Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 236221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indriyani Prihatiningsih
"Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Hal ini terbukti dengan munculnya beberapa perilaku seksual berisiko yang ditunjukkan oleh remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko. Penelitian ini menggunakan rancangan pre-experimental design (One Group Pretest-Postes Design).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan dengan pengetahuan responden (p=0,000) dan ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual berisiko (p=0,000). Hal ini membuktikan bahwa Ho ditolak, atau ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dan ada pengaruh pendidikan kesehatan pada sikap terhadap perilku seksual berisiko.

The purpose of this study was to investigate the effect of health education on knowledge of adolescents about reproductive health and adolescents attitudes toward risk of sexual behavior. This study uses the design of pre-experimental design (One Group Pretest-Postes Design).
The results showed that there was the influence of health education given to the respondents knowledge (p = 0.000) and there is influence health education with the attitudes adolescents respond risk sexual behavior (p = 0.000). It is proved that Ho is rejected, or no effect on the level of knowledge of health education on reproductive health. Knowledge of adolescents about reproductive health stillvery lacking. This is evident by the emergence of several sexual risk behaviors indicated by the adolescents. And there is the influence of health education on attitudes toward risk of sexual behaviors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rokky Oliviano
"Kasus HIV dan AIDS di Indonesia khususnya untuk kalangan remaja cukup tinggi, dibuktikan pada data kasus HIV baru tahun 2011, 18% merupakan anak kelompok usia 15-24 tahun. Berdasarkan data KPAD Kota Bogor, jumlah penderita HIV dan AIDS hingga tahun 2013 tercatat sebanyak 2.015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan dalam peningkatan pengetahuan dan sikap terhadap isu HIV dan AIDS pada siswa/i kelas XI di SMA Negeri 1 Ciomas. Penelitian ini menggunakan desain studi intervensi dengan One Group Only Pre-test Post-test. Hasilnya rata-rata peningkatan pengetahuan 175% pada post-test pertama dan 85% pada post-test kedua. Rata-rata peningkatan sikap 120% pada post-test pertama dan 162% pada post-test kedua. Diperlukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara berkala dan berkesinambungan agar pengetahuan siswa/i meningkat dan stabil atau tidak mengalami penurunan tentang kesehatan, khususnya HIV dan AIDS

HIV and AIDS cases in Indonesia, especially for teenagers is quite high, evidenced in the data of new HIV cases in 2011, 18% are people of age group 15-24 years. Based on data KPAD Bogor, number of people living with HIV and AIDS by the year 2013 were 2,015. The purpose of this study was to determine the effect of health education in improving knowledge and attitudes towards HIV and AIDS issues on the 2nd year students in SMA I Ciomas. This study used a design intervention studies with only one group pre-test post-test. The result is an average 175% of increase in knowledge in the first post-test and 85% in the second post-test. Average increase 120% of attitude on the first post-test and 162% on the second post-test. Required counseling or health education regularly and continuously to increase and stabilize the knowledge of students in health, especially HIV and AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dastya Yusufina
"Pada remaja perilaku pacaran erat kaitannya dengan pengalaman romantis yang berguna bagi perkembangan psikologis, terutama pengembangan keintiman. Namun, perilaku pacaran dapat menjadi berisiko apabila melakukan kontak seksual yang dimulai dari berciuman bibir hingga melakukan hubungan seks pranikah. Menurut data SKAP KKBPK tahun 2019, 3.8% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah selama berpacaran. Dalam melakukan perilaku seksual berisiko remaja dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, pergaulan teman serta pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja SMA di DKI Jakarta yang distratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan pola asuh keluarga positif. Penelitian menggunakan desain kuantitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Survey Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan sampel sejumlah 873 yang berasal dari seluruh kelas 10 dan 11 di SMAN 38 dan SMAN 90 Jakarta dengan pengambilan sampel secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sikap permisif (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) dan pergaulan teman sebaya (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual berisiko sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) dan pola asuh orang tua positif (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual berisiko. Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada hubungan pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko, namun pada hubungan sikap permisif terhadap perilaku seksual berisiko hanya berpengaruh pada jenis kelamin laki-laki saja. Pola asuh keluarga positif juga berpengaruh pada hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan seminar serta secara rutin terkait kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah. Kemudian disarankan kepada instansi kesehatan dan sekolah untuk berkolaborasi dan memberikan pembekalan edukasi kesehatan reproduksi kepada orang tua yang ikut andil dalam mendidik dan memonitoring perilaku pacaran remaja di lingkungan rumah.

