Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobing, Febrina N.S.L.
"Daur ulang air limbah domestik semakin banyak diterapkan di dunia sebagai salah satu solusi alternatif untuk menangani masalah kelangkaan air. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kinerja granular activated carbon dengan diameter bervariasi sebagai pengolahan tersier dalam mereduksi Chemical Oxygen Demand dan NH3-N untuk mencapai standar air daur ulang untuk pembilasan toilet di lokasi Perpustakaan Pusat UI.
Metode yang digunakan adalah uji isotherm Freundlich dengan sistem batch dan uji kolom karbon aktif dengan sistem kontinu. Untuk parameter COD, kapasitas adsorpsi (Kf) dan intensitas adsorpsi (1/n) yang diperoleh dari uji isotherm sebesar 0,1482 dan 0,545 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,2273 dan 0,4743 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Sementara untuk parameter NH3-N, nilai Kf dan 1/n sebesar 0,0028 dan 1,7135 untuk karbon aktif (8 x 16) mesh; 0,0066 dan 1,4727 untuk karbon aktif (8 x 30) mesh.
Dari penelitian juga diperoleh laju penggunaan karbon untuk menurunkan kadar COD hingga mencapai standar kualitas kelas I PP 82 tahun 2001 yaitu 38,367 gr/l untuk karbon aktif (8 x 16) mesh dan 33,251 gr/l untuk karbon aktif (8 x 30) mesh. Untuk parameter NH3-N, laju penggunaan karbon aktif (8 x 16) mesh sebesar 33,377 gr/l dan 31,313 gr/l untuk karbon aktif (8 x 30) mesh.
Disimpulkan bahwa karbon aktif (8 x 30) mesh lebih baik dalam menurunkan kadar COD dan NH3-N dibandingkan karbon aktif (8 x 16) mesh. Karbon aktif juga memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar COD hingga 0 mg/l dan memenuhi standar kualitas air kelas I pada PP no. 82 tahun 2001, namun kadar NH3-N terendah sebesar 11,75 mg/l belum mencapai standar tersebut.

Domestic wastewater recycling is increasingly practiced throughout the world as an alternative solution to deal with water scarcity. This study was conducted to assess the performance of granular activated carbon with varying diameter as tertiary treatment to reduce Chemical Oxygen Demand and NH3-N to reach the standard of recycled water for flushing toilets at Perpustakaan Pusat UI.
The experimental method were Freundlich isotherm test in batch system and activated carbon column test in continuous systems. For COD, the adsorption capacity (Kf) and adsorption intensity (1/n) obtained from the isotherm test were 0.1482 and 0,545 for activated carbon (8 x 16) mesh; 0.2273 and 0,4743 for activated carbon (8 x 30) mesh, while for NH3-N the results were 0.0028 and 1,7135 for activated carbon (8 x 16) mesh; 0.0066 and 1,4727 for activated carbon (8 x 30) mesh.
It was also obtained from this study that the carbon usage rates of COD to reach the first class standard quality of PP 82/2001 were 38,367 g/l for activated carbon (8 x 16) mesh and 33,251 g/l for activated carbon (8 x 30) mesh. For NH3-N parameter, the usage rates of carbon (8 x 16) mesh was 33,377 g/l and 31,313 g/l for activated carbon (8 x 30) mesh.
