Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118641 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Audy Daniaguitrianda Mutiarani
"Dalam bidang ritel, inovasi branding merek dilakukan dengan sensory branding yang memanfaatkan indra manusia dalam memberi pengalaman emosional pada pengunjung. Sensori visual merupakan sensori yang merespon pertama, sehingga penting bagi toko ritel mementingkan branding secara visual. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana toko ritel menampilkan branding dalam desain interior secara visual dan bagaimana respon pengunjung terhadap hal tersebut. Material, skema warna, pencahayaan, window display, dan product display pada toko merupakan bentuk usaha visual archetypes pada merek. Maka dalam menampilkan citra dari branding interior toko, diperlukan gaya desain, elemen interior, dan visual merchandising. Studi kasus dilakukan pada toko The Goods Dept.

In the field of retail, innovation in branding the brand conducted with sensory branding, which takes advantage of the senses of human beings in give emotional experience to consumers. Sensory visual is sensory that gives the first respond, so it is important in retail store to concern about branding visually. This thesis is aimed to find out how retail store shows its branding visually in interior design and how consumers response it. The materials, color schemes, lightings, window display and product display in store are visual efforts of archetypes brand. Therefore in showing image from store interior branding, it takes design style, interior element and visual merchandising. Case study is conducted at The Goods Dept.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadita Amalia
"Budaya masyarakat tontonan yang berkembang di masyarakat perkotaan mengakibatkan terjadinya fenomena komodifikasi tontonan. Hal ini turut berdampak pada salah satu kegiatan konsumsi yaitu berbelanja. Kebutuhan akan ruang ritel, sebagai satu jenis space of consumption, tidak lagi sekadar menjadi ruang untuk menampilkan komoditas berupa barang, tetapi juga perlu memenuhi fungsi sebagai ruang yang menyajikan tontonan demi meningkatkan kualitas pengalaman berbelanja. Jika terjadi pergeseran pada strategi desain ruang ritel, lantas bagaimana kecenderungan pergeseran strategi desain ritel tersebut mengacu pada teori ritel klasik? Penelitian ini mencoba menguak strategi desain ruang ritel menggunakan analogi pertunjukan teater untuk menghadirkan alternatif desain yang merespon komodifikasi tontonan. Retail Theater adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan analogi tersebut. Adanya pergeseran strategi desain ruang ritel klasik ke retail theater terbukti melalui analisis berdasarkan studi literatur dan observasi partisipatif terhadap strategi desain ruang yang diterapkan peritel pada toko ritel The Goods Dept Pacific Place.

The culture of society of spectacle which develops in urban communities led to the phenomenon of commodification of spectacle. It also brings impact on consumption as one kind of shopping activity. The function of retail space, as a kind of space of consumption, no longer present just to be a space to display the commodity in the form of goods, but also need to fulfill the function to provide spectacles in order to improve the quality of shopping experience. If there are some changes in the strategy of retail space design, then how is the tendency of the shifting strategy of retail space design refers to the classical theory of retail design? This research attempts to uncover retail space design strategy by using theatrical analogy to present alternative design which responds the phenomenon of commodification of the spectacle. Retail Theater is a term used to explain the analogy. The shift in retail space design strategy from the classic theory to retail theater proved through analysis based on literature study and partisipative observation of the design space strategy applied in The Goods Dept at Pacific Place.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Maulidia Rahmatia Meudi
"Elemen desain dan visual, sebagai stimulan, memegang peran penting dalam memengaruhi perilaku membeli konsumen. Namun, bukan hanya area ritel fesyen keseluruhan yang dapat bertindak sebagai penunjang aktivitas berbelanja, area kasir juga memegang peranan penting dalam menstimulasi perilaku membeli. Di dalam skripsi ini guna untuk mengetahui hubungan antara elemen desain visual, perilaku konsumen dan indera konsumen dalam kegiatan membeli di area kasir The Goods Dept Lippo Kemang Mall. Elemen desain dan visual yang berpengaruh dalam menstimulasi konsumen adalah visual merchandise, display, warna dan pencahayaan yang terbentuk dalam zonasi ruang ritel yang diaplikasikan ke area kasir untuk memunculkan persepsi dan kesan visual yang akan memberikan respons ke indera lainnya.

Design and visual elements, as stimulants, play an important role in influencing consumer buying activities. However, not just the whole fashion retail area that can act as a supporter of shopping activities, the cashier area also plays an important role in stimulating consumer buying activities. In order to acknowledge the consumer senses in buying activities in the cashier area of The Goods Dept Lippo Kemang Mall. The influence of visual and design elements in stimulating consumers are the visual merchandise, display, colors, and lighting formed in the zoning of retail space applied to the cashier area to elicit perceptions and visual impressions that will respond to other senses.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Hidayatullah
"Ketika sebuah ilmu eksak menjadi sebuah dasar pemikiran dalam perancangan arsitektur interior, terciptalah sebuah kualitas ruang yang berbeda dari pada umumnya. Melalui salah satu ilmu eksak tersebut yaitu fisika, mencoba menerapkan salah satu cabang keilmuannya. Yang di ambil adalah hukum Newton, mengenai pembelajaran mengenai pergerakan suatu benda dan free fall bodies. Bagaimana hukum Newton itu mengintervensi ruang dengan cara kinetik. Dimana kinetik adalah sebuah seni perpindahan yang tercipta melalui sebuah interkoneksi satu sama lainnya melalui tiga jenis medium, yaitu fluida, cahaya, dan benda solid. Yang mana medium-medium tersebut dijadikan program ruang pada perancangan arsitektur interior. Seberapa besar hal-hal tersebut mempengaruhi sebuah kualitas ruang pada perancangan interior. Sehingga nantinya menciptakan sebuah bangunan baru yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Dan menciptakan sebuah inovasi baru dalam dunia arsitektur interior mengenai sebuah perpindahan.

