Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173750 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lara Rizka
"Sesuai anjuran WHO dan UNICEF, salah satu kunci utama untuk meningkatkan tingkat kesehatan anak di Indonesia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif tanpa makanan tambahan selama 6 bulan. Berbagai penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan prelakteal, terutama susu formula, dapat berpengaruh buruk pada durasi dan eksklusifitas pemberian ASI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal bagi bayi di Indonesia dengan analisis lanjutan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Metode penelitian disesuaikan dengan metode Riskesdas 2010, yakni kros seksional, dengan total sampel 5562 Ibu di Indonesia yang memiliki anak terakhir berusia 0-23 bulan pada saat dilakukan wawancara.
Prevalensi pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal untuk bayi di Indonesia sebesar 34,1%. Pemberian susu formula sebagai makanan prelakteal berhubungan dengan pekerjaan ibu PR 1,1 (p-value 0,03), pendidikan ibu PR 1,4 (p-value <0,001), jumlah anak yang dimiliki PR 1,2 (<0,001), pengeluaran keluarga 1,3 (p-value <0,001), dan tempat tinggal 1,3 (p-value <0,001), usia kehamilan PR 1,4 (p-value <0,001), jenis persalinan PR 1,5 (p-value <0,001), berat badan lahir PR 1,3 (p-value 0,003), dan komplikasi persalinan PR 1,1 (p-value <0,001), jenis tempat persalinan PR 1,5 (p-value <0,001) dan penolong persalinan PR 2,1 (p-value <0,001).
Perlu dilakukan pencerdasan bagi tenaga kesehatan agar tidak mendukung pemberian susu formula sebelum bayi mendapatkan ASI dan tenaga kesehatan diharapkan lebih mendukung ibu untuk dapat memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Selain itu, para ibu juga perlu dibekali pengetahuan mengenai menyusui sebagai hak ibu dan anak, sehingga pemberian makanan prelakteal berupa susu formula dapat dicegah.

As recommended by WHO and UNICEF, key to improving the health of children in Indonesia is exclusive breastfeeding is with no additional food for 6 months. Various studies have shown that prelacteal feeding , especially infant formula, may adversely affect the duration and exclusivity of breastfeeding.
This study aims to determine the risk factors associated with formula feeding as food for infants in Indonesia prelakteal with further analysis of the data of Health Research (Riskesdas) 2010. Research method is adapted to the method Riskesdas 2010, which is cross-sectional, with a total sample of 5562 mother in Indonesia, who has the last child aged 0-23 months at the time of the interview.
The prevalence of formula feeding as prelacteal food for infants in Indonesia is 34.1%. Formula feeding as food prelakteal is associated with maternal occupational PR 1.1 (p-value 0.03), maternal education PR 1.4 (p-value <0.001), the number of children who owned PR 1.2 (<0.001), family expenses 1.3 (p-value <0.001), and shelter 1.3 (p-value <0.001), gestational age PR 1.4 (p-value <0.001), type of delivery PR 1.5 (p-value <0.001), birth weight PR 1.3 (p-value 0.003), and complications of childbirth PR 1.1 (p-value <0.001), type of delivery place PR 1.5 (p-value <0.001) and childbirth helper PR 2.1 (p-value <0.001).
