Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144367 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Triana S
"ABSTRAK
Latar Belakang:
Terapi ARV pada ODHA diharapkan dapat menurunkan angka kematian dan
kesakitan serta menekan penularan HIV. Untuk mencapai tujuan MDG’s tahun 2015,
diharapkan 90% ODHA sudah mendapatkan terapi ARV secara teratur. RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru telah memberikan terapi ARV sejak tahun 2004 tetapi belum
pernah diteliti pengaruh ARV terhadap survival pasiennya.
Metode :
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan 319 sampel dan
dilakukan selama Mei-Juni 2013. Data penelitian diperoleh melalui data rekam medis
RS. Data dianalisis dengan menggunakan analisis survival metode Kaplan-Meier dan
dilanjutkan dengan analisis multivariate
Hasil:
Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memakan ARV secara teratur
memiliki survival yang lebih baik. Pasien yang tidak memakan ARV atau memakan
ARV tetapi tidak teratur, memiliki risiko kematian sebesar 42,5 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan pasien yang memakam ARV secara teratur. (p=0,01, 95%CI:
13-138). Jumlah kematian selama pengamatan hanya 5,8% pada kelompok yang
teratur memakan ARV, sedangkan pada kelompok yang tidak mencapai 28%. Faktor
lain yang turut meningkatkan survival adalah jumlah CD4 pada awal pengobatan
>100 sel/mm³(p=0,01, HR=4,39, 95% CI(1,8-10,5). Walaupun kurang bermakna
secara statistik, perlu mempertimbangkan pemberian ARV pada stadium klinis awal
sebagai faktor yang turut meningkatkan survival ODHA mengingat stadium klinis
dapat diperiksa di semua layanan kesehatan. (p=0,07, HR=2.3, 95%CI 0,9-5.6).
Faktor pendidikan secara statistik juga bermakna membedakan survival pasien.
Dalam penelitian ini stadium klinis dibuktikan sebagai confounding.
Hal yang disarankan adalah meningkatkan cakupan penemuan dan tatalaksana
dini kasus HIV/AIDS dengan melakukan pelacakan pada semua kasus mangkir,
meningkatkan kepatuhan memakan ARV dan mengupayakan pendampingan kasus
secara maksimal.
ABSTRACT
Background:
ARV for HIV or AIDS patients is a hope to reduce the mortality, morbidity
and to prevent the transmissions. To achieve the MDG the minister of health need to
cover 90% AIDS people with ARV adherently. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
have giving the therapy for AIDS patients since 2004, but have never studied the
survival analysis and another factors that contribute to yet.
Method:
This study is a cohort retrospective design, with 319 samples. Take place in
Arifin Achmad Hospital Of Pekanbaru, Riau Province in May-June 2013. The
resource are medical record of HIV/AIDS patiens in VCT clinic. Was analyse by
Kaplan-Meier survival analysis and then for further use multivariate analyses.
Result:
The study show that the survival of patiens who take ARV adherently is
higher than the other one. The patients who no used ARV adherently will have
mortality rate 42,5 times than the patients that used ARV addherently. (p=0,01,
95%CI: 13-138). The deaths amount only 5,8% on the adherently ARV patients, but
at another side, the deaths amount increase by 28%. Another factor that contribute to
increase the survival are CD4 amounts at the beginning of therapy that >100
sel/mm³(p=0,01, HR=4,39, 95% CI(1,8-10,5). We need to consider the clinical of
AIDS stadium as one of factor that contribute to increase the survival too if use ARV
at the beginner of clinical stadium. (p=0,07, HR=2.3, 95%CI 0,9-5.6). The educations
level has the value statistically to distinguish the survival. In this study, the clinical
stadium is a confounder.
We sugest to improve the early detection and prompt treatment by tracking
the lost of follow up patients, increase the adherent of ARV and by mentoring
or”buddy” programe for all HIV cases."
