Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172595 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beti Agustina
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Average Collection Period, Inventory Turnover in Days dan Average Payable Period terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur listed BEI tahun 2010-2011. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Average Collection Period, Inventory Turnover in Days dan Average Payable Period terbukti berpengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur di Indonesia. Melalui hasil yang diperoleh, sangat disarankan bagi perusahaan ? perusahaan terbuka di Indonesia untuk lebih memperhatikan dan serius dalam perihal pengelolaan modal kerja perusahaan, dimana terbukti dapat membantu dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

This study aims to examines the Influence of Average Collection Period, Inventory Turnover in Days and Average Payable Period on Manufacturing Firm?s Profitability, Evidence from Indonesia listed manufacturing company 2010-2011. The findings indicate that Average Collection Period, Inventory Turnover in Days and Average Payable Period are negatively related to Manufacturing Firm?s Profitability. Thus, the results strongly suggest that working capital management practices work favorably to higher the manufaturing fim?s profitability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triprawatya Fitri Sisthasari
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan Asset Turnover, Net Profit Margin, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Account Payable Turnover dan Inventory Turnover terhadap profitabilitas yang diukur menggunakan Return On Asset (ROA).
Penelitian dilakukan terhadap 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam bursa efek Indonesia periode 2008-2012 yang dikelompokan menjadi 3 sektor yaitu: 1. Perusahaan manufaktur sektor Miscellaneous, 2. Perusahaan manufaktur sektor Basic industry and Chemicals, 3. Perusahaan manufaktur sektor Consumer Goods. Metode penelitian menggunakan pengujian regresi data panel dengan variabel independen CATO, NPM, FATO, ARTO, APTO dan ITO, dan variabel dependen ROA sebagai proksi profitabilitas.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat signifikansi dari pengelompokan perusahaan manufaktur berdasarkan kategori tersebut.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa rasio keuangan NPM memiliki perngaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan APTO dan ARTO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. FATO memiliki perngaruh yang signifikan terhadap ROA, namun pada perusahaan manufaktur sektor Basic industry and Chemicals FATO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Sedangkan pada ITO dan CATO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA, namun pada perusahaan manufaktur sektor Miscellaneous ITO dan CATO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA.

This research aims to determine the impact of financial ratios Current Asset Turnover, Net Profit Margin, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Account Payable Turnover and Inventory Turnover on profitability as measured by ROA.
The study was conducted on 42 Manufacturing Company listed on Indonesia Stock Exchange during the period 2008 to 2012 were grouped into 3 categories, namely: 1. Manufacturing company sector Miscellaneous, 2. Manufacturing company sector Basic industry and Chemicals, 3. Manufacturing company sector Consumer Goods. Research methods using panel data regression testing with the independent variable CATO, NPM, FATO, ARTO, APTO and ITO and the dependent variables ROA as a proxy for profitability.
The purpose of this study to determine whether there are differences in the level of significance of the grouping categories based on manufacturing company.
The results of this study concluded that the financial ratios NPM has a significant effect on ROA. While APTO and ARTO has no effect on ROA. FATO has a significant effect on ROA, but on Manufacturing company sector Basic industry and Chemicals FATO has no effect on ROA. While on ITO and CATO has no effect on ROA, but on Manufacturing company sector Miscellaneous ITO and CATO has a significant effect on ROA.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Muhammad Farhan
"Menggunakan data perusahaan manufaktur Indonesia periode 2001-2019, penelitian ini menganalisis pengaruh pemberian piutang usaha terhadap profitabilitas,dan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan tersebut. Faktor yang diteliti adalah ukuran perusahaan, likuiditas, dan industri perusahaan. Metode yang digunakan adalah regresi fixed effects dengan time dan firm fixed effects, dan regresi variabel instrumental untuk mengatasi masalah endogenitas. Ditemukan bahwa piutang usaha dan profitabilitas memiliki hubungan nonlinear U-terbalik, artinya piutang usaha berpengaruh positif pada tingkat piutang usaha rendah, namun berpengaruh negatif pada tingkat piutang usaha tinggi. Tidak ditemukan bukti bahwa ukuran perusahaan dan tingkat likuiditas berpengaruh terhadap keuntungan dari pemberian piutang usaha, namun ditemukan bukti bahwa keuntungan dari pemberian piutang usaha bervariasi antarindustri di dalam industri manufaktur. Berdasarkan temuan penelitian ini, pemberian piutang usaha dapat menjadi strategi perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas selama piutang usaha tidak melebihi titik optimum dan menyesuaikan dengan praktik industri.

