Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112214 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ranti Bangkit Ma`ruffi
"Komunikasi merupakan elemen dasar dalam membina hubungan yang baik antara perawat dan klien. Masih banyaknya keluhan terhadap komunikasi perawat (komunikasi verbal perawat dan komunikasi non verbal) menunjukkan kualitas komunikasi perawat yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan menggambarkan persepsi klien tentang komunikasi perawat. Desain penelitian ini yaitu deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan sampel sebesar 97 responden yang dipilih dengan teknik stratified sampling, dan instrumen berbentuk kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki persepsi baik tentang komunikasi verbal perawat yaitu berjumlah 67 orang (69.1%). Responden yang memiliki persepsi baik tentang komunikasi non verbal perawat yaitu berjumlah 60 orang (61.9%). Tidak terdapat perbedaan proporsi persepsi tentang komunikasi perawat berdasarkan kelas ruang rawat (p=0,103; α=0,05). Gambaran mengenai persepsi klien tentang komunikasi perawat diharapkan menjadi bahan evaluasi dan motivasi baik perawat maupun mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan kualitas komunikasi perawat.

Communication is a basic element of building good relationship between nurse and client. Still many complain about nurse communication (verbal and non verbal) shows lack quality of nurse communication. The aim of this study was to identify the client perception of nurse communication. Descriptive correlative study and cross sectional approach was conducted by using questionnaires among 97 which chosen by stratified sampling method. The result showed that the client had good perception about nurse communication both verbal and non verbal. There are 67 clients (69,1%) had good perception about verbal communication of nurses, and 60 clients (61,9%) had good perception about non verbal communication of nurses. There is no difference about client perception of nurse communication in several class of room (p=0,103; α=0,05). This client perception about nurse communication should become evaluation material and also motivation for both nurse and student to increase the quality of nurse communication"
2013
S47450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Adanya stress atau ancaman terhadap keutuhan seseorang dapat menyebabkan
kecemasan, klien-klien yang datang diruang emergensi seringkali mengalami
kecemasan, baik cemas ringan maupun berat. Komuikasi trapeutik ditujukan untuk
membina hubungan dengan klien sehingga diharapkan kecemasan hilang atau
berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh komunikasi
terapeutik terhadap penurunan kecemasan klien di ruang emergensi. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan jumlah responden
30 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dengan memberikan kuisioner
responden. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan tindakan komunikasi terapeutik
didapatkan hasil yang cukup signiiikan. Klien yang mengalami kecemasan begitu
datang di ruang emergensi menjadi 13,3 % , sebehmmya 40 %. Klien yang
mengalami kecemasan tentang diagnosa penyakit menjacli 33,3% sebelumnya 66,7% ,
klien yang mengalami kecemasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan menjadi
13,3% sebelumnya 46,6% , klien yang mengalami kecemasan tentang prosedur-
proseclur tindakan keperawatan menjadi 43,3 % sebelumnya 83,4%."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5245
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Mawaddah
"Komunikasi dalam keperawatan dapat diartikan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, menentukan apa yang menjadi kehendak pasien, serta menilai evaluasi dari asuhan keperawatan yang dilakukan. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui gambaran persepsi klien tentang komunikasi terapeutik perawat dalam pelaksanaan pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) BPJS Kesehatan Kota Bekasi. Metode dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif berdasarkan pengukuran dan analisis data karena didalam penelitian ini akan menggambarkan fenomena atau gejala sosial. Populasi pada penelitian ini adalah peserta JKN-KIS pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Peratama (FKTP) di Wilayah Kota Bekasi yang mewakili usia > 15 tahun. Besar sampel adalah 399,9334 dibulatkan menjadi 400 orang. Sampel didapatkan dengan metode Probability Sampling dengan cara cluster sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner komunikasi terapeutik perawat untuk mengukur persepsi klien terhadap kemampuan komunikasi terapeutik perawat. Penelitian ini akan menganalisis data dengan analisis univariat terhadap setiap variabel. Variabel yang akan dianalisis yaitu karakteristik responden dan komunikasi terapeutik perawat. Hasil penelitian ini terbagi dalam 3 fase komunikasi terapeutik yaitu fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi, diamana dalam 3 fase tersebutdi dominasi dengan kategori cukup. Pada komunikasi terapeutik fase orientasi kategori baik (17.25%), cukup (66.25%) dan kurang baik (66%). Pada komunikasi terapeutik fase kerja kategori baik (4%), Cukup (80.75%) dan kurang baik (15.25%). Sedangkan pada komunikasi terapeutik fase terminasi tidak ada kategori baik (0%), dengan kategori cukup (80.75%) dan kurang baik (19.25%).

