Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meita Dhiani Rakhmawati
"Jalur pedestrian merupakan salah satu infrastruktur perkotaan yang dapat mendukung aktivitas, mobilitas, maupun produktivitas masyarakat perkotaan, khususnya pejalan kaki. Untuk itu, ketersediaan jalur pedestrian yang layak sangatlah penting di dalam suatu kota. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi jalur pedestrian di Jalan Margonda sebagai jalan utama di Kota Depok dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dengan metode ini peneliti mengumpulkan informasi dengan cara wawancara mendalam kepada narasumber dan melakukan pengamatan ke lapangan.
Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa kondisi fasilitas jalur pedestrian di Jalan Margonda menunjukkan kondisi yang minim, karena belum sesuai dengan kriteria jalur pedestrian yang baik. Adapun kondisi yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan antara lain ketidaktersediaan jalur pedestrian, buruknya kualitas fisik jalur pedestrian, dan alih fungsi jalur pedestrian oleh Pedagang Kaki Lima. Adapun penyebabnya antara lain karena jalur pedestrian belum menjadi prioritas pembangunan, keterbatasan anggaran, sulitnya pembebasan lahan, lemahnya pengawasan dan penegakan hukum, serta masih rendahnya kesadaran masyarakat.

Pedestrian way is one type of urban infrastructure that can support the activity, mobility,and productivity of urban communities, especially pedestrians. Therefore, the availability of adequate pedestrian way is highly important in a city. The purpose of this study is to explain the on-site condition of pedestrian way in Margonda Street which is the main road in Depok and to analyze the causal factors of it. This study used a qualitative approach with descriptive research. By using this method, the researchers collected information along with in-depth interviews with related parties and site observation.
Result of this study explains that the condition of pedestrian way in Margonda Street showed inappropriate condition because it does not meet the criteria of a good pedestrian way. The conditions derived from researcher’s field observations are; unavailability of pedestrian ways in some places, poor physical quality of pedestrian ways, and misused of pedestrian ways by street vendors. Furthermore, the causal factors of it are; pedestrian way has not become public development priorities, budget constraints, the difficulty of land acquisition, weak of law enforcement and control, and lack of public awareness to pedestrian way.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khresna Putera Tama
"ABSTRAK
Pembangunan Stasiun MRT Mass Rapid Transport di kawasan blok M akan lebih memudahkan masyarakat Jakarta dan luar kota Jakarta untuk mengunjungi tempat pemberlanjaan Blok M. Selain stasiun MRT yang akan di bangun, di kawasan Blok M juga telah tersedia terminal bus, baik itu bus biasa dan terminal bus way BRT koridor 1 yang berada pada lokasi yang sama. Dengan jumlah penumpang yang keluar di Stasiun MRT blok M sebanyak 26,612 orang perhari, jika tidak di dukung dengan jalur pedestrian yang memadai tentunya mereka akan kesulitan untuk menuju terminal bus yang berada 300 meter dari stasiun MRT Blok M. Dengan keadaan situasi pedestrian yang ada di blok M sekarang, khususnya di jalan Melawai X yang menghubungkan station MRT dan terminal bus. Maka tidak memungkinkan bagi penumpang yang berjalan kaki untuk menuju arah terminal bus dengan nyaman karena disepanjang jalan tersebut jalur pedestrian belum ada atau telah di alih fungsikan sebagai tempat berdagang atau parkir kendaraan. Maka di butuhkan jalur pedestrian yang layak untuk para penumpang tersebut agar lebih mudah mengakses moda transportasi yang lain.

