Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggy Pradiftha Junfithrana
"Antena merupakan elemen fundamental dalam sistem komunikasi nirkabel. Sebagai sebuah konduktor, antena akan mengubah gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnetik yang diradiasikan diudara maupun sebaliknya. Kinerja sebuah antena ditentukan oleh karakteristik radiasi yang dihasilkan meliputi pola radiasi, gain, direktivitas, polarisasi, impedansi, VSWR, dan bandwidth.
Pengukuran antena dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik radiasi sebuah antena. Proses pengukuran pola radiasi dan gain antena di ruang Anechoic chamber DTE Universitas Indonesia masih dilakukan secara manual, hal ini berakibat pada kecepatan proses pengukuran yang cukup lama dan ketelitian hasil pengukuran yang berbeda-beda untuk setiap pengukuran. Pada penelitian ini, dibangun sebuah sistem pengukuran karakteristik radiasi antena secara otomatis dengan menggunakan Network Analyzer HP8753E, rotator antena jenis Roll-Over-Azimuth, komputer dan sebuah program aplikasi. Rancang bangun rotator antena menggunakan mikrokontroler AT-Mega328 (Arduino) sebagai pengendali dua buah motor stepper, dan pembuatan program aplikasi menggunakan software LabVIEW sebagai antarmuka dengan pengguna. Sistem diimplementasikan pada pengukuran antena jenis dipol, mikrostrip patch segi empat, dan mikrostrip array 4x1 elemen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang dibangun dapat memberikan hasil pengukuran yang lebih akurat, dengan mengurangi kesalahan pembacaan sudut pada rotator antena dan pembacaan nilai parameter S12/S21 pada Network Analyzer. Disamping itu, waktu pengukuran menjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan pengukuran secara manual, dimana hasil pengukuran pola radiasi pada tahapan sudut 11,250, 4,50 ,dan 2,250 berturut-turut membutuhkan waktu 1, 2, dan 5 menit, sedangkan hasil pengukuran gain pada rentang sudut radiasi utama 360 membutuhkan waktu 4 menit.

Antenna is a fundamental element in a wireless communication system. As a conductor, the antenna will change the electrical waves into electromagnetic waves and then radiated in the air. Performance of an antenna is determined by the characteristics of the resulting radiation including radiation pattern, gain, directivity, polarization, impedance, VSWR, and bandwidth.
Antenna measurements are conducted in order to determine the radiation characteristics of an antenna. Measurement process of antenna radiation patterns and gain in Anechoic chamber DTE University of Indonesia is still done manually, therefore the measurement process takes longer time to finish and the measurement result can be not to accurate. In this research, constructed an automatically system to measure antenna radiation characteristics by using Network Analyzer HP8753E, antenna rotator Roll-Over-Azimuth, a computer and an application program. The Design of the antenna rotator is using AT- Mega328 microcontroller (Arduino) as controlling two stepper motors and application program using LabVIEW software as the interface with user. Implemented systems for measuring dipole antenna, rectangular microstrip patch, and 4x1 microstrip array elements.
The results showed that the system could provide a more accurate measurement results, by reducing reading errors from antenna rotator angle, and parameter values on the Network Analyzer S12/S21. In addition, the measurement time is faster when compared to manual measurement, where the measurement results of phase angle radiation pattern at 11,250, 4,50, and 2,250 respectively takes 1, 2, and 5 minutes, while the gain measurements in the main radiation angle range 360 takes 4 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathaniel Nicholas Norvin Lambok Mangatas
"Pengukuran antena dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik radiasi sebuah antena, dengan proses pengukuran dilakukan di ruang laboratorium Prof. Fitri Yuli Zulkifli di DTE Universitas Indonesia. Proses pengukuran masih dilakukan secara manual dan beberapa parameter seperti pola radiasi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan pengambilan data. Dengan demikian, dibutuhkan sistem pengukuran antena secara otomatis yang dapat mengendalikan instrumen pengukuran antena yang sudah tersedia untuk mempermudah proses pengambilan data untuk pengukuran antena. Dalam penelitian ini, dirancang sistem pengukuran karakterisasi antena secara otomatis dengan menggunakan library libFTDI dan R&S VISA untuk mengendalikan instrumen pengukuran Vector Network Analyzer (VNA ) dan rotator antena. Hasil implementasi dan pengujian aplikasi menunjukkan bahwa sistem pengukuran yang diajukan dapat mempermudah dan mempersingkat proses pengukuran antena dimana hasil pengukuran pola radiasi pada tahapan sudut 10 dan 5 derajat berturut-turut membutuhkan waktu 3 dan 5 menit.

