Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudhanty Parama Sany
"ABSTRAK
Tesis ini menjelaskan proses konstruksi dan kontestasi identitas orang Cina Benteng dan
hubungannya dengan gagasan mengenai kewarganegaraan di Indonesia. Konstruksi identitas
orang Cina di Indonesia yang dibentuk berdasarkan ide-ide mengenai sejarah, asal-usul dan nasib
terus bertransformasi dan berkontestasi dalam setiap masa pemerintahan di Indonesia. Adanya
pembedaan perlakuan bersifat eksklusif terhadap orang Cina di Indonesia, yang berlangsung
sejak zaman kolonial, menimbulkan dikotomi Non-Pribumi dan Pribumi. Orang Cina sebagai
Non-Pribumi dianggap sebagai orang asing, suku pendatang, dan makhluk asing (aliens)
sehingga diragukan identitas keindonesiaannya. Akibat dari dikotomi ini ternyata memiliki
dampak negatif hingga saat ini bagi orang Cina di Indonesia untuk berintegrasi maupun
berasimilasi dengan orang Indonesia, mereka masih dianggap sebagai bukan bagian dari
Indonesia, kelompok minoritas dan masih dianggap sebagai orang asing di Indonesia. Begitupun
bagi orang-orang keturunan Cina yang sudah tinggal bergenerasi di Indonesia, khususnya orang
Cina Benteng di Tangerang.
Identitas orang Cina Benteng yang berbeda--yang dibentuk berdasarkan ide-ide mengenai
sejarah, asal-usul dan nasib itu—membuat mereka terus menghadapi berbagai kasus
diskriminasi. Kasus-kasus tersebut merupakan contoh kendala negara dalam mengelola
keberagaman identitas, baik yang berdasarkan kelompok etnis, suku bangsa, agama, maupun
kelompok lain yang ada dalam masyarakat. Konsepsi kewarganegaraan yang dianut negara
Indonesia masih belum mampu mengakomodasi secara adil keberadaan orang Cina Benteng di
Indonesia. Saat ini masih tersisakan banyak permasalahan diskriminasi rasial, antara lain dalam
hal pengakuan status kewarganegaraan Republik Indonesia mereka dan permasalahan sebagian
etnis cina yang tanpa kewarganegaraan. Sebagai konsekuensi situasi tersebut maka mereka
mengalami kesulitan mendapatkan hak politik, sosial dan budaya-nya sebagai warganegara
Indonesia.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dan menggunakan metode deskriptif-analitis untuk menganalisis data-data yang diperoleh di
lapangan. Adapun teknik Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui studi
pustaka, pengumpulan dokumen serta wawancara mendalam sehingga dapat menjelaskan proses
konstruksi dan kontestasi identitas orang Cina Benteng dan hubungannya dengan isu
kewarganegaraan di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis explains the process of identity construction and its contestation upon the
Cina Benteng community and their relationships with the concept of citizenship in Indonesia.
The identity of Chinese people in Indonesia is constructed around the idea of history, origin and
fate, which are continuously transforming and contending in every era of Indonesian
administration. The preferential treatment applied to the Chinese-decent people in Indonesia,
which has been going on since the colonial era, has produced a dichotomy of the Non-Pribumi
(immigrant decent) and Pribumi (literally means son of the soil, the native of Indonesia). The
ethnic Chinese as the Non-Pribumi is considered as foreigners, immigrants and aliens that
brought about their identity as an Indonesian being questioned. This dichotomy resulted in
negative impacts that still affect the Chinese-Indonesian in integrating and assimilating with the
Indonesian until recently. They are still considered as a different part of Indonesia, as minority
groups and foreigners. These are what happen to the Chinese-decent population who has been
living for generations in Indonesia, especially the Cina Benteng community in Tangerang.
The distinct identity of the Cina Benteng community – that has been formed around the
idea of history, origin and fate– made them continuously facing several cases of discriminations.
Cases experienced by the Cina Benteng community are the very examples of obstacles that this
nation faces in managing the pluralism of identities, whether based on ethnic groups, races,
religions or other groups that are present in the society. The concept of citizenship being adopted
by the state of Indonesia cannot accommodate equally the existence of the Cina Benteng
community in the country, yet. Currently, there are many racial discrimination problems left,
such as the lack of legal recognition of the Cina Benteng community as Indonesian citizens, or
worse, a number of ethnic Chinese who still have no citizenship. This situation causes them to
live with difficulties in requiring political, social and cultural rights as Indonesian citizens.
The approach used in this research is a qualitative one, combined with descriptiveanalytics
methods to analyze data acquired from the fields. Data gathering technique used in this
research is through literature study, document gathering and in-depth interviews as to be able to
explain the process of identity construction and its contestation among the Cina Benteng
community and their relations with citizenship issues in Indonesia."
2013
T35616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Zaini
"Selama ini banyak yang beranggapan bahwa Cina Benteng adalah Cina Peranakan yang menetap di daerah Tangerang Namun beberapa anggotanya di Desa Situgadung awalnya menolak hal itu dan mengidentifikasi diri mereka sebagai Orang Keturunan Melalui proses panjang mereka akhirnya mengaku bahkan bangga sebagai Cina Benteng sejak akhir tahun 1980 rsquo an Dengan menggunakan pendekatan kualitatif penelitian ini memberikan pemahaman baru tentang konsep identitas etnis dan pembedaan antara keduanya Identitas adalah sebuah proses mengidentifikasi kolektivitas yang menjadi acuan dimana individu berperan penting untuk menentukan kolektivitas mana yang merupakan alter ego nya Sementara etnisitas merupakan salah satu bentuk kolektivitas dimana kelompoklah yang menetapkan keanggotaan seorang individu.

