Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17309 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Ajeng Rembulan
"Latar Belakang : Disfungsi seksual dialami oleh 22-86% perempuan pada periode pascapersalinan. Alasan yang dikemukakan untuk menunda hubungan seksual adalah kekhawatiran mengenai nyeri perineum, perdarahan, dan kelelahan. Disfungsi seksual seringkali tidak disadari, baik oleh pasien maupun oleh klinisi. Penelitian ini dilakukan untuk menilai fungsi seksual perempuan dalam waktu enam bulan setelah melahirkan spontan.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan kuesioner female sexual function index (FSFI) yang didistribusikan di antara 47 responden dalam periode September-Desember 2012. Tiap hasil individu digunakan untuk menilai fungsi seksual secara umum dan disfungsi seksual per domain. Karakteristik responden kemudian dianalisis bivariat dengan disfungsi seksual.
Hasil : Dalam enam bulan setelah persalinan spontan, 44 responden (93,6%) telah memulai kembali aktivitas seksual. Dari 47 responden, 27 (57,5%) menderita disfungsi seksual. Nilai p untuk analisis bivariat antara kelompok usia, tingkat pendidikan, paritas, derajat robekan perineum, status menyusui dan disfungsi seksual secara berturut-turut, yaitu: 0,064; 0,437; 0,836; 0,761; 0,723.
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan bermakna antara berbagai variabel yang dianalisis dengan disfungsi seksual, baik secara umum maupun per domain, dalam periode enam bulan pascapersalinan spontan.

Background : Sexual dysfunction is experienced by 22-86% women after giving birth. The reasons to delay resuming sexual intercourse is due to anxiety about perineal pain, bleeding, and fatigue. Sexual dysfunction is usually unnoticed either by patients or clinicians. This study was conducted to assess sexual function in women during six months period after spontaneous delivery.
Methods : This was a cross-sectional study using female sexual function index (FSFI) questionnaires which were distributed among 47 subjects during period of September-December 2012. Each individual results was assessed for general sexual function and per domain sexual dysfunction. Subjects characteristics were analyzed bivariately with sexual dysfunction prevalence.
Results : During six months after spontaneous delivery, 44 subjects (93.6%) had resumed sexual activity. Out of 47 subjects, 27 (57.5%) suffered from sexual dysfunction. P value for bivariate analysis between patients? age group, education level, parity, perineal rupture, breastfeeding and sexual dysfunction status were respectively 0.064; 0.437; 0.836; 0.761; 0.723.
Conclusion : There was no significant difference between various variables analyzed and sexual dysfunction, either general or per domain, in six months period after spontaneous delivery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Gede Kayika
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
D1791
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Juwi Athia Rahmini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi klien BPH terhadap disfungsi seksual. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Responder: adalah klien BPH di ruang mwat inap dan poljklinik urologi RSPAD Gatot Soebroto pada 11 - 31 Desember 2004. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Hasil analisis menunjukkan bahwa gambaran persepsi klien BPH terhadap disfungsi seksual berada pada persepsi baik dengan mean keseluruhan 2.665, faktor yang mempengaruhi dilihat dari dimensi emosional berada pada persepsi baik (65%) dengan SD 1.70, dimensi Esik beradapada persepsi baik (75%) dengan SD 1.14, dimensi intelektual berada pada persepsi baik (60%) dengan SD 1.69, dimensi lingkungan berada pada persepsi baik (70%) dengan SD 1.22, sosiokultur berada pada persepsi baik (55%) dengan SD 1.39, dan dimcnsi spiritual berada pada persepsi baik (85%) dengan SD 0.55. Peneliti menyimpulkan bahwa mean dimensi fisik dan spiritual merupakan dimensi yang nilainya lebih besar terhadap persepsi klien. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah penelitian lebih lanjut tentang pengaruh BPH pasca TUR terhadap disfungsi seksual dengan populasi yang lebih besar."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5402
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suntoro
"Latar belakang: Perubahan fungsi seksual perempuan pascapersalinan berkisar 23% - 86% dan mempunyai dampak yang signifikan dalam keharmonisan keluarga. Berbagai studi dan penelitian tentang fungsi seksual perempuan pascapersalinan banyak dilakukan dengan hasil yang berbeda karena adanya perbedaan alat ukur, waktu pengukuran serta pengontrolan variabel perancu. Penelitian ini sebagai konfirmasi dari penelitian sebelumnya serta belum adanya data yang pasti terutama di Jakarta dan Indonesia umumnya.
Tujuan: mengetahui perbandingan dorongan, bangkitan, orgasme, nyeri dan kepuasan fungsi seksual perempuan 3 bulan pascapersalinan spontan dengan seksio sesaria di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Metode: Penelitian observasional, subyek kelompok persalinan spontan dan seksio sesaria, pengukuran fungsi seksualnya 3 bulan pascapersalinan menggunakan kuisioner Female Sexual Function Index (FSFI) desain penelitian cross sectional (potong lintang), pengambilan sampel consecutive sampling. Analisis komparatif katagorik tidak berpasangan dengan chi square atau uji fisher. Analisis variabel perancu dilakukan analisis multivariat regresi logistik.
Hasil: Dari 150 responden 3 bulan pascapersalinan spontan dan seksio sesaria didapatkan 43,3% disfungsi seksual dengan 52 % spontan dan 34 % seksio sesaria. Analisa bivariat terjadinya disfungsi seksual 3 bulan pascapersalinan spontan 1,5 kali lebih besar (IK 95% 1,02-3,19) dibandingkan seksio sesaria. Gangguan hasrat/dorongan seksual 2 kali lebih besar (IK 95% 1,17-3,40) dibandingkan seksio sesaria, sedangkan gangguan orgasme 8 kali lebih besar (IK 95% 1,90-3,58) dengan variable perancu adanya robekan perineum. Gangguan bangkitan seksual, lubrikasi, kepuasan seksual dan nyeri tidak berbeda secara bermakna pada persalinan spontan dengan seksio sesaria. Analisa multivariat variabel persalinan spontan bermakna secara statistik untuk disfungsi seksual pasien 3 bulan pascapersalinan pada variabel disfungsi dorongan seksual dan pencapaian orgasme, dengan nilai p=0,008, RR 2,716 dan p=0,031 RR 6,952, sedangkan variabel usia lebih dari 30 tahun bermakna secara statistik pada disfungsi seksual pada variabel bangkitan seksual dengan p=0,021 dan RR 2,601.
Kesimpulan: persalinan spontan bermakna secara statistik untuk terjadinya disfungsi seksual 3 bulan pascapersalinan, terutama variabel dorongan seksual dan tercapainya orgasme. Sedangkan variabel usia lebih dari 30 tahun merupakan variabel yang berpengaruh pada disfungsi seksual terutama pada variabel bangkitan seksual.