It was concluded that activated carbon (8 x 30) mesh was better in lowering COD and NH3-N than activated carbon (8 x 16) mesh. Activated carbon also had the ability to reduce COD up to 0 mg/l and meet water quality standards Class I PP 82/2001, but the lowest NH3-N concentration (11,75 mg/l) had not reach that quality standard.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Putri Adripratiwi
"Limbah cair tahu merupakan salah satu pencemar lingkungan yang masih memerlukan metode pengolahan yang lebih efektif dan efisien. Metode ozonasi dan adsorpsi diketahui memiliki kemampuan untuk mengoksidasi kandungan senyawa organik di dalam limbah secara efektif. Adsorpsi dilakukan dengan menggunakan Granular Activated Carbon GAC untuk meningkatkan efektivitas degradasi limbah cair tahu. Untuk mengetahui kondisi optimal pengolahan limbah cair tahu, dilakukan variasi terhadap dosis ozon yaitu 62, 111, dan 155 mg/jam dan jumlah karbon aktif yang digunakan yaitu 50, 75, dan 100 gram. Parameter yang ditinjau sebagai hasil akhir penelitian ini adalah kandungan substansi organik COD dan TSS dalam limbah cair tahu yang telah diproses. Hasil terbaik yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pada metode kombinasi ozonasi dengan dosis 155 mg/jam dan adsorpsi dengan GAC sebanyak 100 gram dengan waktu kontak 120 menit yang menyisihkan 377,12 mg/L COD dan 26 mg/L TSS.

Tofu industry wastewater is one of environment pollutant that still needed wastewater treatment method which more efficient and effective. Ozonation and adsorption method is known to have the capability to oxidized organic compound in wastewater. Adsorption is done using granular activated carbon as adsorbant to increase the effectiveness of tofu wastewater degradation process. This research is carried out to evalueate the performance of ozonation, adsorption, and combination of both methods in processing tofu wastewater. To get the optimal condition, variations are done for the dosage of ozone 62, 111, and 155 mg h and amount of GAC used 50, 75, and 100 gram. Parameters of this prosess are organic substances of tofu wastewater such as CO, and TSS. The best result obtained from this research was the combination of ozonation with ozone dose of 155 mg h and adsorption with 100 grams of GAC for 120 minutes which removed 377,12 mg L COD and 26 mg L TSS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Dyah Ayu Mustika Rini
"Bekerjasama dengan CCAI, Laundry KDS berkomitmen untuk menjadi pelopor green economy UMKM. Laundry KDS telah mengolah limbahnya dengan IPAL sederhana. Efluen IPAL memenuhi baku mutu Kepmenlh 112/2003 dan berpotensi untuk didaurulang dengan unit pengolahan lanjutan seperti kolom adsorpsi GAC. Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan desain kolom yang sesuai. Metode penelitian meliputi uji isotherm untuk mengetahui konstanta isotherm Kf, 1/n, dan carbon usage rate (CUR) teoritis untuk adsorpsi senyawa KMnO4 dengan pemodelan Freundlich dan metode uji kolom untuk mengetahui bed life. Diperoleh nilai Kf, 1/n, dan CUR sebesar 1,1246 (mg/g)(L/mg)1/n, 0,175, dan 56,6 gram/L.
Uji kolom dilakukan selama 10 jam. Konsentrasi KMnO4 efluen melebihi baku mutu hampir pada jam ke 5 setelah mengolah air sebanyak 15700 ml. Desain kolom skala lapangan adalah berupa pipa berdiameter 12 inchi sebanyak 4 kolom, masing-masing setinggi 100 cm untuk mengolah efluen IPAL sebanyak rata-rata 10 liter per menit dengan 130 kg GAC dan bed life selama 29 minggu atau 10 bulan. Artinya setiap 7 bulan sekali, GAC di dalam kolom perlu diregenerasi.

Laundry KDS treats its waste water with a simple Sewerage Treatment Plant (STP). The quality of STP effluent is as the standard of Kepmenlh 112/2003 and potentially recycled by adding an advanced treatment like adsorption column using GAC. This final project aims to recommend the proper column design. The methods cover isotherm test to determine Kf,1/n, and teoritical carbon usage rate (CUR) to adsorb KMnO4 using Freundlich modeling, and column test to predict the bed life. It found Kf, 1/n, and CUR are 1.1246 (mg/g)(L/mg)1/n, 0.175, and 56.6 gram/L respectively.
