Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahima Hernita Sari
"Sebagai biota laut yang bersifat filter feeder, kerang hijau atau Perna viridis sangat rentan terhadap pencemaran perairan oleh logam berat, seperti timbal (Pb) dan krom (Cr); padahal kerang jenis ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pada penelitian ini dilakukan studi depurasi untuk mempelajari pelepasan logam berat tersebut dari tubuh kerang hijau agar lebih aman untuk dikonsumsi. Metode depurasi yang dilakukan berupa metode pengaliran air berulang dengan variasi lama waktu pengaliran (1,2,4, dan 24 jam) dan metode ekstraksi dengan variasi konsentrasi asam asetat dan asam sitrat (5; 7,5; 10; 12,5 %), jenis pelarut (asam asetat, asam sitrat, dan EDTA), serta suhu 30-80°C. Pertama-tama dilakukan pemaparan logam berat pada biota uji kerang hijau selama rentang waktu 1-3 hari.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh besarnya kadar logam timbal (Pb) yang dapat diserap oleh kerang lebih besar dibandingkan logam krom (Cr), yaitu berkisar 4,402-20,701 mg/kg, sementara logam krom hanya dapat diserap sebesar 0,773-7,266 mg/kg. Metode pengaliran air berulang selama 1 jam memberikan hasil paling optimal dengan penurunan kadar logam timbal dan krom masing-masing sebesar 67,037 % dan 54,899 %, sedangkan kondisi optimal pada metode ekstraksi dicapai pada perlakuan menggunakan pelarut asam asetat 10 % pada suhu 40 oC dengan pengadukan 120 rpm, dengan penurunan kadar logam sebesar 93,335% dan 81,892% untuk timbal dan krom , namun pada metode ekstraksi tersebut ternyata menyebabkan penurunan kadar protein sebesar 38,584%.

As a marine organism are filter feeder, green mussels or Perna viridis are very easy to contamination due to water pollution by heavy metals, lead (Pb) and chromium (Cr); though these mussels widely consumed by public. This research was conducted a study of depuration to learn its extrication from these mussels to make consumption by humans more safe. The method used is the method of water flow recirculating with durating variations (1, 2, 4, and 24 hours) as well as extraction method with a variations of the concentration of acetic acid and citric acid (5; 7,5; 10; 12,5 %), the type of solvent (acetic acid, citric acid, and EDTA), and temperature (30-80°C). First it has been done exposure heavy metals to green mussels for 1 until 3 days.
Based on the result obtained the ammount of lead that can be absorbed by green mussels is larger than chromium (Cr), that is 4,402-20,701 mg/kg from 1 until 3 days, while only chromium 0,773-7,266 mg/kg. The method of water flow recirculating for 1 hour obtained optimum result with the decrease in levels of lead and chromium are 67,037 % and 54,899 %. While the optimum extraction method obtained in 10 % acetic acid at 40 oC with stirring 120 rpm, with decline 93,335% and 81,892% for lead and chromium, but it can caused decrease of protein levels are 38,584 %.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Tamala
"Kerang hijau merupakan suatu sumber bahan makanan yang cukup banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia karena kerang hijau tersebut tersebar secara luas di sepanjang pesisir wilayah Indo-Pasifik. Kerang hijau akuatik ini sangat rentan terkontaminasi logam berat mengingat asupannya yang bersifat filter feeder dan sifatnya yang menetap sessile . Hal ini menyebabkan mudahnya logam berat terakumulasi di dalam tubuh kerang. Pencegahan ataupun usaha yang dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran logam perlu untuk dilakukan, sehingga dilakukan proses depurasi logam yang ada di daging kerang khususnya pada ion logam timbal Pb.
Metode peluruhan yang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara pengaliran dengan air secara berulang flow rate dan perendaman dengan dua macam asam yaitu asam asetat dan asam sitrat dan dilakukan analisis kadar logam dengan menggunakan intrumentasi Spektroskopi Serapan Atom SSA dan analisis kadar protein dengan metode Kjeldahl serta dilakukan pemodelan untuk mengetahui akumulasi ion logam Pb dalam sampel uji. Didapatkan nilai penurunan sebesar 18,46 mg/kg pada depurasi dengan pengaliran air, 20,91 mg/kg untuk depurasi asam asetat 2,25 , dan 16,96 mg/kg untuk depurasi asam sitrat 2,25 . Kadar protein pada kerang hijau mengalami penurunan terbesar didapat setelah proses depurasi pengaliran air sebesar 5,29.

