Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pitut Aprilia Savitri
"Latar Belakang : Rumah Sakit Kanker X merupakan pusat rujukan penyakit kanker nasional yang menangani berbagai jenis penyakit kanker. Dengan semakin meningkatnya penderita kanker maka paparan obat-obat sitostatika terhadap petugas kesehatan juga semakin meningkat sehingga dapat menimbulkan resiko terjadi peningkatan stres oksidatif. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah ada peningkatan stres oksidatif pada perawat yang terpapar obat-obat sitostatika di rumah sakit ini maka dilakukan penelitian melalui pengukuran kadar stres oksidatif dalam tubuh dengan parameternya pemeriksaan peroksidasi lipid (MDA) membandingkan pekerja di rumah sakit yang terpapar dengan perawat yang tidak terpapar obat-obatan sitostatika.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain Study Comparative Cross Sectional dengan membandingkan rerata kadar MDA 63 perawat yang terpajan obat sitostatika dengan 62 perawat dan pekerja di rumah sakit tersebut yang tidak terpajan obat sitostatika sebagai kontrol. Pengukuran data dilakukan dengan wawancara dan pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar Malondialdehyde (MDA).
Hasil : Dari pemeriksaan kadar MDA didapatkan rerata kelompok terpajan sebesar 0,474 nmol/mL dan kelompok tidak terpajan sebesar 0,407 nmol/mL .Uji statistik menyatakan kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,005) dan hasil ini sesuai dengan perbandingan klinis yang diharapkan >0,06 nmol/mL. Untuk menghindarkan bias dilakukan perbandingan kadar MDA dengan variabel lain (umur, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, IMT, tempat kerja, penggunaan APD, penggunaan Safety Cabinet dan pengetahuan tentang sitostatika) dan tidak ada perbedaan yang bermakna baik dari masingmasing kelompok maupun perbandingan antar kedua kelompok dengan kategori yang sama.
Kesimpulan : terdapat perbedaan yang bermakna antara perawat yang terpajan dengan yang tidak terpajan sitostatika baik dari segi perbedaan klinis maupun uji statistik.

Background: x Cancer Hospital is a nationwide referal center that provides services for treating various types of cancer. The increasing number of cancerous patients lead to the inclination of risk from cytostatic exposure in health workers, such as nurses, and subsequantly can increase the risk of oxidative stress. The aim of this study was to determine whether there was an increase of oxidative stress amon nurses exposed to cytostatic drugs in the hospital, by conducting a measurement of lipid peroxidation, malondialdehyde (MDA) as the parameter of oxidative stress in human. The measurement was held in group of nurses exposed and not exposed by cytostatic drugs.
Method. The design of the study was comparative study by comparing the mean levels of MDA between 63 cytostatic-exposed nurses and 62 cytostatic-non exposed nurses and workers at the hospital as controls. Data were collected by undergoing interview and examination of MDA level from blood.
Results. The mean of MDA level from cyostatic exposed and non exposed group were respectively 0,474 nmol/mL and 0,407 nmol/mL. There was a significance in statistical difference between two groups (p< 0.005) and the result was consistent with the expected clinical comparison. In order to avoid bias, the comparison of MDA with other variables (age, sex, education, marital status, BMI, place of work, use of PPE, usage of Safety Cabinet and knowledge of cytostatic drugs) was held. There was no significant difference in both groups.