It is generally assumed that Cina Benteng is a community of Peranakan Chinese living around Tangerang However one its communities in Situgadung Village rejected that notion in which they refer themselves as Orang Keturunan Eventually they identified themselves as Cina Benteng in the 1980s. This research gives a new understanding on ethnic identity and the differentiation between identity and ethnicity Identity is defined as a process where each individual plays a significant role to identify a collectivity in which he she feels belonged to while ethnicity is one of the manifestations of collectivities in which the society determine an individual's collectivity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Tio Vany
"Topik penelitian ini adalah mengenai pembauran masyarakat Cina Benteng yang berdomisili di wilayah Tangerang, khususnya di kawasan Pasar Lama. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana berjalannya proses pembauran yang dilakukan antara Masyarakat Cina Benteng dengan masyarakat Non-Cina Benteng di sekitarnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan penunjang proses pembauran tersebut, serta memaparkan apa saja dampak dari pembauran masyarakat Cina Benteng, baik bagi masyarakat Cina Benteng itu sendiri maupun bagi masyarakat Non-Cina Benteng di sekitarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa upaya pembauran yang dilakukan antara masyarakat Cina Benteng dan masyarakat Non-Cina Benteng, baik melalui perkawinan maupun perayaan-perayaan etnis Cina Benteng, telah berhasil menghantarkan kedua kelompok masyarakat ini hidup berdampingan dalam keharmonisan, tanpa mempermasalahkan perbedaan.

The topic of this research is about the assimilation of Chinese Benteng community in Tangerang, especially in Pasar Lama area. The purpose of this research is to describe how the process of assimilation between the Chinese Benteng community and the non-Chinese Benteng, which factors are inhibiting and supporting the process of assimilation, and explaining the impacts of the assimilation of the Chinese Benteng community for themselves and for the non-Chinese Benteng community. The research 39;s method is qualitative. The results of this study show that the assimilation between Chinese Benteng community and non-Chinese Benteng community through marriage and celebration of traditional Chinese Benteng rituals, have succeeded in bringing both of them living side by side in harmony, without questioning the differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Sugihartati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8268
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rifa`ati Hanifah
"Jurnal ini membahas mengenai akulturasi upacara kematian masyarakat Cina Benteng di Tangerang, Banten. Masyarakat Cina Benteng adalah orang-orang keturunan Tionghoa yang tinggal di wilayah Tangerang, Banten. Nama Cina Benteng berasal dari kata ldquo;Benteng rdquo;, nama lama kota Tangerang. Kata ldquo;Benteng rdquo; dalam istilah Cina Benteng mengacu pada Benteng Makassar, yang terletak disisi timur sungai Cisadane.
Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara lengkap bagaimana ritual upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa dan menjelaskan bagaimana ritual upacara kematian masyarakat Cina Benteng yang telah mengalami akulturasi dengan budaya masyarakat setempat di Tangerang, Banten. Selain itu, juga untuk menunjukan bagaimana upacara kematian menjadi salah satu titik temu antara dua budaya yang berbeda dan melihat sejauh mana budaya tradisional masih mempengaruhi budaya yang sudah terakulturasi melalui upacara kematian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upacara kematian masyarakat Cina Benteng telah terakulturasi dengan budaya upacara kematian masyarakat Non- Cina Benteng di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam upacara kematian Cina Benteng terdapat beberapa bagian yang berbeda dari upacara kematian masyarakat tradisional Tionghoa. Upacara kematian masyarakat Cina Benteng lebih sederhana dalam pelaksanaannya. Selain itu, akulturasi kematian masyarakat Cina Benteng terjadi karena adanya pergeseran zaman dan pergeseran budaya.