Antenna measurements are conducted to determine radiation characteristics of the antenna. Measurements conducted in Prof. Fitri Yuli Zulkifli laboratory DTE Uniiversity of Indonesia is still done manually, and some parameter such as radiation pattern is labor-intensive and takes a lot of time to collect the data required. An automated measurement system required to control instrument measurements in the laboratory to measure radiation characteristics of the antenna automatically. This research proposed an automatic antenna radiation characteristics measurement system with libFTDI and R&S VISA library used to control and communicates Vector Network Analyzer (VNA) and antenna rotator. The result showed that the proposed system could facilitate users to measure antenna under test, where the measurement results of radiation pattern at 10 and 5 degrees respectively takes 3 and 5 minutes to run."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Dony Canisius
"Radio Frequency Identification (RFID) adalah salah satu teknologi yang sedang berkembang dan telah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang kesehatan, salah satunya adalah untuk aplikasi monitoring pasien. Sistem RFID terdiri dari tag yang akan diimplan ke dalam tubuh manusia dan reader yang akan ditempatkan disalah satu sudut ruangan. Penggunaan tag dalam tubuh dimaksudkan untuk mengurangi resiko kehilangan tag, tidak terlihat dan cocok untuk pasien yang kurang kooperatif. Antena tag RFID yang dirancang digunakan untuk aplikasi medis dengan frekuensi 923-924 MHz, dan diimplan dibagian lengan atas manusia. Tag RFID diimplan diantara lapisan kulit dan lapisan lemak dari lengan manusia. Tag antena memiliki gain sebesar -19,87dBi. Antena yang akan dirancang bangun adalah berupa antena dipole yang dibuat dari kombinasi helix dan folded yang akan diimplan di dalam tubuh setelah dibungkus dengan silika terlebih dahulu guna mengurangi efek radiasi ke tubuh.. Untuk mengetahui karakteristik antena pada saat diimplan pada tubuh manusia, digunakan media phantom berupa liquid phantom sebagai media validasi. Antena setelah disimulasi dengan model lengan manusia di frekuensi 924 MHz memiliki bandwidth 854,68 - 990,34 MHz. Antena setelah diukur di dalam liquid phantom memiliki bandwidth 908 - 997 MHz. Pola radiasi dari antena dipole ini dapat dilihat secara simulasi berdasarkan sudut elevasi pada bidang YZ, XY dan XZ. Namun, pada saat pengukuran, arah dan sudut elevasi dari pola radiasi dilihat hanya pada bidang XY.

Radio Frequency Identification (RFID) is one of the developed technologies which is used in several applications, including for medical field applications such as patient monitoring purpose. The RFID system is consisted of a medical tag that is implanted into the human body and a reader unit that is installed in one of the room's corner. The use of the implanted tag is intended to reduce the risk of the tag being lost, it is invisible and ideal for noncooperative patients. RFID tag antenna is designed to be used in medical aplications with frequency of 923 -925 MHz and implanted in human’s upper arm. The RFID is designed to be tag implanted between layers of skin and fat layer of human arm. The tag antenna has a gain of - 19.87 dBi. The antenna is a modified dipole antenna with combination of helix and folded dipole antenna and will be implanted in the body after it is wrapped with silica to reduce the effects of radiation to the human body. To determine the characteristics of the antenna when implanted in the human body, the media used is in the form of a liquid phantom as validation media. The antenna after simulated by the model of the human arm in frequency 924 MHz, has a bandwidth from 854.68 – 990.34 MHz. This modified dipole has been measured in liquid phantom with bandwidth from 908 - 997 MHz. The radiation pattern from this antenna in simulated based on elevation angle in plane YZ, XY and XZ. However, for the radiation pattern measurement, the direction and elevation angle are measured only in the XY plane."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Kuncoro Adhi
"Berbagai macam tindak terorisme telah terjadi di antara umat manusia. Kamera keamanan untuk mendeteksi bahan-bahan berbahaya dikembangkan manusia untuk mencegah terjadinya tindak terorisme. Teknologi yang sudah ada seperti kamera sinar X memiliki kelemahan yaitu efek samping yang berbahaya bagi tubuh manusia. Untuk itu, manusia mengembangkan teknologi kamera dengan menggunakan rentang Terahertz. Rentang yang digunakan adalah inframerah dan gelombang Terahertz 0.3 - 5 Thz.
