Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184979 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiman
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis (MTb). Penyakit infeksi M.Tb ini menyerang semua
negara di dunia. Selain menyebabkan kematian, penderita TB ini juga mengalami
kerugian secara ekonomis dan menghadapi stigma negatif di masyarakat.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita TB terbanyak ke-5 di
dunia, dan meskipun program DOTS digalakkan, penurunan insidensinya masih
belum berarti.
Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan desain cross sectional
bertujuan mengelompokkan prevalensi TB dan faktor risikonya. Dilaksanakan
pada bulan Maret sampai Juni 2013. Data yang dipergunakan merupakan hasil
dari Riskesdas dan Survei kependudukan dari BPS tahun 2007. Penggugusan
dilakukan dengan cluster analysis, sementara untuk melihat faktor penentu yang
paling berperan terhadap prevalensi TB dilakukan dengan multiple regression
analysis.
Hasil akhir pembentukan klaster yang optimal sebanyak 5, dan didapatkan
sebagian besar kabupaten/kota di wilayah Indonesia Bagian Barat dan Tengah
berada dalam satu klaster. Empat kabupaten/kota di Provinsi Papua berada dalam
satu klaster dan merupakan wilayah dengan prevalensi TB terbesar, dengan ratarata
empat faktor risiko lebih tinggi dibandingkan klaster lainnya. Faktor penentu
yang paling berpengaruh terhadap prevalensi TB adalah jumlah prevalensi
Diabetes Mellitus (DM).
Masing-masing klaster menunjukkan permasalahannya sendiri, sehingga
dalam upaya untuk menurunkan prevalensi TB di masyarakat dan dengan
keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, perlu ditentukan prioritas
program yang dilakukan untuk mengatasi faktor risiko TB sesuai dengan
permasalahan di tiap-tiap daerah.

ABSTRACT
Tuberculosis, a communicable disease transmitted by Mycobacterium
tuberculosis, has become a global issue. With its high mortality and morbidity,
this disease become a negative stigma in population Indonesia accounts for
nearly one twentieth of the global burden of TB. Although it has a growing DOTS
programme there has not been a discernible reduction in the incidence of TB in
this country.
A cross-sectional ecological study was conducted to determine TB prevalence and
its risk factors between March and June 2013. Data was taken from Basic Health
Research and Demographic Survey from Center of Statistical Bureau 2007, then
clustered with cluster analysis, while to find the most affecting risk factor on TB
data was analyzed with multiple regression analysis.
Result showed the number of optimal cluster was 5, and most city/town in west
and central Indonesian region were within one cluster. Four city/town in Papua
Province were in one cluster with highestTB prevalence, with four average risk
factor higher than other cluster. The determining factor which was the most
affecting onTB prevalence was DM prevalence.
Since each cluster has its specific problems, Indonesian government has to set
priority on program dealing with TB risk factors based on regional problems,
inspite of minimal sources."
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2013
T35078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian pengobatan penderita suspek TB Paru setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas dan RS. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder hasil survei Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP-TB) 2010. Sampel penelitian adalah anggota keluarga yang berumur ≥ 15 tahun yang mengalami gejala TB Paru sebanyak 443 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara peran pengetahuan penderita suspek TB Paru dengan Perilaku Pencarian Pengobatan TB Paru di Indonesia setelah dikontrol pekerjaan (OR=2,3, CI=1,349-3,952). Serta adanya interaksi antara pengetahuan dan pekerjaan.