Using Indonesian manufacturing firms’ data for the period 2001-2019, this research analyzes the impact of trade credit investment on firm’s profitability and several factors that influence that relationship. Those factors are firm size, liquidity, and firm’s industry. This research uses fixed effects regression with time and firm fixed effects, and instrumental variable regression to handle endogeneity problem. This paper finds that trade credit and profitability has a nonlinear inverted-U relationship, which means trade credit has a positive impact when it is at low level, and a negative impact when it is at high level. There is no evidence that firm size and liquidity influence trade credit impact on profitability, however it is found that there is a significant variation between industries in the trade credit impact on profitability. Based on this research’s findings, managers can extend trade credit as a strategy to increase profitability as long as it does not exceed the optimum level and still considering the industry practice."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurachma Indrati Sukirno
"ABSTRAK
Teori Human Capital mengatakan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan lebih tinggi akan mendapatkan upah yang lebih besar karena mereka memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Namun bukti empiris menunjukkan peningkatan produktivitas tidak diikuti oleh peningkatan upah. Hal tersebut menggambarkan adanya degree of monopsony yang dimiliki perusahaan. Degree of monopsony dapat bervariasi antar sektor karena antar sektor memiliki karakteristik yang berbeda. Penelitian ini meneliti adanya degree of monopsony yang berbeda antar sektor dengan cara melihat hubungan antara komposisi tenaga kerja berdasarkan level pendidikan terhadap productivity-pay gap/rent sharing yang didapatkan oleh perusahaan pada industri manufaktur Indonesia pada kurun waktu 1996 dan 2006. Pengukuran rent sharing mengikuti metode Ours Stoeldraijer 2011 dan Kampelmann et.al 2018 yaitu selisih antara produktivitas tenaga kerja dengan rata-rata pengeluaran upah tenaga kerja yang dibayarkan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan pooled cross section data yang dikontrol dengan dummy tahun, dan diestimasi menggunakan metode Ordinary Least Square OLS . Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian sektor industri manufaktur memiliki degree of monopsony terhadap tenaga kerja yang berpendidikan menengah dan tinggi, ditunjukkan dengan rent sharing positif yang didapatkan perusahaan jika menggantikan tenaga kerja yang berpendidikan rendah dengan tenaga kerja yang berpendidikan menengah dan tinggi. Semakin tinggi level teknologi produksi suatu sektor maka semakin besar degree of monopsony sektor tersebut terhadap tenaga kerja yang berpendidikan tinggi.

ABSTRACT
Human capital theory suggest that more educated worker would received higher payment because more productive than less educated worker. But empirical studies show increased productivity not in line with the increase in wage. This phenomenon reflects the existence of degree of monopsony owned by the company. Degree of monopsony can vary between sectors because the inter sector has different characteristics. This study examined the existence of different degree of monopsony between sectors by looking at the relationship between labor composition based on educational level on productivity pay gap rent sharing obtained by companies in Indonesian manufacturing industry during 1996 and 2006. We use method of Ours Stoeldraijer 2011 and Kampelmann et.al 2018 to measure rent sharing. This study use pooled cross section of data controlled by year dummy, and estimated using the Ordinary Least Square OLS method. The results show that some manufacturing industry sectors have a degree of monopsony for medium and high education workers, indicated by the positive rent sharing that firms earn when replacing a low educated workforce with a high and middle education workforce. The higher the level of production technology of a sector, the greater the degree of monopsony of the sector to a highly educated workforce. "
2018
T50315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaser Ali Husen
"Lean Manufacturing telah menjadi pendekatan utama untuk menciptakan proses manufaktur yang sangat efisien sejak awal 1990-an. Ini mungkin sangat berhasil karena keefektifannya dalam mengurangi kompleksitas dan menghentikan pekerjaan atau pemborosan yang tidak perlu. Saat ini, istilah Industri 4.0 menggambarkan visi sistem manufaktur masa depan. Penelitian sebelumnya menunjukkan kemungkinan untuk mengintegrasikan dan menggabungkan pendekatan lean dan sistem Industry 4.0. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kedua konsep tersebut. Selain itu, mereka menyimpulkan bahwa mengintegrasikan pendekatan lean dan Industry 4.0 mengarah pada pengurangan biaya yang lebih besar daripada hanya menerapkan salah satunya. Penelitian ini merangkum dan mengusulkan kerangka kerja (framework) yang dapat memandu implementasi integrasi Lean Manufacturing dan Industry 4.0.

