Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110024 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azimil Gani Alam
"Penelitian mengenai pengaruh aliran asap akibat intervensi semburan kabut air dilakukan untuk mengetahui bagaimana fenomena penurunan asap berlangsung. penelitian ini membahas pengaruh tirai kabut air tersebut dengan distribusi temperatur serta kerapatan optis asap pada ketinggian dan jarak yang berbeda untuk mengukur hasil asap pembakaran bahan bakar dalam suatu model kompartemen berukuran 2.5 m x 1.25 m x 4.25 m. Kolam Api yang berdiameter 10 cm berlangsung hidup namun tidak mencapai titik padam. Cara eksperimen adalah dengan mendapatkan data proses produksi asap tanpa adanya gangguan tirai kabut. setelah itu barulah eksperimen yang sama diulang dan diberikan intervensi kabut air dengan variasi waktu aktivasi nosel berbeda dan tekanan operasi nosel yang berbeda pula. Simulasi piranti lunak FDS dilakukan dengan mengkondisikan seperti kondisi alat eksperimen hingga hasil simulasi nanti akan dikomparasikan pada hasil eksperimen. Tren grafik yang keluar diharapkan dapat menjadi hasil utama penarik kesimpulan bahwa ada percepatan smoke downward akibat momentum dorongan nosel semburan. Dengan data kuantitatif yang ada, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kabut air sebagai pemadaman.

Research on the influence of haze caused by bursts of fog water interventions performed to determine how the phenomenon of smoke reduction takes place. this study discusses the effect of the water mist curtains the temperature distribution and the optical density of smoke at different heights and distances to measure the smoke of burning fuel results in a compartment model 2 m x 1.5 m x 4.25 m. fire doesn’t extinguished within pool fire 100 mm of diameter although its position is under the nozzle activity on 3.5 meter height. experimentation is the way to get the data production process without any interruption curtain of smoke haze. and then, the experiment going to be repeated as same as last experiment bit the situation are given within water mist intervention with time start activation and nozzle operating pressure variation. FDS simulation software has been ran as same as experimental conditions and the result of simulation will be compared among the experimental data results. trend chart that comes out is expected to be the main result of towing the conclusion that there was smoke downward acceleration due to momentum thrust nozzle bursts. with the existing quantitative data, it can be concluded that the use of water mist fire suppression is not effective because of the damage of smoke distribution as well as its height downward.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandhi Mahaputra
"Penggunaan watermist sebagai media pendingin dan pemadaman api sudah umum digunakan, ternyata masih dapat dipergunakan untuk fungsi lain yang salah satunya dibawakan dalam penelitian ini yaitu dalam hal memanipulasi bentuk aliran asap. Penelitian ini meneliti mengenai perubahan laju penurunan asap hasil pembakaran kolam api berdiameter 100mm berisi bensin pada kompartemen dengan rancangan kabut air menggunakan beberapa jenis variasi sudut antara lain; 30o,45o dan 60o dan tekanan 7, 9.5 dan 12.5 bar.
Hasil seluruh variasi dibandingkan satu dengan yang lainnya dan juga dibandingkan dengan hasil saat tidak menggunakan sistem kabut air. Seluruh hasil juga dibandingkan dengan hasil simulasi perangkat lunak Fire Dynamic Simulator V05. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa beberapa variasi sistem kabut air dapat menahan laju penurunan asap dengan momentum yang dihasilkan dan variasi eksperimen tertentu yang dapat menahan laju paling baik.

Although the use of water mist as cooling and fire fighting media is nothing new, there is still another use of it which is often overlooked – the use of it to manipulate smoke flow. This eksperiment aims to examine the correlation between the downward of smoke created by 100mm diameter pool fire filled with gasoline in a compartment and water mist system with several variations- angle 30o, 45o, and 60o and pressure 7, 9.5, and 12.5 barr. The result within each variation is compared with one another and again compared with the result without the use of water mist system.
The whole results are then compared with the output from Fire Dynamic Simulator v05. Eventualy, this experiment shows that several water mist settings could actually slow down downing rate of the smoke and one certain variation has the best success in slowing down the rate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosua
"Gedung sangat rawan terhadap bahaya kebakaran, khususnya gedung yang memiliki jumlah tingkat lantai yang tinggi. Asap yang merupakan salah satu produk hasil pembakaran memiliki resiko yang berbahaya karena dapat menggangu pernafasan bagi para korban dan juga dapat menyebabakan gangguan pengelihatan saat melakukan evakuasi menuju tangga darurat. Gedung-gedung bertingkat khususnya yang ada di Indonesia memakai sistem udara bertekanan pada tangga darurat, sebelum para korban tiba di tangga darurat mereka belum bisa dinyatakan aman dari bahaya asap.