2013
T35661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rumah sakit kanker Dharmais merupakan salah satu rumah sakit di Indonesia yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memberikan perawatan, dukungan, dan terapi ARV bagi penderita HIV/AIDS. Setiap tahunnya jumlah penderita HIV/AIDS yang berobat ke RSK Dharmais bertambah, sehingga perlu dilakukan evaluasi keberhasilan ARV secara rutin agar dicapai hasil terapi yang optimal. Salah satu cara monitoring adalah
dengan melihat efikasi kombinasi ARV terhadap kenaikan respon imunitas yaitu kenaikan jumlah CD4. Kombinasi ARV memiliki efikasi yang baik bila kenaikan jumlah CD4 > 50 sel/mm3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi 4 jenis kombinasi ARV (tiap jenis terdiri dari 2 Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor dan 1 Non
Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor) berdasarkan kenaikan jumlah CD4 rata-rata pada pasien HIV/AIDS setelah pengobatan ARV 6 ? 12 bulan di RSK Dharmais tahun 2005 ? 2006, dan membandingkan efikasi keempat kombinasi ARV tersebut. Keempat jenis kombinasi ARV tersebut adalah kombinasi I (Lamivudin + Zidovudin + Efavirenz), kombinasi II (Lamivudin + Zidovudin + Nevirapin), kombinasi III (Lamivudin + Stavudin + Efavirenz) dan kombinasi IV (Lamivudin + Stavudin +
Nevirapin). Penelitian ini bersifat analitik yang dilakukan dengan rancangan studi potong lintang. Sample pada penelitian ini diambil secara total sampling, yaitu seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di RSK Dharmais tahun 2005 ? 2006, yang memenuhi kriteria inklusi, yakni pasien berusia 15 tahun atau lebih, jumlah CD4<200 sel/mm3, mendapat terapi ARV selama 6 ? 12 bulan, mendapat pengobatan salah satu dari keempat kombinasi ARV, dan memiliki data hasil pemeriksaan jumlah CD4
awal dan data CD4 evaluasi. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien dan dianalisis dengan uji Anova. Dari hasil penelitian 151 pasien, didapatkan keempat kombinasi ARV tersebut memberikan efikasi yang baik berdasarkan kenaikan jumlah CD4 rata-rata. Ada perbedaan kenaikan CD4 rata-rata yang bermakna pada pasien HIV/AIDS
antara yang mendapat obat ARV kombinasi II dengan III (p value
= 0,032). Sedangkan untuk antar kombinasi lainnya tidak ada perbedaan yang bermakna. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari keempat kombinasi ARV yang terbaik efikasinya ada 2 yaitu kombinasi II dan kombinasi III.

Abstract
Dharmais Cancer Hospital is one of 237 hospital appointed by the government of Indonesia to give treatment, support and ARV therapy for HIV/AIDS patients. Every year, there is a significant increasing number of HIV/AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital, therefore successfully of therapy is needed to be carried out regularly for the optimum result to the patients. One of methods to evaluating therapy is by reviewing efficacy of ARV combinations toward escalation of immunity respond (escalation of CD4). The ARV combinations give a good efficacy if increasing CD4> 50 cell/mm3. The objective of this study was to know the efficacy of four ARV combination (each type consists of two Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor and one
Non-Nucleosides Reverse Transcriptase Inhibitor) base on increasing CD4 mean HIV/AIDS patients after 6 ? 12 months treatment in Dharmais Cancer Hospital from 2005 ? 2006, and to compare the efficacy of four ARV combinations. The four ARV combinations are combination I (Lamivudin + Zidovudin + Efavirenz), combinations II (Lamivudin + Zidovudin + Nevirapin), combination III (Lamivudin + Stavudin + Efavirenz), and combination IV (Lamivudin + Stavudin + Nevirapin).
This study was analytical, cross-sectional design. Samples for this study were taken by total sampling using all data of HIV/AIDS patients in Dharmais Cancer Hospital from the year 2005 ? 2006. The inclusion criteria were patients of fifteen years of age or more, baseline count CD4 < 200 cell/mm3, received ARV treatment for 6 ? 12
months, received treatment of either one of the four ARV combination, and had data of CD4 from laboratory result before and after the treatment. Data were taken from patients? medical record and analyzed with ANOVA-test. The result of this study from 151 patients showed that all the four combinations gave good efficacy based on the increasing CD4 mean. There was a significant difference increasing CD4 mean to HIV/AIDS patients between those received ARV combination II and those received ARV combination III (p value = 0,032). And there was not a significant difference for the other combinations. This study was from the four ARV combinations gave two the best efficacy are combination II and combination III."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Rumah Sakit Umum Tangerang], 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atika
"Jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada akhir tahun 2017 terdapat 280.623 kasus infeksi HIV di Indonesia dengan DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Papua secara berurutan sebagai provinsi dengan jumlah infeksi HIV terbesar. Terapi antiretroviral sebagai pengobatan untuk menekan jumlah virus dalam darah penting diinisiasi secara dini untuk menurunkan risiko penularan infeksi HIV dan menekan progresifitas infeksi oportunistik pada ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi terapi antiretroviral pada ODHA di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan analisis multivariat regresi logistik ganda. Data yang digunakan adalah ikhtisar perawatan HIV dan ART dengan sampel yaitu pasien HIV yang melakukan inisiasi ART pada periode Januari 2017 sampai April 2019. Faktor yang berhubungan dengan tertundanya inisiasi ART adalah tingkat pendidikan SMA (AOR= 2,804; 95% CI= 1,209-6,503). Pasien yang tidak sekolah/SD merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap tertundanya inisiasi ART setelah dikontrol oleh variabel lainnya (OR= 3,741; 95% CI= 0,776-18,036).