Lean manufacturing has been the primary approach for creating highly efficient manufacturing processes since the early 1990s. It may be very successful due to its effectiveness in reducing complexity and heading off unnecessary works or waste. At present, the term Industry 4.0 depicts a vision of the future manufacturing system. Previous researches indicate the possibility to integrate and combine the lean approach and Industry 4.0 system. Previous researches suggest that there are positive relationships between the two concepts. Besides, they conclude that integrating the lean approach and Industry 4.0 leads to a greater cost reduction than implementing only one of them. The current paper summarizes and proposes a framework that can guide the implementation of the integration of lean manufacturing and Industry 4.0."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartato
"Optimalisasi penggunaan teknologi berperan dalam industri manufaktur agar mampu mencapai potensi produktifitas yang penuh di era ekonomi digital. Adanya transformasi teknologi digital ini dapat memberikan kontribusi besar pada struktur pendapatan pekerja industri manufaktur. Sementara itu, industri manufaktur yang merupakan leading sector perekonomian nasional dalam kurun waktu 2014 hingga 2018. Namun didominasi dengan pekerja berkarakteristik vertical mismatch (ketidaksesuaian antara tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan) yakni diatas 90 persen dan Indonesia menempati posisi tertinggi diantara negara Asia Pasifik lainnya untuk proporsi pekerja vertical mismatch. Resiko tenaga kerja yang berkarakteristik vertical mismatch, khususnya bagi pekerja overqualified adalah upah di bawah standar yang dikarenakan investasi mereka pada tingkat pendidikan tidak dipakai secara optimal. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh teknologi digital dan vertical mismatch terhadap pendapatan pekerja industri manufaktur di Indoensia menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2019. Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa teknologi digital dan vertical mismatch berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. Pekerja underqualified cenderung memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan mereka yang tergolong well-matched sedangkan pekerja overqualified akan dihadapkan dengan wage penalthy atau upah yang rendah. Adanya kemampuan menguasai teknologi digital seperti komputer, smartphone, dan teknologi digital lainnya mampu menambah pendapatan pekerja vertical mismatch dengan kecenderungan lebih tinggi.

Optimizing the use of technology has a role in the manufacturing industry in order to be able to reach its full productivity potential at this digital economy era. The existence of this digital technology transformation impacts on a major contribution toward income structure of manufacturing industry labors. Meanwhile, the manufacturing industry was the leading sector of the national economy from 2014 to 2018. However, it is dominated by workers with vertical mismatch characteristics (the mismatch between the level of education and the type of work) which is above 90 percent. Furthermore, Indonesia occupied the highest position among other Asia Pacific countries in terms of vertical mismatch worker proportion. The risk of labor which is characterized by a vertical mismatch, especially for overqualified workers, is wages that are below standard because their investment in education level is not used optimally. This research aims to study the effect of digital technology and vertical mismatch on the income of manufacturing industry labors in Indonesia using data from the National Labor Force Survey (Sakernas) August 2019. The results of multiple linear regression indicate that digital technology and vertical mismatch have a significant effect on income. Underqualified labors tend to earn more than those who are classified as well-matched, while overqualified labors will be faced with wage penalthy or low wages. The ability to master digital technology such as computers, smartphones and other digital technologies is able to increase the income of vertical mismatch labors with a higher tendency."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cherry Astadewi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor spesifik negara pada indikator makroekonomi terhadap keputusan struktur modal perusahaan sektor industri pengolahan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 45 perusahaan sektor industri pengolahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2019. Dengan menggunakan metode regresi balanced data panel dan teknik estimasi random effect model, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor spesifik negara pada indikator makroekonomi yang terdiri dari prime lending rate, pertumbuhan PDB, tingkat inflasi, exchange rate, dan corporate tax rate tidak memiliki pengaruh langsung terhadap keputusan struktur modal perusahaan, sedangkan variabel spesifik perusahaan yang dipilih yaitu profitabilitas, tangibility dan growth rate merupakan determinan yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan struktur modal perusahaan sektor industri pengolahan di Indonesia.