Oleh karena itu penulis melakukan beberapa modifikasi pada gedung bertingkat tersebut dengan menggunakan smoke stop lobby sebagai pengganti presurisasi di tangga darurat. Smoke stop lobby adalah ruangan yang dirancang untuk mencegah masuknya asap ke ruang tersebut dan korban memiliki tempat evakuasi yang aman sebelum ke tangga darurat dan tidak perlu berdesakan masuk ke dalam tangga darurat. Smoke stop lobby yang sudah diberi tekanan yang cukup diharapkan mampu menahan masuknya asap ke dalam ruang smoke stop lobby.

Building is very vulnerable to fire accident, especially the buildings that have a high amount of floor level. Smoke from fire accident has a dangerous risk because it can asphyxiate and interfere vision victims when evacuation. High rise buildings in Indonesia using compressed air system on the fire escape, before the victims arrived at emergency stairs they cannot be considered safe from the dangers of smoke.
Therefore, the authors do some modifications to the buildings by using smoke stop lobby as a substitute in the emergency stairwell pressurization. Smoke stop lobby is a room that was designed to prevent smoke entering into the chamber and the victims had a safe evacuation prior to the fire escape and didn’t need jostle into the emergency staircase. Smoke stop lobby that has been given sufficient pressure is expected to resist the entry of smoke into the smoke stop lobby
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Melsadakh Bill Maryunan Christ
"Isu pemanfaatan energi yang efisien dan hemat merupakan salah satu bahan pertimbangan pada setiap aktivitas yang berhubungan dengan teknologi. Salah satu bentuk dari penggunaan energi adalah penggunaan bahan bakar gas, yang mana cadangannya masih berlimpah dan relatif lebih bersih dalam penggunaannya. Untuk itu, teknik pembakaran memiliki peranan penting dalam pemanfaatan energi tersebut. Flame stability, atau stabilitas nyala api, merupakan salah satu aspek penting dari teknik pembakaran yang aplikasinya sangat luas, baik dari segi kebermanfaatan energi maupun keselamatan dari kebakaran. Penggunaan dari flame stability dapat terlihat dari kemampuan untuk mengatur letak pembakaran, tinggi nyala, dan sekaligus jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Beberapa parameter kestabilan nyala ialah blow-off, lift-up, flashback, dan re-attachment. Tulisan kali ini memaparkan penelitian akan stabilitas nyala api pada ruang bakar jet dengan variasi nozzle, yakni ruang bakar yang mengalami penyempitan pada bagian keluarannya, sebagai salah satu bentuk ruang bakar yang dapat kita jumpai dalam aplikasi teknologi di bidang teknik pembakaran. Pemasangan nozzle dengan diameter yang berbeda akan menghasilkan karakteristik api dan kestabilannya yang berbeda pula.
The issue of efficient and economical utilization of energy has been one of consideration in every technology-related activity. One form of energy utilization is the usage of gas fuel, whose reserve is still abundant and whose usage is relative clean. Therefore, combustion engineering has important role in the utilization thereof. Flame stability is one important aspect of combustion engineering which has various applications in utilization of energy and in fire safety aspect. The usage of flame stability can be seen in the ability to control the position of combustion, flame height, and also the number of fuel consumed. Some parameters of stability are blow-off, lift-up, flashback, and re-attachment. This writing is to explain the research of flame stability in jet combustion chamber with variations of nozzle diameter, which is a combustion chamber which has a reduction in sectional area of the outlet, as one of the form of combustion chamber which can be found as technology application in combustion engineering. Installation of nozzle with different diameters yield different characteristic of flame and its stability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Riswandi
"ABSTRAK
Seiring dengan bertambahnya gedung bertingkat serta meningkatnya kebutuhan lahan parkir maka pembangunan lantai basement di Jakarta semakin banyak. Lantai basement yang relatif tertutup membutuhkan sistem proteksi kebakaran khusus terutama pada sistem pengendalian asap. Salah satu alat yang digunakan sebagai pengendali asap di lantai basement adalah jet fan atau car park blower. Walaupun jet fan telah banyak digunakan tetapi belum ada aturan yang mengatur spesifikasi dan pemasangannya. Oleh karena ini, penilitian ini melakukan karakterisasi jet fan pada skala laboratorium.
