four villages. They are IgG level and MSP2 gene alleles. Distribution patterns of cases distributif and MSP2 gene alleles in each village have certain characteristics. There is a association between the distance of house from breeding place (p=0,041) and MSP2 gene alleles (p=0,032) with parasite density. The final model shows MSP2 gene alleles have a relationship with parasit density.
This study suggested spatial management of malaria algorithm that includes case management, risk factor management, integration and cross-sector involvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D2101
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismoyowati
"Malaria merupakan salah satu penyakit didunia yang mempunyai jangkauan penularan paling jauh. Lebih dari separuh populasi dunia tinggal di daerah-daerah dimana penyakit ini ditemukan. Di negara berkembang termasuk Indonesia terutama di kawasan timur khususnya propinsi Nusa Tenggara Timur penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Untuk menanggulangi masalah diatas tidak hanya dititik beratkan pada penggunaan insektisida saja namun sangat diperlukan peran aktif masyarakat. Peningkatan peran aktif masyarakat memerlukan penyuluhan kesehatan yang menyeluruh. Informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat sangat diperlukan untuk mengembangkan penyuluhan kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pemberantasan malaria di propinsi Nusa Tenggara Timur. Rancangan yang digunakan adalah cross sectional, dengan populasi rumah tangga dan pemilihan sampel (suami/isteri) secara acak sejumlah 400 responden. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di daerah endemik malaria yaitu desa Batnun dan Linamnutu Kabupaten Timor Tengah Selatan serta desa Lewapaku dan Tanarara Kabupaten Sumba Timur. Responden diwawancarai langsung ke rumah dengan menggunakan kuesioner. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam terhadap 3 Petugas Puskesmas, 4 Kader Kesehatan dan 4 Tokoh Masyarakat untuk masing-masing Kabupaten. Data yang terkumpul diolah secara univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji chi-square, label silang dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52 % responden berpengetahuan buruk sikap, 50,5 % mempunyai sikap buruk sedangkan 68 % responden masih berperilaku buruk dalam pemberantasan malaria. Lebih dari separuh responden (65,3 %) telah terpapar penyuluhan dan 84,75 % responden melaporkan didaerahnya pernah dilakukan penyemprotan. Hasil analisis bivariat, dari 11 variabel independen, ternyata hanya 3 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku dalam pemberantasan malaria yaitu variabel status penduduk (p-value= 0,01), pengetahuan (p-value=1,007) dan keterpaparan penyuluhan (p-value 0,01). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya pengetahuan (odd ratio 1,75 dan p-value 0,01), kemudahan upaya pemberantasan malaria (odd ratio 1,63 dan p-value 0,03), status penduduk (odd ratio 3,55 dan p-value 01,04) yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku masyarakat dalam pemberantasan malaria. Dari variabel yang paling mempunyai kontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat adalah pengetahuan dalam pemberantasan malaria.
Penulis menyararikan agar peningkatan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan malaria dengan memaksimalkan peran kelompok potensial agama berikut memanfaatkan media komunikasi yang telah membudaya di masyarakat baik dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Disamping itu perlu penggalangan kerja sama lintas sektor dengan kejelasan peran yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing sektor sehingga diperoleh hasil yang optimal.

Some Predisposing, Enabling and Reinforcing Factors Related Community Behavior in Malaria Control in The Province of East Nusa TenggaraMalaria is one of diseases which has the largest transmission inand spread out in almost all part of the world. There are about a half of world population live in where malaria is endemic. In the developing countries, the disease is one of public health problems. This is also true for Indonesia, especially in the eastern part of the country.
Beside using insecticide, there are many ways to control the disease, most of them need the participation of community. To improve the community role in controlling the disease, a comprehensive health education is a necessary. Developing an effective and efficient health education strategy and methods suitable for the community should be based on information on the practice of community on this aspect and its related factors.