This study aims to quantify the role of knowledge on treatment seeking behavior of patients with suspected pulmonary TB after controlled by age, gender, marital status, employment status, education level, distance and travel time to health center and hospital. The study was a quantitative study with cross sectional design using secondary data of Knowledge Attitudes Behaviour (PSP-TB) Survey 2010. Research sample is a sample of respondents aged ≥ 15 years with symptoms of pulmonary TB as many as 443 respondents. Based on the results of the study found there is a relationship between the role of knowledge of patients with suspected pulmonary TB with treatment seeking Behavior of Pulmonary TB in Indonesia after controlled by variable of employment status (OR = 2.3, CI = 1.349 to 3.952), and there is interaction between knowledge and employment status.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31727
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Gustina
"Indonesia termasuk ke dalam kategori high burden countries untuk beban tertinggi TB dunia, menempati urutan ketiga setelah India dan Cina. Penanggulangan penyakit ini salah satunya dengan pemodelan kejadian TB Paru dengan faktor-faktor risikonya dengan analisis regresi linear. Namun, belum tentu cocok diterapkan disemua wilayah karena memiliki kondisi geografis yang berbeda, sehingga dapat menyebabkan adanya perbedaan kasus TB Paru antara wilayah satu dengan wilayah yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dimasukkan unsur pengaruh geografis dengan pemodelan regresi linear spasial atau Geographically Weighted Regression (GWR), dalam penelitian ini untuk menilai hubungan kejadian TB Paru dengan faktor kondisi lingkungan fisik rumah, kondisi lingkungan rumah tinggal, karakteristik kependudukan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan terhadap kejadian TB Paru. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sampel penelitian ini adalah responden dalam Riskesdas 2010 berusia 15 tahun ke atas di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di tiap Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat kecuali Majalengka dan Pekerjaan juga berhubungan hanya di Kabupaten Bogor.

Indonesia is in the category of high-burden countries for the highest burden of Pulmonary Tuberculosis of the world, the third rank after India and China. The effort to overcome this disease is to do modeling the prevalence of Pulmonary Tuberculosis using linear regression model globally. However, it is not necessarily suitable to be applied in all areas because every area has different geographical condition, so it can lead to differences of TB cases between one region with another region. Therefore, the effect of geographic elements need to be incorporated with linear regression modeling spatial or Geographically Weighted Regression (GWR). This study applied GWR model to assess the association of Pulmonary Tuberculosis prevalence by the physical condition of the home environment, residential environment, demographic characteristics, and health care utilizing factors on the prevalence of Pulmonary Tuberculosis. This study used a cross-sectional study design using Riskesdas Data - 2010. Samples in this study were Riskesdas 2010 respondents aged 15 years and over in West Java. The results showed that utilize of health care is the dominant factor associated with the prevalence of Pulmonary Tuberculosis in each district/city of West Java except Majalengka, also related employement status only in Bogor Regency.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hayanti
"Analisis Data e-TB Manager Subdit Tuberkulosis - Kemenkes RI TB resistensi obat khususnya TB-XDR pada program pengendalian TB menjadi burden. Berbagai upaya pengendalian TB dilakukan untuk mencapai target global yaitu bebas TB, salah satunya melalui penurunan insiden gagal pengobatan. Penelitian untuk melihat gagal pengobatan TB-XDR belum dilakukan di Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gagal pengobatan pasien TB-XDR di Indonesia tahun 2009 - 2017 dengan menggunakan data sekunder dari aplikasi eTB manager di Subdit Tuberkulosis - Kementerian Kesehatan RI. Sebanyak 151 pasien TB- XDR di Indonesia dianalasis dengan cox regression terdapat 28 19 pasien TB-XDR yang sembuh, 2 1 pengobatan lengkap, 38 25 gagal pengobatan, 4 3 lost to follow up, 35 23 meninggal dunia dan 44 29 tidak dievaluasi.
Dari penelitian ini diketahui bahwa pasien yang interupsi pengobatan le 60 hari berisiko 0,57 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan HR 0,57; 95 CI -1,29 - 0,15 dan nilai p 0,12 sedangkan pada pasien yang interupsi >60 hari berisiko 0,11 kali lebih kecil untuk terjadi gagal pengobatan dibanding kelompok yang tidak interupsi HR 0,11; 95 CI -3,67- -0,69 dan nailai p 0,00 . Pasien yang memiliki kavitas paru berisiko 3,60 kali lebih besar untuk terjadi gagal pengobatan dibandingkan yang tidak memiliki kavitas paru HR 3,60; 95 CI 0,50 - 2,06 dan nilai p 0,00 . Program pengendalian TB-XDR di Indonesia diharapkan lebih memfokuskan intervensi pada interupsi pengobatan dan kavitas paru.

TB drug resistance especially XDR TB on TB treatment program becomea burden. Many programs have been conducted to achieve global target, free ofTB, one of strategy is to decrease failed treatment. Study to prove failed treatmenton XDR TB never been conducted in Indonesia. Purpose of this study is todetermine the various factors associated with failure treatment on patients withXDR TB in Indonesia in 2009 ndash 2017 was conducted using secondary data fromthe e TB manager application in Sub Directorate Tuberculosis. Based on analysisby cox regression 151 patients with XDR TB in which 28 patients 19 cured, 2 1 complete treatment, 38 25 failed treatment, 4 3 lost to follow up, 35 23 died and 44 29 do not be evaluated.