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, membuat model jet fan dengan menggunakan analisis nondimensional. Kedua, pengukuran kecepatan putaran jet fan. Ketiga, pengukuran debit aliran dengan orifice plates sesuai standar ISO 5167-2. Keempat, pengukuran profil kecepatan pada sisi tiup jet fan. Kelima, visualisai penyebaran asap yang ditiupkan oleh jet fan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kecepatan putar fan mempengaruhi debit aliran, momentum aliran, dan lebar tiupan asap oleh jet fan. Dengan hasil tersebut, diketahui bahwa jet fan yang telah dibuat dapat diterapkan pada ekperimen kebakaran basement sebagai eksperimen selanjutnya.

ABSTRACT
As the number of high rise buldings and the need for parking space increases, the need for basement floor also grows.Relatively closed basement floor requires a special fire protection system, especially in the smoke control system. One of the tools used as the controller of smoke in the basement is jet fan or car park blower. Although the jet fan has been widely used, there are no rules governing its specification and installation. Therefore, this research was conducted to characterize the jet fan on a laboratory scale.
This research was conducted in several stages. First, creating a model jet fan using nondimensional analysis. Second, measuring the speed of jet fan rotation. Third, measuring the flow rate using orifice plates, in accordance to the ISO 5167-2 standard. Fourth, measuring the speed profile of a jet fan’s discharge outlet. Fifth, visualizating the spread of smoke that was blown by a jet fan. Results from this study indicate that the fan rotational speed affects flow, flow momentum, and the smoke’s width blown by the jet fan.With these results, it is known this jet fan model can be applied to a basement fire experiments as a further experiment."
2015
S59068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Januar
"Surging merupakan salah satu fenomena penting dalam proses pengeboran minyak. Surging merupakan tekanan tinggi yang terjadi saat casing atau pipa pengeboran drill string dimasukkan ke dalam sumur. Jika tekanan surging lebih tinggi dari tekanan formasi tanah akan menyebabkan lost circulation dan memunculkan ancaman terhadap safety dan lingkungan Surging dikendalikan oleh parameter reologi fluida pengeboran dan hidrolika.
Penelitian tentang karakteristik tekanan surging pada sumur pengeboran telah dilakukan dengan tujuan untuk memahami pengaruh reologi fluida dan kecepatan drill string Penelitian dilakukan dengan skala laboratorium dengan eksperimental setup berupa pipa akrilik berdiameter 54 mm dengan panjang 3 meter yang berfungsi sebagai lubang pengeboran dan pipa besi berdiameter 33 mm yang berfungsi sebagai sepanjang 3 meter yang berfungsi sebagai drill string. Tekanan pada dinding sumur diukur menggunakan pressure differential tranducer pada berbagai kecepatan drill string dan beberapa jenis fluida pengeboran. Fluida pengeboran yang digunakan adalah air dan campuran air dengan Bentonite dengan berbagai konsentrasi.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa reologi fluida pengeboran dan kecepatan drill string mempengaruhi tekanan surging Hasil pengukuran juga menunjukkan kesesuaian yang baik dengan model matematisnya. Dari penelitian didapatkan kesimpulan bahwa naiknya konsentrasi bentonite maupun kecepatan drill string menyebabkan tekanan surge yang dihasilkan juga akan semakin besar.

Surging is one of the important phenomena in process of oil drilling well. Surging is a high pressure that occurs when the casing or drill string is lowered or run into the well. If the surging pressure higher than formation pressure it will cause lost circulation and evoke a threat to safety and environment. Surging is controlled by parameter of drilling fluid rheology and hydraulics.
Research on the characteristics of surging pressure in drilling wells has been conducted in order to understand the influence of the fluid rheology and the speed of the drill string. The study was conducted by a laboratory scale experimental setup with a 54 mm diameter acrylic pipe with length of 3 meters which serves as drilling holes and 33 mm diameter steel pipe with length 3 meters which serves as the drill string. Pressure on the wall of the well was measured using a differential pressure transducer at various speed drill string and several type of drilling fluid The drilling fluid used is water and water mixed with Bentonite with various concentrations.
