Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Belinda Natasya
"Skripsi ini membahas mengenai bentuk kerusakan yang terdapat pada relief Lalitavistara Candi Borobudur. Tahapan penelitian dimulai dari pengidentifikasian jenis kerusakan seluruh panil relief Lalitavistara menggunakan satuan blok batu kemudian jumlah kerusakan diintegrasikan dengan adegan dan dinding candi agar diketahui dinding mana yang mengalami kerusakan terbanyak. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kerusakan di setiap dinding hampir sama dan tidak ada satupun blok batu yang tidak mengalami kerusakan.

The focus consists of the forms of damage found on the Lalitavistara’s relief of Borobudur. The first step of research is identifying the type of damage throughout Lalitavistara relief panels using the unit block of stone then it will be integrated with the amount of damage in scenes and the wall of the temple in order to know where the wall is damaged most. Research results showed average of damages on every wall in the same amount approximately and the damages occur in every block of stone."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Danantoro Darujati
"Skripsi ini membahas tentang busana dan perhiasan Siddharta yang terlihat di relief Lalitavistara, Candi Borobudur, yang kemudian diamati dengan menggunakan konsep perjalanan hidup. Selanjutnya, dilakukan pula perbandingan busana dan perhiasan dengan figur lain pada konteks yang sama. Berdasarkan perbandingan tersebut, akan terlihat persamaan dan perbedaan busana dan perhiasan pada konteks yang sama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pengaruh perjalanan kehidupan terhadap busana dan perhiasan yang digunakan oleh Siddharta. Pengaruh tersebut merupakan salah satu rekonstruksi budaya Jawa Kuno, yang dilihat berdasarkan konsep perjalanan kehidupan.

This thesis discusses about Siddharta’s fashion and jewelry seen in relief Lalitavistara, Borobudur Temple, which is then observed by using the concept of life course. Furthermore, also conducted a comparison of clothing with other figures in the same context. Based on these comparisons, it would appear the similarities and differences in clothing and jewelry in the same context. The results of this study show the influence of the life course of the clothing and jewelry that is used by Siddharta. That influence is one of the ancient Javanese cultural reconstruction, which is viewed by the concept of life course.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Ayu Ajnadewi Prabharani
"Relief Lalitavistara pada Candi Borobudur memiliki penggambaran cerita mengenai perjalanan hidup Siddharta Gautama yang mencapai pencerahan sejati. Cerita yang dipahatkan banyak menampilkan adegan para tokoh dalam keadaan atau sikap duduk. Pembahasan terkait sikap duduk masih terbatas pada seni pengarcaan saja sehingga dalam penelitian ini akan berusaha menjelaskan dan menelusuri sikap duduk dari segi penggambaran relief. Metode yang digunakan mengacu pada analisis deskriptif dengan mengidentifikasi sikap duduk melalui pendeskripsian dan pengelompokan berdasarkan kajian ikonografi. Selanjutnya dilakukan analisa sikap duduk terkait dengan bentuk hingga konteks kegiatan. Hasil dari penelitian ini menuunjukkan bahwa terdapat sembilan sikap duduk pada penggambaran relief Lalitavistara dengan variasi tertentu yang dapat menunjukkan perubahan atau perbedaan dan berkaitan dengan tahapan kehidupan Siddharta Gautama.

The Lalitavistara relief at Borobudur Temple depicts a story about the life journey of Siddhartha Gautama who reached true enlightenment. The stories that are carved show the scenes of the characters in a sitting state or pose. The discussion related to sitting pose is still limited to the art of iconography so that in this study we will try to explain and explore the sitting pose in terms of relief depiction. The method used refers to descriptive analysis by identifying sitting attitudes through description and grouping based on iconographic studies. Furthermore, an analysis of sitting pose was carried out in relation to the form to the context of the activity. The results of this study indicate that there are nine sitting pose in the depiction of Lalitavistara relief with certain variations that can indicate changes or differences and are related to the life stages of Siddharta Gautama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gaya Favorit Press, 2016
726.1 LAL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Pusvitasary
"Skripsi ini membahas mengenai upaya pengidentifikasian tempat duduk yang dipahatkan di relief Lalitavistara Candi Borobudur. Relief Lalitavistara memiliki jumlah keseluruhan 120 panil, dengan pembagian 4 sektor yang didasarkan atas tahapan kehidupan Sidharta Gautama. Identifikasi akan ditelusuri melalui beberapa tahapan, yakni deskripsi dan penomoran tempat duduk, selanjutnya analisa yang diacu dengan analisis bentuk dan kontekstual. Selain itu dipergunakan pula interpretasi analogi dengan penggunaan naskah Kuna.
Hasil penelitian memperlihatkan pembagian bentuk tempat duduk menjadi 8 tipe dengan variasi bentuk yang bermacam-macam Selain itu, ditemukan pula adanya hubungan penggambaran relief yang ada di Candi Borobudur umumnya, relief Lalitavistara khususnya dengan penggambaran di Stupa Sanci dalam hal pembagian sektor yang didasarkan atas tahap-tahap kehidupan Siddharta Gautama.