In adolescent, dating behavior is closely related to romantic experiences that are useful for psychological development, especially the development of intimacy. However, dating behavior can be risky if it involves sexual contact that starts from kissing lips to having premarital sex. According to SKAP KKBPK data in 2019, 3.8% of male adolescents and 1% of female adolescents admitted to having had premarital sex during dating. Adolescent risky sexual behavior is influenced by individual and environmental factors. Therefore, this study aims to determine the relationship between reproductive health knowledge, permissive attitudes, peer association, and parenting patterns on risky sexual behavior among high school adolescents in DKI Jakarta stratified by gender and positive family parenting. The study used a quantitative design that was analytic in character with a cross-sectional approach. The data used were secondary data in the form of data from the Youth Behavior Survey High School Students in DKI Jakarta with a sample of 873 from all grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta with total sampling. The results showed that permissive attitude (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) and peer association (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) had a significant relationship with risky sexual behavior while reproductive health knowledge (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) and positive parenting (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) had no relationship with risky sexual behavior. Stratification analysis showed that gender had an effect on the relationship between peer association and risky sexual behavior, but only male gender had an effect on the relationship between permissive attitudes and risky sexual behavior. Positive family parenting also had an effect on peer association on risky sexual behavior. Therefore, it is recommended to conduct seminars and regularly related to reproductive health to school students. It is also recommended for health agencies and schools to collaborate and provide reproductive health education to parents who take part in educating and monitoring adolescents dating behavior in their homes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Rachmania
"Permasalahan mengenai kesehatan reproduksi banyak dialami oleh hampir semua negara di dunia seperti Angka Kemarian Ibu (AKI), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, perilaku seks bebas, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome), dan lain-lain.
Permasalahan rnengenai kesehatan reproduksi tersebut tidak terlepas dari Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Saat ini remaja membutuhkan sumber informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi remaja. Dan di sekolah yang akan berperan dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja adalah guru. Di Indonesia terdapat beberapa program yang mendukung program-program kesehatan reproduksi remaja yang akan melibatkan para guru dalam hal ini Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Dcpkes RI) pada tahun 2002 dan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) yang dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI pada tahun 1998. Di SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor, program PKPR dan PKRR belum berjalan. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor terhadap pendidikan kesehatan reproduksi remaja.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor. lnforman pada penelitian ini adalah guru biologi, guru agama, guru Bimbingan Konseling (BK), kepala sekolah dan siswa-siswi. Pengumpulan data diambil dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam dan djskusi kelompok terarah yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh asisten peneliti. Selanjulnya data dianalisis dengan menggunakan analisis isi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi menyatakan bahwa PKRR itu merupakan pendidikan atau pengenalan mengenai alat-alat reproduksi. Dan hampir semua informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi menyatakan bahwa sekolah merupakan tempat di mana PKRR dapat diberikan, mereka juga menyatakan bahwa PKRR bisa diberikan di Iuar sekolah seperti di rumah dan di masyarakat. Mengenai tujuan PKRR, hampir semua informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi menyatakan bahwa tujuan PKRR adalah agar remaja mengetahui alat dan fungsi reproduksi. Menurut informan guru dan kepala sekolah, siswa-siswi atau remaja merupakan sasaran yang paling utama.