From this research it is known thatpatients who are interruption treatment le 60 days have a lower risk 0.57 timesmore likely to occur as treatment failure HR 0.57 95 CI 1.29 ndash 0.15 and pvalue 0.12 otherwise patients who are interruption treatment 60 days have alower risk 0.11 times more likely to occur as treatment failures compared to thegroup that is no interruption HR 0.11 95 CI 3.67 0.69 and p value 0.00 .Patients with lung cavities have 3.60 times greater risk for treatment failure thanthey who have no lung cavity HR 3.60 95 CI 0.50 2.06 and p value 0.00 .Treatment program XDR TB resistant in Indonesia is expected to be more focusedintervention to interruption treatment and lung cavity.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang: Pelayanan kesehatan adalah salah satu tempat kerja di mana risiko tertular TB lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian ini bertujuan menganalisis TB paru pada pekerja Puskesmas di enam kabupaten/kota di Indonesia Metode: Penelitian dilakukan secara potong lintang, melibatkan 509 pekerja yang bertugas di 50 Puskesmas (Puskesmas rujukan mikroskopis dan Puskesmas pelaksana mandiri) di 6 kabupaten/kota di 3 Provinsi. Data TB paru dalam 12 bulan terakhir berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan diperoleh dari wawancara. Hasil pemeriksaan spesimen dahak SPS yang dilakukan di laboratorium Puskesmas dan dikonfirmasi oleh 2 laboratorium rujukan. Hasil: Dua dari 509 responden (0,39%) menderita TB paru dalam 12 bulan yang lalu berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan satu di antaranya masih dalam pengobatan TB. Semua responden tidak ada yang menderita TB paru aktif (hasil sediaan apus negatif). Kemungkinan ada hubungan nya dengan pekerjaan belum dapat disingkirkan. Kesimpulan Pekerja Puskesmas berpotensi tertular TB paru Peningkatan pengetahuan tentang penularan TB dan pencegahannya perlu diberikan kepada pekerja puskesmas.
"
Lengkap +
BULHSR 17:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kurniasih
"Tesis ini membahas mengenai faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2007. Penelitian ini merupakan studi observasional deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menyarankan bahwa pemerintah perlu meningkatkan upaya promotif dan preventif dalam rangka mengeliminir berkembangnya penyakit tuberkulosis paru; pemerintah juga harus meningkatkan anggaran kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari sisi kesehatan.

This thesis concerns the relationship of risk factors of lung tuberculosis prevalence in Indonesian labor force at 2007. This research uses descriptive observation analysis with cross sectional design model. The recommendation are the government needs to increase the promotion and preventive effort for eliminating of spreading lung tuberculosis disease, and the government should to increase especially health budget for increasing the human resources quality."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26272
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maitri Febrianthi
"Pendahuluan: Tuberkulosis pleura merupakan bentuk TB ekstra paru paling umum kedua setelah TB kelenjar dan merupakan penyebab utama efusi pleura di daerah endemik TB. Diagnosis dan pengobatan cepat dan tepat sangat penting dalam pengelolaan TB pleura karena dapat menjadi progresif dan mengenai organ lain. Sampai saat ini, penegakkan diagnosis TB pleura masih menjadi tantangan.
Tujuan: Mendapatkan model prediksi diagnosis TB pleura berdasarkan klinis, radiologi thoraks, analisa cairan pleura, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi dan melakukan uji diagnostik pemeriksaan analisa cairan pleura, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi pada pasien terduga TB pleura dengan biakan TB MGIT sebagai baku emas.
Metode: Desain penelitian potong lintang. Subjek penelitian terdiri dari 50 pasien efusi pleura terduga TB. Dilakukan pemeriksaan analisa cairan pleura, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi. Klinis pasien dan radiologi thoraks diperoleh dari rekam medik pasien. Analisis data dilakukan untuk uji diagnosis, analisis bivariat, multivariat, dan Receiving Characteristics Operator (ROC), dan analisis bootstrapping pada Kalibrasi Hosmer-Lemeshow.