Need to empower health professionals to not support formula feeding before the baby is getting milk and more health professionals are expected to be able to support mothers to breastfeed exclusively for 6 months. Furthermore, mothers need to know that breastfeeding is mother and baby’s right. So, formula feeding as prelacteal food can be prevented.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Fitri Alfiani
"Salah satu gagalnya program ASI Eksklusif adalah pemberian makanan prelakteal sebelum ASI keluar dalam 1-3 hari. Prelakteal masih menjadi masalah malnutrisi di dunia, di Vietnam 9,3% anak usia di bawah 5 tahun mengalami stunting, dan 17,5% nya underweight dengan 1 dari 3 bayi tidak diberi ASI dalam 1 jam kelahiran, dan diberikan makanan prelakteal. Angka pemberian makanan prelakteal di Indonesia cukup tinggi, 95% bayi mendapatkan ASI namun 44% nya mendapatkan makanan prelakteal (SDKI 2017). Penelitian bertujuan melihat faktor-faktor yang berhubungan terhadap pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0–23 bulan di Indonesia. Penelitian menggunakan data SDKI 2017 dengan rancangan studi potong lintang. Sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi usia 0-23 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 6425. Data dianalisis secara univariat, dan bivariat. Presentase ibu yang memberikan prelakteal 45,7%, dan 54,3% lainnya tidak. Sebagian besar ibu melakukan IMD secara segera yaitu 58,2%, 56,7% ibu memiliki tingkat pendidikan menengah, 47,1% ibu memiliki status ekonomi bawah, 51,4% ibu tinggal di pedesaan, 54,0% ibu tidak bekerja, 88,4% ibu melakukan pemeriksaan antenatal lebih dari 4 kali, 76,6% ibu melahirkan ditolong petugas kesehatan, 78,1% melahirkan di fasilitas layananan kesehatan, 81,9% ibu melahirkn secara pervaginam, dan 68,3% ibu sudah melahirkan lebih dari 1 anak. Terdapat hubungan yang signifikan antara IMD, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi ibu, jenis persalinan, dan jumlah anak terhadap perilaku pemberian makanan prelakteal pada bayi usia 0-23 bulan di Indonesia.

One of the failures of the exclusive breastfeeding program is prelacteal feeding before the milk comes out in 1-3 days. Prelacteal is still a problem of malnutrition in the world, in Vietnam 9.3% of children under 5 years of age are stunted, and 17.5% are underweight with 1 in 3 babies not breastfed within 1 hour of birth, and given prelacteal food. The prelacteal feeding rate in Indonesia is quite high, 95% of babies get breast milk but 44% of them get prelacteal food (2017 IDHS). The aim of this study was to look at the factors related to prelacteal feeding in infants aged 0–23 months in Indonesia. The study used the 2017 IDHS data with a cross-sectional study design. The sample of this research is mothers who have babies aged 0-23 months who meet the inclusion and exclusion criteria (n=6425). Data were analyzed by univariate and bivariate. The percentage of mothers who gave prelacteal was 45.7%, and 54.3% did not. Most of the mothers did breastfeed immediately (58.2%), 56.7% of mothers had secondary education, 47.1% of mothers had lower economic status, 51.4% of mothers lived in rural areas, 54.0% of mothers were not working, 88.4% of mothers did antenatal care more than 4 times, 76.6% of mothers gave birth assisted by health workers, 78.1% gave birth in health care facilities, 81.9% of mothers gave birth vaginally, and 68.3% of mothers had given birth more than 1 child. There is a significant association between early breastfeeding, mother's education level, mother's economic status, type of delivery, and number of children with prelacteal feeding practices in infants aged 0-23 months in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Lianaria Boru
"Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, hanya 32 % bayi dibawah umur 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif. Persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan berdasarkan Riskesdas 2010 adalah 15,3%. Di Provinsi Kalimantan Tengah pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2010 masih sangat rendah yaitu 29,2 %. Persentase tersebut masih berada di bawah target nasional (Depkes RI) sebesar 80 %.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 7-23 bulan di provinsi Kalimantan Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Riskesdas 2010 dengan memilih variabel-variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi adalah ibu yang memiliki bayi umur 7-23 bulan dari rumah tangga yang terpilih menjadi sampel Riskesdas 2010. Sampel yang digunakan adalah seluruh ibu yang memiliki anak bermur 7-23 bulan yang terpilih menjadi sampel Riskesdas tahun 2010. Alasan pemilihan sampel umur 7-23 bulan karena data yang tersedia pada Riskesdas 2010 hanya bayi berumur sampai 23 bulan. Teknik pengambilan sampel dilakukan oleh Badan Pusat Statistik dengan teknik two stage sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat sampai dengan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
Terdapat kesenjangan sebesar 34,2 % antara prevalensi pemberian ASI eksklusif berdasarkan profil Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah dengan hasil penelitian ini. Dari 14 variabel yang diteliti, hanya ada satu variabel yang signifikan secara statistik yaitu penolong persalinan. Ibu yang penolong persalinannya ditolong bukan tenaga kesehatan berpeluang 3,4 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang penolong persalinannya oleh tenaga kesehatan dengan nilai OR 0,292 dan p sebesar 0,020.