Informan guru dan kepala sekolah berpendapat bahwa guru biologi merupakan guru yang dapat berperan dalam PKRR, selain guru biologi mereka juga menyebutkan guru lain seperti guru BK/BP, agama, Bahasa Indonesia, PPKN, dan sosiologi. Mengenai bentuk dan cara penyampaian, diskusi merupakan jawaban yang banyak disebutkan oleh informan guru dan siswa-siswi dalam pelaksanaan PKRR di sekolah. Menurut informan guru dan siswa-siswi, pembahasan mengenai kesehatan reproduksi remaja bisa berupa alat-alat dan sistem reproduksi, perubahan fisik, gangguan-gangguan pada alat reproduksi, cara menjaga reproduksi, penyakit-penyakit reproduksi, menstruasi, perubahan hormon, onani, asupan gizi, pergaulan remaja, pacaran, seks bebas, kehamilan, dan aborsi.
Penelitian ini menghasilkan bahwa sebagian besar informan guru, kepala sekolah dan siswa-siswi mendukung apabila di sekolahnya dilaksanakan PKRR. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak sekolah di SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor dan bahan masukan bagi pihak Dinas Pendidikan Kota Bogor. Bagi kepala sekolah SMA Bina Bangsa Sejahtera Kota Bogor hasil penelitian ini dapat menyiapkan guru dan siswa-siswi dalam menerima program PKRR. Bagi pihak Dinas Pendidikan Kota Bogor dapat memberikan pelatihan kepada guru-guru yang berperan dalam program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di lingkup Dinas Pendidikan Kota Bogor dan sekolah menengah di wilayah Kota Bogor dan menyiapkan perangkat yang dapat mendukung pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah khususnya SMA di kota Bogor."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Dwi Nur
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan pengetahuan, sikap, dan norma subyektif siswa SMA swasta terpilih di Jakarta setelah diberikan media leaflet dan video gizi seimbang. Media leaflet yang digunakan merupakan milik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sedangkan media video yang digunakan merupakan hasil pengembangan dari media leaflet. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental dengan 2 kelompok perlakuan. Penelitian dilakukan pada 54 siswa kelas X di SMA swasta sederajat terpilih, masing-masing kelompok berjumlah 27 siswa. Pengambilan data penelitian dilakukan sebanyak 4 kali, yang terdiri dari pre-test, post-test 1, post-test 2, dan post-test 3. Uji Statistik yang digunakan adalah uji t-berpasangan untuk menganalisis perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah diberikannya intervensi pada masing-masing kelompok dan uji t-independen untuk menganalisis perbedaan rata-rata antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan yang signifikan (P = 0,000) setelah diberikan media pada masing-masing kelompok, namun perubahan sikap dan norma subyektif tidak signifikan. Perbedaan perubahan antara kedua kelompok tidak signifikan, namun perubahan pada kelompok video cenderung lebih tinggi.

The purpose of this study is to see changes in the knowledge, attitudes, and subjective norms of selected private high school students in Jakarta after being given leaflet and educational video about balanced nutrition. The leaflet used is the property of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, while the video used is the result of the development of leaflet media. The study used quasi-experimental design with 2 treatment groups. The study was conducted on 54 grade 10th students in selected private high schools, each group consist of 27 students. The data collection was carried out 4 times in each group, consisting of pre-test, post-test 1, post-test 2, and post-test 3. The statistical test used was the paired t-test to analyze the average difference between before and after given interventions in each group and independent t-test to analyze differences in mean between groups. The results showed a significant difference in knowledge (P = 0,000) after being given the media in each group, but changes in attitudes and subjective norms were not significant. The difference in changes between the two groups was not significant, but changes in the video group tended to be higher."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Rizkia
"Haid pertama dan menstruasi dianggap hal tabu dan memalukan oleh sebagian besar masyarakat termasuk remaja putri. Haid pertama merupakan pengalaman psikologis dan bermakna bagi remaja putri. Pemberian edukasi reproduksi persiapan haid pertama diharapkan dapat mempersiapkan remaja dalam menghadapi haid pertama. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh edukasi reproduksi persiapan haid pertama terhadap pengetahuan, respon emosional dan sikap remaja pada haid pertama. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment Pre-Post Test with Control Group Design dengan sampel 174 remaja putri yang dipilih dengan teknik stratified random sampling.