Hasil: Uji diagnosis analisa cairan pleura yaitu eksudat dengan MN>50% yaitu sensitivitas 83,3%, spesifisitas 38,6%, NPP 15,6%, NPN 94,4%. Pemeriksaan ADA yaitu sensitivitas 66,7%, spesifisitas 95,5%, NPP 66,7%, NPN 95,5%. Pemeriksaan BTA metode sitosentrifugasi yaitu sensitivitas 50%, spesifisitas 97,7%, NPP 75%, NPN 93,5%. Model prediksi diagnosis TB pleura adalah Logit (y) = -4,872+(2,025xEksudat dengan MN>50% +3,308xADA +2,438xBTA).
Kesimpulan: Determinan diagnosis dan komponen sistem skor TB pleura adalah eksudat dengan MN>50%, ADA dan BTA metode sitosentrifugasi. Sistem skor diharapkan menjadi alat bantu diagnosis TB pleura. Berdasarkan uji diagnosis, pemeriksaan analisa cairan pleura yaitu eksudat dengan MN >50% baik untuk penapisan, sedangkan pemeriksaan ADA dan BTA metode sitosentrifugasi baik untuk menegakkan diagnosis.

Introduction: Pleural tuberculosis is the second commonest form of extrapulmonary TB after Lymph node and the main cause of pleural effusion in TB endemic areas. Early diagnosis and treatment is important because of its progressivity and spread to other organs. Until now, diagnosis of pleural TB remains a challenge.
Objective: This study aims to obtain prediction model based on clinical data, chest x-ray, pleural fluid analysis, ADA, and cytocentrifuged AFB, and perform diagnostic study on pleural fluid analysis, ADA, and cytocentrifuged AFB in suspected TB patients with TB MGIT culture as the gold standard.
Methods: This is a cross-sectional study on 50 pleural effusion patients suspected with TB. Pleural fluid analysis, ADA, and cytocentrifuged AFB tests were performed. Clincal data and x-rays were obtained from patient records. Statistical analysis include bivariate and multivariate analysis, ROC analysis, and bootstrapping in Hosmer-Lemeshow calibration test.
Results: The result of exudate and MN > 50% in pleural fluid analysis yielded 83.3% sensitivity, 38.6% specificity, 15.6% PPV, and 94.4% NPV. The result of > 40 U/L in ADA test showed 66.7% sensitivity, 95.5% specificity, 66.7% PPV, and 95.5% NPV. Cytocentrifuged AFB test yielded 50% sensitivity, 97.7% specificity, 75% PPV, and 93.5% NPV. Pleural TB prediction model was Logit (y) = -4,87 2+ 2,025 x exudate with MN > 50% + 3,308 x ADA + 2,438 x cytocentrifuged AFB.
Conclusion: Diagnostic determinants and pleural TB score components are exudate with MN > 50%, ADA, and cytocentrifuged AFB. Scoring system is expected to aid pleural TB diagnosis. Based on ROC analysis, exudate with MN > 50% in pleural fluid analysis is good for screening, while ADA and cytocentrifuged AFB tests are good for diagnosis.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lismarni
"Tuberkulosis (TBC) paru masih merupakan penyakit menular yang mengancam kesehatan masyarakat di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penderita TBC paru terbesar ketiga di dunia. Diperkirakan terjadi 300 kematian akibat TBC paru setiap hari dan 100.000 kematian pertahunnya di negara ini. Tingginya morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini menunjukkan masih rendahnya cakupan dan intervensi dari kesehatan lingkungan. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan fisik rumah merupakan faktor risiko terhadap kejadian TBC paru. Faktor intensitas cahaya, terutama cahaya matahari dalam rumah, luas ventilasi dan kepadatan penghuni rumah sangat berperan dalam penularan TBC paru.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengaruh dari lingkungan fisik rumah terhadap tersangka penderita TBC paru di Indonesia tahun 2004. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model yang fit guna memprediksi tersangka penderita TBC paru di Indonesia.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data Susenas 2004. Sampel adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang terpilih di daerah perkotaan dan perdesaan Indonesia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, dimana variabel exposure dan variabel outcome dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Data diperoleh dari daflar pertanyaan dalam kuesioner Susenas 2004, modul perumahan dan kesehatan. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariabel, bivariabel dan multivariabel dengan menggunakan teknik analisis regresi logistik untuk pengujian hipothesis.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tersangka penderita TBC paru di Indonesia masih tinggi (6,17%), daerah perdesaan (6,41%) lebih tinggi dibanding perkotaan (5,83%). Penelitian juga membuktikan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yaitu kepadatan hunian, ventilasi dan pencahayaan alami dalam rumah merupakan faktor risiko terhadap tersangka penderita TBC paru dengan nilai yang bervariasi antar wilayah.