Inframerah digunakan untuk mendeteksi benda asing yang diselipkan pada tubuh manusia, sedangkan rentang gelombang Terahertz digunakan untuk mendeteksi material berdasarkan proses spektroskopi. Mikrobolometer digunakan untuk mendeteksi gelombang inframerah. Sedangkan antena Terahertz digunakan untuk mendeteksi frekuensi gelombang antara 0.3 sampai 5 Thz.
Penelitian ini bertujuan untuk mengabungkan dan mengintegrasikan mikrobolometer dengan antena Terahertz. Kedua komponen ini digunakan secara terpisah namun dalam satu struktur. Sensor diharapkan akan menjadi lebih murah dengan hasil yang cukup baik.
Metode yang digunakan adalah simulasi dan menganalisa hasil dan nilai-nilai parameter yang penting. Desain baru antena mikrobolometer yang digandeng dengan antena Teraherzt memilki penyerapan inframerah yang lebih kecil dibandingkan dengan mikrobolometer tanpa antena. Namun desain baru memiliki keunggulan yaitu mampu mendeteksi gelombang Thz 1.96 sampai 1.97 Thz dan inframerah. Desain juga memiliki waktu siklus yang singkat dan dapat digunakan untuk aplikasi kamera tepat waktu anti terorisme.

A wide range of acts of terrorism have occurred among mankind. Security camera is used to detect dangerous materials, is developed in order to prevent acts of terrorism. Existing technologies such as X-ray camera has the disadvantage such of its side effects that are harmful to the human tissue. Because of that, people are developing the camera technology using the terahertz range. Range used is infrared and terahertz waves 0.3 - 5 Thz.
Infrared is used to detect foreign objects which are inserted in the human body and Terahertz waves are used to detect material from spectroscopy process. Microbolometer used to detect infrared waves. While the antenna is used to detect terahertz waves frequency between 0.3 to 5 Thz.
This study has purpose to combine and integrate microbolometer with terahertz antenna. Both of these components are used separately but within in one structure. Sensors are expected to become cheaper with good results.
The method is simulate and analyze result and important parameter. The new antenna coupled microbolometer design has infrared absorption smaller than microbolometer without antenna. But, new design has the advantage which are capable of detecting Thz frequency from 1.96 to 1.97 Thz and Infrared. Design has short cycle time so it can be used to real time camera for antiterorism application.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waldemar Banurea
"
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan mendesain dan merealisasikan sebuah partotipe antena LPDA sambungan coaxial pada rentang frekuensi 400-890 Mhz, memberikan metode mengukur parameter-parameter antena seperti pola radiasi, direktivitas, gain, efisiensi total antena. Oleh karena antena LPDA didesain untuk pita lebar maka efesiensi total antena akan menurun dengan kenaikan frekuensi, untuk mengatasi penurunan efisiensi tersebut maka bentuk konstruksi dan perhitungan dimensi-dimensi fisik antena LPDA diaplikasikan cara menaikkan sudut puncak. Pada direktivitas tertentu yang didesain semakin lebar rentang frekuensi yang diinginkan maka panjang total dari struktur antena LPDA juga semakin panjang yang tentu saja menambah rugi-rugi ohmic yang diserap antena dan akan menurunkan efisiensi antena. Dari hasil pengukuran, bahwa antena dapat beroperasi pada rentang frekuensi 400 Mhz hingga 890 Mhz, untuk sudut a = 10 derajat menunjukkan efisiensi total antena lebih besar dari pada 90% untuk seluruh rentang frekuensi 400 Mhz hingga 90 Mhz dan untuk sudut a = 20 derajat menunjukkan afisiensi total antena lebih besar dari pada 400% untuk seluruh rentang frekuensi 400 Mhz hingga 890 Mhz."