The column test is carried out for 10 hours. The concentration of KMnO4 of the pilot column effluen sample is higher than the maximum standard at the fifth hour after treating 15000 ml of volume. The full-scale column design is made up of pipe that is 12 inch in diameter. There are 4 column with 100 cm in height respectively to treat 10 liter per minutes of STP effluent with 130 kg of GAC and bed life 29 weeks or 7 months. It means the GAC has to be regenerated once in every 7 months.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medea Dwintari Suryana
"Pada penelitian ini dilakukan penyisihan limbah sianida dan COD dari limbah cair industri tepung tapioka menggunakan teknik ozonasi adsorpsi dengan GAC. Efektivitas metode dievaluasi berdasarkan persentase degradasi sianida dan COD serta neraca massa ozon. Pengaruh metode degradasi, pH dan dosis ozon diamati menggunakan limbah sintetis yang mengandung sianida 30 ppm dan COD 1.000 ppm. Dengan menggunakan metode ozonasi adsorpsi pada pH 10 dan dosis ozon 303 mg/jam, 91,75% sianida dan 68,94% COD dari limbah sintetis berhasil didegradasi dalam waktu 1 jam. Limbah cair industri tapioka dengan konsentrasi sianida 8,5 ppm dan COD 4.625 ppm diolah dengan perlakuan serupa dan didapatkan hasil penyisihan sianida sebesar 87,06% dan penyisihan COD sebesar 43,23%.

In this research, removal of cyanide and COD in tapioca starch wastewater by ozonation adsorption using GAC was examined. The method effectiveness is evaluated from percentage of cyanide and COD degradation and ozone mass balance. Effect of degradation method, pH and ozone dose was determined using synthetic wastewater with cyanide concentration of 30 ppm and COD concentration of 1.000 ppm. Using ozonation adsorption with pH 10 and ozone generation rate of 303 mg O3/h, 91,75% cyanide and 68,94% COD from synthetic wastewater was removed in 1 hour. Tapioca starch wastewater with cyanide concentration of 8,5 ppm and COD concentration of 4.625 ppm was treated using the same operating condition. Using this method, 87,06% cyanide and 43,23% COD was removed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Chair Raza
"Proses produksi industri perminyakan terdiri dari proses primer dan proses sekunder yang menghasilkan limbah dengan kandungan fenol dan COD tinggi dengan konsentrasi berkisar antara 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorpsi merupakan salah satu alternatif pengolahan fisik untuk mengurangi zat pencemar di dalam air limbah yang memiliki desain sederhana dan mudah dalam pengoperasiannya. Pada penelitian ini, percobaan adsorpsi dilakukan secara batch dan kontinyu. Dari hasil penelitian, adsorpsi secara batch dapat mengurangi konsentrasi fenol dan COD mencapai 99,93% dan 94,49% dengan kombinasi dosis adsorben dan waktu kontak optimum 40 g/L dan 95 menit. Pada percobaan kontinyu didapatkan persentase penyisihan fenol 100-56%, COD 97-48%, amonia 100-71%, sulfida 100-5% dalam waktu operasi 235 jam. Efisiensi regenerasi dengan ethanol 100% untuk fenol dan 70% untuk COD. Data equilibrium adsorpsi fenol dan COD menunjukkan kecocokan dengan model isotherm Langmuir dan Freundlich. Data kinetika adsorpsi menunjukkan kecocokan dengan pseudo-second order model dengan nilai laju kinetika kfenol=1,247 g/mg/menit dan kCOD=0,0082 g/mg/menit. Aplikasi di lapangan membutuhkan 2 unit kolom adsorpsi dan 1 unit cadangan, dengan diameter 2 m dan tinggi total 6,5 m.