Hasil menunjukkan adanya perbedaan signifikan tingkat pengetahuan p=0,001 , respon emosional p=0,001 dan sikap p=0,001 remaja putri terkait haid pertama antara kelompok kontrol dan intevensi, serta terdapat perbedaan signifikan sebelum dan setelah intervensi. Sehingga pemberian edukasi reproduksi persiapan haid pertama direkomendasikan untuk dapat diterapkan di tatanan sekolah dan komunitas guna mempersiapkan remaja menghadapi haid pertama dan menstruasi.

Menarche and menstruation are considered taboos and embarrassing by communities including female adolescents. Menarche is a psychological and meaningful experience for female adolescents. Reproductive health education for menarcheal preparation is expected to enable female adolescents in preparing the menarche. The aim of this study was to identify the influence of reproductive health education related to menarcheal preparations to female adolescents rsquo knowledge, emotional response and attitude on menarche. The research design was Quasi Experiment Pre Post Test with Control Group Design. The samples were 174 female adolesents, selected by stratified random sampling technique.
The results showed a significant difference of knowledge level p 0,001 emotional responses p 0,001 and attitude p 0,001 between the female adolescents from control and intervention group, as well as those between before and after intervention. It is recommended to provide the reproductive health education related to menarcheal preparations at school and community settings to prepare female adolescents in facing menarche and menstruation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"Anak merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan anak dapat mencapai 80% pada usia 3 tahun apabila dilakukan stimulasi perkembangan dengan teratur. Ibu merupakan orang paling tepat melakukan stimulasi perkembangan anak. Oleh karena itu pengetahuan ibu perlu ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental, dengan pretest-posttest non-equivalent control group design yang bertujuan mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler yang diberikan dan tidak diberikan intervensi pendidikan kesehatan dengan menggunakan kelompok kontrol. Populasi penelitian ini adalah para ibu yang mempunyai anak toddler yang sedang dirawat di ruang perawatan di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. Jumlah sampel 34 orang, 17 orang kelompok intervensi dan 17 orang kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan concecutive sampling. Analisis efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam stimulasi perkembangan anak toddler menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan (p=l,000) dan sikap (p=0,732) ibu sebelum intervensi dan ada perbedaan pengetahuan (p=0,002) dan sikap (p=0,039) ibu setelah intervensi pada kelompok intervensi dan kontrol. Ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi (p=0,002) dan tidak ada perbedaan pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan setelah periode intervensi pada kelompok kontrol (p=l,000). Tidak ada pengaruh karakteristik ibu pada pengetahuan dan sikap ibu pada kelompok intervensi. Pemberian pendidikan kesehatan yang teratur diharapkan ibu dapat berpengetahuan baik dan bersikap positif dalam stimulasi perkembangan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu cara pendekatan terbaik yang dapat diterapkan di masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan sikapnya terhadap program stimulasi perkembangan anak dengan melibatkan berbagai unsur termasuk keluarga. Perawat anak dapat memberikan pendidikan kesehatan dengan tepat, maka perlu bekeijasama dengan berbagai kalangan yang ada di daerah setempat.