Agar sumber penular di populasi dapat segera diketahui dan diobati maka penjaringan tersangka penderita sebaiknya dilakukan melalui upaya active case finding. Gerakan masyarakat peduli TBC dapat dilakukan dengan jalinan kemitraan yang erat antara pemerintah dengan berbagai organisasi di masyarakat. Peran dan wewenang dins kesehatan pada masing-masing pemerintah daerah jugs perlu ditingkatkan.

Lung Tuberculosis is one of infectious disease that still threatening public health in the world, especially in developing countries. Indonesia is the third largest developing country in number of lung tuberculosis victim. There is an estimated of 300 death per day and 100.000 per year due to this disease. The high of morbidity and mortality of this disease shows that the inclusiveness and environmental health intervention are still low. Some research proves that physical house environment is a risk factor of lung tuberculosis incident. Light intensity factor, especially sunlight that coming through into the house, sufficient ventilation and density of house inhabitant are also determine infection factor of disease.
Purpose of the research is to get a description and influence of physical house environment to suspected lung tuberculosis in Indonesia of 2004. This research is in order to get an analysis model that suit to predict number of suspected lung tuberculosis in Indonesia.
This is an advance analysis research of National Social Economic Survey 2004. Sample of the research is citizen of rural and urban in Indonesia, with age 15 years above. Design of the research is cross sectional design, where exposure and outcome variables are collected simultaneously. Data is collected by using questionnaire of National Social Economic Survey 2004, housing and health modules. Univariable, bivariable and multivariable analysis will be conducted by using logistic regression analysis technique for hypothesis tests.
The result of this research shows that total number of suspected lung tuberculosis in Indonesia is still high (6,17%), where incident rate in the rural area (6,41%) higher than urban area (5,83%). The research also proves that the factors of physical house environment; density of house inhabitant, ventilation and natural lighting are risk factor to suspected lung tuberculosis with various range among the district.
Active case finding is recommended to be done to detect the suspect lung tuberculosis victims therefore source of infection can immediately be identified and cured. Public movement for tuberculosis may also be done with a solid cooperation between government and public organizations. Roles and responsibilities of health department in each local authority is also need to be developed.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Masud
"Latar Belakang: Peraturan Kementerian Kesehatan No.15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jamaah haji menempatkan pasien dengan infeksi tuberkulosis dapat masuk dalam kategori tidak memenuhi syarat Isthitaah pada Tuberkulosis Totally drug Resistance (TDR) atau tidak memenuhi syarat Istithaah sementara pada Tuberkulosis sputum BTA Positif, Tuberkulosis Multi Drug Resistance, sehingga jamaah haji dengan TB berpotensi tidak dapat melaksanakan rukun islam kelima tersebut. Selain itu tingkat kebugaran dengan kategori cukup disyaratkan untuk memenuhi Istithaah kesehatan sesuai pasal 10. Saat ini belum ada laporan mengenai karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi Istithaah kesehatan pada jemaah haji dengan infeksi tuberkulosis Tujuan: Mengetahui karakteristik jamaah haji DKI Jakarta dengan infeksi tuberkulosis, mengetahui proporsi dan faktor-faktor terkait Istithaah kesehatan pada Jamaah haji dengan infeksi tuberkulosis. Metode: Studi potong lintang terhadap 31 jemaah haji DKI Jakarta yang sedang mendapatkan pengobatan tuberkulosis pada saat pelaksanaan ibadah haji tahun 2018. Kuesioner juga dilakukan terhadap Tim Kesehatan Haji Indonesia yang mendampingi subyek sebagai data tambahan. Analisa bivariat terhadap variabel kategorik-kategorik dilakukan menggunakan uji Chi Square atau bila persyaratannya tidak terpenuhi, maka dilakukan uji Fisher. Selanjutnya analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil: Pada studi ini didapatkan 31 subyek jemaah haji dengan Infeksi tuberkulosis dan menjalani pengobatan pada penyelenggaraan haji 2018. Dari data tersebut diketahui