The study was aimed at gathering information on community behavior on malaria control and its related factors in the province of East Nusa Tenggara. The study employed a cross sectional design considering all household of study side as population unit Number of sample taken randomly from the population were 400. The study was conducted purposively in malaria endemic villages of Batnun and Linamnutu, District of Timor Tengah Selatan and Lewapaku and Tanarara, District of Sumba Timur.
The method of data collection was interview using questionnaire. Interviewers visited the houses of respondents to conduct interviews. Frequency distribution tables were used for univariate analysis, cross tabulation between dependent and each of selected independent variables were used for bivariate analysis using chi square for statistic testing, while logistic regression method were used for statistic testing of multivariate analysis. To gain more information, in depth interviews were also conducted with several informant namely three health centre' workersfor, 4 health cadres and 4 community leaders in one district.
The result of the study showed that 52 % of the respondents have a low level of knowledge on malaria control, 50,5 % respondents tent to have apathetic attitude, while 68 % of the respondents do not have a behavior that support malaria control effort. More than half (65,3 %) of respondents felt up exposed to any health education session and 84,75 % reported that there were insecticide spray campaign in their community. Among 11 independent variables included in bivariate analysis, there only 3 variables were statistically significant to be related to the behavior, namely originality status of in habitant (native or non-native) (p value = 0,001), knowledge on malaria control (p-value=0,07) and exposure to health education activities (p value = 0,01). Multivariate analysis, however, showed that only the knowledge on malaria control (odd ratio 1,75 and p-value .01), perceived complexity of effort (odd ratio 1,63 and p-value .04), and the originality status of in habitant (odd ratio 3,55 and p-value .04) that confidentially related to behavior.
The result of in-depth interviews showed that there are several community ceremony or activities could be used as a channel or media for health education session. Such opportunity includes weekly religious gathering.
It is suggested that to improve the involvement and participation of community in malaria control activities, health education can play a significant contribution. This could be done through the use of specially trained caders and religious leaders optimally. Intersectoral collaboration -such as with agricultural sectors- could optimize the effort.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhartini
"Malaria harus dideteksi melalui pemeriksaan sampel darah perifer. Implementasi kebijakan pemerintah untuk malaria adalah penegakan diagnosa malaria. Tujuan. Mengevaluasi implementasi serta mengetahui faktor penghambat kebijakan penegakan diagnosa malaria di Provinsi NTB tahun 2011. Permasalahan implementasi kebijakan penegakan diagnose malaria di Provinsi NTB adalah belum disusunnya Peraturan daerah Provinsi NTB sebagai tindaklanjut Kepmenkes RI Nomor 293 Tahun 2009. Faktor penghambat implementasi kebijakan penegakan diagnosa malaria yaitu sumberdaya; karakteristik agen pelaksana; disposisi; komunikasi antar organisasi; lingkungan. Sehingga perlunya peningkatan komunikasi antar Kemenkes dan Pemerintah daerah Provinsi NTB serta komitmen pelaksana dan pemangku kebijakan untuk implementasi kebijakan penegakan diagnosa malaria.

Malaria, health problem must detects by examination of peripheral blood samples, by implementing policy of establishing malaria diagnose. Aims. Evaluating policy implementation and exploring resistors of establishing malaria diagnose in NTB Province. Problem of policy implementation for establishing malaria diagnose in NTB Province is lack of regulator as determinant of Kepmenkes Nomor 293 Year 2009. Resistors are resources; characteristics; disposition; communication among organizations; environment. It needs communication and commitment among Ministry of Health and NTB government to improve implementation policy of establishing malaria diagnose.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farchanny Achmad Tri Adryanto
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kepatuhan masyarakat menggunakan kelambu berinsektisida (LLIN?s), melalui pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data sekunder hasil Survei Dasar Cakupan Penggunaan Kelambu Berinsektisida di Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan Febuari 2009.
Hasil penelitian didapatkan, kejadian malaria dalam 3 bulan terakhir mencapai 72,4%, persentase kepatuhan menggunakan kelambu sebesar 40% dan responden yang tidak patuh menggunakan kelambu berisiko mengalami malaria sebesar 6,16 kali (95% CI: 2,149 - 17,656) dibandingkan yang patuh menggunakan kelambu setelah dikontrol oleh pendidikan, sikap dan interaksi antara pendidikan dengan penggunaan kelambu.