This journal talks about the acculturation of the death ceremony of Chinese Benteng community in Tangerang, Banten. Chinese Benteng are people of Chinese descentdant who live in Tangerang, Banten. The name of Chinese Benteng comes from the word ldquo;Benteng rdquo; means ldquo;Fort rdquo; , which is the old name of city of Tangerang. The word Benteng in the term of Chinese Benteng refers to Benteng of Makassar Makassar Fort , which lies on the east side of the Cisadane river.
The purpose of this research is to fully describe the death ceremony ritual of the Chinese Traditional community and the death ceremony ritual of Chinese Benteng people that has been acculturated with the culture of the local community in Tangerang, Banten. In addition, it shows how the death ceremony became the point of intersections between two different cultures and to what extent the traditional cultures still affect the culture that has been acculturated through the death ceremony. The method used in this research is qualitative method.
The result of this research shows that the death ceremony of Chinese Benteng community has been acculturated with the death ceremony of Non-Chinese Benteng community in Tangerang. Therefore, the death ceremony of Chinese Benteng is different in some parts from the death ceremony of traditional Chinese community. The death ceremony of the Chinese Benteng community is more simple in its implementation. In addition, the acculturation of death ceremony of Chinese Benteng community also occurred due to the changing of time and culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Triasuci Putri Ramadhanty
"Makalah ini merupakan hasil penelitian mengenai pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng di Kedaung Wetan, Tangerang yang secara khusus membahas tentang upacara sawer (salah satu dari rangkaian upacara pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng) dan keberadaan pendaringan (tempat menyimpan beras) dalam pernikahan.
Penelitian ini memaparkan (1) tata cara pelaksanaan upacara sawer dan tata letak pendaringan, (2) makna dari upacara sawer dan keberadaan pendaringan, dan (3) perlengkapan yang digunakan beserta maknanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui upacara sawer dan pendaringan menyiratkan harapan dan juga pesan moral bagi kedua mempelai yang akan menjalani rumah tangga. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk penelitian lanjutan mengenai upacara sawer dan pendaringan dalam pernikahan tradisional masyarakat Cina Benteng, Tangerang.
This paper is a result of a research about the traditional wedding of Cina Benteng community in Kedaung Wetan, Tangerang which specifically discusses about sawer ceremony (one of traditional wedding ceremony series of Cina Benteng community) and the presence of pendaringan (a place to store rice) in the wedding.
This research explains (1) the procedure of sawer ceremony and pendaringan layout, (2) the meaning of the sawer ceremony and the presence of pendaringan, and (3) equipment used and their meanings. Based on research conducted, it is known sawer ceremony and pendaringan express hope and moral message for the bride and groom who will be undergoing households. Hopefully this research is able to give a scientific contribution for further research on sawer ceremony and pendaringan in traditional wedding of Cina Benteng community, Tangerang.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Christiani Romaito
"Disertasi ini bertujuan menggambarkan eksklusi sosial yang dialami komunitas Cina Benteng di desa Belimbing, Tangerang. Eksklusi sosial dianalisis dengan menggunakan teori strukturasi Giddens untuk melihat proses eksklusi social, siapa saja aktor yang berperan dan bagaimana peran mereka dalam eksklusi sosial dan implikasi sosial, ekonomi, dan politis dari eksklusi sosial yang dialami oleh komunitas Cina Benteng di desa Belimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas Cina Benteng di desa Belimbing pernah mengalami eksklusi sosial pada masa eksklusi social sampai dengan awal masa reformasi terkait dengan kepemilikan dokumen kependudukan dan keikutsertaan dalam pembangunan. Eksklusi sosial yang mereka alami secara tidak langsung berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan dan kemiskinan yang dialami pada masa sekarang, lebih lanjut berdampak pada terbatasnya akses mereka pada kesempatan bekerja formal dan pendapatan baik. Selain eksklusi sosial, dalam komunitas Cina Benteng juga terjadi inklusi social dengan warga non Cina Benteng. Fenomena tersebut dinamakan "dualitas eksklusi-inklusi".