Background: The alteration of postpartum sexual function on female is about 23%-86% and has a significant impact in a family?s tranquility. Many studies and research regarding postpartum sexual function on female were performed by various comparison variables such as Glasner, Barret, Thomson and Rochelle with different results because of the difference of measuring instruments, time of measurement and the control of confounding variables.
Objective: To know the comparison of encouragement, stimuli, orgasm, pain and satisfaction of female sexual function at 3 months post partum between spontaneous and cesarean section in Cipto Mangunkusumo National General Hospital in Jakarta.
Methods: This was an observational research involving subjects starting from identification of spontaneous and cesarean section group, and then their sexual function was measured at three months postpartum with Female Sexual Function Index (FSFI) questionnaire. The study design used was cross sectional with consecutive sampling. Analysis for non-paired of category comparative were chi square or fisher analysis. Analysis for confounding variables with multivariate logistic regression.
Results: From 75 respondents of spontaneous and Cesarean Section 43,3% have sexual dysfunction with 52% of spontaneous and 34% of cesarean section. Bivariate analysis of happening of sexual dysfunction at three months spontaneous was 1.5 times higher (IPK 95% 1,02-3,19) compared with cesarean section. Sexual encouragement shows a twice higher value (IPK 95% 1,17-3,40) compared to cesarean section. However, orgasm disturbance was 8 times higher (IPK 95% 1,90-3,58) with confounding variable of perineum rupture. Disturbance of sexual stimuli, satisfaction and pain were not significantly different between spontaneous and cesarean section. Multivariate analysis of vaginal labor was statistically significant for sexual dysfunction at three months postpartum in patient with sexual encouragement dysfunction and orgasm accession, with value of p=0,008, RR 2,716 and p=0,031 RR 6,952. However, more than 30 years old of age variable was statistically significant in sexual dysfunction variable with value of p=0,021 and RR=2,60.
Conclusion: Spontaneous labor is statistically significant for sexual dysfunction at three months postpartum, especially for sexual encouragement variable and orgasm accession. Meanwhile, the variables with the age of 30 years old or older.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Juanda
"Disfungsi seksual umumnya lebih sering terjadi pada laki-laki usia lanjut dengan Benign Prostatic Hyperplasia BPH . Disfungsi seksual merupakan gangguan yang ditandai dengan perubahan hasrat seksual dan perubahan psiko-fisiologis yang terkait dengan siklus respon fisiologis seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi dengan disfungsi seksual pada pasien BPH. Jenis penelitian deskriftif korelasi menggunakan desain cross-sectional, dengan sampel 83 responden diambil melalui teknik convinience sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner data demografi dan International Index of Erectile Function IIEF. Analisis yang digunakan yaitu Spearman Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik demografi usia dan pekerjaan dengan disfungsi seksual pada pasien BPH p= < 0,05 . Tingginya kejadian disfungsi seksual yang terjadi pada pasien BPH dapat dipengaruhi oleh bertambah usia.