Conclusions: Oxidative stress, as the response to the exposure of chemotherapy treatments, measured as MDA level in exposed and non exposed nurses was clinically and statistically different.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Rahmat Hidayat
"Hipoksia hipobarik merupakan kondisi ketika konsentrasi oksigen mengalami penurunan seiring bertambahnya ketinggian. Fenomena ini dapat memicu stres oksidatif melalui peningkatan produksi radikal bebas yang menyerang komponen molekuler. Pemaparan hipoksia hipobarik intermiten (HHI) disinyalir dapat melatih kemampuan adaptasi jaringan sehingga menjadi lebih toleran terhadap kondisi hipoksia. Penelitian eksperimental ini menggunakan 30 tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang mendapat perlakuan selama 1, 7, 14, 21, dan 28 hari. Pemberian pajanan hipoksia hipobarik setara 10.000 kaki (523 mmHg) dilakukan setiap hari selama satu jam dengan menggunakan hypobaric chamber. Kadar malondialdehid (MDA) setiap sampel kemudian diukur dengan melakukan metode Wills yang dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Rata-rata kadar MDA secara perlahan mengalami penurunan pada kelompok yang terpajan hipoksia hipobarik intermiten ketika dibandingkan dengan kelompok yang terpajan hipoksia hipobarik akut. Meskipun uji statistik menunjukkan bahwa perubahan ini tidak signifikan, pajanan hipoksia hipobarik intermiten setara 10.000 kaki selama satu jam per hari dapat memengaruhi kadar MDA di jaringan paru tikus Sprague-Dawley.

A condition known as hypobaric hypoxia occurs when the concentration of oxygen falls with increasing altitude. This phenomenon can trigger oxidative stress through increased production of free radicals, which damage molecules. It is believed that exposure to intermittent hypobaric hypoxia (IHH) can train tissue adaptation mechanisms, increasing the tissues' tolerance to hypoxic environments. Thirty male Sprague-Dawley rats were utilized in this experiment as they were split into six groups: the control group and the groups that were exposed to IHH for 1, 7, 14, 21, and 28 days. Using a hypobaric chamber, exposure to hypobaric hypoxia equal to 10,000 feet (523 mmHg) was done once a day for an hour. The malondialdehyde (MDA) levels of each sample were measured using the Wills method which was read using a spectrophotometer at a wavelength of 530 nm. Compared to the acutely exposed to hypobaric hypoxia group, the average MDA level gradually decreased in the group that was exposed to intermittent hypobaric hypoxia. Despite the insignificant result, exposure to intermittent hypobaric hypoxia equivalent to 10,000 feet for one hour per day can affect MDA levels in the lung tissue of Sprague-Dawley rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Rachel Abigail
"Hipoalbuminemia pada pasien kanker menyebabkan survival rate pasien menurun sehingga perlu dikoreksi dengan terapi infus human albumin. Perbedaan penggunaan konsentrasi albumin di Formularium Nasional dan oleh dokter di rumah sakit menimbulkan peningkatan beban biaya rumah sakit. Tujuan penelitian adalah menganalisis perbedaan efektivitas produk human albumin 20% dan 25% terhadap peningkatan kadar albumin pada pasien kanker BPJS yang mengalami hipoalbuminemia di Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2019. Penelitian dilakukan dengan metode kohort retrospektif terhadap data sekunder pasien yang dirawat pada periode Januari hingga Desember 2019 di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling. Data diperoleh sebanyak 139 sampel. Kadar albumin diamati sebelum dan sesudah pemberian terapi infus albumin. Hasil uji beda proporsi karakteristik subyek penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan proporsi karakteristik pasien antar kelompok human albumin 20% (n=32) dan kelompok human albumin 25% (n=107) (p > 0,05). Hasil uji beda rata-rata menunjukkan terdapat perbedaan signifikan kadar albumin sebelum dan sesudah pemberian terapi infus albumin pada masing-masing kelompok (p < 0,05). Rata-rata peningkatan kadar albumin produk human albumin 20% adalah 0,3063 g/dL dan produk human albumin 25% adalah 0,5346 g/dL. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kadar albumin yang signifikan antara kelompok penelitian (p < 0,05) di mana produk human albumin 25% menghasilkan rata-rata peningkatan kadar albumin lebih besar. Perbedaan harga human albumin 20% dan 25% besar, sehingga dapat dilakukan sosialisasi kepada dokter untuk menggunakan human albumin 20% untuk terapi hipoalbuminemia.