HIV infections in Indonesia keeps increasing every year. At the end of 2017, there were 280,623 cases of HIV infection in Indonesia. DKI Jakarta, East Java, and Papua are the three provinces with high numbers of HIV infection. Antiretroviral therapy is a treatment to reduce the amount of virus in blood in patients with HIV. Therefore, it is important to initiate ART early to reduce the risk of HIV transmission and to reduce the progression of opportunistic infections. This study aimed to determine the factors associated with delayed initiation of antiretroviral therapy in people living with HIV in the Pasar Rebo Health Center (Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo). This study was conducted with an observational cross-sectional study. The sample included 167 ART-naive patients enrolled from January 2017-April 2019 reviewed from HIV medical records. Factor associated with delayed initiation of ART was patients with high school education (AOR = 2.804; 95% CI = 1.209-6.503). Patients with no education or were in primary school is the most affecting risk factors to delayed initiation of ART, after being controlled by other variables (OR = 3.741; 95% CI = 0.776-18.036)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Sari
"Latar belakang: Terapi kombinasi antiretroviral (ARV) telah meningkatkan angka harapan hidup pasien HIV. Koinfeksi HCV kemudian menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas terkait hati pada pasien HIV dalam terapi ARV. Aktivasi imun residual dipikirkan berperan penting dalam kondisi ini. Beta-2 mikroglobulin sebagai penanda aktivasi imun kronik dan hubungannya dengan CD4, derajat fibrosis, dan kadar RNA VHC masih harus dieksplorasi pada kelompok pasien HIV-VHC. Metode: Sebanyak 64 pasien yang telah mengalami supresi HIV diikutsertakan pada penelitian ini: 37 pasien koinfeksi HIV-VHC dan 27 pasien HIV. Seluruh pasien koinfeksi belum mendapat terapi VHC. Kadar β2M plasma dianalisis dengan teknik ELISA. Derajat fibrosis diperiksa menggunakan transient elastography. Kadar CD4 dan RNA VHC diperoleh dari rekam medis dalam enam bulan terakhir. Perbedaan rerata β2M dianalisis dengan uji t independen. Korelasi β2M dengan CD4, RNA VHC, dan derajat fibrosis dinilai dengan uji Pearson atau Spearman. Hasil: Kadar plasma β2M didapatkan lebih tinggi pada pasien koinfeksi HIV-VHC (2,75 ± 0,8 mg/L) dibandingkan dengan monoinfeksi HIV (1,93 ± 0,95 mg/L, p <0,001 dan IK95% 0, 37-1,25). Tidak ditemukan korelasi signifikan antara β2M dengan kadar CD4, derajat fibrosis, dan RNA VHC. Kesimpulan: Pasien koinfeksi HIV-VHC dalam terapi ARV menunjukkan derajat aktivasi imun residual yang lebih tinggi dibandingkan HIV monoinfeksi.

