Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173707 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anargha
"Pola sebaran dan perilaku bintang laut intertidal di Teluk Gilimanuk dan Pantai Cekik diteliti dari September 2012 hingga Januari 2013. Pola sebaran dipetakan dengan menggunakan GPS, dan dikuantifikasikan dengan menggunakan kuadrat 1 m2, yang diletakkan pada total 12 transek untuk masing-masing lokasi. Perilaku diamati dengan menandakan 10 individu Protoreaster nodosus secara manual dan mengukur titik perpindahan selama tiga hari. Pemetaan dan analisis nilai dispersi dengan menggunakan Indeks dispersi Morisita terstandarisasi menghasilkan pola sebaran mengelompok untuk Protoreaster nodosus dan Archaster typicus, dan pola sebaran acak untuk Echinaster luzonicus, Linckia laevigata dan Linckia multifora. Sebaran mengelompok tersebut dapat disebabkan oleh batasan habitat, sebaran makanan dan atraksi intraspesifik, sedangkan sebaran acak menandakan sifat acak atau seragam pada pakan dan karakter habitat. Studi perilaku memperlihatkan bahwa P. nodosus bergerak secara direksional, dan dapat berpengaruh pada pola sebarannya di lokasi.

Distribution pattern and behavior of intertidal asteroids in Gilimanuk Bay and Cekik Beach were investigated from September 2012 to January 2013. Distribution patterns for most species were mapped by using GPS, and quantified by using 1 m2 quadrats, which were deployed on total 12 transects in the intertidal zone at each location. Behavior was observed by using manual tagging on ten individuals of Protoreaster nodosus and measuring points of diplacement throughout a period of three days. Mapping and dispersion analysis using Morisita‟s standardized index of dispersion yielded clumped dispersion for Protoreaster nodosus and Archaster typicus, and random dispersion for Echinaster luzonicus, Linckia laevigata and Linckia multifora. Clumped dispersion in some species might be influenced by habitat boundaries, food dispersion or intraspecific attraction, while random dispersion suggests randomness or uniformity in food distribution and habitat character. Behavioral studies showed that P. nodosus moves in a highly directional manner, and might carry further implications to its clumped dispersion at location. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mamesah, Juliaeta A.B.
"Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas dan sebaran spasial Bivalvia serta hubungannya dengan karakteristik lingkungan di Teluk Katania, Seram Barat, Maluku Tengah. Ada 5 stasiun penelitian yaitu : Pelita Jaya 1, Pelita Jaya 2, Pulau Buntal, Pulau Tatumbu, dan Pulau Burung. Anadara maculafa merupakan jenis Bivalvia yang kepadatannya tertinggi (2,5 individu/m2). Nilai H' (indeks keanekaragaman) Bivalvia tertinggi ada di Pulau Burung (H' = 0,958) dan terendah di Pulau Buntal (H' = 0,624). Indeks kemerataan J' tertinggi (J' = 0,843) terdapat di Pelita Jaya 1. indeks kesamaan Morisita C tertinggi adalah antara Pelita Jaya 2 dan Pulau Buntal (C = 0,92). Kondisi substrat di Pelita Jaya 2 dan Pulau Buntal mempunyai persentase Lumpur yang tinggi. Dengan analisis cluster, 5 stasiun penelitian terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I terdiri atas stasiun Pelita Jaya 2 dan Pulau Buntal kemudian kelompok II terdiri atas Pelita Jayal, Pulau Tatumbu, dan Pulau Burung. Analisis diskriminan dengan faktor lingkungan substrat pasir halus dan lumpur juga membagi kelima stasiun menjadi dua kelompok yang sama seperti pada analisis cluster. Substrat lumpur mempunyai kontribusi yang tinggi (96,3 %). Tellina sp merupakan jenis yang penyebarannya luas sebab selalu hadir di setiap stasiun penelitian. Hasil analisis faktorial koresponden membentuk enam kelompok. Penyebaran spasial jenis jenis Bivalvia di 5 stasiun dari hasil analisis tersebut berdasarkan pada kepadatan tertinggi dari jenis jenis tertentu (lima kelompok) dan berdasarkan jenis-jenis yang selalu hadir di setiap stasiun (satu kelompok).