Hypoalbuminemia on cancer patients causes patients’ survival rate to decrease, therefore needs to be corrected with human albumin infusion therapy. Differences in albumin concentration usage in National Formulary and by doctors in hospital raises the hospital cost burden. This study aimed to compare the effectiveness of human albumin 20% and 25% based on albumin level increase in BPJS cancer patients with hypoalbuminemia at Dharmais Cancer Hospital in 2019. This study used a retrospective cohort method towards secondary data of patients treated from January to December 2019 at Dharmais Cancer Hospital. Samples were collected using consecutive sampling technique. A total of 139 samples were collected. Albumin levels were observed before and after human albumin infusion therapy. Proportion difference test on subject characteristics showed no significant difference between human albumin 20% group (n=32) and human albumin 25% group (n=107) (p > 0,05). Mean difference test on albumin levels before and after human albumin infusion therapy showed significant difference between groups (p < 0,05). Average of albumin levels increase in human albumin 20% and 25% groups respectively are 0,3063 g/dL and 0,5346 g/dL. Mean differences test showed a significant difference on albumin levels increase between observed groups (p < 0,05), with human albumin 25% resulted in a greater average of albumin level increase. Human albumin 20% and 25% have a great difference in price, therefore doctors should be socialized in the usage of human albumin 20% for hypoalbuminemia therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70520
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis
"Kanker kepala dan leher merupakan kanker yang menggambarkan berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestif atas, yang meliputi kanker pada mata, telinga, rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring, orofaring, hipofaring, laring, kelenjar saliva, dan kelenjar tiroid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupunktur manual terhadap kadar MDA dan skor NAS dibandingkan dengan akupunktur manual sham pada penderita kanker kepala dan leher pasca terapi radiasi. Uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol dilakukan terhadap 30 pasien kanker kepala dan leher yang dibagi secara acak menjadi kelompok akupunktur manual n=15 dan kelompok akupunktur manual sham n=15. Pemeriksaan kadar MDA dilakukan sebelum perlakuan dan setelah sesi ke-12. Penilaian skor NAS dilakukan pada saat sebelum perlakuan, setelah sesi ke-6, dan setelah sesi ke-12.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok akupunktur manual dengan kelompok akupunktur manual sham terhadap penurunan kadar MDA sebelum dan sesudah perlakuan p=0,787. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok manual dengan akupunktur manual sham terhadap penurunan skor NAS sebelum dan sesudah perlakuan yang diukur pada sesi ke-6 p=0,001 dan sesi ke-12 p=0,003.
Kesimpulan penelitian ini terapi akupunktur manual efektif untuk menurunkan skor NAS, namun kurang efektif untuk menurunkan kadar MDA pada penderita kanker kepala dan leher pasca terapi radiasi.

Head and neck cancer encompasses a wide range of malignant tumours arising from the upper aerodigestive tract, includes eyes, ears, nasal cavities, paranasal sinuses, nasopharynx, oropharynx, hypopharynx, larynx, salivary glands, and thyroid gland.
This study aims to determine the effect of manual acupuncture therapy on MDA levels and NAS scores compared with manual sham acupuncture in patients with head and neck cancer post radiation therapy. Single blinded randomized clinical trials with control were performed on 30 head and neck cancer patients divided randomly into manual acupuncture groups n = 15 and the sham manual acupuncture group n = 15. The examination of MDA levels is performed before treatment and after the 12th session. Assessment of NAS scores is performed before the treatment, after the 6th session, and after the 12th session.
The result showed no significant difference between manual acupuncture group and sham manual acupuncture group to decrease MDA level before and after treatment p = 0,787. There was a significant difference between manual group and sham manual acupuncture on NAS score decrease before and after treatment measured at 6th session p = 0,001 and 12th session p = 0,003.