Writing focus consists on the identification of seats that carved in bas-reliefs, concern part on Lalitavistara scenes at Borobudur Temple. These Lalitavistara reliefs? scenes were having its total of 120 panels, which divided in 4 sectors based on the phase of Siddharta Gautama?s life. Identification process was determined in several steps: identification and numbering of seats, and continued by analysis in two constraints, form and contextual analysis. Further it would have an additional analogy with the used of ancient manuscript.
The research produced types of 8 seats form by variety. Moreover, it would also conclude that there was some interconnection link between reliefs at Borobudur Temple, particularly on Lalitavistara bas-relief, with the carvings on Sanci Stupa at India, in the context of sector distribution based on the phase of Siddharta Gautama's life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11926
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Surio Ananto
"Alasan Penelitlan di antara mahluk--mahluk ciptaan Tuhan manusia menduduki tempat yang tertinggi, karena ia dikaruniai dengan kecerdasan dan akal yang melebihi mahluk--mahluk lainnya. Sesungguhnya tidak ada yang melebihi kebesaran-nya di antara mahluk kecuali manuaia. Dan dalam diri manusia tidak ada yang lebih besar kecuali kemampuannya dalam berfikir.
Lingkungan geografis yang memberikan tantangan kepada manusia dan telah ditanggapi selama berabad-abad lamanya dengan cara yang efektif, cenderung untuk menumbuhkan kebudayaan yang bercorak khusus dan bersifat regional. Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang erat sekali dan tidak mungkin dipisahkan. Untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang dan keturunan guna meneruskaaa kepandaian, pengalaman dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosenani Kusumastuti
"Pada relief candi Borobudur, yaitu pada relief Karmawibhangga, Lalitavistara, wadariaJtaka, dan Gandawyuha, terlihat lukisan alat-alat musik, antara lain suling, simbal, Lute, ghanta, cangka (terompet yang terbuat dari siput), saran dan gendang. Pemilahan lukisan alat musik pada relief candi Borobudur sebagai titik tolak penelitian dan pembicaraan dalam tulisan ini, dan bukan dari naskah atau sumber lain, didasarkan atas pertimbangan belum adanya penelitian yang mendalam mengenai alat-alat musik yang khusus terlihat pa_da relief candi Borobudur. Dengan mengadakan pengamatan terhadap relief candi, benda temuan seperti area perunggu dan terakota, gong, gents, dan alat musik lainnya, isi tulisan pada prasasti perunggu dan batu, karya sastra Jawa Kuno, dan berita Cina Kuno yang ada hubungannya dengan kerajaan Jawa Tengah dan perkembangan politik dan sejarah budaya Nusantara, terlihat adanya hubungan antara alat musik Indonesia (terutama Jawa dan Bali) dan alat musik negara lain seperti India, Indo_cina, dan Cina (Kunst 1968:2)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Ratnawati
"Pada tahun 1927, di sebuah perkebunan tabu, kira_kira 400 meter sebelah Barat Laut candi Kalasan ditemukan sebuah genta besar dari perunggu berlapis perak (O.V. 1927:105), (Boechari 1963:124). Genta yang besar ini biasanya digantung pada biara tempat kediaman pendata yang memelihara, menjaga, dan memujanya. Biara demikian ada juga pada candi Kalasan. Pada sebuah gambar kuno karya Cornelius yang berasal dari tahun 1806, ada tertera bekas-bekas sebuah bangunan di tempat itu (Bernet Kempers 1954:34). Selanjutnya pada tahun 1951, Dinas Purbakala Indonesia mengadakan penggalian di sekitar candi Borobudur yaitu di halaman sebelah Barat Laut. Tujuannya adalah mencari sisa-sisa sebuah biara yang oleh para ahli arkeologi diduga pernah ada di dekat candi ini. Dalam penggalian ini telah ditemukan fondasi sebuah bangunan, beribu-ribu paku perunggu, sisa-sisa alat rumah tangga, dan beberapa benda yang dipakai untuk upacara-upacara keagamaan seperti klintingan perunggu dan sebuah genta perunggu berukuran besar (Soekmono 1957:14-)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresno Yulianto Soekardi
"ABSTRAK
Dari sekian banyaknya karangan tentang bangunan-bangunan candi di Indonesia, candi Borobudur merupakan salah sahu candi yang sudah sering dibicarakan. Penelitian terhadap candi itu meliputi berbagai aspek, seperti arsitektur. geologis, kimiawi, historis, maupun arkeologis. Aneka ragam penelitian itu sudah barang tentu melibatkan berbagai ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Candi Borobudur mulai muncul dari kegelapan masa lalu ketika Raffles, Gubernur Jendral Inggris yang bertugas di Indonesia, mendapat keterangan tentang adanya sebuab candi besar yang disebut Candi Borobudur, terletak di desa Bumisegoro, dekat Magelang, propinsi Jawa Tengah (Soekmono 1981:21). Selanjutnya, Raffles menguraikan tentang candi itu meskipun secara singkat di dalam bukunya yang terkenal, History of Java {1965).
Semenjak itu, makin barnyak karya tulis di terbitkan oleh peneliti aging tentang candi. Borobudur. Krom (1920) dan Erp (1931 misalnya, telah menerbitkan karya besar mereka berupa monografi sebanyak 2 jilid dan 3 album. Belum lagi karang_an-karangan baik dalam bentuk buku maupun artikel yang tak terhitung jumlahnya...