Communication in nursing can be interpreted as the basis for providing nursing care to gather as much information as possible, determine what the patient wants, and assess the evaluation of the nursing care provided. The aim of this research is to determine the description of clients' perceptions regarding nurses' therapeutic communication in the implementation of services at BPJS Health First Level Health Facilities (FKTP) Bekasi City. The method in this research is included in quantitative research based on measurement and data analysis because this research will describe social phenomena or symptoms. The population in this study were JKN-KIS participants at Primary Level Health Facilities (FKTP) in the Bekasi City Area representing ages > 15 years. The sample size is 399.9334 rounded to 400 people. Samples were obtained using the Probability Sampling method using cluster sampling. This study used a nurses' therapeutic communication questionnaire to measure clients' perceptions of nurses' therapeutic communication abilities. This research will analyze the data using univariate analysis of each variable. The variables to be analyzed are the characteristics of the respondents and the nurses' therapeutic communication. The results of this research are divided into 3 phases of therapeutic communication, namely the orientation phase, work phase and termination phase, where these 3 phases are dominated by the sufficient category. In the therapeutic communication orientation phase, the categories were good (17.25%), sufficient (66.25%) and poor (66%). In the therapeutic communication phase of work, the categories were good (4%), sufficient (80.75%) and poor (15.25%). Meanwhile, in the termination phase of therapeutic communication, there was no good category (0%), with adequate (80.75%) and poor (19.25%) categories."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harnita
"Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi besar terhadap tingginya mutu pelayanan kesehatan. Kualitas komunikasi perawat-klien sangat menentukan tingkat kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit. Terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan komunikasi perawat-klien di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan komunikasi perawat-klien yang diharapkan klien di RSD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh klien rawat inap RSD Raden Mattaher Jambi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah total populasi sebanyak 194 responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Untuk menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen digunakan uji chi square, sedangkan untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan komunikasi perawat-klien yang diharapkan klien digunakan analisis regresi logistik berganda pada analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar klien (55.7 %) menyatakan komunikasi perawat-klien sesuai harapan. Hasil analisis Uji chi square pada ⍺ 5% didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas ruang rawat, kondisi klien, suku dan bahasa dengan komunikasi perawat-klien yang diharapkan klien di RSD Raden Mattaher Jambi. Hasil Analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel yang paling berhubungan komunikasi perawat-klien yang diharapkan klien di RSD Raden Mattaher Jambi adalah pendidikan, kelas ruang rawat, dan kondisi klien. Dan kondisi klien merupakan faktor yang paling bcsar tingkat hubungannya dengan komunikasi perawat-klien yang diharapkan klien di RSD Raden Mattaher Jambi. Untuk meningkatkan kualitas komunikasi perawat-klien yang diharapkan klien di RSD Raden Mattaher Jambi, maka disarankan melakukan analisa kesesuaian komunikasi yang dilakukan perawat dengan harapan klien, mengadakan pelatihan tentang komunikasi, evaluasi secara berkala kemampuan komunikasi perawai, memanfaatkan dan menambah fasilitas untuk menunjang kualitas komunikasi perawat-klien."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan yang tidak hanya melihat dari hasil akhir yaitu kesembuhan pasien tetapi juga dari proses pemberian layanan. Kepuasan pasien dapat memberi manfaat terhadap beberapa hal yaitu hubungan antara institusi layanan dan pasien menjadi harmonis, pasien akan datang kembali dan mendorong keluarga serta orang lain untuk memanfaatkan layanan kesehatan/rumah sakit. Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat kepuasan pasien yang mendapat pelayanan keperawatan oleh perawat yang belum mendapat pelatihan komunikasi terapeutik dan yang sudah mendapat pelatihan komunikasi terapeutik. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah responden 23 pasien untuk diminta pendapathya tentang kepuasannya pada pelayanan keperawatan. Tempat penelitian di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purpose sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepuasan dengan pelatihan dimana kepuasan pasien terhadap perawat yang sudah pelatihan lebih tinggi dibanding dengan yang belum pelatihan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pelatihan komunikasi terapeutik secara reguler dan evaluasi berkala terhadap kepuasan pasien untuk menjaga alas meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sehingga membuat pasien senang dan ingin kembali memanfaatkan jasa rumah sakit."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5722
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida Yahya
"Dalam pelayananasuhan keperawatan, komunikasi terapeutik memegang peranan penting untuk membantu klien memecahkan masalahnya. Untuk mewujudkan terlaksananya komunikasi terapeutik secara efektif diperlukan adanya kemauan dan kesadaran diri yang tinggi dari perawat. Perawat harus mampu menciptakan kondisi (keterpercayaan) yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya klien terhadap perawat, klien merasa diperhatikan: diterima, merasa aman, nyaman (deskripsi) merasa diikutsertakan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan untuknya (orientasi masalah) pelayanan yang diberikan perawat dirasakan tulus, tidak dengan paksaan (spontanitas) informasi yang dibutuhkan klien harus jelas (kejelasan) klien merasa perawat dapat membantu mengurangi hal-hal yang mengganggu pikirannya dalam menghadapi penyakitnya dan tanpa memandang siapa klien tersebut (persamaan) sehingga klien merasa puas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal baik dengan efektifitas komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap rumah sakit Sumber Waras. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 sampel yaitu 139 perawat pelaksana dan 248 klien yang dirawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan koefisien korelasi Product Moment, untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen. Untuk mengetahui prediksi yang paling berhubungan antara variabel dependen dan independen digunakan regeresi liner ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan variabel independen, lima variabel independen yang berhubungan secara signifikan dengan variabel dependen yaitu deskripsi, orientasi masalah, kejelasan, keterpercayaan dan kesinambungan & konsistensi. Sedangkan tiga variabel yang tidak berhubungan adalah spontanitas, persamaan dan provisionalisme.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap RS Sumber Waras sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap perawat pelaksana dalam berkomunikasi dengan klien, Mengingat masih adanya keluhan-keluhan dari klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan di RS Sumber Waras."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T10317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Pratiwi
"Komunikasi terapeutik perawat di ruang laniai 3 B Penyakit Dalam Rumah Sakit Bunda Margonda dirasakan belum optimal sehingga klien masih banyak yang belum puas terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan klien. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Tehnik penarikan sample adalah accidental sampling. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan klien dalarn menerima asuhan keperawatan. Dengan komunikasi terapeutik yittig baik oleh perawat, diharapkan klien merasa puas dalam menerima asuhan keperawatan.

Therapeutic communication of nurse in the Internist Room 3B floor Bunda Margonda Hospital was thought not optimum so that most client still not satisfied with nursing care provided The purpose of this research to determine the relationship between therapeutic communication of nurse with client satisfaction levels. This research is qualitative correlate interpretive with approach of cross sectional. The technique of sample is accidental sampling. The results of analysis determine there is significant correlation between therapeutic communication of nurse with client satisfaction level in nursing care. With a good therapeutic communication by nurse, satisfied clients expected to receive nursing can."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5938
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Savitri
"Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan crosssectional yang dilakukan pada periode rawat 4-15 Maret 2013 pada 114 pasien sebagai responden. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap RSU Bhakti Yudha Depok.