The conclusion: manual acupuncture therapy effectively decrease NAS scores, but statistically less effective to reduce levels of MDA in patients with head and neck cancer after radiotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Damai Arum Pratiwi
"Sopir angkutan kota (angkot) atau mikrolet di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, menghabiskan waktu berjam-jam di jalan sehingga terpajan particulate matter (PM2,5) dalam konsentrasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan bahkan kematian dini melalui mekanisme stres oksidatif. Malondialdehyde (MDA) adalah salah satu produk sampingan dari stres oksidatif yang menjadi biomarker peroksidasi lipid. Dalam tesis ini, peneliti mengukur PM2,5 pada 130 driver saat mereka mengendarai angkot selama satu kali pulang pergi. Kadar MDA diperiksa dari sampel urin, indeks massa tubuh (IMT) diukur dengan berat dan tinggi badan, dan data variabel lainnya (masa kerja, durasi kerja, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi vitamin, konsumsi minuman energi, kebiasaan olahraga, dan trayek angkutan) dikumpulkan dengan kuesioner dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan PM2,5 dan IMT secara signifikan berhubungan dengan kadar MDA (p <0,05). Secara keseluruhan, tesis ini menyarankan pengemudi untuk mengontrol berat badannya agar kadar MDA dalam tubuh tidak meningkat serta agar sopir melindungi kesehatan dirinya.

Mikrolet drivers in Terminal Kampung Melayu, East Jakarta, who spent long hours on road are exposed to the high concentration of fine particulate matter (PM2,5) which can lead to health problem even premature death through oxidative stress mechanism. Malondialdehyde (MDA) is one of byproduct from oxidative stress which becomes a biomarker of lipid peroxidation. In this study, we measured PM2,5 in 130 drivers while they were driven one round trip. MDA levels were examined from a urine sample, body mass index (BMI) were measured with body weight and height, and other variables data (working year, work duration per day, smoking habit, alcohol consumption, vitamin consumption, energy drink consumption, sports activities, and driving route) were collected by questionnaire and observation. The result shows that PM2,5 exposures and BMI were significantly associated with MDA levels (p <0.05). Overall, these results suggest drivers maintain their body weight to reduce MDA levels and protect drivers' health."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Hermawan
"Latar Belakang: Penelitian ini bertujuan menentukan efek dari pemberian Oksigen Hiperbarik (OHB) sesi tunggal, terhadap kadar plasma Malondialdehyde (MDA) pada perawat yang mengalami kelelahan di RS. X. Metode: Penelitian ini adalah randomized double-blinded controlled trial pada 30 orang perawat RS X yang terdefinisi mengalami kelelahan berdasarkan kuesioner JIFRC (Japan Industrial Fatigue Research Committee). Subyek dirandomisasi, dibagi menjadi 15 orang di kelompok kontrol (menghirup udara biasa pada tekanan 1 ATA) dan 15 orang di kelompok intervensi (menghirup oksigen hiperbarik, pada tekanan 2,4 ATA, menghirup O2 100% selama 3 x 30 menit, dengan interval udara biasa selama 5 menit). Sampel darah untuk menentukan kadar plasma MDA, diambil sebelum dan 1 jam setelah perlakuan, dengan metode TBARS (Thiobarbituric Acid Reactive Substances). Hasil: Nilai rerata kadar MDA sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan, 3,42 ± 1,05 nmol/mL dan 3,63 ± 1,34 nmol/mL (p=0,623), sedangkan pada kelompok intervensi, berturut-turut, 3,50 ± 1,12 nmol/mL dan 3,50 ± 1,24 nmol/mL (p=0,990). Nilai rerata Δ MDA (selisih individual nilai MDA sebelum dan sesudah perlakuan), antara kelompok kontrol dan intervensi, berturut-turut, 0,08 ± 1,05 nmol/mL dan - 0,13 ± 1,77 nmol/mL (p=0,692). Kesimpulan: Walaupun tidak terdapat hasil bermakna pada penelitian ini, namun dapat kami temui adanya kecenderungan penurunan kadar MDA pada kelompok intervensi yang dibandingkan dengan kecenderungan kenaikan kadar MDA pada kelompok kontrol.