This dissertation aims at describing the social exclusion experienced by the Benteng Chinese community in the village of Belimbing, Tangerang. Social exclusion is analyzed using the theory of Structuration Giddens to see the process of social exclusion, the actor who plays and their role in social exclusion as well as the implications of social exclusion in social, economic, and political aspect. The results showed that the Chinese community has experienced social exclusion during the period of Suharto governance to the early period of reform era, related to the ownership of the civic documents and the participation in development. Social exclusion indirectly result in low levels of education and poverty being experienced at present, further impacting on their limited access to the opportunity of formal work and good income. In addition to social exclusion, there has been social inclusion amongs the Benteng Chinese community and indigenous people in Belimbing village.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D1983
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susayya Nadhira Sonia
"Topik penelitian ini adalah Upacara Perkawinan Cio Tao di lingkungan komunitas Cina Benteng yang berdomisili di wilayah Tanggerang-Banten. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang kehidupan komunitas Cina Benteng khususnya yang berkaitan dengan tradisi perkawinan Cio Tao. Penelitian yang dilakukan berlandaskan metode kualitatif, menemukan beberapa fakta menarik, salah satu di antaranya adalah adanya pengaruh budaya lokal dalam upacara perkawinan tersebut. Penemuan itu menunjukkan bahwa telah terjadi akulturasi di antara budaya komunitas Cina Benteng dengan budaya penduduk lokal. Hal itu juga dapat menjadi petunjuk adanya hubungan yang harmonis antara komunitas tersebut dengan penduduk lokal.

This research topic is the Marriage Ceremony Cio Tao in community Cina Benteng whose domiciled in Tangerang, Banten. The purpose of this research is to provide an overview of life of the Cina Benteng community especially that related to the tradition of Cio Tao. The research was based on qualitative methods, found some interesting facts, one of which is the influence of local culture in the marriage ceremony. The finding shows that there has been a cultural acculturation among Cina Benteng community with cultural locals. It can also be indicative of a harmonious relationship between the community and the local population.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Meirisye Lusiana
"Skripsi ini membahas tentang penyebaran agama katolik pada masyarakat Cina Benteng sejak gereja Tangerang resmi menjadi suatu paroki di tahun 1952 hingga tahun 1985. Skripsi ini meneliti tentang strategi inkulturasi dan pendidikan yang dilakukan oleh gereja Santa Maria kepada masyarakat Cina Benteng, yang sebelumnya telah memeluk agama tradisional yang berhubungan erat dengan adat istiadat mereka, hingga akhirnya banyak dari mereka mau mengenal dan menerima Katolik. Penulis juga meneliti perubahan, yang berhubungan dengan adat istiadat Cina Benteng, yang telah memeluk agama Katolik.

This thesis is about spreaded the Catholic religion in Cina Benteng society since the church in Tangerang officially became a parish in 1952 until 1985. The purpose of this thesis is to explain the inculturation and education strategies that Saint Mary church did to Cina Benteng society who previously had traditional religion that closely related to their custom, until some of them willing to know about Catholic religion and accept Catholicism in their lives. This thesis also explain the changes, which relate to Cina Benteng society customs, who has embraced Catholicism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Chyntia Larasati
"Masyarakat Tionghoa memercayai bahwa shio dapat menentukan nasib seseorang. Banyak orang Tionghoa berharap anak mereka dapat lahir pada tahun naga karena mereka percaya orang bershio naga akan mendapat kemudahan dan keberuntungan dalam hidupnya. Kepercayaan ini memunculkan sebuah fenomena yang dikenal Dragon Baby Boom, yaitu angka kelahiran meningkat pada tahun naga terutama di beberapa negara yang memiliki banyak populasi masyarakat dengan tradisi Cina yang kental. Fenomena ini juga terjadi di masyarakat Tionghoa di Indonesia, tetapi penelitian ini secara khusus memilih masyarakat Cina Benteng sebagai subjek penelitian untuk melihat keunikan dan stigma mengenai Cina Benteng yang dianggap telah meninggalkan tradisi Tionghoa masih memercayai shio sebagai pedoman dalam hidup. Dalam tulisan ini, penulis meninjau kepercayaan masyarakat Cina Benteng terhadap shio dan menemukan bahwa peran keluarga yang masih memegang teguh tradisi, keyakinan baru yang sudah bertentangan dengan tradisi, dan cara berpikir rasional menentukan bagaimana mereka memaknai shio naga.

The Chinese community believes that the zodiac (shio) can determine a person’s destiny. Many Chinese families hope their children are born in the year of dragon, as they believe individuals with the dragon shio are destined for ease and success in life. This belief has led to a phenomenon known as the Dragon Baby Boom, where birth rates increase during the year of the dragon, especially in countries with large populations of Chinese communities deeply rooted in tradition. This phenomenon also occurs among Chinese communities in Indonesia. This study focuses on the Chinese Benteng community to explore their uniqueness and the stigma they face, often seen as having abandoned traditional Chinese customs, yet still adhering to shio beliefs as life guidance. In this article, the author examines the Chinese Benteng community’s belief in the shio and finds that the role of families who uphold traditions, new beliefs that differ from traditions, and rational thinking shapes their views on the dragon shio"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>