This research was conducted to investigate the influence of country-specific factors on macroeconomic indicators on capital structure decision of process manufacturing industry’s companies in Indonesia. This study used a sample of 45 public companies from process manufacturing industry in Indonesia within the period of 2015-2019. Using the balanced panel data regression, with the estimation technique of random effect model, the result of this study shows the country-specific factors which consist of prime lending rate, GDP growth, inflation rate, exchange rate, and corporate tax rate do not have any direct influence on the capital structure decision of firms, while the selected firm-specific variables such as profitability, tangibility and growth rate are significant determinants of capital structure decision from process manufacturing industry’s companies in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Puspitowati
"Tesis ini bertujuan untuk ( i ) melihat kontribusi industri manufaktur terhadap pertumbuhan output ( ii) melihat faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan industri manufaktur (iii) melihat efisiensi teknis pada industri manufaktur ISIC tiga digit di Indonesia tahun 1990-1997.
Metode dekomposisi pertumbuhan digunakan sebagai pendekatan untuk melihat kontribusi industri manufaktur terhadap output, karena dapat diperoleh faktor apa yang berperan terhadap pertumbuhan output domestik. Fungsi Produksi Cobb Douglas digunakan untuk melihat faktor -faktor yang menentukan pertumbuhan industri manufaktur. Sementara untuk melihat efisiensi teknis digunakan Data Envelopment Analysis.
Data yang digunakan berasal dari Tabel Input Output 1990 dan 1995 untuk melihat kontribusi industri manufaktur. Untuk melihat faktor penentu pertumbuhan industri manufaktur digunakan data panel yang berasal dari data industri manufaktur tiga digit kecuali minyak dan gas, demikian pula untuk efisiensi teknis.
Studi ini menunjukkan industri manufaktur merupakan penentu utama dalam pertumbuhan output domestik perekonomian Indonesia tahun 1990-1995. Sementara untuk industri manufaktur terlihat pertumbuhan sektor tersebut lebih dipengaruhi oleh permintaan domestik kemudian ekspansi ekspor.
Dalam analisis data panel menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur disebabkan karena pertumbuhan tenaga kerja , pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan kapital.
Dengan menggunakan Data Envelopment Analysis diperoleh hasil bahwa ada kecenderungan beberapa sub sektor menunjukkan efisiensi yang tinggi pada periode penelitian. Dimana hasil tersebut cenderung menunjukkan industri kapital intensif mendorong efisiensi pada industri labor intensif.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Al Amin
"Resiliensi ekonomi merupakan perbincangan di dalam ekonomi yang tidak akan berhenti. Setiap negara dan wilayah yang menjadi bagiannya akan memastikan memiliki kemampuan resiliensi ekonomi yang cukup baik. Hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Pada saat kondisi ekonomi sedang terguncang, maka suatu negara yang memiliki resiliensi yang lebih baik cenderung akan mampu bertahan. Aktivitas ekonomi menjadi salah satu kunci penting untuk menopang ketahanan ekonomi dari guncangan. Struktur industri merupakan cerminan atas aktivitas ekonomi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memetakan resiliensi ekonomi Indonesia berdasarkan persebaran regional dan menganalisis secara empiris pengaruh struktur industri diversifikasi dan spesialisasi terhadap resiliensi ekonomi pada periode 1997-2015. Sampel yang diuji sebanyak 25 provinsi. Analisis empiris pengaruh struktur industri diversifikasi dan spesialisasi terhadap resiliensi ekonomi dalam penelitian ini hanya mencakup industri manufaktur dengan menggunakan Data Industri Besar dan Sedang. Pengujian estimasi yang diaplikasikan adalah panel statis dengan model fixed effect. Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, adanya perbedaan kondisi resistensi dan recovery di dalam resiliensi ekonomi regional. Rata-rata resistensi regional berada di atas kondisi nasional, sementara itu rata-rata recovery regional berada di bawah kondisi nasional. Kedua, spesialisasi industri manufaktur berpengaruh positif terhadap resiliensi ekonomi regional. Ketiga, diversifikasi sub sektor industri manufaktur berpengaruh negatif signifikan terhadap resiliensi ekonomi regional. Keempat, ada beberapa spesialisasi sub sektor industri manufaktur yang berpengaruh signifikan terhadap resiliensi regional berdasarkan pembagian dua kelompok wilayah.