The green mussel is a source of food which quite widely used by the people of Indonesia because the green mussel are widely spread along the coast of the Indo Pasific region. This aquatic green mussel is very susceptible to heavy metal contamination considering it rsquo s filter feeder intake and it rsquo s sedentary nature sessile . It makes easy for heavy metals to accumulate in the body of mussel. Prevention or attempts made to reduce the level of metal pollution need to be done. One of the efforts made is the process of depuration.
The depuration method are done by two ways. The ways are drainage with water repeatedly flow rate and immersion with two kinds of acids, acetic acid and sitric acid. Then, analyzed the metal content by using Atomic Absorption Spectroscopy AAS and protein contetnt analysis using Kjeldahl method and modelling to know the accumulation of Lead ions in the test sample. The lowest concentration decrease in depuration of water drainage was 18,46 mg kg, deposition of immersion from acetic acid was 20,91 mg kg, deposition of immersion from sitric acid was 16,96 mg kg. The higher protein content of green mussel after depuration of water drainage was 5,29.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Fernanda
"Pencemaran perairan oleh logam berat didaerah peternakan kerang sangat membahayakan bagi Perna viridis yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu untuk melihat tingkat pencemaran, dilakukan penelitian kadar logam pada Perna viridis, air dan sedimen. Untuk melihat kontribusi sedimen dalam mencemari perairan maka dilakukan ekstraksi sedimen dengan fraksi pada pH 3, pH 5 dan pH 7 sebagai simulasi proses pelepasan logam dari sedimen ke perairan karena pengaruhan pH. Kadar logam pada Perna viridis, air dan sedimen dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kandungan logam Pb pada Perna viridis besar berkisar antara 0,6868 mg/kg hingga 5,7090 mg/kg. Kandungan logam Ni pada Perna viridis berkisar antara 0,4161 mg/kg hingga 3,8218 mg/kg. Kandungan logam Cr pada Perna viridis berkisar antara 0,2245 mg/kg hingga 3,4446 mg/kg. Kandungan logam Cd pada Perna viridis berkisar antara 0,2019 mg/kg hingga1,3468 mg/kg. Kandungan logam Pb, Ni, Cr dan Cd pada air yaitu 0,1561 mg/L; 0,0255 mg/L; 0,0222 mg/L dan 0,0113 mg/L. Kandungan logam berat Pb, Ni, Cr dan Cd pada sedimen yaitu sebesar 41,2522 mg/kg; mg/kg; 36,5143 mg/kg; 17,2292 mg/kg dan 10,8192 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam-logam Pb, Ni, Cr dan Cd yang terdapat pada sedimen dapat terlepas dengan ekstraksi, hal ini menandakan bahwa sedimen berkontribusi terhadap akumulasi logam pada kerang dan air.

Heavy metal pollution of waters by shellfish farming area is very dangerous for Perna viridis that consumed by many people. Therefore to see the level of pollution, conducted research on the metal content of Perna viridis, water and sediment. To see the contribution of sediment in the polluted waters of the sediment extraction fraction at pH 3, pH 5 and pH 7 as a simulation of the process of metal release from sediment into the water because of the influence of pH. Metal content in the Perna viridis, water and sediments were analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Based on the results of the study, obtained the metal content of Pb in Perna viridis between 0.6868 mg / kg to 5.7090 mg / kg. Perna viridis Ni metal content in the range between 0.4161 mg / kg to 3.8218 mg / kg. Cr metal content in the Perna viridis ranged from 0.2245 mg / kg to 3.4446 mg / kg. Cd metal content in the Perna viridis ranged from 0.2019 mg/kg to 1, 3468mg/kg. Metal content of Pb, Ni, Cr and Cd in water is 0.1561 mg / L; 0.0255 mg / L; 0.0222 mg / L and 0.0113 mg / L. The content of heavy metals Pb, Ni, Cr and Cd in the sediment that is equal to 41.2522 mg / kg; mg / kg; 36.5143 mg / kg; 17,2292 mg/kg and 10.8192 mg / kg. The results showed that the metals Pb, Ni, Cr and Cd are found in sediments can be separated by extraction, it indicates that the sediments contribute to the accumulation of metals in shellfish and water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42684
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ade Kurnia Putri
"Kerang hijau bersifat sebagai filter feeder dalam perairan, sehingga komoditi ini sangat rentan terhadap akumulasi logam berat dalam tubuhnya. Diperlukan suatu usaha untuk meminimalkan kandungan logam berat pada kerang hijau, salah satu yang dapat dilakukan adalah proses depurasi. Pada penelitian ini, proses depurasi dilakukan denga metode kontinu, diskontinu dan ekstraksi asam. Waktu optimum depurasi metode kontinu adalah 1,5 jam, dengan kecepatan sirkulasi 250 L/jam dan didapatkan penurunan kadar logam Pb sebesar 30,048% dan 29,748% untuk logam Cu.