The production process of petroleum industry consists of primary processing and secondary processing that produce waste with a high content of phenol and COD concentrations ranging between 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorption is a physical treatment alternative for reducing pollutants in wastewater which has a simple design and easy in operation. In this study, the adsorption experiments performed in batch and continuous. From the result of this research, batch adsorption can reduce the concentration of phenol and COD in wastewater of petroleum industry up to 99,93% and 94,49% with a combination of adsorbent dosage and optimum contact time each of 40 g/L and 95 minutes. he continuous experiments removed 100-56% of phenol, 97-58% of COD, 100-71% of ammonia, 100-5% sulfide in 235 hours operation. Efficiency of regeneration using ethanol up to 100% of phenol and 70% of COD. Adsorption equilibrium data of phenol and COD were best fitted by Langmuir and Freundlich isotherm models. Adsorption kinetics data were best fitted by the pseudo-second order kinetics model with a rate value kfenol=1,247 g/mg/menit and kCOD=0,0082 g/mg/menit. Applications in the field required 2 column adsorption units and 1 reserve unit with a diameter of 2 m and a total height of 6,5 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nilam Sari
"Rumah Sakit, yang merupakan salah satu fasilitas kesehatan bagi publik, tentu akan menghasilkan limbah, salah satunya adalah limbah cair. Limbah cair tersebut tentu harus diolah terlebih dahulu di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit agar sesuai dengan baku mutu air limbah rumah sakit dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 58 Tahun 1995. Namun demikian, dalam proses pengolahan air limbah, tidak dapat dihindari kemungkinan terlepasnya pencemar udara mikrobiologis (bioaerosol) ke udara sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh proses pengolahan pada unit pengolahan penghasil bioaerosol serta parameter fisik udara terhadap konsentrasi bioaerosol, khususnya bakteri dan fungi, selama proses pengolahan air limbah. Hasil pengukuran yang didapatkan menunjukkan bahwa di IPAL Terpadu 1, konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bak aerasi, yaitu 17.385±10.044 CFU/m3 sedangkan konsentrasi fungi tertinggi terdapat di bak ekualisasi yaitu 2.968±1.349 CFU/m3; dan di IPAL Terpadu 2, konsentrasi bakteri tertinggi terdapat di bak ekualisasi, yaitu 6.784±4.198 CFU/m3 sedangkan konsentrasi fungi tertinggi terdapat di bak sedimentasi yaitu 2.544±899 CFU/m3. Hasil pengukuran tersebut melebihi ambang batas konsentrasi bioaerosol pemukiman yang digunakan sebagai acuan baku mutu lingkungan, yaitu konsentrasi bakteri sebesar 1.272 CFU/m3 dan fungi sebesar 388 CFU/m3. Tingginya konsentrasi bioaerosol dipengaruhi oleh beberapa parameter fisik udara. Parameter yang paling dominan memengaruhi mikroba tumbuh dan bertahan hidup di udara, yaitu temperatur dan Kelembaban udara. Untuk mencegah penyebaran bioaerosol yang berlebihan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar, diperlukan jarak penyangga IPAL RS dari lingkungan sekitar, yaitu lebih dari 50 meter. Selain itu, upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah menanam tanaman pagar atau pepohonan di sekitar IPAL RS.