Sexual dysfunction commonly affects older men with benign prostatic hyperplasia BPH . Sexual dysfunction is characterized by alteration in sexual desire and psycho physiological aspect associated with cycle of physiological sexual response. This study aimed to identify relationship between demographic characteristics and sexual dysfunction in patient with BPH. The study design was descriptive correlational with cross sectional approach. Total of 83 respondents were selected by convinience sampling method. This study employed demographic questionnaire and International Index of Erectile Function IIEF . The data were analyzed by Spearman correlation. The result suggested that there was a significant correlation between demographic characteristics age and occupation and sexual dysfunction in patients with BPH.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Afiyanti
Jakarta: Rajawali Pers, 2020
610.73 YAT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurul Aini
"ABSTRAK
Menopause merupakan periode normal pada perempuan ditandai dengan berhentinya siklus menstruasi selama 12 bulan. Menopause mengakibatkan organ reproduksi secara anatomi dan fungsi berubahsehingga mempengaruhi fungsi seksual perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan fungsi seksual perempuan menopause di Kelurahan Depok dan Pancoran Mas,menggunakan metode survei deskriptif, cross-sectional,dengan sampel sebanyak 106 responden, dipilih secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Female Sexual Function Index. Hasil penelitian dengan analisis univariat menunjukkan bahwa 90,6 % memiliki resiko disfungsi seksual, sedangkan 9,4% memiliki fungsi seksual normal. Penyuluhan dan konseling masalah seksualitas penting dilakukan sebagai upaya memberikan pendidikan kesehatan bagi perempuan usia menopause.

ABSTRACT
Menopause is a normal period when menstrual cycle was absent for twelve monthsconsecutively. Menopause causes reproduction organs to change anatomically and functionally thus affects female sexual function. In response, this research was conducted to describe the characteristics and sexual function of menopausal woman in Depok and Pancoran Mas sub-districts.It uses descriptive survey design with cross-sectional approach on 106 respondents chosen by consecutive sampling technique. The respondents were interviewed usingFemale Sexual Function Index. Findings, with univariat analysis, demonstrates that 90,6 % respondents have risk for sexual dysfunction while only 9,4 % repondents have normal sexual function. This research suggests it is important to conduct seminar and counseling activitiesregarding sexuality issues as an effort to educate menopausal woman.
"
2015
S61064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Proses melahirkan dapat menjadi salah satu faktor predisposisi disfungsi seksual pada perempuan. Penentuan disfungsi seksual dilakukan melalui penilaian enam domain, yaitu gairah, rangsangan, Iubrikasi, orgasme, kepuasan, dan nyeri. Penelitian deskripsi sederhana ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi seksual perempuan pasca melahirkan di suatu kecamatan di Depok tahun 2011. Penentuan Iokasi penelitian berdasarkan purposive dan random sampling pada 100 responden di suatu kecamatan di Depok dengan angka kelahiran tertinggi, yaitu 5862 (Dinkes, 2011). Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi kuesioner yang diterjemahkan dari Female Sexual Function Index (FSFI) yang telah divalidasi dan diisi sendiri oleh responden. Hasil penelitian dengan metode pengambilan data potong lintang ini menunjukkan bahwa proporsi perempuan pasca melahirkan yang mengalami disfungsi seksual sebesar 47%. Nyeri seksual menempati jenis disfungsi seksual terbanyak (35%) yang dialami responden, diikuti dengan gangguan rangsangan (14%), gangguan lubrikasi (13%), gangguan gairah (11%), gangguan orgasme (11%), dan ketidakpuasan (11%). Berdasarkan domain fungsi seksual, seorang responden dapat mengalami lebih dari satu jenis disfungsi seksual.