When a science become a rationale in interior architecture design , creates a different quality of space in general. Through one of the science that’s physics, try applying one of the scientific branches. Law of Newton was choosen, learning about the movement of an object and the free fall bodies. How does Newton's law intervening space with a kinetic way. Where Kinetic is an art of movement that is created through an interconnect with each other through the medium like, fluid, light, and solid. Which is used as a medium courses in designing space in interior architecture design. How big these things are affect a quality of space in the interior design. So it will create a new building that had not previously been unthinkable. And create a new innovation in the world of interior architecture regarding a movement."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54667
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Vidya Primadhani
"Tesis ini menelusuri agensi objek pada self generating sebagai metode desain untuk menghasilkan arsitektur. Pada umumnya, hasil karya arsitektur berupa bangunan. Kebutuhan akan bangunan dipertanyakan ketika arsitektur bisa terealisasikan melalui media seperti objek. Tulisan ini mempertanyakan kapabilitas objek sebagai metode perancangan arsitektur yang bisa terbentuk dengan sendirinya. Lingkungan terpisah yang disebabkan oleh objek menghasilkan reaksi dari makhluk hidup. Objek bisa memiliki agensi di luar intensi awal perancang. Agensi objek akan melebihi ekspektasi perancang ketika objek memiliki kegunaan di luar dari fungsi inisial. Potensi objek untuk membentuk ruang dengan kapabilitas di luar fungsi yang ditentukan pada awalnya dieksplorasi dalam tesis ini. Melalui operasi combine dan substitute pada objek, proses self generating makhluk hidup dapat berubah menjadi initiate, inhibit atau redirect. Merancang dengan objek yang dialihkan fungsinya oleh makhluk hidup mewujudkan arsitektur. Agensi objek dirancang agar memberikan dampak pada lingkungan sekitar melalui self generating. Tesis ini menelusuri pembuatan bahan makanan tempe sebagai proses yang membutuhkan objek agar terealisasi. Dari studi proses tersebut, rancangan yang dihasilkan adalah susunan objek yang dapat melangsungkan fermentasi tempe dengan sendirinya melalui kapabilitas peralihan fungsi untuk membentuk ruang berspora.

This thesis explores the agency of objects in self-generating as a method of design in architecture. In general, architectural projects are in the form of buildings. The need for buildings is questioned when architecture can be realized through media such as objects. This writing questions the capability of objects as a method of architectural design that can be formed by itself. A separate environment that is caused by objects creates a reaction from living beings. Objects can have agency outside of the initial intention of the designer. The agency of objects will exceed the expectations of the designer when objects have a use outside of its initial function. The potential of objects to create space with the capability outside of its determined function is explored in this thesis. Through the operation of combine and substitute towards objects, the process of self generating from living beings can change to initiate, inhibit or redirect. Designing with objects that have been redirected functionally by living beings produces architecture. The agency of object is designed to provide impact towards its environment through self generating. This thesis explores the production of food as a process that needs objects to be realized. From the study of its process, the design is an arrangement of objects that can carry out tempeh fermentation by itself through the capability of functional redirection to create a spore space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Vinka Alenoya
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leta Lestari
"Rumah sebagai tempat pulang telah mengalami pergeseran makna, seperti yang terlihat pada kecenderungan sebagian orang-orang yang mencari relaksasi di luar rumah. Dalam memberikan suasana relaksasi pada manusia, tempat-tempat relaksasi ini memiliki bahasa pola tertentu yang seharusnya bisa didapatkan di rumah. Tulisan ini mencoba mencari pattern language seperti apa yang bisa menciptakan suasana relaksasi. Pattern language ini pada akhirnya akan disesuaikan dengan makna dasar rumah sebagai gambaran dari hasil orientasi dan identifikasi penghuni rumah tersebut.