Hasil penelitian menggambarkan 66,7% responden menilai komunikasi perawat efektif, analisis lebih lanjut dengan regresi logistik menujukkan tidak ada hubungan signifikan antara umur, jenis kelamin, pendidikan, tipe kepribadian dengan persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat. Hanya variabel motivasi yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi pasien terhadap efektivitas komunikasi terapeutik perawat.
Dengan hasil penelitian ini disarankan kepada rumah sakit agar diadakan rencana pelatihan komunikasi terapeutik secara berkelanjutan bagi perawat. Selain itu, mengupayakan adanya penerapan komunikasi terapeutik perawat dengan optimal serta adanya pengawasan dari supervisor maupun kepala ruangan, dan pembinaan dari komite keperawatan bagi perawat.

The study was a quantitative cross sectional study conducted during the periodMarch 4th to March 15th 2013 and covering 114 client. The aim of the study was to determine the factors associated with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing inpatient unit.
The result was found 66,7% respondents think nurses have effectiveness communication and with the logistic regression analysis showed there was no association between age, sex, education, personality traits with patient’s perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing. It also found that there was association between motivation with patient's perceptions about effectiveness of therapeutic communication nursing.
This study recommends to hospital for make therapeutic communication periodic training. Besides that, seek the implementation of therapeutic communication nursing and monitoring from supervisor and the head of the room, also coaching from nursing committee for nurses.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Wirani
"Metode komunikasi kolaboratif untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recomendation). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan SBAR terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan Palembang tahun 2016. Jenis penelitian quasi eksperimental dengan desain one group pretest-posttest dilanjutkan pendekatan kualitatif (Mixed Research). Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna pengetahuan dan keterampilan perawat sebelum dan sesudah pelatihan komunikasi SBAR dan perawat memiliki reaksi baik sesudah pelatihan. Pelatihan komunikasi SBAR efektif meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat. Saran untuk rumah sakit untuk membentuk unit diklat, membuat post training action plan secara konsisten dan program inhouse training lanjutan.

Collaborative communication methods to improve patient safety is communication SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation). This study aims to determine the effectiveness of training SBAR to knowledge, attitudes, and skills of nurses at Pelabuhan Hospital Palembang in 2016. Type quasi experimental design with one group pretest-posttest followed a qualitative approach (Mixed Research). The results showed significant differences in the knowledge and skills of nurses before and after training SBAR communication and nurses have a good reaction after training. SBAR communication training effectively improve knowledge and skills of nurses. Suggestions for the hospital to restructurisation a unit training, evaluate a post training action plan consistently and advanced in-house training
program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doloksaribu, Riama
"Komunikasi merupakan alat penting bagi perawat dalam berinteraksi dengan klien. Komunikasi terapeutik yang digunakan oleh perawat dapat membina hubungan yang terapeutik. Pada dasarnya klien selalu mengharapkan informasi yang lengkap dan jelas berkaitan dengan masalah kesehatannya serta kondisi yang sedang dialaminya. Setiap perawat mampu berkomunikasi dengan klien tetapi tidak semua mampu menerapkan komunikasi yang terapeutik. Kurangnya komunikasi dan interaksi yang terapeutik dari perawat ke klien sering menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakpuasan pemenuhan harapan klien. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan penerapan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan klien dalam menerima pelayanan keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan mengambil sampling klien di ruang rawat inap penyakit dalam dan bedah di rumah sakit Internasional Bintaro. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar evaluasi kinerja penerapan komunikasi terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan dan lembar kuesioner kepuasan klien, dengan analisis data univariat dan bivariat yang menggunakan uji hipotesis Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan penerapan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan klien dalam menerima pelayanan keperawatan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5621
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>