Childbirth process is one of sexual dysfunction predisposition factors on female. Sexual dysfunction can be assessed by six domains as desire, arousal, lubrication, orgasm, satisfaction, and pain. This descriptive quantitative research was focused on knowing the description of sexual function on post partum female in a sub-district on Depok in 2011. Research area chosen was done by purposive and random sampling method in 100 post-partum female in Kecamatan Cimanggis related to its highest number of birth rate as 5862 (Dinkes, 2011). We translated and validated Female Sexual Dysfunction (FSFI), which its questionnaires were self-administered by the respondents. This cross sectional study results in the proportion of post-partum female with sexual dysfunction is 47%. The most frequent sexual dysfunction domain is sexual pain (3593). It is followed with arousal disorder (14%), lubrication disorder (13%), desire disorder (11%), orgasm disorder (11%), and dissatisfaction (11%). Based on sexual function domain, a respondent able to has more than one type of sexual dysfunction."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
TA5956
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`aini
"ABSTRAK
Dorongan seksual yang menurun karena kemunduran organ-organ seksual pada masa menopause cenderung menyebabkan perempuan menopause menghindari atau menolak aktivitas seksual bersama pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sexual self-efficacy dengan fungsi seksual pada perempuan menopause. Penelitian berbentuk deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Kelurahan Curug Cimanggis, Jawa Barat, dari bulan April-Mei 2018 dengan metode consecutive sampling sebanyak 360 responden. Pengukuran menggunakan kuesioner Sexual Self-efficacy for Female SSE-F , Female Sexual Function Index FSFI , dan kuesioner data demografi. Hasil penelitian ini menjelaskan sebagian besar perempuan menopause mengalami disfungsi seksual 82,8 dan penurunan rerata skor efikasi diri 55,3 . Uji Chi Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sexual self-efficacy dengan fungsi seksual pada perempuan menopause p value < 0,001 . Sexual self-efficacy perlu dipertimbangkan untuk menjadi salah satu referensi dalam melengkapi instrumen pengkajian seksualitas pada perempuan menopause.

ABSTRACT
Sexual drive decreased due to the decline of sexual organs during menopause, is the reason to reject sexual activity of menopausal women. This study aims to analyze the relationship of sexual self efficacy with sexual function in menopausal women. This research is an analytical descriptive research with cross sectional approach, conducted in Curug Cimanggis Village, using consecutive sampling method of 360 respondents. Measurements were made using the Sexual Self efficacy for Female SSE F questionnaire, the Female Sexual Function Index FSFI , and the demographic data questionnaire. The results of this study explain most of menopausal women experience sexual dysfunction 82,8 and decreased self efficacy score 55,3 . Chi Square test showed a significant relationship between sexual self efficacy and sexual function in menopausal women p value "
2018
T50332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanaria Alkai
"ABSTRAK
Fungsi seksual pada perempuan merupakan suatu kondisi yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah efikasi seksual diri. Perempuan dengan kondisi infertil rentan mengalami disfungsi seksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi seksual diri dengan fungsi seksual pada perempuan infertil. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan jumlah responden 89 orang perempuan infertil. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Female sexual Function Index dan kuesioner Sexual Self Efficacy for Female. Hasil penelitian adalah adanya hubungan antara domain sensualitas, komunikasi, penerimaan diri pada efikasi seksual diri dengan fungsi seksual pada perempuan infertil, dengan p value < 0,05. Penelitian ini merekomendasikan penelitian lanjutan tentang pengalaman dan mekanisme koping pada perempuan infertil dalam menghadapi kondisinya.

ABSTRACT
Sexual function in women is a condition that can be influenced by many factors, one of which is self sexual efficacy. Women with infertile conditions are susceptible to sexual dysfunction. This study aims to determine the relationship of sexual self efficacy with sexual function in infertile women. The design of the study was cross sectional with 89 infertile women. The instruments used were Female Sexual Function Index questionnaire and Sexual Self Efficacy for Female questionnaire. The result of the research is the relationship between sensuality domain, communication, self acceptance and sexual function in infertile women, with p value "
2018
T50584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>