Background: Introduction of combined antiretroviral therapy (cART) has improved life expectancy of HIV infected individuals. HCV coinfection then becomes the main cause of liver-related morbidity and mortality. Residual immune activation may play an important role. The level of beta-2 microglobulin as an immune activation marker and its associations with CD4, fibrosis stage, and HCV RNA remain to be explored in HIV/HCV coinfection. Methods: A total of 64 patients having supressed HIV viral load were included: 37 patients with HIV/HCV coinfection and 27 HIV patients. All coinfected patients were naïve to HCV treatment. Plasma levels of β2M were analyzed using ELISA. The fibrosis stage was determined using transient elastography. CD4, HCV RNA levels were obtained from medical records within the last six months. The mean difference of β2M was analyzed using independent t-test. β2M correlations with CD4, HCV RNA, and fibrosis degree were assessed by Pearson or Spearman test. Results: The levels of plasma β2M were higher in HIV/HCV coinfected patients (2.75 ± 0.8 mg/L) compared to HIV monoinfection (1.93 ± 0.95 mg/L, p < 0.001 and 95CI 0.37-1.25). There were no significant correlations of β2M with CD4 level, fibrosis stage, and HCV RNA. Conclusion: HIV/HCV coinfected patients on ART show a higher level of residual immune activation compared to HIV patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58884
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha El Zhafira Hadi
"Angka mortalitas HIV/AIDS hingga saat ini masih menjadi permasalahan kompleks di tingkat global, terutama pada negara berkembang. Terapi Antiretroviral (ARV) menjadi salah satu bentuk pencegahan berkembangnya kasus HIV menjadi AIDS. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ODHA yang telah memulai terapi ARV pun masih berisiko tinggi untuk mengalami kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan terapi antiretroviral terhadap kejadian mortalitas pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kabupaten Tangerang periode tahun 2006-2022. Desain studi yang digunakan adalah kohort restrospektif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 924 pasien yang diobservasi melalui rekam medis pasien. Kelompok exposed yaitu 510 pasien yang patuh terapi ARV dan kelompok non-exposed yaitu 414 pasien yang tidak patuh terapi ARV. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa probabilitas kumulatif survival dan median survival time secara keseluruhan adalah 52,3% dan 7 tahun. Rata-rata waktu pengamatan survival pada tahun ke 8 dan median survival time pada tahun ke 7 pengamatan. Selain itu, diketahui pula terdapat pengaruh antara kepatuhan terapi ARV terhadap kejadian mortalitas pasien HIV/AIDS dengan nilai AdjHR = 1,71 (95% CI: 1,3-3,18) setelah mengendalikan variabel usia dan infeksi oportunistik. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan pertimbangan dalam meningkatkan kepatuhan ODHA dalam menjalankan terapi ARV di kemudian hari supaya tren kematian dapat ditekan.

The mortality rate of HIV/AIDS is still being a complex problem at the global level, especially in developing countries. Antiretroviral Therapy (ARV) is one form of prevention of the development of HIV cases into AIDS. However, it is undeniable that people living with HIV who have started ARV therapy are still at high risk of death. This study aims to determine the effect of adherence to antiretroviral therapy on the survival of HIV/AIDS patients at General Hospital of Tangerang Regency for the period 2006-2022. The study design used a retrospective cohort design. The exposed group was 510 patients who were adherent to ARV therapy and the non-exposed group was 414 patients who were not adherent to ARV therapy. Based on the results of the analysis, it is known that the cumulative probability of survival and median survival time as overall are 52.3% and 7 years. The average survival observation time at year 8 and median survival time at year 7 observation. In addition, it is also known that there is an correlation between adherence to ARV therapy on the mortality incidence of HIV/AIDS patients with AdjHR = 1.71 (95% CI: 1,3-3,18) after controlling for age and opportunistic infection variables. The results of this study can be a reference and consideration in improving the compliance of PLHIV in carrying out ARV therapy in the future so that the mortality trend can be suppressed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qurratu Ayunin
"Jumlah infeksi baru HIV di Indonesia masih tinggi yaitu mencapai 46.000 dan jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV sejumlah 38.000 kematian pada Tahun 2018. Koinfeksi Hepatitis C pada pasien HIV cukup tinggi yaitu berkisar 2-15%.  Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh koinfeksi Hepatitis C terhadap kesintasan pasien HIV yang mendapatkan terapi antiretroviral di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tebet pada tahun 2015-2020. Penelitian dilakukan menggunakan desain kohort retrospekstif dengan analisis kesintasan. Pengambilan data dilakukan secara total sampling yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 284 sampel. Data dianalisis secara univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian yang diteliti. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen dengan kesintasan pasien HIV dengan menggunakan Regresi Cox. Analisis multivariat dilakukan untuk mendapatkan model yang robust dan parsimonius dengan analisis Regresi Cox. Hasil penelitian menjukkan kesintasan kumulatif pasien HIV yaitu 85,4 %. Pengaruh koinfeksi Hepatitis C terhadap kesintasan pasien HIV yang mendapatkan terapi ARV di RSUD Tebet Tahun 2015-2020 didapatkan HR 1,94 (95% CI 0,81-4,6) dengan nilai p: 0,13 setelah dikontrol oleh variabel indeks massa tubuh dan status kerja. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dari koinfeksi Hepatitis C terhadap kesintasan pasien HIV yang mendapatkan terapi ARV di RSUD Tebet Tahun 2015-2020.