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cita Kismayanti
"Bangunan suci sebagai tempat yangsakral dilengkapi ragam hias arsitektural maupun ornamental. Ragam hias ornamental pada bangunan suci meliputi relief naratif dan relief dekoratif. Ragam hias ini dapat menambah nilai kesakralan bangunan suci karena terdapat makna tertentu di balik ragam hias tersebut. Salah satu ragam hias yang sering ditemukan pada bangunan suci adalah sulur daun. Relief sulur daun pada candi Borobudur terdapat pada panil tersendiri dan mengapit relief naratif di dinding utama candi pada lorong pertama, ketiga dan keempat, sebannnyak 408 panil. Penggambaran relief sulur daun pada tiap tingkat terdapat perbedaan. Panil-panil relief sulur daun pada lorong pertama berdiri sendiri mengapit naratif di baris atas dinding utama candi, sedangkan pada lorong ketiga dan keempat relief sulur daun berasoiasi dengan pilar semu mengapit naratif di dinding utama. Kemudian, dilihat dari cara penggambaran sulur, relief di lorong pertama dan keempatterlihat lebih sederhana dibanding dengan relief sulur daun di lorong ketiga yang terkesan rumit dan raya. Sementara itu, sulu daun pada lorong ketiga memiliki variasi paling banyak, sedangkan sulur daun di lorong keempat tidak memiliki variasi sulur daun dengan daun yang mengikal pada bagian akhirnya. Sulur daun ini merupakan akar dan tangkai tanaman teratai yang keluar dari umbi teratai (padmamula) dan menjalar ke atas membentuk lingkaran ke kiri dan ke kanan, kemudian pada bagian akhir sulurnya terdapat daun-daun yang mengikal, bunga teratai yang setengah mekar ataupun bunga teratai dengan burung yang hinggap di atasnya. Setiap bagian dari tanaman tertai tersebut mengalami variasi pengambaran yang berbeda-beda. Untuk mengetahui berbagai variasi dari relief sulur daun pada can Borobudur, maka terlebih dahulu relief-relief sulur daun ini diklasifikasikan berdasarkan atribut penentu dari ragam hias tersebut..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>