Disarankan agar pengelola program malaria Kementerian Kesehatan mengupayakan promosi kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat menggunakan kelambu, kerjasama lintas sektor dan mendorong pemerintah daerah meningkatkan alokasi anggaran untuk menjamin ketersediaan kelambu. Dinas Kesehatan perlu melakukan penyuluhan sebelum distribusi kelambu dan monitoring serta evaluasi penggunaan kelambu di masyarakat.

This study aimed to determine compliance to bed nets LLIN?s relation to malariaincidence. This study analized data of Baseline Survey bed nets with insecticide in Sikka district of East Nusa Tenggara Province in February 2009.
The results of this study showed the incidence of malaria in the last three months was 72.4%, and the compliance to bednet use was 40%. Respondents who did not comply of using bed net had risk 6,2 times than responden who comply of using bed net after adjusted by education, attitude and interaction between education and the compliance to bed nets use.
It is recommended to the malaria control program Ministry of Health, to do health promotion to increase compliance to bed nets use, collaborate to other sectors and encourage local governments to increase budget allocations to ensure the availability of bed nets. District Health Office needs to conduct education before distribute bed nets and do monitoring and evaluation of the compliance to bed nets use.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31110
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Aisyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria pada anak usia 0-4 tahun diwilayah Puskesmas Galang Kecamatan Galang Kota Batam tahun 2013. Desain penelitian adalah cross-sectional pada 132 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwapada tingkat signifikansi 5% terdapat hubungan bermakna antara jenis kelambu (OR=4,6), lama pemakaian kelambu (OR=2,9), cara pencucian kelambu (OR=3,6), cara menjemur kelambu (OR=2,8), dan pencelupan ulang kelambu (OR=3,6) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Begitu juga pendidikan (OR=2,9), pekerjaan (OR=2,8), dan lama bermukim (OR=3,1) memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria. Analisis regresi logistik menemukan bahwa odds ratio tertinggi dan terendah berturut- turut adalah jenis kelambu yang tidak berinsektisida, lama bermukim ≤ 2 tahun dan cara mencuci dengan dikucek, disikat dan direndam.

This research aimed to know the relation of the use of Insecticide Treated Nets (ITNs) with incidence of malaria in children aged 0-4 years in Primary Helath Care Galang Galang Sub District Batam City 2013. Design research was a crosssectional in 132 respondents. The research has proves that there were meaningful relationship between types of nets (OR = 4.6), while the use of Insecticide Treated Nets (OR = 2.9), the way in washing nets (OR = 3.6), job (OR = 2.8), and retreated insecticide (OR = 3.6) have a meaningful relationship with incidence of malaria. So are education (OR = 2.9), employment (OR = 2.8), and leugth of stay (OR = 3.1) had a significant association with the incidence of malaria. Logistic regression analysis found that the odds ratio is the highest and the lowest row is not the type of insecticide-treated bed nets, long settled ≤ 2 years and by washing with dikucek, brushed and soaked."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi Subki
"Malaria merupakan salah satu masalah paling serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Diperkirakan 1,2 milyar masyarakat Asia Tenggara bermukim di "Area Malaria". Pada tahun 1995, kasus malaria di wilayah tersebut diperkirakan 21,9 juta kasus dan harnpir 32.000 kasus kematian. Di Indonesia 70 juta (35 %) penduduk tinggal di daerah malaria (desa), setiap tahun 3,5 juta penderita, 200.000 SD Positif dan 108 jiwa kematian (0,05 %). Di Sumatera Selatan Parasite Rate (PR) tahun 1998/1999 antara 0,97 % - 3,53 %, Slide Positive Rate pada tahun 1995 menjadi 43,43 %. Angka Annual Malaria Insidence (AMI) di Kabupaten Belitung pada tahun 1998 menjadi 89 %o. Pada tahun 1998 AMI di Puskesmas Membalong 246,7 %o, di Puskesmas Gantung 128,9 %o dan di Puskesmas Manggar 125,09 %o dengan SPR (Slide Possitive Rate) 4 %.