The number of new HIV infections in Indonesia is still high, reaching 46,000 and number of deaths caused by HIV is 38,000 in 2018. Hepatitis C coinfection in HIV patients is high, ranging 2-15%. This study aims to examine the effect of Hepatitis C coinfection on survival of HIV patients receiving antiretroviral therapy at RSUD Tebet in 2015-2020. This research used retrospectif cohort design with survival analysis. This study used total sampling as much as 284 HIV patient. Data were analyzed univariately to see the frequency distribution of each variable studied. Bivariate analysis was performed to see the relationship of each independent variable with the survival of HIV patients using Cox Regression. Multivariate analysis was performed to obtain robust and parsimonius models with Cox Regression. The results of research found cumulatif survival of HIV patients in RSUD  Tebet were 85,4 %. The Effect of Hepatitis C Coinfection on Survival HIV Patients Who Receive Antiretroviral Therapy in RSUD Tebet from 2015-2020 had HR 1,94  (95% CI 0,81-4,6) after adjusted with body mass index and working status. There were no corelation from Hepatitis C Coinfection on Survival HIV Patients Who Receive Antiretroviral Therapy in RSUD Tebet from 2015 until 2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Anggraito Amirullah
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor sosio-demografi dan pengetahuan dengan sikap mahasiswa FKM UI terhadap penderita HIV-AIDS tahun 2013. Penelitian dengan desain cross sectional pada 147 mahasiswa program sarjana FKM UI angkatan 2010 dan 2011 sebagai sumber data yang dikumpulkan dengan cara angket menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 61,2% mahasiswa memiliki sikap yang negatif terhadap penderita HIV-AIDS, 54,6% mahasiswa mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk tentang HIV-AIDS. Sebagian besar responden (70,7%) berusia < 20 tahun, berjenis kelamin perempuan (77,6%) dan umumnya berpendidikan SMA (96,6%), beragama Islam (47,5%) dan berasal dari luar Jakarta (62,6%) serta tinggal di rumah kost/asrama (58,5%). Hasil analisis mendapatkan tidak ada variabel yang berhubungan dengan sikap responden terhadap penderita HIV-AIDS.

The purpose of this study is to determine the relationship of sociodemographic factors and knowledge associated with the attitudes of 'Faculty of Public Health', University of Indonesia student towards people who live with HIV-AIDS in 2013. This study used cross-sectional design with a total sample of 147 students of FKM class 2010 and 2011 which taken as the total sample and also using questionnaire as a measure of this research. The results of this study showed that 61.2% of students still have a negative attitude towards people with HIV-AIDS and 54.6% of students have a poor level of knowledge about HIVAIDS. A total of 70.7% of respondents aged less than 20 years, by sex is dominated 77.6% of women with a recent educational background equivalent of high school graduates (96.6%), Moslem (87.1%) came from outside Jakarta (62 , 6%), and lived in a boarding house/dormitory (58.5%). Based on chi square test age is no one variable that had a significant relationship with attitudes toward people living with HIV-AIDS in the FKM student class of 2010 and 2011."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47176
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge Independence Educational Publishers 1994,
362.19 Hiv
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Veronika Jenny
"Kasus AIDS semakin banyak terjadi di Indonesia dan diperburuk dengan berbagai macam penyakit infeksi komorbidnya. Hasil penelitian 108 pasien diperoleh 50,9% memiliki infeksi komorbid hepar. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional analitik dengan data sekunder rekam medik pasien rawat inap RSCM pada tahun 2010. Hasil beberapa faktor yang diteliti adalah responden laki-laki terbanyak (51 orang), rentang usia terbanyak 25-49 tahun (52 orang), dan faktor resiko penularan pada penggunaan jarum suntik (22 orang). Dengan chi-square diperoleh hubungan bermakna pada jenis kelamin (p<0,05). Ditinjau dari nilai index massa tubuh diperoleh rerata nilainya adalah 18,6 kg/m2, dan nilai rerata hitung CD4+ absolute sebesar 46 sel/dL, namun hanya nilai CD4+ absolute memiliki hubungan bermakna pada uji mann-whitney (p<0,05).