Pada metode diskontinu, hasil optimum dicapai saat suhu 100°C dengan menggunakan media air PAM pada lama perendaman 3 jam dengan penurunan kadar logam Pb sebesar 35,001% dan kadar logam Cu 39,015%. Pada metode ekstraksi, kondisi optimum dicapai menggunakan pelarut asam asetat 11 % dengan penurunan logam Pb dan Cu masing-masing sebesar 88,243% dan 76,298%. Akibat proses depurasi ini, penurunan protein paling besar terjadi dengan perlakuan ekstraksi asam asetat 11%, dengan penurunan kadar protein sebesar 59,051% menggunakan metode Lowry dan 36,655 % menggunakan metode Kjeldahl.

Green mussels are filter feeder in water hence, these commodities are susceptible to accumulate heavy metals in their body. Required an effort to minimize the content of heavy metals in green mussels, one that can be done by depuration process. In this study, the process conducted through continuous method, discontinuous method, and acid extraction methods. The optimum time of continuous method was 1.5 hours, with a circulation rate of 250 L/h and decreased levels of Pb obtained by 30,048% and 29,748% for Cu.
In the discontinuous method, the optimum result was achieved when using PAM aqueous media at 3 hours soaking time and 100°C of temperature. This method given decreased levels of Pb and Cu in 35,001% and 39.015%. In the extraction method, the optimum condition was achieved in a solvent extraction using 11 % acetic acid with decreased levels of Pb and Cu was 88,243% and 76,298%. For the determination of protein content, decreasing levels of the protein was obtained by treatment with 11% acetic acid extraction showed a decrease in protein content of 59,051% based on the Lowry method and 36,656% by the Kjeldahl method.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meisya
"Dalam penelitian ini dilakukan suatu simulasi pencemaran logam berat timbal Pb melalui jalur pakan. Sehingga didapatkan pemodelan bioakumulasi ion Pb pada Perna viridis yang diperoleh dari Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Perna viridis dalam mendapatkan makanannya dengan cara menyaring zooplankton, fitoplankton, detritus, diatom dan bahan organik dari perairan. Cara mendapatkan makanan yang demikian memungkinkan logam berat yang terlarut didalamnya ikut masuk kedalam tubuh Perna viridis. Oleh karena itu, untuk mengurangi kadar ion logam Pb yang terkandung di dalam Perna viridis dibutuhkan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang. Setelah itu, dilihat pengaruh metode depurasi pengaliran air terhadap kandungan pada protein Perna viridis.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh nilai ku yang didapat dari perlakuan paparan ion logam Pb selama 10 hari adalah 3,70 mg/Kg.hari-1. Nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang adalah 0,14 mg/Kg.hari-1. Nilai BCF pada jalur pakan adalah 26,43 mg/Kg.hari-1. Nilai BAF yang diperoleh adalah 214,29 mg/Kg.hari-1. Dilakukan pula pengukuran kadar logam Pb pada Perna viridis yang berasal dari Muara Kamal, Jakarta Utara dengan metode depurasi pengaliran air berulang dan perendaman asam asetat dan asam sitrat dengan berbagai konsentrasi dan waktu. Hal ini dilakukan sebagai informasi tambahan dalam upaya pemenuhan kondisi food safety, yang dapat diaplikasikan pada skala rumah tangga maupun restoran.