ABSTRACT
Construction of MRT Station Mass Rapid Transport on the Block M region will be facilitated public of Jakarta and outside Jakarta to visit central trade on Block M. In addition to the bus terminal on the Block M region has available, whether it is regular bus and bus way BRT first corridor in the same location. With the number of passengers that came out at the Block M MRT station as much as 26.612 people rsquo s per day, if it is not supported by an adequate pedestrian path they would have difficulty to get to the bus terminal which is located 300 meters from the MRT station Blok M. With pedestrian situations in block M today, particularly at Melawai X street that connects the MRT station and bus terminal. Then it is not possible for passengers to walk towards the bus terminal comfortably, because along the street the pedestrian path does not exist or has been replaced it rsquo s function as a trade or parking areas of vehicles. Then it takes a decent pedestrian path for the passengers to make them easier access to other transportation modes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoel Timothy Tanzil
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek apa saja yang mempengaruhi kenyamanan berjalan kaki. Saya juga ingin melihat aspek apa saja yang dibutuhkan di jalur pejalan kaki di Jakarta. Penelitian ini dipicu karena saya melihat kondisi jalur pejalan kaki di Jakarta berbeda beda. Perbedaan ini dihasilkan karena tidak adanya pedoman dalam merancang jalur pejalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan tabel indikator evaluasi jalur pejalan kaki, serta mempelajari tingkat kenyamanan jalur pejalan kaki yang sudah ada. Survey lapangan akan dilakukan menggunakan indikator yang tersusun dari aspek aspek yang dianggap diperlukan pada jalur pejalan kaki di Jakarta. Berdasarkan hasil survey dari beberapa kawasan terpilih, kondisi jalur pejalan kaki di Jakarta belum seluruhnya dapat dirasakan dengan nyaman. Masih terdapat beberapa kawasan yang tidak memiliki jalur pejalan kaki yang baik untuk memfasilitasi pejalan kaki. Bahkan beberapa kawasan dianggap sangat tidak nyaman untuk berjalan kaki karena nilai evaluasi yang sangat rendah. Perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan kualitas jalur pejalan kaki ini. Pada masa mendatang, diharapkan perancangan jalur pejalan kaki lebih diperhatikan agar menghasilkan jalur pejalan kaki yang nyaman bagi penggunanya.

This research aims to see what aspects affect the comfort of walking. The author also wants to see what aspects are needed on the pedestrian path in Jakarta. This research was triggered because the author saw the condition of pedestrian paths in Jakarta differently. This difference is due to the absence of guidelines in designing pedestrian paths. This research aims to create an indicator table for evaluation of pedestrian paths, and to study the comfort level of existing pedestrian paths. The field survey will be carried out using indicators arranged from aspects deemed necessary on the pedestrian path in Jakarta. Based on survey results from several selected areas, the condition of pedestrian paths in Jakarta has not been entirely comfortable. There are still some areas that do not have good pedestrian paths to facilitate pedestrians. Even some areas are considered very uncomfortable to walk because the evaluation value is very low. Improvements are needed to improve the quality of this pedestrian path. In the future, it is hoped that the design of pedestrian paths will be given more attention to produce a pedestrian path that is comfortable for its users."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Pahlefi
"[Pejalan kaki dapat menyeberang jalan secara aman apabila disediakan fasilitas yang sesuai dengan kondisi lalu lintas. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik penyeberang jalan pada fasilitas zebra cross dan pelican fixed time. Karakteristik tersebut dapat dijadikan referensi dalam merancang fasilitas penyeberangan di masa
mendatang.
Variabel-variabel pejalan kaki yang dianalisis diantaranya adalah
kecepatan menyeberang, jenis kelamin dan tingkat kepatuhan. Karakteristik pengemudi dan kondisi fasilitas juga dianalisis untuk mendapatkan perbedaan yang mendetil antara penyeberangan zebra cross dan pelican fixed time.
Berdasarkan analisis, laki-laki menyeberang lebih cepat dibandingkan perempuan, kecepatan laki-laki adalah 1,286 m/detik dan 0,978
m/detik sedangkan kecepatan perempuan adalah 1,224 m/detik dan 0,905 m/detik. Kecepatan individu menyeberang lebih cepat dibandingkan platoon, kecepatan individu adalah 1,261 m/detik dan 0,934 m/detik sedangkan kecepatan platoon adalah 1,113 m/detik dan 0,849 m/detik. Perempuan cenderung lebih mematuhi peraturan dibandingkan laki-laki. Penyeberangan pelican fixed time lebih direkomendasikan untuk arus dan kecepatan lalu lintas lebih tinggi bila dibandingkan oleh penyeberangan zebra cross.;Pedestrians can cross the road safely if the facilities need to be provided in accordance with traffic conditions. The purpose of this study was to analyze the characteristics of the pedestrian crossing on zebra cross and pelican fixed time facilities. These characteristics can be used as a reference in designing pedestrian facilities in the future.