Hospital, which is one of health facilities for public, will produce waste, such as wastewater. The wastewater must be processed at Hospital Wastewater Treatment Plant (WWTP) to comply with the hospital wastewater quality standard based on the Indonesia’s Ministry of Health Decree Number 58 at 1995. However, in the treatment process, it is inevitable for the possibility of microbial air pollutants (bioaerosol) released to surrounding air. The objective of this research are to study the effect of treatment processing in the unit where produced bioaerosol and the physical parameters to the concentration of bioaerosol, particularly bacteria and fungi, during the treatment processes. The measurement results show that in the Integrated WWTP 1, the highest concentration of bacteria is found in the aeration basin, which is 17.385±10.044 CFU/m3 while fungi concentration was the highest in the equalization basin which is 2.968±1.349 CFU/m3; and in the Integrated WWTP 2, the highest concentration of bacteria is found in the equalization basin, which is 6.784±4.198 CFU/m3 while fungi concentration was the highest in the sedimentation basin which is 2.544±899 CFU/m3. These measurements exceeds the threshold concentration of bioaerosol at residential area which used as a reference for environmental quality standards, which is the concentration of bacteria is 1.272 CFU/m3 and fungi is 388 CFU/m3. The high concentration of bioaerosol are affected by several physical parameters of air. The most dominant parameters that affect the microbial growth and survival in the air are temperature and humidity. To prevent excessive dispersion of bioaerosol that can cause negative impacts on the surrounding area, it is required some buffer distance from the hospital WWTP to surrounding environment, which is more than 50 meters. In addition, other preventive efforts are planting trees around the fence or surrounding the hospital WWTP area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Dwi Wulandari
"Latar belakang: Air tanah merupakan satu-satunya sumber air bersih di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok.Sampel air baku diambil dari sumur sebuah rumah kos di daerah Kukusan yang memiliki kadar besi dan mangan yang melewati standar baku air bersih yang ditetapkan Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010. Penelitian dilakukan dengan biosand filter untuk penyisihan besi dan mangan secara biologis dengan bantuan bakteri pengoksidasi besi dan mangan.
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyisihan besi dan mangan serta mengetahui pengaruh waktu tinggal, pH, dan suhu terhadap kinerja biosand filter.
Bahan dan metode: Penelitian dilakukan dengan biosand filter skala pilot plant berbentuk silinder berdiameter 20 cm yang terbuat dari bahan akrilik. Media pasir yang digunakan berdiameter 0,595 - 1,19 mm (d10 = 0,425 mm; UC 1,6) dengan ketebalan 50 cm. Penelitian dilakukan tanpa aerasi dan menggunakan waktu tinggal 24 jam.
Hasil: Dalam 40 hari penelitian, penyisihan besi dan mangan masing-masing mencapai 77,67% dan 25%. Penyisihan mangan belum mencapai steady state sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap penyisihan mangan.

Background: Ground water is tlie only water resource for Kelurahan Kukusan, Beji, Depok. Water samples collected from a board house’s well in Kukusan had relatively higher iron (Fe) and manganese (Mn) than the permissible limits specified in Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010. The study was conducted with biosand filters for biological removal of iron and manganese with the help of iron and manganese oxidizing bacteria.
Objective: The study aims to determine the removal efficiency of iron and manganese as well as determine the effect of residence time, pH, and temperature on the performance of biosand filters.
Materials and methods: The study was conducted at the cylindrical pilot plant scale biosand filter with 20 cm in diameter made of acrylic material. Medium sand used is from 0.595 to 1.19 mm in diameter (d10 = 0.425 mm; UC 1.6) with a thickness of 50 cm. The study was conducted without aeration and the use of 24-hour residence time.
Results: In the 40 days of study, the removal of iron and manganese respectively reached 77.67% and 25%. The removal of manganese has not reached steady state so that further research needs to be done against the removal of manganese.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53120
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Pricilia Duma Laura
"ABSTRAK
Inovasi dan perkembangan industri farmasi dapat memberikan dampak buruk bila tidak diiringi dengan pengolahan air limbah yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyisihan COD limbah industri farmasi melalui adsorpsi karbon aktif batu bara dan tempurung kelapa. Percobaan skala laboratorium dilakukan dengan batch adsorpsi untuk menentukan dosis adsorben (10-50 g/L) dan waktu kontak (30-150 menit) optimum. Dari hasil percobaan dan perhitungan isoterm, penyisihan COD optimum dicapai karbon aktif batu bara dan tempurung kelapa dengan dosis 150 dan 600 g/L pada waktu kontak 90 dan 120 menit. Regenerasi dengan NaOH 4% dilakukan 3 kali, di mana efisiensi regenerasi karbon aktif batu bara mencapai 84,6%; 96,0%; dan 97,8% sedangkan tempurung kelapa mencapai 60,5%; 46,0%; dan 46,6%.