Background: This study aimed to determine the effect of HBO single session on Malondialdehyde (MDA) plasma level for nurses with fatigue at Hospital X. Methods: This study is a randomized double-blinded controlled trial, on 30 fatigue nurses from Hospital X in Jakarta, defined by JIFRC (Japan Industrial Fatigue Research Committee) Questionnaire. Subjects randomized into 15 nurses in each group (control vs intervention). Control group was given atmospheric air (21% O2) under 1 ATA pressure, while intervention group was given 100% oxygen, for 3 x 30 minutes, under 2.4 ATA pressure, with 5 minutes interval-break inhaling compressed air (21% O2) in between. Blood sample for determining MDA plasma level, were sampled before- and 1 hour aftertreatment, using TBARS (Thiobarbituric Acid Reactive Substances) method. Results: MDA plasma levels before- and after-treatment in control’s group, were consecutively, 3.42 ± 1.05 nmol/mL and 3.63 ± 1.34 nmol/mL (p=0,623), while in the intervention’s group, respectively, were 3.50 ± 1.12 nmol/mL and 3.50 ± 1.24 nmol/mL (p=0,990). Δ MDA (individual MDA value differences between after and before treatment) means, in control’s and intervention’s group was compared, subsequently they were 0,08 ± 1,05 nmol/mL and - 0,13 ± 1,77 nmol/mL (p=0,692). Conclusions: Even though, there is no significant differences, between the two groups in MDA plasma level, there is propensity of MDA plasma level decrease in intervention group, compared with raising MDA plasma level in the control group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rahma Litahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi keperawatan pada perawat orientasidi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2017 dilihat dari aspek input, proses dan output. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kesesuaian perawat orientasi melaksanakan kewenangan klinisnya dengan persentase terendah yaitu pemberian obat yang aman dan tepat sebesar 30 . Didapatkan belum terdistribusi secara merata ratio antara perawat supervisor dan perawat orientasi di setiap ruangan.

This study aims to determine the implementation of nursing supervision at the nurse orientation in Installation of Inpatient Dharmais Cancer Hospital in 2017 seen from the aspects of input, process and output. The type of research used is quantitative and qualitative by using questionnaires, indepth interviews and document review.
The results showed that the suitability of the nurse orientation exercises its clinical authority with the lowest percentage of safe and proper drug delivery by 30 . Obtained unequally distributed ratio between nurse supervisor and nurse orientation in each room.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Satria Utama
"Pendahuluan: Stres oksidatif selalu terjadi pada pasien kanker dan ditandai dengan kadar Malondialdehyde (MDA) serum yang tinggi dan rendahnya aktivitas antioksidan enzimatik serum katalase (CAT). Penelitian ini menganalisis kadar MDA dan aktifitas enzimatik CAT, yang mewakili status oksidan dan status antioksidan pada pasien dengan kanker serviks uteri stadium lanjut lokal dan bagaimana hubungannya dengan angiogenesis (VEGF), yang bertujuan untuk mengembangkan strategi terapi baru di berbagai kasus keganasan, terutama dalam kasus kanker serviks uteri di masa depan.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross sectional terhadap 16 pasien kanker serviks uteri stadium lanjut lokal (IIB ? IIIB) pada bulan Juli 2013 sampai dengan September 2013 yang memenuhi kriteria inklusi di departemen Radioterapi RSCM. Kadar MDA dan aktifitas enzimatik CAT diperiksa dengan mengambil sampel dari darah sebelum terapi radiasi diberikan. Pemeriksaan angiogenesis diperiksa dengan mengambil sampel biopsi dari jaringan serviks, dan dilakukan pemeriksaan ELISA untuk mendapatkan ekspresi VEGF.
Hasil: Pada studi ini didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7,6 +/- 1,2 nmol/mL, dan median aktivitas CAT sebesar 0,95 (0,80 ? 1,36) U/mL. Ditemukan korelasi positif kuat antara kadar MDA dan ekspresi VEGF dengan koefisien korelasi r = +0.775, dan p < 0.001. Tetapi didapatkan korelasi negatif lemah antara aktivitas enzimatik katalase serum dengan VEGF dengan koefisien korelasi r = -0.310 dan p = 0,909.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stress oksidatif terjadi pada pasien kanker serviks uteri stadium lanjut lokal yang ditandai dengan peningkatan kadar MDA serum yang tinggi dan aktifitas enzimatik katalase yang rendah. Terdapat korelasi positif kuat antara kadar MDA serum dengan VEGF jaringan tetapi didapatkan korelasi negatif yang lemah dan tidak signifikan antara VEGF dengan aktifitas enzim katalase.