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eufrasia Inti Alphatia Putri
"Penelitian ini membahas tentang antena aktif MIMO yang terintegrasi dengan penguat di bagian penerima atau Low Noise Amplifier. Penggunaan antena aktif terintegrasi dapat memenuhi kebutuhan transmisi jarak jauh dimana membutuhkan gain yang tinggi dalam pengiriman sinyal. Antena aktif dapat diintegrasikan dengan dua jenis amplifier yaitu jenis low noise amplifier dan jenis low noise amplifier. Perbedaan yang paling mendasar pada kedua jenis ini adalah power amplifier (PA) diletakkan pada sisi pengirim dan low noise amplifier (LNA) diletakkan pada sisi penerima. Pemasangan amplifier LNA dan PA ini dapat meningkatkan gain, bandwidth dan mengurangi loss yang terjadi pada saluran transmisi jika penguat tidak terintegrasi langsung dengan antena. Pada skripsi ini dilakukan perancangan antena penerima aktif mikrostrip MIMO 2x2 pada frekuensi 2,35 GHz dengan menggunakan amplifier LNA. Low noise amplifier diletakan pada port 2 dan port 4 yaitu pada sisi penerima. Hasil perancangan menghasilkan bandwidth sebesar 733 MHz pada port 2 dan 710 MHz pada port 4, pada port 2 bekerja pada frekuensi 2076-2809 MHz, dan pada port 4 bekerja pada frekuensi 2097-2807 MHz. Adapun gain yang dihasilkan adalah sama pada port 2 sebesar 23,88 dB dan port 4 sebesar 24,09 dB. Noise figure dari hasil perancangan menunjukkan hasil simulasi sebesar 0,561 dB dan faktor kestabilan LNA sebesar 1,195. Hasil pengukuran antena MIMO setelah di fabrikasi menunjukkan bandwidth pada antena 2 sebesar 422 MHz pada frekuensi 2330-2748 MHz, antena pada port 4 bekerja pada frekuensi 2339-2750 MHz dan bandwidth sebesar 413 MHz. Hasil pengukuran gain antena aktif pada port 2 pada frekuensi 2,35 GHz adalah 16,15 dB, dan antena aktif pada port 4 adalah 17,7 dB.
This research is about the design of active integrated antenna, which is amplified in the receiver by using Low Noise Amplifier. The use of active integrated antenna can meet the needs of long distance transmission which need the high gain in the transmission of signals. Active antenna can be integrated with two types of amplifiers, they are power amplifier and low noise amplifier. The most fundamental difference in these types is power amplifier (PA) is placed on the transmitter while the low noise amplifier (LNA) on the receiver. The use of LNA and PA can increase the gain, bandwidth and reduce the loss that occurs from the transmission line if the amplifier is not integrated directly to the antenna. This thesis is conducted to design of an active integrated microstrip antenna MIMO 2x2 receivers at frequency 2.35 GHz using LNA amplifiers. Low noise amplifiers are placed at port 2 and port 4. The simulated bandwidth result is 733 MHz on port 2 and 710 MHz on port 4, port 2 works at frequency 2076-2809 MHz, while port 4 MIMO antenna works at frequency 2097-2807 MHz. The resulting gain on port 2 is 23.88 dB, and 24.09 dB on port 4. Noise figure of the design show simulation results is 0.561 dB and the stability factor result is 1.195. The measurement results show that the bandwidth of the antenna on port 2 is 422 MHz at the frequency of 2330-2748 MHz, the antenna on port 4 show the bandwidth measurement is 413 MHz at the frequency 2339-2750 MHz. The gain measurement results show that the gain antenna on port 2 at the frequency of 2.35 GHz is 16,15 dB, and the active antenna on port 4 is 17,7 dB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmatyar Ridha
"Material substrat memegang peranan penting dalam desain antena, produksi dan penyelesaian dimana mempengaruhi performa dari suatu produk. Metode sederhana dapat dilakukan dengan cara mengganti performa dari suatu produk dimana biaya yang dikeluarkan dalam produksi antena sangat dipengaruhi oleh penggunaan substrat yang digunakan dalam desain. Dengan berkembangnya teknologi, maka kehadiran Flexible Substrat sangat berguna karena efisien, handal, ringan, bentuknya yang dapat dibengkokkan yang saat ini ditanam pada beberapa bahan lainnya seperti tekstil, stiker, bendable display.