Based on the Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) in 2007, only 32% of baby under 6 months were given exclusively mother's milk. The percentage of baby were given exclusive mother's milk until 6 months based on Riskesdas 2010 was 15,3%. The achievement in province of Central Kalimantan was very low at 29,2%. The percentage is still bellow of the national target (MOH) at 80%.
The purpose of this research is knowing the description and associating the factors with exclusive mother's milk on baby aged 7-23 months in the province of Central Kalimantan. The data's which used of this research was Riskesdas's data 2010 by selecting the appropriate variables with aim of it. The population was mothers who had baby aged 7-23 months from the choosen households. The example were all of mothers who had children aged 7-23 months, because the available data on Riskesdas 2010 only to 23-month-old baby. Sampling technique was conducted by Central Bureau of Statistic with two stage sampling technique. Bivariate univariate analysis with chi-square test was the data analysis used for this one.
There is a gap of 34,2% between the prevalence of giving exclusive mother's milk based on the profile Central Kalimantan provincial health office with the results of this research. From 14 variables were studied, there's only one variable that statistically significant relief of labor.Birth mother auxiliary health workers likely to be helped rather than 3,4 times to give exclusive mother's milk compared with mothers who birth by auxiliary health workers with OR is 0,292 and p value is 0,020.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Aprianda
"Pemberian ASI eksklusif memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Namun pemberian ASI eksklusif di Indonesia khususnya di wilayah perkotaan masih cukup rendah. Sementara itu, kejadian kehamilan tidak diinginkan di Indonesia cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kehamilan tidak diinginkan dan hubungannya dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian menggunakan desain potong lintang menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar 2010.
Hasil analisis menemukan bahwa sebagian besar ibu di wilayah perkotaan tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan cukup tinggi. Setelah dikontrol oleh variabel umur ibu, status pekerjaan ibu, jumlah anak, pelayanan antenatal dan pemberian ASI segera, ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan cenderung tidak memberikan ASI eksklusif pada kelompok umur 20-35 tahun, tidak bekerja, dan pelayanan antenatal sesuai K4, sedangkan cenderung memberikan ASI eksklusif pada kelompok umur kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun, bekerja, dan pelayanan antenatal tidak sesuai K4.

Exclusively breastfeeding have an important role to maintain health and the survival of the infant. However, the prevalence of exclusively breastfeeding in Indonesia particularly in the urban areas is quite low. Meanwhile, the incidence of unintended pregnancy in Indonesia is quite high. This research aims to know the description of unintended pregnancy and its association to exclusively breastfeeding. Research is using cross sectional design study which use the secondary data analysis of National Basic Health Research 2010.
Results of the analysis found that most of the mothers in urban areas were not exclusively breastfeed their baby and the incidence of unintended pregnancy is quite high. After controlled by maternal age, maternal employment status, parity, antenatal care, and immediate breastfeeding, mothers with unintended pregnancy were less likely to breastfeed their baby if their age were under 20 and above 35 years old, unemployed, and did not access adequate antenatal care, whereas mothers were more likely to breastfeed if their age were 20-35 years old, employed, and did not access antenatal care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42444
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Legawati Huka
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26559
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Muchtar Nasir
"Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian sakit pada bayi umur 0 ndash; 6 bulan, salah satunya pemberian ASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI terhadap riwayat sakit pada bayi umur 0-6 bulan. Sampel sebanyak 5.017 ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan pada survei klaster Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. Analisis menggunakan regresi Cox yang dimodifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi bayi umur 0-6 bulan yang mendapat ASI esklusif sebesar 30,24, prevalensi bayi sakit umur 0-6 bulan sebesar 18,24%, prevalensi bayi sakit pada ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif sebesar 19,57, sedangkan prevalensi bayi sakit pada ibu yang memberikan ASI eksklusif sebesar 15,16%. Rasio prevalensi kasar bayi sakit umur 0-6 bulan antara bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 1,29 (95% CI 1,13-1,48), dan rasio prevalensi bayi sakit umur 0-6 bulan antara bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif setelah dikontrol variabel pendidikan ibu sebesar 1,29 (95% CI 1,05-1,41).