The variables that been analyzed include pedestrian crossing speed,
gender and obedience. Characteristics of the driver and condition of facilities were also analyzed to obtain detailed differences between zebra cross and pelican fixed time facilities.
Based on the analysis, the male to cross more quicker than women,
the male speed is 1,286 m/sec and 0.978 m/sec while the female speed is 1.224 m/sec and 0.905 m/sec. Individual to cross more quicker than platoon, individual speed is 1,261 m/sec and 0.934 m/sec while the platoon speed is 1,113 m/sec and 0,849 m/sec. Women are more likely than male to obey the regulations. Pelican fixed time facilities is recommended for higher traffic flows and speeds than zebra cross., Pedestrians can cross the road safely if the facilities need to be provided in accordance with traffic conditions. The purpose of this study was to analyze the characteristics of the pedestrian crossing on zebra cross and pelican fixed time facilities. These characteristics can be used as a reference in designing pedestrian facilities in the future.
The variables that been analyzed include pedestrian crossing speed,
gender and obedience. Characteristics of the driver and condition of facilities were also analyzed to obtain detailed differences between zebra cross and pelican fixed time facilities.
Based on the analysis, the male to cross more quicker than women,
the male speed is 1,286 m/sec and 0.978 m/sec while the female speed is 1.224 m/sec and 0.905 m/sec. Individual to cross more quicker than platoon, individual speed is 1,261 m/sec and 0.934 m/sec while the platoon speed is 1,113 m/sec and 0,849 m/sec. Women are more likely than male to obey the regulations. Pelican fixed time facilities is recommended for higher traffic flows and speeds than zebra cross.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pradipta
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2010
WPP 22(1-5)2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Windy Aprilia
"Pelican Crossing adalah penyeberangan dengan alat pemberi isyarat yang dioperasikan oleh pejalan kaki dan akan menghentikan arus lalu lintas kendaraan. Pejalan kaki harus menekan tombol untuk meminta waktu hijau pada pengendara kendaraan sehingga pengendara kendaraan berhenti dan pejalan kaki dapat menyeberang jalan. Sebagai kota metropolitan, Jakarta Pusat padat akan aktivitas. Peningkatan jumlah kendaraan bukanlah menjadi faktor utama penyebab terjadinya kemacetan. Ada faktor lain seperti pergerakan pejalan kaki yang menyeberang jalan menggunakan pelican crossing sehingga menyebabkan antrian dan tundaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pejalan kaki yang menyeberang pada pelican crossing terhadap panjang antrian kendaraan, menganalisis karakteristik arus lalu lintas dan pejalan kaki akibat adanya pelican crossing dan mengaplikasikan model yang menghubungkan antara karakteristik arus lalu lintas dan pejalan kaki pada pelican crossing. Penelitian dilakukan dengan melakukan survei kondisi eksisting lalu lintas. Analisis dilakukan dengan menggunakan aplikasi Vissim untuk membangun model simulasi mikro. Model dibuat berdasarkan data survei kemudian dilakukan kalibrasi dan validasi agar mendekati kondisi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas pedestrian crossing berdasarkan perbandingan skenario penanganan dan kondisi eksisting, performa terbaik ditunjukkan oleh skenario ke 2 dengan menghilangkan pelican crossing pada wilayah studi, dengan rata-rata total panjang antrian adalah 164 meter dan rata-rata delay adalah 45,27 detik. Namun secara keseluruhan, total panjang antrian dan delay pada skenario 1 dan skenari 2 memberikan hasil yang baik. dan throughput yang dihasilkan meningkat dari kondisi eksisting, untuk arah utara ke selatan, skenario 2 menunjukkan volume kendaraan keluar yang tertinggi diantara lainnya yaitu 5552.05 smp/jam, naik   2655.92 smp/jam (47.83%). Lalu untuk arah selatan ke utara, skenario 2 menunjukkan volume kendaraan keluar tertinggi yaitu 6944.99 smp/jam, naik  2246.76 smp/jam (32.35%).