ABSTRACT
Innovation and development of pharmaceutical industries may cause bad impact when they are not coupled with a good wastewater treatment. This research was conducted to investigate reduction of COD in pharmaceutical wastewater by coconut shell and coal-based activated carbon adsorption. Laboratory scale experiments were performed using batch adsorption method to determine the optimum dose of adsorbent (10-50 g/L) as well as contact time (30-150 min). Results and isotherms showed that optimum COD reduction was achieved by 150 g/L coal-based AC for 90 min and 600 g/L coconut shell-based AC for 120 min. Regeneration using NaOH 4% was performed 3 times, where the regeneration efficiency were 84,6%-96,0%-97,8% for coal-based AC and 60,5%-46,0%-46,6% for coconut shell-based AC."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Ragina B.
"ABSTRAK
Penggunaan air rumah tangga yang tinggi biasanya terjadi dalam sebuah kota
metropolitan, seperti halnya kota Jakarta. Standar kebutuhan air domestik yang
ditetapkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum adalah sebesar 126,9
liter/kapita/hari sementara standar kebutuhan air yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan adalah 150 liter/orang/hari. Menurut Kajian dan Verifikasi Cakupan
Layanan Air Minum Perpipaan di DKI Jakarta Tahun 2009, tingkat konsumsi air
rata-rata rumah tangga pelanggan PAM adalah sebesar 253,302 liter/orang/hari
sampai 261,496 liter/orang/hari, sementara tingkat konsumsi air rata-rata rumah
tangga yang bukan pelanggan PAM di wilayah DKI Jakarta adalah sebesar
204,698 liter/orang/hari. Penduduk miskin Jakarta mengalami peningkatan dari
51,24 ribu jiwa pada Maret 2011 menjadi 363,42 ribu jiwa, dibandingkan Maret
2010 yang hanya 312,18 ribu jiwa.Jumlah ini sekitar 3,75 % dari total penduduk
Jakarta. Ironisnya di beberapa tempat warga kelas ekonomi menengah bawah
terpaksa membeli air dengan harga mahal ataupun membuat sumur komunal
karena tidak terlayani jaringan pipa air bersih atau PAM. Maka diperlukan data
penggunaan air domestik pada rumah tangga kelas ekonomi menengah ke bawah
dengan harapan dapat dijadikan dasar perbaikan layanan jaringan pipa air bersih.
Melalui metode wawancara dengan menggunakan kuisioner diketahui pola
penggunaan air rumah tangga kelas ekonomi menengah ke bawah kota Jakarta
adalah mandi sebesar 193,89 liter/orang/hari, masak beras sebesar 2,66
liter/orang/hari, merebus bahan makanan sebesar 0,18 liter/orang/hari, minum
sebesar 2,23 liter/orang/hari, mencuci pakaian sebesar 42,39 liter/orang/hari,
mencuci peralatan makan sebesar 19,41 liter/orang/hari, mencuci kendaraan
sebesar 3,87 liter/orang/hari, sehingga total penggunaan air rumah tangga kelas
ekonomi menengah ke bawah di kota Jakarta adalah sebesar 264,64
liter/orang/hari. Dari seluruh data hasil sampling yang diolah dengan dengan
metode korelasi dan regresi pada Ordinary Least Square didapatkan kesimpulan
bahwa tingkat pendapatan tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaan
air rumah tangga. Data dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
penggunaan air rumah tangga yang representatif terhadap kota Jakarta.
Large quantities of household water consumption usually occurs in a metropolitan

ABSTRACT
city, as well as Jakarta. Standard domestic water requirements set by Kementrian
Pekerjaan Umum is at 126.9 liters/capita/day while the standard water
requirement established by the Departmen Kesehatan is 150 liters/person/day.