Kesimpulan: Bayi umur 0-6 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif memiliki risiko sakit sebesar 1,29 kali dibandingkan bayi umur 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif, setelah dikontrol oleh variabel pendidikan ibu.

Many factors are associated with illness of infant aged 0-6 months. The objective of this study is to see the association between exclusive breastfeeding and illness of infants aged 0-6 months. Sample of 5.017 infant aged 0-6 months are selected from Basic Health Research in 2013, and analyzed using modified Cox regression model.
Results showed the prevalence of infants who are exclusively breastfed was 30,24%, the prevalence of illness of infants aged 0 6 months was 18,24%, the prevalence of illness among non exclusive breastfeeding infants was 19,57%, the prevalence of illness among exclusive breastfeeding infants was 15,16. Crude prevalence ratio PR of illness among non exclusive breastfeeding compared with PR of illness among exclusive breastfeeding infants was 1,29 (95% CI 1,13 1,48), and PR of illness among non exclusive breastfeeding compared with PR of illness among exclusive breastfeeding infants adjusted by mother's education level was 1,29 (95% CI 1,05 1,41).
Conclusions: Infants aged 0-6 months who are not exclusively breastfed have 1,29 times higher risk of getting illness compared with 0-6 months old who receive exclusive breastfeeding, adjusted by mother's education level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allisya Aurelia
"Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak positif baik bagi ibu maupun bayinya, namun persentase cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Nusa Tenggara Barat berdasarkan data Riskesdas 2018 hanya sebesar 20,3%. Hal ini masih dibawah target pencapaian indikator ASI Eksklusif yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-23 bulan di NTB. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel 802 bayi usia 0-23 bulan yang tinggal di NTB. Data yang digunakan bersumber dari Riskesdas 2018. Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil menunjukan bahwa, 56,7% diberikan ASI eksklusif. Analisis bivariat juga menunjukan antara paritas dan IMD dengan pemberian ASI eksklusif (p-value < 0,05). Analisis multivariat menu that parity and early initiation of breastfeeding (EIBF) were significantly associated with EBF (p-value < 0,05). Parity was the most dominant risk factor of EBF (p-value = 0,002 ; OR : 1,6 ; 95% CI : 1,1 – 2,1)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Apriyana
"Skripsi ini dilatar-belakangi oleh pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Pasir Angin Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012 dengan sampel ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sebanyak 80 orang yang diperoleh dengan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, dengan analisis data univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan 77,5% tidak ASI eksklusif. Variabel yang memiliki hubungan bermakna secara statistik adalah pendidikan, pengetahuan dan ASI segera.

The thesis was based on the importance of exclusive breastfeeding with the purpose of the study to knowing the description and relationship factors that influence the exclusive breastfeeding behavior in Pasir Angin Health Center Bogor District Cileungsi.
The design study is a cross sectional study was done in May-June 2012 with a sample of mothers that have a infants aged 6-12 months, as many as 80 people who obtained the accidental sampling technique. The instrument was used questionnaire, with univariate and bivariate data analysis.