Tingginya angka kesakitan malaria di ketiga wilayah kerja puskesmas tersebut bisa menghambat kegiatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Keberhasilan penanggulangan malaria tidak hanya tergantung pada parasit, vektor dan lingkungan tetapi juga tergantung pada faktor manusianya terutama perilaku pencegahan. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh faktor perilaku dan pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian malaria.
Jenis Penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku seperti : pemakaian kelambu, cara berpakaian keluar rumah malam hari, pemasangan kawat kasa nyamuk, memakai obat anti nyamuk/repellant dan pembersihan sarang nyamuk sedangkan faktor lingkungan adalah tempat perindukan nyamuk , ternak besar, lama bermukim, perubahan Iingkungan, pekerjaan, pendidikan dan status sosial ekonomi yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmasn Membalong, Puskesmas Gantung dan Puskesmas Manggar Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan.
Ada pengaruh pemakaian kawat kasa terhadap kejadian malaria (p = 0,002). Ada pengaruh pemakaian obat anti nyamuk terhadap kejadian malaria (p = 0,001). Ada pengaruh memelihara ternak besar terhadap kejadian malaria (p = 0,0363). Ada pengaruh pembukaan lahan baru terhadap kejadian malaria (p = 0,0000). Ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian malaria (p = 0,007). Ada pengaruh pemakaian kelambu terhadap kejadian malaria (p = 0,0103).
Analisa statistik dampak potensial digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh (kontribusi) masing-masing variabel dalam kaitannya dengan menurunkan kejadian malaria apabila dilakukan intervensi. Dengan mengetahui kontribusi masingmasing faktor maka dapat ditentukan skala prioritas dalam upaya pemberantasan malaria. Dari perhitungan dampak potensial maka faktor yang paling berpengaruh berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah pemakaian kelambu (90 %), pemakaian kawat kasa (63 %), pembukaan lahan baru (37 %), ternak besar (36 %), pekerjaan (33 %) dan obat anti nyamuk (21 %).
Dari hasil penelitian ini disarankan 1) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit malaria sehingga masyarakat dapat berperilaku ideal berkaitan dengan pencegahan malaria (ideal behaviour). Seperti memakai kelambu kalau tidur terutama malam hart, memasang kawat kasa di rumah , memakai ()bat anti nyamuk dan seterusnya. 2) Meningkatkan kegiatan Gebrak Malaria Kabupaten Belitung. 3) Melaksanakan penelitian (Operasional Research) untuk mendapatkan model pemberantasan penyakit malaria yang cocok dengan situasi dan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan

Malaria is one of the most serious problems encountered by the developing countries. It is estimated that 1.2 billions of people in the South East Asia reside at the "Malaria Areas". In 1995, malaria cases in the areas is estimated to be 21.9 million cases and almost 32,000 cases ended up with death. In Indonesia, 70 millions of people (35%) live in the malaria vulnerable areas (villages) and there is 3.5 millions of people suffer from malaria annually and 200,000 positive SD and 108 people loss their lives caused by this disease (0.05%). In South Sumatra, Parasite Rate (PR) in the year of 1998/1999 ranges from 0.97% to 3.53 %, Slide Positive Rate in 1995 reached 43.43%. The Annual Malaria Incidence (AMI) in Belitung Regency in 1998 becomes 89 In 1998, AMI at the Membalong Public Health Center reached 246.7 °I°°, Gantung 128 °I°07 Manggar 125,09 with SPR (Slide Positive Rate) of 4%.
High Malaria Incidence at said three areas can hinder the social and economic development of the community. The success of the overcoming of the malaria problem does not only depend on the parasite, vector and environment, but also on the human factor, especially the preventive behaviors.