This research was conducted on heavy metal contamination of lead Pb through food pathway. The bioaccumulation model of Pb ion was analyzed in Perna viridis which obtained from Laki Island, Kepulauan Seribu, North Jakarta. Perna viridis in getting food by filtering zooplankton, phytoplankton, detritus, diatoms and organic matter from water environment. Based on that way, heavy metals may dissolve in Perna viridis. Therefore, to reduce the level of Pb metal ion contained in the Perna viridis needs depuration method.
The method of depuration carried out in this research is the method of water flow recirculating. After that, seen the influence of depuration method of water flow recirculating depuration on protein content.
Based on the analysis results uptake value ku obtained from metal ion Pb exposure during 10 days is 3.70 mg Kg.day 1. The value to for depuration ke treatment with a water flow recirculating method is 0.14 mg Kg.day 1. The value of BCF in food pathway is 26,43 mg Kg.day 1. BAF values obtained were 214.29 mg Kg.day 1. Similarly, the measurement of Pb metal content in Perna viridis derived from Muara Kamal, North Jakarta with the method of depuration of water flow recirculating and depuration using acetic acid and citric acid with various concentrations and time. As additional information of fulfilling food safety conditions, which can be applied at a household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliffarid
"Rumah sakit sering menghasilkan limbah yang sangat berbahaya dan sulit di degradasi terutama limbah antibiotik yang mengandung Amoxicillin. Dalam penelitian ini limbah sintetis Amoxicillin akan diozonasi pada suasana basa (pH 10-11), asam (pH 3-4), dan netral (tidak ditambahkan asam ataupun basa, dengan pH sekitar 5-6.6) serta dengan menggunakan RHOP (Reaktor Hibrida Ozon-Plasma) sebagai reaktor. Namun metode ozonasi saja masih memiliki kekurangan seperti waktu proses yang cukup lama. Sehingga pada penelitian ini akan digunakan salah satu metode AOP (Advance Oxidation Process) yaitu dengan menambahkan H2O2 setelah ozonasi berlangsung dan biasa disebut dengan proses Perokson.
Proses perokson ini akan dibandingkan dengan sampel yang ditambahkan GAC (Granular Activated Carbon) saat proses berlangsung karena GAC mampu mempercepat dekomposisi ozon, sehingga akan terjadi peningkatan jumlah hidroksi radikal yang dihasilkan. Pada akhirnya proses ozonasi akan semakin efektif dan kadar Amoxicillin dalam limbah cair tersebut dapat berkurang sampai 90-98%.

Hospital wastewater is very dangerous and difficult to degrade especially antibiotic wastewater that containing Amoxicillin. In this study, the ozonation of synthetic Amoxicillin wastewater will occur in three ways, high acidity (pH 10-11), low acidity (pH 3-4), and neutral (no added, with acidity around 5-6.6) and using RHOP (Ozone Hybrid Reactor -Plasma) as the reactor. But the method of ozonation still has drawbacks such as long processing time. So in this study will be used one of the methods from AOP (Advanced Oxidation Process) by adding H2O2 after ozonation lasts and commonly referred to Peroxone process.
Peroxone process will be compared with samples that added a GAC (Granular Activated Carbon) during the process because the GAC is able to accelerate the decomposition of ozone, resulting in an increase in the amount of hydroxyl radicals generated. In the end, the process will be more effective and ozonation of Amoxicillin levels in wastewater can be reduced by 90-98%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Wulandari R.
"Ester asam lemak glukosa dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi antara glukosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit. Pada penelitian ini, reaksi esterifikasi dilakukan secara enzimatik menggunakan katalis lipase Candida rugosa E.C.3.1.1.3 yang terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4-kitosan. Nanopartikel Fe3O4-kitosan disintesis menggunakan metode kopresipitasi antara Fe3+ dan Fe2+, kemudian dikarakterisasi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscopy). Proses imobilisasi lipase pada nanopartikel Fe3O4-kitosan menggunakan metode ikat silang dengan glutaraldehida sebagai agen pengikat silang. Hasil imobilisasi lipase dianalisis menggunakan FESEM. Analisis dengan FESEM menunjukkan bahwa ukuran rata-rata partikel Fe3O4-kitosan yang dihasilkan berkisar 35 nm. Persen loading imobilisasi lipase yang diperoleh adalah 84,80%. Aktivitas hidrolisis lipase terimobilisasi sebesar 5,61 U/mg dengan aktivitas spesifik 0,374 U/mg, serta efisiensi imobilisasi sebesar 14,22%. Dari hasil reaksi esterifikasi diperoleh persen konversi asam lemak sebesar 2,92; 3,33; 3,75; 5,83; dan 8,75 pada penggunaan enzim terimobilisasi berurutan sebesar 5, 10, 20, 30, dan 40% massa substrat.