Bivalvia, also known as Pelecypoda, is the second largest class in phylum Mollusca. This group has 28.000 species (Barth & Broshear, 1982) and about 1000 species of Bivalvia live in Indonesian waters (Nontji, 1987). Information about Bivalvia in Kotania Bay has not been known well. Based on those fact, a research on the community structure and spatial distribution of Bivalve in the waters of Kotania Bay was conducted in February 1996. The aim of study was to find out the relationship between Bivalvia community structure with environmental factors in the waters of Kotania Bay. The spatial distribution of Bivalvia in several small islands in Kotania Bay was also studied. Hopefully, the results can be used as basic information for father research.
The research was conducted in five stations, i.e. Pelita Jaya 1, Pelita Jaya 2, Buntal Island, Tatumbu Island, and Burung Island. The sampling method used in the study was belt transact. The water conditions measured were water temperature, salinity, and pH. The substrates were characterized by the sediment fractions. Temperatures in the research stations ranged between 29.5°C and 31 °C, the range of pH is between 7 and 8.4. Water salinities in the research stations varied between 22 % and 30 %. Substrates in the research stations mostly contained sand with the very high percentage of very coarse sand. Silt was the smallest fraction found in the substrate.
In five research stations, 32 species of Bivalvia belonging to 15 families were collected. Anadara maculata had the highest density (2.5 individulm2) of all Bivalvia species found. The highest H' value (diversity index) of Bivalvia was in Burung Island (H' = 0.958) and the lowest was in Buntal Island (H' = 0.624). The highest evenness index J' = 0.843 was found in Pelita Jaya 1. The highest similarity index was shown by Pelita Jaya 2 and Buntal Island. Substrates in Pelita Jaya 2 and Buntal Island were dominated by silt.
Cluster analysis at five research stations divided the stations into two groups. Group I, defined by Pelita Jaya 2 and Buntal Island. Group ii, defined by Pelita Jaya 1, Tatumbu Island, and Burung Island. Discriminant analysis based on two environmental factors, i.e. very fine sand and silts, also divided the stations into two similar groups as cluster analysis did. The silt factor had high contribution (96.3%) in separating the stations.
Factorial correspondence analysis classified the species of Bivalvia into six groups. Based on the highest density of the certain species (five groups) and on the common species found in all stations (one group). Among the species collected Tellina sp was the common species found in the five stations. Spondylus squamosus, Trachydarium subrugosum, and Vulsella vulsella were found only in Pelita Jaya 2. Pitar subpellucidus, Septifer hi/ocular-is, Fimbria fmbriata and Chama pacifica were found only in Burung island. The species of Bivalvia only found in Pelita Jaya 1 were Atrina vexillum, Tellina staurella, Chama ruderalis, Limaria fragilis, and Clycymeris pectunculus.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Basir
"Telah dilakukan penelitian tentang sebaran spasial fitoplankton di lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis) Kamal Muara, Jakarta Utara. Penelitian bertujuan mengetahui kelimpahan dan sebaran spasial fitoplankton, serta parameter lingkungan yang memengaruhi. Berdasarkan peta sebaran, kelimpahan Bacillariophyceae dan Dinophyceae lebih tinggi pada stasiun-stasiun yang dekat dengan daratan (Stasiun 1 dan Stasiun 2), sedangkan kelimpahan Cyanophyceae ditemukan lebih tinggi pada stasiun-stasiun yang jauh dari daratan (Stasiun 5 dan Stasiun 9).
Analisis Regresi Multivariat menunjukkan bahwa seluruh parameter lingkungan terukur berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton. Nilai korelasi Spearman menunjukkan bahwa kelimpahan Bacillariophyceae paling dipengaruhi oleh pH, kelimpahan Dinophyceae paling dipengaruhi oleh salinitas, sedangkan kelimpahan Cyanophyceae paling dipengaruhi oleh fosfat.

Research on the spatial distribution of phytoplankton has been held in the green mussel aquaculture area (Perna viridis) Kamal Muara, North Jakarta. The research aim to determine the abundance and spatial distribution of phytoplankton and environmental parameters influenced. Based on distribution maps, the abundance of Bacillariophyceae and Dinophyceae were highest at stations near mainland (Station 1 and Station 2), whereas Cyanophyceae was at farther stations (Station 5 and Station 9).