This research is observational in nature applying the case control design with the objective to identify the effect of the behavior factors such as the use of mosquito net, dressing manner during the night, mosquito wire net, mosquito repellants and mosquito hide clearance. While the environmental factors include mosquito production location, cattle, length of living, environmental changes, education and socio-economic status which relate to the malaria incidence at the working area of Membalong, Gantung and Manggar Public Health Centers in the Belitung Regency, South Sumatra Province.
It is identified that there is an effect of using the mosquito wire net to the malaria incidence (p = 0,0002). There is an effect of using the mosquito coil/mosquito repellents to the malaria incidence (p = 0,001). There is an effect of raising big cattle to the malaria incidence (p = 0,0363). There is an effect of opening new land to the malaria incidence (p = 0,0000). There is an effect of occupation to the malaria incidence (p = 0,007). There is an effect of using the mosquito net to the malaria incidence (p = 0,0103).
It is used the statistical analysis on the potential impacts to identify how much the effect (contribution) of each variable in relation to the decreased malaria incidence in case of any intervention. By identifying the contribution of each factor, it can be determined the priority scale in the efforts to prevent malaria incidence. On the basis of the calculation on the potential impact, the most significant factors based on its contribution are consecutively the use of the mosquito net (90%), the use of the mosquito wire net (63%), new land opening (37%), big cattle (36%), occupation (33%) and mosquito repellent (21%).
On the basis of the result of the research, it is recommended to (1) provide a health consultation regarding the malaria so that the public community are able to have the ideal behavior in relation to the malaria prevention such as using the mosquito net when sleeping at night, installing the mosquito wire net, using the mosquito repellent and so forth; (2) improve the Anti-Malaria Movement Activity at Belitung Regency; (3) carry out a research (operational research) to get a appropriate model of the malaria prevention activities in accordance to the situation and the condition of the community at Belitung Regency, South Sumatra Province."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Traviata Prakarti
"Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, terutama di wilayah perdesaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari hasil Riskesdas 2013 dimana prevalensi malaria di wilayah perdesaan Indonesia masih mencapai 7,1% lebih tinggi dibandingkan prevalensi nasional sebesar 6,0%. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah perdesaan Indonesia. Penelitian dengan studi kuantitatif melibatkan 382.231 subjek penelitian yang diambil dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang berusia ≥15 tahun, berdomisili di wilayah perdesaan Indonesia, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing).
Hasil menunjukkan prevalensi malaria berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan pada penduduk usia ≥15 tahun sebesar 3,3%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p<0,05) antara faktor karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, status gizi), faktor lingkungan tempat tinggal (plafon, dinding rumah, jenis sumber air, tempat pembuangan akhir tinja, lingkungan kumuh), faktor perilaku pencegahan (kelambu, pemakaian kawat kasa pada ventilasi, pemakaian obat anti nyamuk bakar/elektrik, repellent, dan minum obat kemoprofilaksis). Untuk itu diperlukan peningkatan upaya pengendalian fisik untuk memutus rantai penularan vektor nyamuk Anopheles yang didukung oleh modifikasi perilaku hidup sehat oleh masyarakat.

Malaria is one of the infectious diseases that become a major health problem especially in rural areas of Indonesia. It is shown from the result of Riskesdas 2013 where malaria prevalence in rural areas of Indonesia was 7.1%, higher than national prevalence (6.0%). This study used cross sectional design which aims to determine the factors associated with the occurrence of malaria in rural areas of Indonesia. This quantitative studies involving 382,231 subject collected from the secondary data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2013. Samples were population aged ≥15 years, living in rural areas of Indonesia, and had complete data.
Results showed that the prevalence of malaria based on the diagnosis of health personnel in the population aged ≥15 years was 3.3%. The results of the bivariate analysis showed there was a significant association (p value<0.05) between individual factors (age, sex, occupation, nutritional status), environmental factors (ceiling, walls of houses, types of water sources, landfills feces, seedy neighborhood), health prevention behavioral factors (use of bed nets, use of wire netting on the ventilation, use of anti-mosquito drugs/electric, repellent, and taking chemoprophylaxis). Therefore, it?s necessary to increase environmental control to break the chain of malaria transmission supported by people?s health behavior modification.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasni
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.

Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>