Pelican Crossing is a crossing with a signaling device that is operated by pedestrians and will stop the flow of vehicle traffic. Pedestrians must press a button to ask vehicle drivers for green time so that vehicle drivers stop and pedestrians can cross the road. As a metropolitan city, Central Jakarta is busy with activity. The increase in the number of vehicles is not the main factor causing traffic jams. There are other factors such as the movement of pedestrians crossing the road using Pelican Crossing, causing queues and delays. This research aims to analyze the influence of pedestrians crossing at the pelican crossing on the length of the vehicle queue, analyze the characteristics of traffic and pedestrian flow due to the presence of the pelican crossing and apply a model that connects the characteristics of traffic flow and pedestrians at the pelican crossing. The research was carried out by surveying existing traffic conditions. The analysis was carried out using the Vissim application to build a micro simulation model. The model is created based on survey data and then calibrated and validated to approximate conditions in the field. The research results show that based on a comparison of handling scenarios and existing conditions, the best performance is shown by the second scenario by eliminating pelican crossings in the study area, with an average total queue length of 164 meters and an average delay of 45.27 seconds. . However, overall, the total queue length and delay in scenario 1 and scenario 2 provide good results. and the resulting throughput increases from existing conditions, for the north to south direction, scenario 2 shows the highest outgoing vehicle volume among the others, namely 5552.05 pcu/hour, an increase of 2655.92 pcu/hour (47.83%). Then for the south to north direction, scenario 2 shows the highest outbound vehicle volume, namely 6944.99 pcu/hour, an increase of 2246.76 pcu/hour (32.35%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Widyaningrum
"Setiap negara memiliki permasalahan sistem transportasi yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara berbeda. Namun sering kali, penanganan sistem transportasi tidak disertai dengan pengingkatan fasilitas jalan bagi pengguna jalan yang rentan. Salah satunya dan yang paling sering diabaikan adalah penyediaan fasilitas yang memadai bagi pejalan kaki. Terlebih bagi kota-kota besar yang sedang berkembang di Indonesia, seperti kota-kota satelit yang berada di sekitar Jakarta. Depok sebagai kota satelit di Jakarta pun memiliki masalah yang sama. Akibatnya, pertumbuhan penduduk yang diikuti pertumbuhan kendaraan dan tidak disertai dengan perencanaan tata wilayah yang baik dapat merugikan masyarakat khususnya pejalan kaki.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab tingkat keparahan pejalan kaki pada kecelakaan lalu lintas di Kota Depok. Tingkat keparahan korban kecelakaan pejalan kaki yang diamati adalahluka ringan, luka berat dan meninggal dunia. Analisis yang dilakukan menggunakan metode regresi multinomial logistik sehingga nantinya akan dihasilkan model peluang terjadinya keparahan kecelakaan lalu lintas berdasarkan variabel prediksi yang telah diuji. Hasilnya, faktor yang signifikan secara statistik mempengaruhi tingkat keparahan korban kecelakaan pejalan kaki adalah usia pejalan kakidanjenis kendaraan. Faktor lainnya yang tidak signifikan secara statistik mempengaruhi resiko luka berat dan meninggal dunia adalah adalahkecelakaan di siang hari, kondisi cahaya redup/ gelap, cuaca cerah, kendaraan sepeda motordan mobil kecil, pengendara tidak memiliki SIM, pejalan kaki perempuan, usia diatas 55 tahun, tipe jalan tidak terbagi, dan terjadi pada fungsi jalan lokalserta kolektor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoppy R.
"Menghadapi pertumbuhan motorisasi yang berkembang cepat dan kebutuhan dalam pengakomodasian kemacetan, kota-kota pada negara berkembang akan cenderung mengembangkan sisi kendaraannya saja dan mengenyampingkan pejalan kaki. Pada perkembangan transportasi perkotaan yang semakin berkembang dikenal suatu ukuran walkabilitas suatu kawasan yang biasa disebut walkability index atau walkability score yang mencerminkan kualitatif suatu kawasan tentang kenyamanan transportasi dengan berjalan kaki dengan skala penilaian 0-100.