Home as a place to come back has undergone a shift in the meaning as indicated by the search of place for relaxation outside the home. In providing an atmosphere of relaxation for human, this relaxation place has certain pattern language which is supposed to be found at home. This paper attempts to discover the pattern language which can create an atmosphere of relaxation. Pattern language will eventually be adapted to the basic meaning of home as a description of the orientation and identification of the occupants of the home."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43275
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Rizky Hidayat
"The evolution of architectural design and its parallels with cinematic settings reflect a shared pursuit of timeless, functional, and aesthetically resonant spaces. This study explores the interplay between timeless architectural principles, as outlined in John Ruskin’s The Seven Lamps of Architecture, and the spatial design of the film Dune (2021). Using a qualitative approach, the study examines how the film’s setting aligns with principles such as Power, Life, Memory, and Obedience, demonstrating architecture’s ability to transcend functionality and evoke lasting emotional and symbolic resonance. The analysis highlights how Dune uses architectural elements to construct a futuristic yet historically rooted world, blending brutalist and organic design to adapt to its desert environment while serving the narrative's emotional and functional needs. While the film deviates from Ruskinian ideals of beauty and truth in material expression, it provides a compelling case for how fictional architecture can inspire real-world innovation. The findings suggest that collaboration between architecture and film offers a platform for reimagining the built environment, inspiring architects to push the boundaries of imagination while addressing challenges like urbanization and climate change. Dune shows that architecture in cinema is not just a backdrop but an active participant in storytelling, offering lessons in creating timeless and adaptable spaces for future generations.

Evolusi desain arsitektur dan paralelnya dengan latar sinematik mencerminkan pengejaran bersama terhadap ruang yang abadi, fungsional, dan beresonansi secara estetis. Studi ini mengeksplorasi interaksi antara prinsip arsitektur yang abadi, sebagaimana diuraikan dalam The Seven Lamps of Architecture karya John Ruskin, dan desain spasial film Dune (2021). Dengan pendekatan kualitatif, studi ini meneliti bagaimana latar film selaras dengan prinsip-prinsip seperti Kekuasaan, Kehidupan, Memori, dan Kepatuhan, yang menunjukkan kemampuan arsitektur melampaui fungsionalitas dan membangkitkan resonansi emosional dan simbolis yang langgeng. Analisis ini menyoroti bagaimana Dune menggunakan elemen arsitektur untuk membangun dunia futuristik yang berakar pada sejarah, memadukan desain brutalis dan organik untuk beradaptasi dengan lingkungan gurunnya sambil melayani kebutuhan narasi. Meskipun film ini menyimpang dari cita-cita Ruskinian tentang keindahan dan kebenaran dalam ekspresi material, film ini menunjukkan bagaimana arsitektur fiksi dapat menginspirasi inovasi dunia nyata. Temuan menunjukkan bahwa kolaborasi arsitektur dan film menawarkan platform untuk menata ulang lingkungan binaan, yang menginspirasi arsitek untuk mendorong imajinasi sambil mengatasi tantangan seperti urbanisasi dan perubahan iklim. Dune menunjukkan bahwa arsitektur dalam sinema bukan sekadar latar belakang, tetapi peserta aktif dalam penceritaan, menawarkan pelajaran dalam menciptakan ruang yang tak lekang waktu dan mudah beradaptasi.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hepler, Donald E.
New York: McGraw-Hill, 1965
720.284 HEP c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hermando Firgus
"Arsitektur masa kini mulai kehilangan jati dirinya. Arsitektur yang tadinya berperan besar dalam kemanusiaan malah menjadi korban globalisasi. Ini membuat arsitektur yang tadinya ramah terhadap lingkungan menjadi dingin dan egois. Kita perlu mengenal lingkungan sekitar dan menjadikannya landasan dalam merancang. Oleh karena itu, kita perlu memahami terlebih dahulu bagaimana konteks atau lingkungan sekitar kita dapat berpengaruh pada desain. Untuk mencapai tujuan itu, diambillah objek studi Tamansari Gua Sunyaragi di daerah Cirebon dan Peziarahan Gua Maria Lourdes Sendangsono di Yogyakarta.
Tulisan ini membahas mengenai bagaimana pengaruh konteks yang hadir dalam lingkungan sekitar terhadap sebuah desain arsitektur yang berlandaskan konteks. Pendekatan terhadap keseluruhan proses penulisan dimulai dari tinjauan pustaka, pengamatan lapangan, wawancara, dan pengolahan data. Setelah mendapatkan pemahaman terhadap teori dan pemaparan data-data yang relevan, maka dilakukanlah analisis. Lewat analisis kasus, pola-pola yang hadir karena adanya konteks dipaparkan. Pola-pola ini kemudian dilihat bagaimana peranannya dalam membentuk elemen arsitektur menjadi satu kesatuan yang memiliki makna, desain arsitektur kontekstual.

Nowadays architecture has already lost its identity. Architecture which was putting great effort in humanity has already been victimized by globalization. This, made architecture which was humble to environment, become cold and egoistic. We need to learn about our surrounding environment and make it as our base for design. Therefore, first we need to understand how the context will be influencing the design of contextual architecture. To achieve that goal, Tamansari Gua Sunyaragi in Cirebon and Pilgrimage of Maria Lourdes Cave Sendangsono in Yogyakarta will be taken as objects of study.
This writing mostly study about how context which present in surrounding environment influences a contextual architecture design. The approach taken to the whole writing process starts with literacy studies, field observations, interviews, and data processing. After acquire understanding of the theory and show the relevant data, analysis can be done. From the case analysis, patterns which exist will be explained. Then, there will be explanation how these patterns influence in making the good configuration of whole architectural elements, contextual architecture design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52289
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>