Children are the prospect generation of nation. The development of child could come to 80% at the age of 3 if development stimulation is done regulariy. A mother is the best to carry out the child stimulation development. For this reason, the mother’s knowledge needs upgrading through health education. This research was aimed to explore the effectiveness of health education on mother,s knowledge and attitude toward children stimulation development in toddler. The research was quasi experimental design, with pretest-posttest non-equivalent control group design that aimed to explore the difference in mother’s knowledge and attitude toward children stimulation development between control and experimental group. The participants in the intervention group were given health education wheareas the control group were’nt given the health education. The population of this research were mothers in Zainoel Abidin general hospital Banda Aceh whose had sick toddler in hospital. The samples were 34 devided into 2 group, with 17 participants respectively. Data were analized by chi-square test. The result showed that there was no significant difference in mother knowledge (p=1,000) and attitude (p=0,732) toward children stimulation development before intervention and there was significant difference in mother knowledge (p=0,002) and attitude (p-0,039) after intervention in both of groups. There was significant difference in mother knowledge and attitude before and after intervention in intervention group (0,002). There was no significant difference in mother knowledge and attitude before and after time of intervention in control group (p=l,000). There was no influence of characteristic of mother in knowledge and attitude. By regular heath education, it is hoped that the mother will have positive attitude and good knowledge toward children stimulation development in toddler. Health education is one of best approach that can be applied in community in order to improve knowledge and attitude in children stimulation development program by involving various sectors. Pediatric nurse can give the proper health education can collaborate with many sectors including local government."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26565
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Walidah Mailina Istiqomah
"Rendahnya pendidikan memberikan dampak hampir 48,1% dari remaja SMP/MTs tidak melanjutkan jenjang sekolah yang lebih tinggi di Jepara dengan demikian diharapkan pengetahuan kesehatan reproduksi yang di dapat di sekolah formal SMP/MTs mampu memberikan pengetahuan yang baik sebelum siswa tidak melanjutkan sekolah dan mengahadapi pergaulan bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pendidikan kesehatan reproduksi di SMP/MTs binaan Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Jepara, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Rapid Assesment Procedure (RAP).
Didapatkan hampir semua sekolah belum mempunyai kebijakan yang berkaitan dengan penerapan kesehatan reproduksi, pemberian materi kesehatan reproduksi yang dilakukan oleh guru secara sepintas, fasilitas, materi pengajaran serta informasi tentang kesehatan reproduksi yang sebagian besar diambil dari internet dan dana yang seadanya serta belum adanya pelatihan yang konsisten terhadap petugas Puskesmas, kerjasama dengan puskesmas belum menghapus anggapan tabu yang masih dimiliki sebagian guru maupun siswa. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi penerapan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah SMP/MTs di Jepara. Kesimpulannya Penerapan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah belum berjalan.

The low level of education affects almost 48.1% of junior high school teenagers do not continue higher education in Jepara thus expected knowledge of reproductive health that can in formal school of SMP / MTs able to give good knowledge before students do not continue their school. This study aims to determine the implementation of reproductive health education in SMP / MTs targeted Puskesmas with Adolescent Friendly Health Services in Jepara, using qualitative method with Rapid Assessment Procedure (RAP) approach.
It is found that almost all schools have no policies related to reproductive health practices, the provision of reproductive health materials by teachers only in passing, facilities, teaching materials as well as information on reproductive health, mostly from the internet, modest funds and lack of consistent training to the Puskesmas staff also the cooperation with the puskesmas has not erased the taboo assumption that some teachers still have. This is a challenge for the implementation of reproductive health education in junior high schools in Jepara.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Oktaria
"Setiap remaja berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai dengan tumbuh kembangnya melalui pelayanan klinis, konseling dan KIE pada pendidikan formal dan non formal. Berdasarkan penelitian awal melalui wawancara dengan siswa di salah satu sekolah di Kab. Ogan Ilir, diperoleh informasi bahwa siswa belum mendapatkan pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi di sekolah maupun dari orang tua, guru menuturkan bahwa siswa terkesan malu dan merasa tabuh ketika membahas masalah pernikahan dan kesehatan reproduksi, siswa menganggap materi yang disampaikan oleh guru kurang pantas untuk disampaikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap program pendidikan kesehatan reproduksi remaja tingkat SMA sederajat di Kab. Ogan Ilir pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data melalui wawancara mendalam pada 10 orang informan utama guru, tenaga kesehatan Puskesmas dan penyuluh KB dan 2 orang informan kunci dari Dinas Kesehatan dan Dinas P3AP2KB, Focus Group Discussion pada 4 kelompok siswa dengan total 40 orang siswa dari 4 sekolah dan telaah dokumen. Hasil penelitian ini yaitu semua sekolah telah menerapkan kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja oleh guru di sekolah, program PKPR oleh tenaga Puskesmas dan Program PIK-R oleh penyuluh KB. SDM yang terlibat sebagian besar memiliki latar belakang yang sesuai dengan kesehatan reproduksi namun masih memerlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta telah memiliki panduan dalam pelaksanaan kegiatan namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa penyesuaian. Terdapat beberapa kendala yang menghambat proses pelaksanaan kegiatan diantaranya adalah ketersediaan anggaran, sarana dan alat pendukung yang belum memadai, serta tidak semua remaja dapat di jangkau dalam pelaksanaan kegiatan. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan oleh guru di sekolah, program PKPR dan PIK-R sudah sesuai dengan kebutuhan dan sangat bermanfaat bagi remaja, namun masih perlu dioptimalkan lagi dalam hal pelaksanaannya.