Regression Multivariate analysis showed that all measured environmental parameters were influencing the abundance of phytoplankton. Spearman correlation values indicate that the abundance of Bacillariophyceae were most influenced by pH, Dinophyceae by salinity, whereas Cyanophyceae by phosphate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Haikal Ehsan
"Teripang telah diketahui banyak memiliki manfaat biologis, seperti antikanker, antifungal, antivirus, dan antioksidan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan mendeteksi keberadaan senyawa saponin pada ekstrak kasar Holothuria atra (Echinodermata) dan fraksi-fraksinya. Senyawa radikal bebas DPPH digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan sedangkan uji busa digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa saponin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar H. atra mengandung saponin dan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih rendah dari pembandingnya, Acanthaster sp. (Echinodermata) dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 739,194 μg/ml dan 102,946 μg/ml. Fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air memiliki aktivitas antioksidan yang kurang kuat dengan nilai IC50 secara berurutan 511,35 μg/ml, 373,776 μg/ml, dan 491,8 μg/ml. Uji saponin terdeteksi positif pada semua fraksi kecuali fraksi etil asetat.

Sea cucumber had been known for having many biological uses, such as anticancer, antifungal, antivirus, and antioxidant. This study was conducted to test the antioxidant activity and to detect the presence of saponin compounds in Holorhuria atra (Echinodermata) crude extract and its fractions. Free radical compound, DPPH, was used to test the antioxidant activity and foam test was used to detect the presence of saponin compounds. The result showed that crude extract of H. atra contains saponins and has weaker antioxidant activity than Acanthaster sp. (echinoderm). The IC50 values are 739,194 μg/ml and 102,946 μg/ml, respectively. N-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and water fraction have weak antioxidant activities with IC50 values 511,35 μg/ml, 373,776 μg/ml, and 491,8 μg/ml, respectively. Saponin test showed that all of the crude extract fractions showed positive results, except in ethyl acetate fraction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mader, Sylvia S.
Dubuque: Wm. C. Brown , 1993
570 MAD b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhamad Muhaimin
"Gunung Payung, Taman Nasional Ujung Kulon, merupakan kawasan yang masih memiliki hutan hujan tropis yang tersisa di dataran rendah P. Jawa. Sejumlah penelitian telah dilakukan di Gunung Payung, namun belum ada satupun penelitian yang membahas secara khusus mengenai jenis - jenis tumbuhan paku dan likofit. Tujuan penelitian kali ini adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi jenis - jenis tumbuhan paku dan likofit yang terdapat di Gunung Payung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode jelajah bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gunung Payung memiliki 55 jenis tumbuhan paku dan empat jenis likofit. Dari 59 jenis yang diperoleh, terdapat 29 jenis tumbuhan paku dan 3 jenis likofit merupakan rekaman baru untuk Taman Nasional Ujung Kulon. Satu jenis tumbuhan paku dipertimbangkan sebagai rekaman baru untuk Pulau Jawa, yaitu Asplenium phyllitidis.

Mt Payung, Ujung Kulon National Park (UKNP), is a location where tropical forest of Java’s lowland remain exist. Previously, botanical exploration has been conducted in this area, but none of them focus on ferns and lycophytes.Research aimed to inventroy and identify ferns and lycophytes found in Mt Payung. Specimens collected from several accessible location in Mt Payung.