Glucose fatty acid esters could be produced by esterification reaction between palm oil fatty acid and glucose. In this study, esterification reactions were carried out enzymatically using immobilized Candida rugosa lipase E.C. 3.1.1.3 on Fe3O4-chitosan nanoparticles. Fe3O4-chitosan nanoparticles were synthesized by co-precipitation method between Fe3+ and Fe2+ and then characterized using FTIR (Fourier Transform Infra Red) and FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscopy). The process of lipase immobilization on Fe3O4-chitosan nanoparticles was using crosslinking method with glutaraldehyde as crosslinking agent. The immobilization lipase obtained was analyzed by FESEM. FESEM analysis showed that the average particle size of Fe3O4-chitosan nanoparticles produced was around 35 nm. Loading percentage of immobilized lipase was 84,80%. Hydrolysis activity of immobilized lipase was 5,61 U/mg with specific activity 0,374 U/mg and efficiency immobilization was 14,22%. The percentage of fatty acid conversions obtained from this study were 2,92; 3,33; 3,75; 5,83; 8,75 by using immobilized lipase each around 5, 10, 20, 30, 40% of substrate mass."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Handayani
"Gemuk merupakan pelumas semi-padatan yang mutlak dibutuhkan karena penggunaannya spesifik dan tidak dapat digantikan pelumas cair. Umumnya gemuk dibuat menggunakan minyak mineral sebagai base oil, namun gemuk yang dihasilkan sulit terdegradasi. Sementara penggunaan minyak sintetis cenderung lebih menguntungkan, namun harganya lebih mahal. Penggunaan minyak nabati memiliki keuntungan tersendiri karena murah, biodegradable dan ketersediaannya melimpah di Indonesia. Oleh karena itu pembangunan pabrik gemuk dari minyak nabati di Indonesia memiliki potensi yang cukup baik. Berdasarkan hasil analisis kelayakan yang dilakukan, pabrik gemuk ini layak untuk diimplementasikan di Indonesia dengan nilai NPV $1.797.118, MARR 15%, IRR 27,33%, dan payback period selama 4,34 tahun.

Grease is semi-solid lubricant that absolutely needed due to specific use and irreplaceable by liquid lubricant. Generally, grease is made from mineral oil as the base oil, but it makes grease not easily degraded. While grease from synthetic oil tends to be more profitable, but the grease price is more expensive. Use of vegetable oil as base oil has distinct advantage of being cheap, biodegradable, and abundant availability in Indonesia. Therefore, construction of vegetable oil-based grease (bio grease) plant in Indonesia has good potential. Based on the results of feasibility analysis, grease plant is feasible to be implemented in Indonesia with a value of NPV $1.797.118, MARR 15%, IRR 27,33%, and payback period 4.34 years."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktavia Mandalena
"Ester glukosa dapat disintesis secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa. Pada penelitian ini digunakan lipase Candida rugosa EC 3.1.1.3 yang diimobilisasi pada nanopartikel magnetik Fe3O4. Nanopartikel Fe3O4 disintesis dengan metode kopresipitasi menggunakan NaOH sebagai agen pengendap. Lipase diimobilisasi pada kondisi pH 7,0 dan suhu 4 oC. Nanopartikel Fe3O4 yang disintesis dan hasil imobilisasi lipase Candida rugosa pada nanopartikel dikarakterisasi menggunakan Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM). Lipase terimobilisasi ditentukan nilai persen loading, nilai aktivitas hidrolisis, dan nilai aktivitas spesifiknya. Reaksi esterifikasi menggunakan lipase Candida rugosa terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 dilakukan pada suhu 4 oC selama 20 jam. Selanjutnya dilakukan uji emulsifier terhadap produk esterifikasi yang dihasilkan. Nilai persen loading lipase terimobilisasi pada nanopartikel magnetik Fe3O4 adalah sebesar 58,53%. Aktivitas hidrolitik lipase terimobilisasi adalah sebesar 7,13 U/mL dan aktivitas spesifik lipase terimobilisasi adalah sebesar 0,47 U/mg, sedangkan aktivitas spesifik lipase bebas adalah sebesar 2,58 U/mg. Terjadi penurunan aktivitas spesifik lipase sebesar 81,22%. Nilai persen konversi asam lemak yang didapat setelah reaksi esterifikasi adalah 3,33%. Analisis produk esterifikasi dengan FT-IR menunjukkan adanya puncak serapan gugus karbonil ester (C=O) pada bilangan gelombang 1740 cm-1. Hasil uji emulsi sederhana terhadap produk ester menunjukkan produk ester yang dihasilkan terbukti dapat bertindak sebagai emulsifier.