Every teenager has the right to receive reproductive health services in accordance with their growth and development through clinical services, counseling and information in formal and non-formal education. Based on initial research through interviews with students at one of the schools in  Ogan Ilir, information was obtained that students had not received good knowledge about reproductive health at school or their parents, the teacher said that students seemed embarrassed and felt timid when discussing marriage and reproductive health issues, students considered the material presented by the teacher to be inappropriate to convey. The aim of this research is to conduct an analysis of the adolescent reproductive health education program at high school and equivalent levels in Ogan Ilir in 2023. This research is qualitative research with a phenomenological approach. Data were collected through in-depth interviews with 10 main informants, teachers, health workers at the Community Health Center and family planning instructors and 2 key informants from the Health Service and P3AP2KB Service, Focus Group Discussions on 4 groups of students with a total of 40 students from 4 schools and document review. The results of this research are that all schools have implemented adolescent reproductive health education policies through adolescent reproductive health education by school teachers, the PKPR program by Community Health Center staff and the PIK-R Program by family planning counselors. Most of the human resources involved have a background that is relevant to reproductive health but still require training to increase their knowledge and skills, and already have guidelines for implementing activities, but in implementation there are several adjustments. There are several obstacles that hamper the process of implementing activities, including inadequate budget availability, supporting facilities and equipment, and not all teenagers can be reached in implementing activities. Adolescent reproductive health education through education by teachers in schools, the PKPR and PIK-R programs are in accordance with needs and are very beneficial for adolescents, but still need to be optimized further in terms of implementation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cluny Martina Mangkuayu
"Perilaku seksual berisiko adalah suatu aktivitas seksual yang dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual dan berdampak pada masalah kesehatan reproduksi, diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan dan Infeksi menular Seksual. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif denganpendekatan cross sectionalpada 100 responden siswa SMA di Kota Tangerang menggunakan teknik convenience sampling. Instrumen yang digunakanmeliputi kuesioner pengetahuan kesehatan reproduksi, pola asuh, perilaku seksual berisiko, paparan media, dan pengaruh teman sebaya. Hasil penelitian ini menyatakan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko p value>0,05 . Meskipun demikian, peneliti merekomendasikan perlunya penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi dan pendekatan oleh perawat di puskesmas untuk mengaktifkan program PKPR dan BKR guna meningkatkan kesehatan reproduksi remaja dan mencegah perilaku seksual berisiko, mengingat terdapatnya 57 remaja di SMA Swasta Kota Tangerang yang memiliki perilaku seksual berisiko.

Risky sexual behavior is defined as sexual activities performed to gain sexual satisfaction which may affect health reproduction, such as unwanted pregnancy and Sexually Transmitted Infections. This study aimed to identify correlation between knowledge of reproductive health, parenting role, and risky sexual behavior. The study design was analytical with cross sectional approach and involving 100 high school students in Tangerang through convenience sampling technique. The instruments were questionnaires of knowledge of reproductive health, parenting role, risky sexual behavior, media exposure, and peer influence. The result showed no significant correlation between knowledge of reproductive health, parenting role, and risky sexual behavior p value 0,05 . Nonetheless, the study recommends for counseling and education of reproductive health as well as the approach of public health center nurses to implement PKPR and BKR in order to improve reproductive health for preventing risky sexual behavior, considering that 57 of adolescents in private high schools in Tangerang demonstrated risky sexual behaviors."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>