Sebagian besar subyek dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki: 19/31(61,3 %) dan hampir seluruhnya berusia antara 40 hingga 60 tahun keatas: 30/31(96.8%). Sebagian besar subyek memiliki IMT yang normal atau lebih: 28/31 (90.3 %). Penegakan diagnosis TB pada jamaah haji lebih banyak melalui konfirmasi klinis: 17/31 (54.8%) dengan 93% subyek tidak bergejala. Seluruh subyek sudah menyelesaikan fase intensif dan memiliki BTA negatif yang dinyatakan layak terbang. Pada penelitian ini, mengacu kepada Peraturan Kementerian Kesehatan No.15 Tahun 2016, seluruh subyek memenuhi syarat Istithaah kesehatan haji dalam kriteria Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan Haji dengan Pendampingan, yaitu subyek menderita TB dengan sputum BTA negatif pada pemeriksaan akhir kelayakan terbang: 29/31 (94%) atau TB MDR yang sudah dinyatakan layak pergi haji oleh Tim Ahli Klinis TB MDR: 2/31 ( 0.6 %). Subyek jemaah haji dengan Infeksi tuberkulosis memiliki tingkat kebugaran cukup 12/31 (38.7%), kurang 13/31 (41.9%) dan sangat kurang 6/31 (19.30%), sesuai dengan kriteria kebugaran yang ditetapkan dalam penelitian ini. Hasil Kuesioner kepada Tim Kesehatan Haji Indonesia diketahui bahwa semua jamaah mampu melakukan Thawaf, Sai, dan wukuf di Padang Arafah sebagai rukun haji. Kesimpulan: Subyek yang sudah menyelesaikan fase intensif dengan sputum BTA yang negatif atau TB MDR yang dinyatakan layak berangkat haji oleh TIM Ahli Klinis TB MDR dinyatakan layak terbang pada pemeriksaaan kesehatan tahap ketiga dengan Memenuhi Syarat Istithaah dengan Pendampingan. Sebanyak 19/31 subyek jamaah haji dengan tuberkulosis memiliki tingkat kebugaran dibawah nilai cukup. Meskipun demikian jamaah haji dengan infeksi tuberkulosis masih mampu menjalankan rukun haji di tanah suci. Pada penelitian ini, komorbid, lama pengobatan dan kadar Hb tidak signifikan secara statistik mempengaruhi Istithaah kesehatan dengan infeksi tuberkulosis.

Background: Indonesian Ministry of Health Regulation No. 15 of 2016 on health policy for Hajj pilgrims puts patients with tuberculosis (TB) infection in the category of not fulfilling Isthahah (conditions Totally Drug Resistance TB) or does not meet temporary Istithaah ( Smear positif TB, Multi Drug Resistance (MDR) TB), so that pilgrims with TB potentially unable for hajj. In addition, the level of fitness with sufficient category is required according to chapter 10. At present, there is no reports on the health Istithaah of pilgrims with tuberculosis infection. Objective: To determine the characteristics of DKI Jakarta pilgrims with tuberculosis infection, to find out the proportion of low fitness levels for pilgrims with tuberculosis infection and to find out the factors related to Istithaah. Methods: A cross-sectional study of 31 Special Capitol Region of Jakarta pilgrims who were receiving tuberculosis treatment during the Hajj pilgrimage in 2018 was conducted; in addition, the Indonesian Hajj Health Team who accompanied the subjects was also included as additional data. Bivariate analysis of categoric-categoric variables are done using Chi Square method or as alternative, the Fisher method is used if the Chi Square test requirements are not fufille. Significant variables will be further analyzed with multivariate analysis using the logistic regression test Results: A total of 31 subjects of the Hajj were found with tuberculosis infection and underwent treatment. The majority were male: 19/31 and aged above 40 years old : 30/31, BMI normal or more: 28/31, diagnosis through clinical confirmation: 17/31 with 29/31 of subjects asymptomatic. All subjects have completed the intensive phase of TB treatment. Subjects with negative sputum smear at the final inspection of flightworthiness: 29/31 or MDR TB that has been declared eligible for Hajj by the MDR TB Clinical Expert Team: 2/31 .Subjects of pilgrims with tuberculosis infection have a sufficient fitness level of 12/31, less :13/31 and very less :6/31 , according to the fitness criteria established in this study. The results of the questionnaire to the Indonesian Hajj Health Team revealed that all pilgrims were able to do Thawaf, Sai, and stay in Padang Arafah. Conclusion: Subjects who have completed the intensive phase with negative sputum smear or MDR TB who were declared eligible by the MDR TB Clinical Expert Team were declared eligible to hajj with Istithaah Requirements with Assistance. As many as 19/31 of Hajj pilgrims with tuberculosis had a level of fitness below sufficient value. Nevertheless, subjects are still able to run the pillars of the Hajj. Nevertheless, subjects are still able to run the pillars of the Hajj. In this study, comorbidities, duration of treatment and HB level were not statistically significant affecting health status with tuberculosis infection."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Said Mardani