AIDS cases are increasing in Indonesia and this infections are so bad with comorbid infections. From the result of this study, there are 50.9% in 108 patients that have comorbid hepar infection. This study was designed by cross-sectional analytic metode by using medical records of patients hospitalized in RSCM in 2010. From the factors that studied, the results are respondents with hepar infection, most are male sex (51 people), in the range 25-49 years (52 people), and the risk factor in intravena drug using (22 people). With chi-square, sex is related with hepar infection in respondents (p<0,05). In Body Mass Index of the respondents, the mean of the value is 18,6 kg/m2, and the mean of CD4+ absolute value is 46 cells/dL, but only the value of CD4+ absolute has related with hepar infection in mann-whitney test (p<0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"ABSTRAK
HIV/AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatianyang sangat serius. Hal ini terlihat dari jumlah kasus HIV/AIDS yang setiap tahunnya meningkat secara signifikan. Di Cilegon pada awal tahun 2005 diketahui hanya terdapat 5 orang penderita, namun hingga tahun 2015 terdapat 460 penderita Kasus HIV 316 orang, dan AIDS 144 orang . Tujuan penelitian untuk mengetahui determinan status HIV/AIDS di fasilitas kesehatan Kota Cilegon. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang mengunjungi klinik IMS di fasilitas kesehatan Cilegon, sedangkan sampel adalah pasien yang mengunjungiklinik IMS di fasilitas kesehatan Cilegon pada periode penelitian dan bersedia diwawancara. Desain case control dengan sampel sebanyak 88 responden terdiri dari 44 kasus, dan 44 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan melihat medical record di 10 fasilitas kesehatan Cilegon. Analisis dilakukan untuk melihat hubungan dan faktor yang paling dominan terhadap statusHIV/AIDS. Variabel dependent adalah status HIV/AIDS, sedangkan yang diduga sebagai determinan status HIV/AIDS adalah umur, status pernikahan, pekerjaan,pendidikan, riwayat IMS, perilaku seksual, penggunaan narkotika suntik danakses ke pelayanan kesehatan. Hasil analisis menunjukkan status pernikahanmemiliki nilai p 0,001. Sedangkan pengguna narkotika suntik memiliki nilai p0,008 dengan nilai OR 11,733. Pada uji interaksi semua variabel memiliki nilai p>0,05. Variabel yang berhubungan dengan status HIV/AIDS yaitu status pernikahan dan pengguna narkotika suntik, sedangkan variabel pendidikan,riwayat IMS, perilaku seksual dan akses ke pelayanan kesehatan adalah variabel confounding terhadap status HIV/AIDS. Pengguna narkotika suntik memiliki risiko 11 kali untuk terinfeksi HIV/AIDS. Dinas Kesehatan Cilegon dapat memberikan edukasi bagi penasun untuk tidak menggunakan jarum suntik secara bersama dan Komisi Penanggulangan AIDS dapat memfasilitasi penasun dengan menyediakan jarum suntik gratis yang disediakan di fasilitas kesehatan yang ditunjuk.

ABSTRACT
HIV/AIDS is public health problems that require very serious attention. This is visible from cases of HIV AIDS which increase significantly every years. In Cilegon early 2005 is known only 5 patient, but up to 2015 there are 460 patients HIV are 316 patients, and AIDS are 144 patients . This Study is knowing to determinant status of HIV AIDS in Cilegon health facilities. Population this study are all the patients who visiting sexually transmittes infection clinic, while thesampel are patients who visiting sexually transmitted infection clinik at the study periode and welcome to interviewed. Desain study case control with 88respondents, consist of 44 cases, and 44 control. Data collection with interview and saw the medical record in 10 health facilities at Cilegon. Analysis to see the relationship and dominant factor HIV AIDS status. Dependent variable is status of HIV AIDS, and variables which is to be expected determinan status ofHIV AIDS are age, marital status, work, education, history of sexually transmitted infections, sexual behavior, injection drug users, and acces to health services. The result is marital status has a p value 0,001. While injection drug users has a p value 0,008 with OR 11,733. On the interaction test, all of variable have p value 0,05. Variables associated with HIV AIDS are marital status and injection drug user rsquo s. And injection drug user rsquo s have a risk of 11 time to get HIV AIDS infected. Suggestion from this study is public health office can be educated for injection drug users do not use syringes in turn AIDS commission can be facilitate injection drug users to get a free syringe at a designated health facilities.
"
2017
T47733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>