The results showed 77.5% were exclusively breastfed. Variables that have statistically significant relationships are education, knowledge and Immediate breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alamanda Mutiara Permata Putri
"Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya proporsi pemberian ASI eksklusif dan faktor-faktor yang berhubungan di Kelurahan Pakuan Kota Bogor Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan responden adalah ibu yang mempunyai bayi berumur 7 bulan sampai dengan 12 bulan sejumlah 84 responden. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2014. Hasil penelitian didapatkan presentase pemberian ASI eksklusif masih rendah yaitu hanya 27.4%. Faktor predisposisi yang mempunyai hubungan bermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif (p=0.000, OR=20.8). Faktor pemungkin yang mempunyai hubungan bermakna adalah pekerjaan ibu (p=0.004, OR=0.191) dan akses terhadap tenaga kesehatan (p=0,016, OR=3.324). Faktor penguat yang mempunyai hubungan bermakna adalah dukungan keluarga (p=0.000, OR=14.567) dan dukungan tenaga kesehatan (p=0.000, OR=23.850). Saran untuk Dinas Kesehatan Kota Bogor adalah adanya pengawasan dari Dinas Kesehatan agar seluruh sarana kesehatan di Kota Bogor untuk menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Sedangkan untuk di Puskesmas Lawang Gintung adalah disarankan agar membuat klinik menyusui di puskesmas, dan memberikan penjelasan kepada ibu hamil dan menyusui, suami ibu hamil dan menyusui dan keluarga ibu hamil dan menyusui tentang pentingnya dan manfaat pemberian ASI eksklusif.

The objectives of this study was to asses the proportion of practice of exclusive breastfeeding and their associated factors in Pakuan Bogor City in year 2014. This study used a cross sectiona design study. Respondents are mothers who had babies aged 7 to 12 months a number of 84. The study found the percentage of practice exclusive breastfeeding was still low at only 27.4%. The predisposing factors significantly associated with exclusive practice breastfeeding is mother's knowledge (p=0.000, OR=20.8). The enabling factors significantly associated with exclusive breastfeeding adalah employment status (p=0.004, OR=0.191) and access to health workers (p=0,016, OR=3.324). The reinforcing factors significantly associated are family support (p=0.000, OR=14.567) and support of health workers (p=0.000, OR=23.850). Suggestions for Bogor City Health Office who developed policy of oversight to all health facilities in Bogor City to apply the 10 steps to successful breastfeeding. For Lawang Gintung Public Health Center, it is recommended make breastfeeding clinic, and deliver information to pregnant and lactating mothers, her husband and families on the importance and benefits of exclusive breastfeeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramla Hakim
"Latar belakang: Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental. Di Indonesia, target cakupan ASI eksklusif 6 bulan adalah sebesar 80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Cakupan ASI ekslusif di Propinsi Papua baru mencapai 23%, bahkan cakupan ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Nabire Kota hanya mencapai 6,32%. Perilaku pemberian ASI secara ekslusif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengetahuan dan karakteristik ibu menyusui.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Nabire Kota tahun 2012.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis chi square.
Hasil: Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Nabire Kota memiliki tingkat pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif pada kategori cukup baik (44.2%). Sebagian besar (70.2%) ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Nabire Kota tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang ASI ekslusif dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Ada hubungan yang bermakna antara umur, pekerjaan ibu, dan paritas dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan, serta dukungan petugas kesehatan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.

Background: The provision of breast milk (ASI) is essential for optimal growth and development both physically and mentally. In Indonesia, the target range of 6 months of exclusive breastfeeding was 80%. However, this figure is very difficult to accomplish even the prevalence of exclusive breastfeeding trends from year to year continues to decline. The scope of exclusive breastfeeding in Papua Province reached 23%, even coverage of exclusive breastfeeding in the work area of Health Center Nabire Kota only reached 6.32%. Exclusive breastfeeding behavior can be influenced by various factors, such as knowledge and characteristics of breastfeeding mothers.
Objectives: To determine the factors associated with exclusive breastfeeding in the work area Nabire CityHealth Center in 2012.
Methods: This type of research is survey research with cross sectional design. Sampling was purposive sampling technique. Data collected using questionnaires. Data analysis using descriptive and chi square analysis.
Results: The majority of breastfeeding mothers in the work area of Nabire Kota health center has a level of knowledge about exclusive breastfeeding in the category of fairly good (44.2%). Most (70.2%) breastfeeding mothers in the work area of Nabire Kota health centers do not provide exclusive breastfeeding their babies. The results showed a significant association between knowledge of exclusive breastfeeding with the exclusive breastfeeding behavior. There was a significant association between age, maternal employment, and parity with the exclusive breastfeeding behavior. This study showed no significant relationship between education and support of health care with the exclusive breastfeeding behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>