Introduction: Oxidative stress always occurs in cancer patient, which characterized with high level of serum Malondialdehyde (MDA) dan low activity of serum catalase enzymatic antioxidant. This study analyzed the levels of malondialdehyde (MDA) and catalase (CAT), which represents the oxidant and antioxidant status in patients with locally advanced uterine cervical cancer and how it relates to angiogenesis to develop new therapeutic strategies in various malignancies, especially in the case of uterine cervical cancer in the future.
Methods: Sixteen of locally advance cervical cancer stage IIB ? IIIB from July 2013 to September 2013 who had irradiated in Radiotherapy department Cipto Mangunkusumo general hospital and eligible for this cross sectional study. MDA levels serum and catalase enzyme serum activities were examined before radiotherapy. Tissue biopsy is taking before radiotherapy, for VEGF analysis is done by ELISA to asses angiogenesis activity.
Results: In this study, mean MDA level is 7.6 + /- 1.2 nmol / mL and catalase enzyme activity median is 0.95 ( 0.8 to 1.36 ) U / mL . paired t-test shows there is a strong significant positive correlation between MDA and VEGF (r = +0.775, p < 0.001). This suggest that increasing MDA serum levels as free radicals activity in line with increasing VEGF as angiogenesis activity, in the other side there is no correlation between VEGF and catalase enzyme serum activities ( r = -0.310 and p = 0.909).
Conclusion: This study showed that oxidative stress occurs in patients with locally advanced cervical cancer, increasing MDA serum levels as free radicals activity in line with increasing VEGF as angiogenesis activity but at the other side there is no correlation between VEGF and catalase enzyme serum activities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tiaraima Sisinta
"Partikulat merupakan partikel yang mengandung padatan mikroskopis atau tetesan cairan yang sangat kecil sehingga dapat terhirup. PM2,5 , partikel debu yang sangat ringan dan berdiameter ukuran < 2,5 µm dan mampu menembus hingga ke alveolus bahkan dapat melewati penghalang pernapasan dan memasuki sistem peredaran darah, sehingga dapat menyebar ke seluruh tubuh (Feng et al.2016). Malondialdehyde (MDA) merupakan biomarker dari oxidative stress yang dapat terjadi di tubuh. (Grotto et al, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian oxidative stress melalui pengukuran MDA dalam urin akibat pajanan PM2,5.
Metode penelitian ini mengunakan desain cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan stratified random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII sekolah menengah pertama yaitu 68 responden. Pengukuran PM2,5 menggunakan alat HAZ-DUST Epam 5000 dan pemeriksaan kadar MDA dalam urin menggunakan TBARs. Selain itu, dilakukan pemeriksaan kreatinin urin sebagai pembanding kadar MDA.Variabel lain yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, status merokok, aktivitas fisik, dan konsumsi suplemen diukur melalui kuesioner sebagai faktor konfounding (perancu).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar MDA dalam urin pada siswa kelas VIII adalah 32,26 µmol/g kreatinin dan konsentrasi PM2,5 di seluruh area kelas sebesar 29,31 µg/m3. Dalam penelitian ini yang dianalisis lebih lanjut adalah nilai rata-rata lingkungan kelas (gerbang, lapangan, koridor dan kelas) yang telah di ubah dengan Log 10. Berdasarkan uji statistik, PM2,5 tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kadar MDA urin setelah dikontrol dengan jenis kelamin, status merokok, aktivitas fisik, dan konsumsi suplemen (p.value=0,573). Disarankan untuk mengukur biomarker oxidative stress lainnya yang mungkin berperan penting dalam pajanan PM2,5.

Particulates Matters 2.5 (PM2.5) are particles contain microscopic solids or liquid droplets which able to be inhaled. PM2.5 is very light dust particle with diameter <2.5 ?m and able to penetrate to the alveolus and even pass through the respiratory barrier, and enter the circulatory system, which can spread throughout the body (Feng et al.2006). Malondialdehyde (MDA) is one of biomarker of oxidative stress in human. MDA is one of the lipid peroxide products which toxic to cells and can be influenced by any agents from environment. The aim of the study is to analyze the concentration of urinary MDA in junior high school students related to PM2.5 exposure.