The experimental results showed that the drilling fluid rheology and the speed of the drill string affect surging pressure The measurement results also showed good agreement with mathematical models. From the study it was concluded that the increase in the concentration of Bentonite or speed drill string causes pressure surges generated will also be greater.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S51717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Pratama Akbar
"Terdapat tiga macam pipa kalor yang ada saat ini, diantaranya ada pipa kalor konvensional, pipa kalor datar dan pipa kalor melingkar. Pipa kalor melingkar memiliki sistem yang berbeda dari pipa kalor lainnya. Pipa kalor melingkar memiliki pendsitribusian jalur fluida yang terpisah yaitu liquid line dan vapour line. Pada pipa kalor sering kita temukan fenomena dry out yang mana kalor yang masuk terlalu besar. Untuk mengantisipasinya digunakan pompa diafragma untuk mempercepat hasil kondensasi ke evaporator.
Beberapa variasi telah dilakukan untuk mencegah terjadinya dry out, diantaranya dalah dengan dilakukannya pemvariasian mass flow rate kondensat dan pembebanan input power. Variasi mass flow rate kondensat yang dilakukan adalah 100 ml/min, 150 ml/min, dan 400 ml/min. Dan variasi pembebanan input power dilakukan pada 45 W, 55 W, dan 65 W. Percobaan ini dilakukan dengan fluida kerja aquadest, filling ratio70% dan temperatur set point nyala pompa pada 80oC. Dari pengujian ini didapatkan hasil yang berbeda-beda dengan distribusi temperatur yang berbeda, start-up boling point yang berbeda, serta terjadinya peristiwa dry out pada beberapa variasi percobaan.

There are three kinds of heat pipe, there are straight heat pipe, vapor chamber, and loop heat pipe. Loop heat pipe has a different system than the others. Loop heat pipe have two line to distribute the working fluid inside the heat pipe, there are Liquid line and vapour line. There was a phenomenon in a heat pipe that made the vapour can?t turn back into liquid because the heat was too high to absorpted. This phenomenon was called Dry-Out. To anticipate it, we used a diaphragm pump to make the condensation faster.
Some variations have been taken to prevent the dry out. Variations of the mass flow rate condensate that have taken are 100 ml/min, 150 ml/min, and 400 ml/min. It also used for the variations of the charging input power. Variations have been taken are 45 W, 55 W, and 65 W. The experiment was carried out with distilled water working fluid, filling ratio70% and the pump temperature set point at 80 ° C. The results of these tests showed different action with different temperature distribution, different start-up boiling point, and also some dry out phenomenons in some variations of the experiment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fachrur Rozi
"Pengeringan beku vakum merupakan metode pengeringan yang terbaik, tetapi tidak hemat energi karena proses pengeringan yang relatif lama. Skripsi ini membahas mengenai efek penambahan udara panas sebagai usaha untuk mempercepat laju pengeringan material dari sistem refrijerasi dengan vacuum freezing pada proses penurunan tekanan material uji pada pengeringan beku vakum. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemanfaatan penambahan udara panas dapat mempercepat laju pengeringan. Selain itu dengan penambahan udara panas, dapat menghemat konsumsi energi listrik. Penambahan udara panas ini hemat biaya karena tidak ada perangkat tambahan pada sistem refrijerasi. Udara panas diambil dari udara lingkungan yang masuk ke dalam reservoir dengan temperatur 35°C yang dipanaskan dengan menggunakan panas buang kondenser.

Freeze Vacuum Drying is the best method of drying, but not energy efficient because of the relatively long drying process. This thesis discusses the effects of the addition of hot air in an effort to accelerate the rate of drying of the material with a vacuum refrijeration system freezing on the pressure drop of test material in a freeze vacuum drying. The research proves that the use of additional heat can accelerate the rate of drying. Additionally, with the addition of hot air, can save electricity consumption. The addition of hot air is cost effective because no additional devices on the refrijeration system. Hot air taken from ambient air into the reservoir with a temperature of 35oC is heated using waste heat condenser."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42320
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Raditya Ibnu D.
"Wick atau sumbu kapiler pada heat pipe berfungsi untuk menghantarkan kalor melalui fluida cair dari kondensor menuju evaporator akibat adanya tekanan kapilaritas yang menyebabkan fluida kerja dapat mengalir melalui pori – pori pada wick. Tekanan kapilaritas dipengaruhi oleh sudut kontak yang terbentuk antara fluida cair dengan wick. Semakin tinggi wetability, maka semakin kecil sudut kontak yang terbentuk sehingga tekanan kapilaritas pun akan semakin besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari ukuran butir tembaga, gaya kompaksi dan temperatur sintering pada proses pembuatan wick serta pengaruh paparan udara pada temperatur ruang terhadap sudut kontak yang terbentuk pada permukaan wick dengan air (H2O) sebagai fluidanya. Dengan begitu dapat diketahui parameter pabrikasi yang paling baik untuk menghasilkan wick dengan wetability yang tinggi dengan kata lain sudut kontak terkecil.