Penelitian ini membahas desain fleksibel antena untuk aplikasi yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz dengan tebal 0,3 mm dengan dimensi 31,5 mm x 20 mm. Antena fleksibel ini menggunakan desain antena dipole lipat untuk ditempatkan pada tempat yang terbatas. Hasil pengukuran menunjukkan frekuensi kerja setelah dilakukan pada bahan FR-4 menunjukkan 2,46 GHz , return loss sebesar -24,10 dengan bandwidth 192 MHz untuk VSWR < 2 serta gain sebesar 1,52 dB.
Untuk pengujian fleksibilitas antena, maka antena dilakukan pengukuran dalam kondisi menempel pada permukaan rata dan melengkung sebesar 45 derajat pada material polycarbonate. Pengukuran pada permukaan rata menunjukkan frekuensi yang dihasilkan bergeser menjadi 2,32 GHz dengan return loss -18,88 dB serta ketika dilakukan pada permukaan melengkung didapatkan frekuensi sebesar 2,33 GHz dengan return loss -36,36 dB serta pengaruh material polycarbonate sangat mempengaruhi gain pada kondisi permukaan rata dan juga pada permukaan melengkung yang membuat gain semakin kecil.

Substrate material plays an important role in antenna design, which effect the performamce of each antenna. A simple method can be used to change the performance of the antenna and also the cost for antenna manufacture. The method is by using different substrate for antenna design. With the present of flexible substrate, this has many advantages such as efficient, reliable, light, shaped can be bent which in this era it can be placed in other materials such as textile, sticker, and bendable display.
This research describe the design of flexible antenna for application at resonant frequency 2.45 GHz with thickness 0.3 mm and dimension of the antenna 31.5 mm x 20 mm. Using the folded dipole antenna design to meet for integration in circuit which have limited space. The measurement result show the frequency center with FR-4 materials is 2.46 GHz, return loss -24.10 with bandwidth 192 MHz for VSWR < 2 and gain 1.52 dB.
To understand the flexibility of the antenna, therefore the measurement of the antenna is placed on top of polycarbonate material that from a planar and on the materials with a 45o curved plane. The results of planar measurement show that the frequency has shift to 2.32 GHz with return loss -18.88 dB and when the antenna has been placed on curved plane the frequency is 2.33 GHz with return loss -36.36 dB. Polycarbonate materials has reduce the gain on planar condition and also on the curved plane.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinari Nikken Sulastrie Sirin
"Pemantauan perubahan cuaca dan iklim sebagai upaya untuk menanggulangi dan mengurangi dampak bencana, dapat dilakukan dengan memanfaatkan data satelit penginderaan jauh meteorologi. Antena mikrostrip yang memiliki karakteristik low profile, banyak diaplikasikan untuk komunikasi nirkabel, tidak terkecuali untuk penerimaan data satelit. Penelitian ini mengusulkan antena mikrostrip sederhana dengan metode truncated corner sebagai antena pencatu reflektor parabola untuk aplikasi satelit meteorologi Geo-Kompsat-2A pada frekuensi X-band. Simulasi dan parameterisasi desain antena dilakukan dengan menggunakan software CST Studio Suite. Desain single patch yang diusulkan selanjutnya dimodifikasi menjadi array 2x2, dan array 4x4. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai parameter S11 dari ketiga desain secara berurutan yaitu -13,86 dB, -14,53 dB, dan -45,93 dB. Bandwidth desain single patch adalah 396 MHz dan lebih besar bila dibandingkan dengan bandwidth pada desain array. Beamwidth terbesar yaitu 93,7° dihasilkan oleh desain single patch, sedangkan gain terbesar dihasilkan oleh antena array 2x2, yaitu 8,6 dB. Ketiga desain antena yang dibuat tidak ada yang memenuhi polarisasi sirkular, dengan AR secara berurutan sebesar 38,67 dB, 40 dB, dan 16,54 dB.