Research has been doned by cross sectional design with systematic random sampling method. The respondents are 68 students of VIII grade junior high school. PM2.5 is measured by using HAZ-DUST Epam 5000 and urinary MDA levels using TBARs (Spectrophotometry) from some area in the school and MDA is measured by TBARs method from student's urine and controlled by examine the urine creatinine. Other variables like age, sex, smoking status, physical activity, and consumption of supplements have been asking by questionnaires as the confounding factors.
The results showed that average of MDA levels in urine were 32.26 ?mol/g creatinine and the average concentration of PM2.5 in all classroom areas were 29.31 ?g/m3. We also analyzed the average levels of PM2.5 in gate, sport field, corridor and classrooms, which has been transformed with Log 10. Based on statistical test, PM2.5 did not show any significant association between concentration of urinary MDA levels after being controlled by sex, smoking status, physical activity, and supplements (p.value=0.573). For further research, it may be interesting to explore other oxidative stress biomarker that may be play important role in the exposure of PM2.5.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Amelia Putri
"Latar Belakang Kerusakan lipid pada jaringan hati akibat proses peroksidasi oleh radikal bebas menghasilkan malondialdehid yang dapat digunakan sebagai parameter stres oksidatif. Berdasarkan penelitian terdahulu, Spirulina dikenal sebagai antioksidan alternatif untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini akan mengetahui pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar malondialdehid jaringan hati tikus berbagai kelompok usia. Metode Penelitian eksperimental dengan mengukur kadar malondialdehid sebagai pertanda terjadinya stres oksidatif pada 30 jaringan hati tikus wistar jantan yang berasal dari 6 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan aquades berusia 12 minggu,18 minggu, dan 24 minggu, serta kelompok yang diberikan Spirulina platensis berusia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS. Hasil Rata – rata kadar malondialdehid pada kelompok tikus yang diberikan aquades tertinggi adalah kelompok usia 24 minggu (91,28 nmol/gram jaringan) dan terendah adalah kelompok usia 18 minggu (64,69 nmol/gram jaringan). Kadar malondialdehid setelah pemberian Spirulina platensis pada kelompok usia 12 minggu 0,96 kali lipat (p>0,05); usia 18 minggu 0,78 kali lipat (p<0,05); dan usia 24 minggu adalah 0,94 kali lipat (p<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberikan aquades. Kesimpulan Terjadi penurunan kadar malondialdehid pada usia tikus 12, 18, dan 24 minggu yang diberikan Spirulina platensis dibandingkan dengan aquades, meskipun hanya bermakna pada kelompok usia 18 dan 24 minggu.

Introduction Lipid damage in liver tissue due peroxidation process by free radicals produces malondialdehyde that used as a parameter of oxidative stress. Based on previous research, Spirulina is known as an alternative antioxidant to reduce free radicals. This research will determine the effect of giving Spirulina platensis on malondialdehyde levels in liver tissue of mice of various age groups. Method Experimental research measuring malondialdehyde levels as a sign of oxidative stress in 30 rat liver tissues from 6 groups, namely the group given aquades aged 12 weeks, 18 weeks and 24 weeks, and the group given Spirulina platensis aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks. Malondialdehyde levels were measured using the TBARS method. Results The highest average level of malondialdehyde in mice that given aquades was the 24 weeks age group (91.28 nmol/mg tissue) and the lowest was the 18 weeks age group (64.69 nmol/mg tissue). Malondialdehyde levels after administration of Spirulina platensis in the 12 weeks age group 0.96 times (p>0.05); age 18 weeks 0.78 times (p<0.05); and age 24 weeks was 0.94-fold (p<0.05) lower than the group given aquades. Conclusion There was a decrease in malondialdehyde levels in mice aged 12, 18 and 24 weeks who were given Spirulina platensis compared to aquades, although it was only significant in the 18 and 24 weeks age groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>