Dari percobaan diperoleh dengan meningkatnya ukuran butir tembaga maka sudut kontak yang terbentuk akan semakin kecil. Sedangkan peningkatan gaya kompaksi dan temperatur sintering menyebabkan kenaikan pada sudut kontak. Sudut kontak terkecil didapatkan dengan menggunakan serbuk tembaga 200 μm dikompaksi pada tekanan 40 kN dan disintering pada temperatur 800°C, yaitu sebesar 32,131°. Semakin lama wick terpapar pada udara bebas, maka sudut kontak yang terbentuk akan semakin besar, dan setelah hari ke-7 permukaan wick berubah menjadi hidropobik (sudut kontak > 90°).

The wicks in heat pipe are used to transfer the heat with liquid from the condenser to the evaporator due to capillary pressure. Capillary presssure is affected by contact angle between liquid and the wick. The capillary pressure become higher as the increasing contact angle. The aim this study is to investigate the effect of copper powder diameter, forming force and sintering temperature, and the effect of room ambient air on contact angle so that fabrication parameters can be controlled to get the minimum contact angle that used a water as the working fluid.
It is demonstrated that when copper powder diameter become higher, the contact angle become smaller. Moreover, when the forming force and sintering temperature increase, the contact angle become higher. The minimum contact angle value (32,131°) obtained when the diameter of the copper powder 200 μm that formed with 40 kN and sintered at 800°C. In addition, the contact angle get higher in time when exposed to room ambient air. After 7 days, the wick surface become hydrophobic (contact angle >90°).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahri Ali Imran
"Pembaraan atau smoldering merupakan tipe pembakaran yang unik, karena merupakan tipe pembakaran yang tidak memiliki lidah api. Fenomena smoldering dapat menjadi bahaya, karena dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama sebelum bertransisi menjadi flaming combustion. Sehingga smoldering menjadi sumber bahaya, terutama dalam keberadaan material organik, yang dapat mengakibatkan kebakaran hutan / wildland fire. Salah satu bentuk pembakaran smoldering juga dapat dilihat pada rokok, terutama rokok kretek. Rokok kretek adalah tipe rokok dengan campuran tembakau dan cengkeh. Penelitian mengenai proses pembakaran smoldering pada rokok diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk penelitian fenomena smoldering lainnya. Dengan menggunakan parameter berupa sudut, tulisan ini menganalisis hubungan sudut dengan static burn rate dan mass loss rate. Selain itu, eksperimen dilanjutkan dengan melihat interaksi antara rokok dengan material uji berupa kertas. Hasil dari eksperimen ini adalah, sudut sangat berpengaruh dalam proses smoldering, karena posisi dari rokok menentukan oxygen attacknya. Sudut 270º merupakan sudut dengan static burn rate dan mass loss rate paling cepat. Sedangkan, pada eksperimen interaksi dengan kertas, didapatkan penyebaran luasan kertas yang terbakar dengan rokok, dengan parameter sudut kontak. Didapatkan bahwa sudut 50º memiliki luasan area bakar paling besar, hal ini diakibatkan besarnya kontak area antara rokok dengan kertas uji.
Smoldering has long been a unique type of combustion. Its self sustained, slow, and flameless form of burning, can be extremely hazardous in certain situations; especially in the presence of organic matters. Peat and wildland fire, for example, usually occur as an aftermath of smoldering of organic matter. Another example of smoldering combustion is the burning process of a cigarette, namely Kretek Cigarette, a type of cigarette with a mixture of tobacco and clove. Experimentation about the smoldering combustion of a kretek cigarette is expected to be a stepping stone towards a thorough analysis about smoldering combustion as a whole. With inclination as the main parameter, the experiment conducted are aimed towards the the relation between inclination and smoldering combustion, with static burn rate and mass loss rate as the main data gathered. Further more, an analysis about the interaction of cigarette an paper as contacting materia are conducted. The results showed that smoldering combustion are affected by inclination, due to the positioning of the cigarette, and the allowance of oxygen attack. The results showed a cigarette in a 270º position has the fastest static burn rate and mass loss rate. Another result showed that propagation of burned area, caused by a burning cigarette, are influenced by contacting angle, and contacting surface area. The results showed that a 50º angle of cigarette and paper contact produced the largest burned area propagation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>