Fifty five species of ferns and four species of lycophytes has been recorded during this research. Twenty nine ferns and three lycophytes considered as new record for UKNP. Asplenium phyllitidis has been found during the research and considered as new record of ferns in Java.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi
"P. falciparum, salah satu parasit penyebab malaria, melekat pada plasenta dan menyebabkan kehamilan malnutrisi. Dampak buruknya ialah BBLR dan pemrograman janin yang meningkatkan risiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Plasenta diduga akan beradaptasi terhadap kondisi malnutrisi dengan meningkatkan jumlah salinan mtDNA. Polimorfisme T16189C dilaporkan berasosiasi dengan jumlah salinan mtDNA, BBLR, dan penyakit degeneratif. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui asosiasi antara jumlah salinan mtDNA, berat lahir, dan polimorfisme T16189C di Timika, Papua, yang merupakan daerah endemik malaria. Jumlah salinan mtDNA diestimasi dengan metode qRT-PCR, sedangkan polimorfisme T16189C dideteksi dengan metode PCR-RFLP. Hasil analisis pada 52 sampel plasenta terinfeksi P. falciparum menunjukkan indikasi awal peningkatan rasio mtDNA terhadap berat lahir (r = 0,09, p = 0,521). Korelasi mtDNA dengan berat lahir ditemukan lebih kuat pada multigravida (r = 0,235) dibandingkan primigravida (r < 0,001). Diduga adaptasi berupa peningkatan rasio mtDNA dipengaruhi secara antagonis oleh komplikasi infeksi malaria. Frekuensi T16189C ditemukan pada 15 dari 126 sampel (12%). Tidak ditemukan asosiasi antara T16189C dengan berat lahir (p =0,57). Hal tersebut karena pengaruh T16189C tertutupi oleh infeksi malaria dan asupan nutrisi. T16189C ditemukan tidak berasosiasi dengan jumlah salinan mtDNA, namun wild-type T (r = 0,08) terindikasi berkorelasi lebih kuat dengan peningkatan mtDNA dibandingkan varian C (r = 0,01). Diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak dan kontrol bebas infeksi malaria untuk studi selanjutnya.

Malaria parasite, P. falciparum, has the properties to sequester in the placenta, consequently cause malnutrition in pregnancy. It is suggested that the adverse effects are LBW and fetal programming leading to degenerative diseases in later life. It is hypothesized that placenta will adapt with malnutrition by increasing mtDNA copy number. T16189C is associated with mtDNA copy number, LBW, and degenerative diseases. The aim of this study was to elucidate the association between mtDNA copy number, birth weight, and T16189C in Timika, Papua, which enlisted as malaria endemic region. MtDNA copy number was determined using qRT-PCR, while T16189C polymorphism is detected using PCR-RFLP. Analysis of 52 falciparum-infected placenta samples indicated that mtDNA ratio increased proportionally with birth weight (r = 0,09, p = 0,521). Stronger correlation was found in multigravidae as compared to primigravidae, suggesting placental adaptation by increasing mtDNA copy number was influenced antagonistically by malaria infections. T16189C was detected in 15 of 126 samples (12%) but no association was found between T16189C and birth weight (p = 0,57). The presence of confounding factors, such as malaria infection and nutrition supply, might masked the effect of T16189C. The result showed no association between T16189C and mtDNA copy number, even though wild-type T (r = 0,08) showed stronger correlation with mtDNA copy number than variant C (r = 0,01). More samples and uninfected control are needed in futher study."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukherjee, Siddhartha
"Sesudah mikroskop dibuat untuk pertama kali pada akhir 1600-an, para ahli menggunakannya untuk meneliti makhluk hidup, dan mereka melihat bahwa seluruh kehidupan terbentuk dari satuan-satuan kecil yang utuh dan mampu mengatur diri sendiri—sel. Penemuan sel mengubah bidang biologi dan kedokteran untuk seterusnya. Tubuh kita, organ kita, diri kita—jantung, darah, otak—dibangun dari sel-sel.
Pengetahuan bahwa tubuh manusia adalah ekosistem sel melahirkan kedokteran baru yang didasari manipulasi sel untuk menyembuhkan. Berbagai gejala dan penyakit dipahami sebagai gangguan fungsi sel atau sistem sel. Oleh karena itu dikembangkan pula berbagai penanganan dan terapi berbasis sel—transfusi darah, kemoterapi kanker, “bayi tabung”, sampai penggunaan sel punca.
Penemuan-penemuan baru di bidang biologi sel pun membuka kemungkinan untuk membangun “manusia baru” yang dapat mengatasi berbagai masalah tubuh kita seperti diabetes, depresi, penuaan, atau bahkan penyuntingan genetis manusia. Tentu itu semua menghadirkan berbagai persoalan etis yang baru sekarang kita hadapi. Dalam buku ini, Dr. Siddhartha Mukherjee, dokter dan peneliti kanker, mengajak kita menengok dunia sel yang hidup, misterius, menjanjikan, namun begitu penting bagi diri dan masa depan kita."
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2024
571.6 MUK s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"The research on exploration and study of garcinia L.varieties at Souith Sumatera based on source of macromorfology evidences had been done from June to November 2004 which was located on some areas at South Sumatra...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>