Pada zona pendidikan di Jalan Margonda, yaitu dari lokasi Bundaran UI sampai dengan pertigaan Jalan Karet, dapat diketahui para pejalan kaki memiliki volume yang cukup tinggi. Selain itu jalan Margonda dipenuhi dengan bangunan-bangunan lainnya seperti pertokoan, bengkel, showroom, tempat sekolah dan tempat niaga lainnya. Kemudian jalan Margonda diketahui memiliki jalur yang padat dengan kendaraan yang melintas sepanjang jalan. Permasalahan arus kendaraan selalu menjadi sorotan untuk selalu dilakukan perubahan, tetapi kondisi fasilitas bagi pejalan kaki tidak mendapat perhatian yang optimal.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis Walkability Index pedestrian yang difokuskan di kawasan pendidikan di Jalan Margonda. Kemudian ditinjau pula tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian pada kawasan tersebut.
Pada penelitian ini, untuk menganalisis walkability index menggunakan analisis observasi lapangan dengan merujuk pada literatur terkait, sedangkan tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian ditinjau berdasarkan panduan High Capacity Manual (HCM).
Hasil analisis mengenai walkability, didapatkan Walkability Score rata–rata sebesar 32.5, sehingga zona pendidikan memiliki kriteria sedikit fasilitas yang dapat terjangkau dengan berjalan kaki. Sedangkan hasil analisis mengenai tingkat pelayanan pejalan kaki secara keseluruhan, baik analisis terhadap arus, kecepatan maupun ruang memiliki LOS (tingkat pelayanan) A. Serta hasil analisis mengenai fasilitas diketahui pada zona pendidikan masih terdapat kekurangan fasilitas bagi pejalan kaki.

Facing motorization growth and needs, in developing countries tend to develop the vehicle facility and waive pedestrians. In the development of urban transportation's, walkability known as measure of an area commonly referred to walkability index, a qualitative score that reflection an area about the convenience of transportation by foot with rating scale of 0-100.
In the Educational zone at Margonda Road, whereas the location from University of Indonesia roundabout to Karet Road, have high volume of pedestrian. In addition, Margonda Road is filled with other buildings such as shops, garages, showrooms, schools and other commercial places. Furthermore the Margonda Road known to have a high volume passing vehicles along the road. The problem of the traffic is always to be changing, but the condition of pedestrian facilities do not get optimal attention.
The purpose of this study was to identify and analyze Pedestrian Walkability Index, focused on educational zone of Margonda Road. Then reviewed the level of service (LOS) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities in the area.
In this study, to analyze the walkability index using analysis of field observations with reference to relevant literature, while the level of service (Level Of Service) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities are reviewed based on the guidelines High Capacity Manual (HCM).
The Results of analysis that Walkability Score obtained an average of 32.5, so that the educational zone has few facilities criteria that can be reached on foot. While the results of an analysis of pedestrian level of service, analysis of current, speed or space has an A level of service. And the results of facilities analysis in the Educational zone, there is still a lack of facilities for pedestrians.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Purnama Sari
"Pedestrian Project merupakan proyek dari Kementerian Perhubungan yang bertujuan untuk menyosialisasikan program Non-Motorized Transportation di daerah, salah satunya adalah Kota Bogor. Proyek tersebut diselenggarakan di Jalan Nyi Raja Permas, area Stasiun Kota Bogor, karena selalu penuh sesak pada jam puncak. Adanya fasilitas jalur pedestrian memberikan ruang gerak bagi pejalan kaki untuk dapat bermobilisasi secara nyaman dan aman. Namun demikian, implementasi dari proyek pedestrian belum sesuai dengan konsep pedestrian yang ideal karena masih banyaknya PKL, parkir ilegal, dan pangkalan ojek yang beroperasi di fasilitas jalur pedestrian.
Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi implementasi pedestrian project di Jalan Nyi Raja Permas Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, studi kepustakaan, dan pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosialisasi, koordinasi, reaksi PKL, komitmen pemerintah, sumber dana, sumber daya manusia, dan pengawasan berpengaruh terhadap implementasi pedestrian project.

Pedestrian Project is a project of the Ministry of Transportation that aims to socialize the Non-Motorized Transportation program in region, including Bogor City. The project was held at Nyi Raja Permas Street, Bogor Station Area, which is always crowded at peak hours. Pedestrian pathways provide space for pedestrians to mobilize comfortably and safely. However, the implementation of the project has not been in accordance with the ideal pedestrian concept because there are many street vendors, illegal parking, and motorcycle using pedestrian pathways.
Associated with these problems, researcher is interested in knowing the factors affecting the implementation of pedestrian project at Nyi Raja Permas street, Bogor city. This study used a qualitative approach with data collection techniques by in-depth interviews, literature study, and observation.
The result of this research shows that socialization, coordination, street vendor’s reaction, government's commitment, budget, human resources, and controlling are factors that affecting implementation of pedestrian project.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Bahtiar
"Jalur Pejalan kaki di Velodrome Rawamangun telah terbangun sejak dimulainya Asian Games 2018, tetapi hasil pengamatan penggunaan jalur pejalan kaki masih rendah arus penggunanya. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui walkability index serta fasilitas pejalan kaki berdasarkan standar pelayanan jalur pejalan kaki dan faktor- faktor yang mempengaruhi minat berjalan. Penulisan ini menggunakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau mengkombinasikan bentuk data kualitatif dan kuantitiatif (mixed method). Analisa kualitatif berupa penilaian berdasarkan teori Global Walkability Index (GWI), perhitungan analisis kuantitatif untuk variabel minat berjalan dengan analisis statistik tabulasi silang (crosstab). Hasil analisis GWI adalah 39.77 artinya fasilitas bagi pejalan kaki terbatas untuk dijangkau dan rendah arus pejalan kaki, standar pelayanan jalur pejalan kaki sudah sesuai standar, fasilitas infrastuktur sudah tersedia fasilitas utama dan fasilitas pendukung dengan lebar rata-rata 2.2m’ – 6.5m’. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berjalan: lama berjalan dibawah 20 menit dipilih pegawai swasta, jarak berjalan tidak memiliki pengaruh, motivasi berjalan di dominasi alasan kesehatan, tujuan ke halte TJ/LRT dengan frekuensi berjalan 3-5 kali dalam seminggu, tujuan ke taman Jakarta International Velodrome (JIV) dikunjungi secara tidak rutin/tidak menentu dan pilihan moda transportasi umum di dominasi pilihan pekerja non swasta. Hasil temuan penulisan ini memberikan masukan bagi pengambil kebijakan Pemerintah DKI Jakarta untuk merevitalisasi jalur pejalan kaki di kota Jakarta.

Pedestrian paths in the Rawamangun Velodrome area have been built since the start of the 2018 Asian Games, but the results of observations of the use of pedestrian paths are still low in user traffic. This writing aims to identify the walkability index and pedestrian facilities based on pedestrian service standards and the factors that influence interest in walking. This writing uses mixed method approach that combines qualitative and quantitative data forms. Qualitative analysis in the form of an assessment based on the theory of the Global Walkability Index (GWI), the calculation of quantitative analysis for the variable of interest in walking with statistical analysis of cross tabulation. The results of the GWI analysis are 39.77, which means that the facilities for pedestrians are limited to reach and low pedestrian flow, the pedestrian path service standards are in accordance with the standards, the infrastructure facilities are already available for the main facilities and supporting facilities with an average sidewalk width of 2.2m' - 6.5m'. Factors influencing interest in walking: walking length of less than 20 minutes chosen by private workers, walking distance has no effect, motivation to walk is dominated by health reasons, destination to bus stops with a frequency of walking 3-5 times a week, destination to Jakarta International Velodrome (JIV) park is visited irregularly and the choice of public transportation mode is dominated by the choice of non-private workers. The findings of this paper provide input for DKI Jakarta Government policy makers to revitalize pedestrian paths in the city of Jakarta."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Univeristas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>