Monitoring of changes in weather and climate as an effort to overcome and reduce the impact of disasters, can be done by utilizing remote sensing satellite data from meteorology. Microstrip antenna which has a low profile characteristic, is widely applied for wireless communication, including satellite data reception. This study proposes a simple microstrip antenna with the truncated corner method as a parabolic reflector feed antenna for the application of the Geo-Kompsat-2A meteorological satellite at the X-band frequency. The simulation and parameterization of the antenna design was carried out using the CST Studio Suite software. The proposed single patch design then converts into a 2x2 array, and a 4x4 array. The simulation results show that the S11 parameter values ​​of the three designs sequentially are -13.86 dB, -14.53 dB, and -45.93 dB. The bandwidth of the single patch design is 396 MHz and is larger than the bandwidth of the array designs. The largest beamwidth is 93.7° generated by the single patch design, while the largest gain is generated by the 2x2 antenna array, which is 8.6 dB. There is no antenna design that fulfills circular polarization, with AR of 38.67 dB, 40 dB, and 16.54 dB respectively"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karimah
"Dalam sistem Long Term Evolution, kapasitas penggunaan jaringan telekomunikasi akan sangat meningkat. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan memperkecil jarak antara transmitter dan receiver pada sistem LTE. Antena dengan sistem MIMO merupakan salah satu komponen penting dalam sistem LTE.
Pada tesis ini telah dirancang antena MIMO 2x2 pasif dan aktif. Antena MIMO 2x2 pasif bekerja disekitar frekuensi 2,1-2,45 GHz dan memiliki gain sebesar 6,2 dBi. Pada antena MIMO 2x2 aktif, Low Noise Amplifier diintegrasikan dengan antena 3 sedangkan Power Amplifier dihubungkan dengan antena 4.

In Long Term Evolution system, the capacity utilization of telecommunications network will be greatly increased. Increased capacity can be done by minimizing the distance between the transmitter and receiver in the LTE system. Antennas with MIMO system is one of the important components in the LTE system.
In this thesis, is designed a 2x2 MIMO antenna passive and active. 2x2 MIMO antennas passive work around frequency 2.1 to 2.45 GHz and has a gain of 6.2 dBi. In the active 2x2 MIMO antenna, Low Noise aplifier integrated with the antenna 3 while the Power Amplifier is connected to the antenna 4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karimah
"Pada jaringan seluler, diperkirakan lebih dari 50% layanan telepon dan lebih dari 70% layanan data berasal dari penggunaan di dalam ruangan. Femtocell, atau yang juga disebut home base station, merupakan access point pada jaringan seluler yang menghubungkan perangkat seluler standar dengan jaringan operator seluler menggunakan Digital Subscriber Line (DSL), koneksi kabel pita lebar fiber optik, maupun teknologi nirkabel. Antena untuk femtocell ini dirancang untuk bekerja pada frekuensi 2,3 GHz -2,4 GHz pada VSWR <2, memiliki impedance bandwidth sebesar 100 MHz, dan memiliki gain tinggi. Beberapa antena satu elemen yang sama disusun agar mendapatkan gain yang cukup tinggi. Hasil pengukuran parameter S11 antena satu elemen menunjukkan antena memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,06-2,44 GHz. Hasil pengukuran antena susun memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,08-2,46 GHz.

In cellular networks, it is estimated that more than 50% calls and over 70% of data services occur indoors. Femtocells, also known as home base station, are cellular network access points that connect standard mobile devices to a mobile operator’s network using residential Digital Subscriber Line (DSL), cable broadband connections, optical fibres or wireless last-mile technologies. This femtocell antenna is designed to work at frequency 2,3-2,5 GHz for VSWR <2, have 100 MHz Impedance bandwidth, high gain. Several identic single element antenna is arrayed to achieve high gain. From S11 parameter measurement single element has 320 MHZ bandwidth at frequency 2,12-2,47 GHz. From S11 parameter measurement array antenna has 380 MHz bandwidth at frequency 2,08-2,46 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>