Ester glucose could be synthesized enzymatically using Candida rugosa lipase. In this study, Candida rugosa EC 3.1.1.3 lipase was immobilized on magnetic Fe3O4 nanoparticles. Magnetic Fe3O4 nanoparticles was synthesized using coprecipitation method. Fe3O4 nanoparticles which had been synthesized and the immobilized lipase were characterized using FESEM. The immobilized lipase was determined its loading percentage, hydrolytic activity, and specific activity. Esterification reaction using immobilized lipase was carried out at 4 OC for 20 hours. The loading percentage of immobilized lipase on magnetic Fe3O4 nanoparticles was 58.53%. The hydrolytic activity of the immobilized lipase was 7.13 U/mL with spesific activity of 0.47 U/mL. Thus the specific activity of the immobilized lipase was decreased up to 81.22%. The percentage of fatty acids conversion in esterification reaction was 3,33%. The characterization of synthesized product with FT-IR showed that product exhibit the absorption group at 1740 cm-1. The synthesized product was then examined by simple emulsion test and was proved to be an emulsifier."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miradha Herdini W.
"Telepon seluler merupakan salah satu jenis alat komunikasi yang memiliki daya tahan baterai yang relatif singkat. Untuk itu dibutuhkan sumber listrik yang dapat memenuhi kebutuhan listrik pada telepon seluler. Salah satu sumber listrik yang dapat digunakan adalah Direct Methanol Fuel Cell (DMFC). Direct Methanol Fuel Cell merupakan salah satu alat yang dapat menghasilkan listrik dari reaksi elektrokimia dengan bahan bakar metanol. Untuk peralatan portable, jenis DMFC yang digunakan adalah Passive DMFC, dimana oksigen didapatkan dengan menggunakan metode air breathing dan metanol disuplai tanpa menggunakan pompa. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji kinerja dari Passive DMFC dan nantinya dapat digunakan sebagai charger telepon seluler. Dari hasil penelitian didapatkan satu cell stack Passive DMFC dengan ukuran kecil yaitu 5 cm x 5 cm x 2,3 cm dan dapat menghasilkan voltase 0,45 V dan densitas daya maksimal 0,65 mW/cm2 pada saat densitas arus 4,15 mA/cm2 Pada saat Passive DMFC dua cell stack disusun secara seri didapatkan voltase pada saat tanpa beban adalah 0,72 V dan densitas daya maksimal 0,88 mW/cm2 pada saat densitas arus 3,76 mA/cm2. Dari hasil kinerja yang didapatkan, Passive DMFC belum dapat digunakan sebagai charger telepon seluler.

Cellular phone is kind of communication tools that has relatively short battery life. Therefore it requires a power source that can meet the electricity needs of the cellular phone. One source of electricity that can be used is a Direct Methanol Full Cell (DMFC). DMFC is one tool that can generate electricity from the electrochemical reaction with methanol as the fuel. For portable equipment, the type of DMFC that usually be used is Passive DMFC, where oxygen is obtained by using the method of air breathing and methanol is supplied without using pump. This study is proposed to get the design and know the performance of Passive DMFC and futhet could be used as a cellular phone charger.The results obtain from Passive DMFC cell stack with small size of 5 cm x 5 cm x 2.3 cm can produce voltage of 0,45 V and a maximum power density of 0.65 mW/cm2 at a current density of 4.15 mA/cm2. When Passive DMFC cell stack is arranged in two series, it can produce voltage of 0.72 V and the maximum power density of 0.88 mW/cm2 at current density of 3.76 mA/cm2. From the performance results obtained, Passive DMFC can not be used as a cellular phone charger."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>