According to the “Kajian dan Verifikasi Cakupan Layanan Air Minum Perpipaan
di DKI Jakarta” in 2009, the average level of household water consumption using
PAM amounted 253.302 liters/person/day to 261.496 liters/person/day, while the
average level of water consumption of households that is not using PAM is equal
to 204.698 liters/person/day. The amount of citizens with middle-low class of
economy in Jakarta has increased from 51,240 in March 2011 to 363,420
inhabitants, compared to March 2010 is only 312.180. This amounts to about
3.75% of the total population in Jakarta. Ironically in some places middle-low
economic class citizens forced to buy water at high prices or make a communal
well as underserved water pipelines or PAM. Through interviews using a
questionnaire method it is known the patterns of water usage in household with
middle-low economic class in Jakarta. Water usage of shower is 193.89
liters/person/day, rice cooking by 2.66 liters/person/day, boiling food by 0.18
liters/person/day, drinking of 2.23 liters/person/day, washing clothes for 42.39
liters/person/day, washing dishes of 19.41 liters/person/day, washing vehicles at
3.87 liters/person/day, so the total water usege in household with middle-low
economic classes in the city is amounted to 264.64 liters/person/day. The entire
data sampling results was processed by the correlation and regression method in
the Ordinary Least Squares. It is concluded that the level of income does not
affect the use of household water significantly. The data in this study is expected
to be a source of domestic water use that are representative of the Jakarta city."
2014
S53118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risha Novriana T.
"Sebagai salah satu komponen sistem transportasi, terminal merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi. Terminal merupakan tempat dimana penumpang masuk dan meninggalkan lokasi serta mempunyai peran penting untuk pengendalian dan pengaturan sistem pelayanan angkutan umum. Permasalahan yang terjadi di terminal adalah terjadinya kondisi antrean bus yang sedang menunggu penumpang pada lajur bus terminal. Dampak yang diakibatkan oleh kondisi antrean tersebut adalah meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Salah satu emisi gas buang kendaraan bermotor yang berbahaya dan sulit dikendalikan adalah polutan NOx yang terdiri dari polutan NO dan polutan NO2. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap konsentrasi NOx pada udara ambien di sekitar lajur bus terminal. Metode yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi NOx adalah metode Griess Slatzman sesuai dengan SNI 19-7119.2-2005. Hasil penelitian menunjukkan jenis kendaraan berbahan bakar gas memiliki kontribusi terkecil dalam mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi NOx yang terukur di lajur bus terminal blok-m. Nilai korelasi hubungan antara volume bus terhadap konsentrasi NOx sebesar 0,055 – 0,856. Hasil tersebut menunjukkan bahwa korelasi antara volume bus dengan konsentrasi pencemar udara (NO dan NO2) bernilai sangat lemah hingga kuat. Nilai konsentrasi NOx yang terukur berada di bawah baku mutu 400 μg/m3. Nilai RQ hasil perhitungan menunjukkan para pemilik kios yang berada di lajur bus masih berada dalam tingkat risiko yang cukup aman.

As one component of the transportation system, terminal represents a nodal point in transportation network. Terminal is a place where passengers enter and leave the site as well as having an important role for the control and regulation of public transport service system. The problems that occur in the terminal is the condition of the bus queue for waiting the passengers at the bus lanes. Impact caused by the condition of the queue is increasing exhaust emissions of motor vehicles. One of the exhaust emissions of motor vehicles which is dangerous and difficult to control is NOx pollutants, consisting of NO and NO2. Therefore, it is necessary to study the NOx concentration in the ambient air around the terminal bus lanes. The method used for measuring the concentration of NOx is Griess Slatzman method in accordance with SNI 19-7119.2-2005. The results showed the type of gas-fueled vehicles have the smallest contribution in influencing the value of the NOx concentration measured in bus lanes Terminal Blok M. Value of the correlation relationship between the volume of buses and NOx concentration is 0,055 – 0,856. The results showed that the correlation between the volume of buses with air pollutant concentrations (NO and NO2) is worth very weak to strong. NOx concentrations measured values were well below the standards 400 μg/m3. RQ value calculation results indicate that the stall owners were in the bus lane is still in a fairly safe level of risk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>