"Kematian TBC di Indonesia merupakan cerminan dinamika kompleks upaya penanggulangan TBC di tingkat regional, termasuk di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Pada tahun 2022 kematian penderita TBC di Kabupaten Indragiri Hulu sebesar 7,1% dari total penderita TBC yang dilaporkan dan diobati, menjadikan Indragiri Hulu menempati peringkat kedua kematian TBC terbanyak di Provinsi Riau. Selain itu, kematian penderita TBC di Indragiri Hulu juga menunjukkan tren meningkat dari 0,8% (2020), menjadi 6,3% (2021), dan meningkat lagi menjadi 7,1% (2022). Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko semua kematian penderita TBC di Kabupaten Indragiri Hulu. Desain penelitian ini adalah kohort restrospektif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari aplikasi SITB Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2020-2023. Sebagai populasi penelitian adalah seluruh penderita TBC di Kabupaten Indragiri Hulu tahun 2020-2023 berjumlah 2.073 orang. Sampel berjumlah 1.908 subjek yang dipilih menggunakan teknik total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan ekskluasi. Analisis data meliputi analisis univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dan deskriptif probababilitas survival kumulatif, analisis bivariat menggunakan metode Kaplan-Meier dan uji logrank, dan analisis multivariat menggunakan uji cox regression. Hasil penelitian menunjukkan kematian penderita TBC sebesar 6,6% dari total kasus TBC dengan insidens kematian 40 per 100.000 orang-hari dan probabilitas survival kumulatif diakhir pengamatan (hari ke-640) sebesar 31,12%. Model akhir analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor risiko semua kematian penderita TBC di Kabupaten Indragiri Hulu adalah umur ≥50 tahun (HR=4,241, 95%CI: 2,902-6,197), status HIV (HR=8,104, 95%CI: 2,553-25,722), riwayat pengobatan sebelumnya (HR=1,848, 95%CI:1,076-3,174), dan resistensi obat (baseline HR=5,739, 95%CI: 1,482-22,225). Status HIV menjadi faktor risiko kematian penderita TBC yang paling dominan.

TBC deaths in Indonesia are a reflection of the complex dynamics of TB control efforts at the regional level, including in Indragiri Hulu Regency, Riau Province. In 2022, TBC deaths in Indragiri Hulu Regency will be 7,1% of the total TBC cases reported and treated, making Indragiri Hulu the second highest TBC death rate in Riau Province. Apart from that, TBC deaths in Indragiri Hulu also show an increasing trend from 0.8% (2020), to 6.3% (2021), and increasing again to 7.1% (2022). The main objective of this research is to determine the risk factors for all deaths of TB patients in Indragiri Hulu Regency. The design of this study was a retrospective cohort. This research uses secondary data from the Indragiri Hulu Regency SITB application for 2020-2023. The research population is all TBC patients in Indragiri Hulu Regency in 2020-2023 totaling 2,073 people. The sample consisted of 1,908 subjects selected using total sampling techniques based on inclusion and exclusion criteria. Data analysis included univariate analysis using frequency distribution tables and descriptive cumulative survival probabilities, bivariate analysis using the Kaplan-Meier method and logrank test, and multivariate analysis using the cox regression test. The results of the study showed that TBC death was 6.6% of the total TB cases with an incidence of death of 40 per 100,000 person-days and a cumulative survival probability at the end of observation (day 640) of 31.12%. The final model of the multivariate analysis showed that the risk factors for all TBC deaths in Indragiri Hulu Regency were age ≥50 years (HR=4,241, 95%CI: 2,902-6,197), HIV status (HR=8,104, 95%CI: 2,553-25,722), treatment history (HR=1,848, 95%CI:1,076-3,174), and drug resistance (HR=5,739, 95%CI: 1,482-22,225). HIV status is the most dominant risk factor for TBC death.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>