Economic resilience is a discourse in economics that will not stop. Each country and region that is part of it will ensure that it has sufficient economic resilience capabilities. This is related to economic conditions that cannot be predicted with certainty. When economic conditions are shaken, a country that has better resilience tends to be able to survive. Economic activity is one of the important keys to sustaining economic resilience from shocks. Industrial structure is a reflection of economic activity. Therefore, this study aims to map Indonesia's economic resilience based on regional distribution and analyze empirically the effect of diversification and specialization industrial structures on economic resilience in the period 1997-2015. The samples tested are 25 provinces. Empirical analysis of the effect of industrial diversification structure and specialization on economic resilience in this study only covers the manufacturing industry using Large and Medium Industry Data. The estimation test applied is a static panel with a fixed effect model. The results of this study indicate: that first, there are differences in conditions of resistance and recovery in regional economic resilience. The average regional resistance is above national conditions, while the average regional recovery is below national conditions. Second, specialization in the manufacturing industry has a positive effect on regional economic resilience. Third, the diversification of the manufacturing industry sub-sector has a significant negative effect on regional economic resilience. Fourth, there are several specializations in the manufacturing industry sub-sector that have a significant effect on regional resilience based on the division of the two regional groups."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditya Agung Nurdianto
"Walaupun indeks konsentrasi memiliki beberapa kelemahan, banyak pakar ekonom industri yang mempercayai bahwa indeks konsentrasi sangat berguna untuk menganalisa tingkat kompetisi suatu pasar. Hal ini dikarenakan indeks konsentrasi sangat mempengaruhi kinerja di suatu pasar. Namun terdapat dua pendapat yang saling bertentangan mengenai pengaruh dari indeks konsentrasi terhadap kinerja di pasar tersebut (Donsimoni, 1984). Di satu pihak, hubungan antara kompetisi dengan kinerja pasar, dan monopoli murni dengan kinerja pasar di lain pihak, telah didiskusikan sejak awal abad ke-18 tetapi permufakatan antara kedua teori tersebut secara relatif masih belum terjamah oleh analisa (Bothwell, 1984). Akan tetapi dalam kurun waktu tiga dekade terakhir telah dilakukan berbagai macam penelitian yang didasari oleh dua teori yang bertentangan.
Teori pertama mengatakan bahwa semakin terkonsentrasinya suatu industri, yaitu semakin pasar tersebut didominasi oleh hanya beberapa perusahaan, maka semakin mudah bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengkordinasikan kebijakan masing-masing. Oleh karena lebih mudah bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalam suatu industri yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk berkolusi antara sesama mereka ketimbang perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalam suatu industri yang tidak memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Kolusi yang berhasil akan meningkatkan keuntungan. Di lain pihak, teori kedua mengatakan bahwa struktur pasar tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa suatu perusahaan yang berhasil mendapatkan pangsa pasar yang besar dikarenakan perusahaan tersebut lebih efisien, menawarkan barang yang lebih baik dan Skala ekonomi. Sehingga bila sebuah industri memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi sesungguhnya hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap konsumen.
Teori mana yang berlaku di Indonesia penting untuk diketahui agar kebijakan pemerintah dalam upayanya untuk meningkatkan kinerja industri manufaktur melalui kompetisi menjadi efisien. Kebijakan kompetisi pada intinya merupakan langkah dan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan condition of competition antara produsen dan konsumen barang dan jasa yang beroperasi di pasar masing-masing. Fungsi utamanya adalah untuk memerangi perilaku anti-kompetisi, seperti kotusi, dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi dimana konsumen menikmati harga yang lebih murah, pilihan yang lebih banyak dan kualitas produksi yang lebih baik.
Melalui regresi panel yang dilakukan di dalam penelitian ini diketahui derajat kolusi yang terjadi di sektor industri manufaktur Indonesia. Walaupun secara absolut derajat kolusi tersebut bemilai kecil namun ketika dilakukan regresi antara derajat kolusi dengan tingkat konsentrasi diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara derajat kolusi dan tingkat konsentrasi. Hal tersebut menunjukkan berlakunya teori pertama, yaitu Market Power Theory, di Indonesia. Dengan mengetahui bahwa teori inilah yang berlaku di Indonesia maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah jugs harus sesuai dengan teori tersebut.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sektor industri manufaktur sebaiknya mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kolusi pada industri yang terkandung didalamnya perusahaan-perusahaan besar yang berjumlah sedikit dan menguasai mayoritas pangsa pasar."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>