Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205985 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Harpini
"Sebagian besar kematian jamaah haji Indonesia pada tahun 2007 (54,5%) disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Di Asia Tenggara, jenis kardiovaskuler terbanyak adalah penyakit jantung koroner (PJK). Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol, dimana semua jamaah haji embarkasi Jawa Barat yang mengalami PJK di tanah suci dimasukkan ke dalam kelompok kasus, dan yang tidak mengalami PJK di tanah suci dimasukkan ke dalam kelompok kontrol. Penentuan kelompok kontrol dilakukan dengan cara mematchingkan karakteristik individu pada masing-masing kasus (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan), dengan perbandingan 1 kasus untuk 5 kontrol. Terdapat 48 kasus dan 240 kontrol dalam penelitian ini, dengan jumlah total sampel adalah 288. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada jamaah dengan kejadian PJK di tanah suci. Dimana odds yang mengalami PJK pada jamaah yang hipertensi 10,69 kali odds PJK pada jamaah yang tidak hipertensi. Dan odds yang mengalami PJK pada jamaah yang diabetes mellitus 4,48 kali odds PJK pada jamaah yang tidak diabetes mellitus. Untuk menurunkan kematian dan kesakitan akibat PJK, jamaah dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disarankan untuk selalu menjaga kesehatannya sesuai anjuran petugas medis. Untuk petugas yang menangani kesehatan jamaah, diharapkan meningkatkan pengawasan dan penyuluhan kepada jamaah dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.

In 2007, most of Indonesian pilgrims (54.5%) died due to cardiovascular disease. In Southeast Asia, most common type of cardiovascular is coronary heart disease (CHD). The study design was case-control, in which all hajj pilgrims From The West Javanese Embarkation who experienced CHD in the holy land were in the case group, and who did not have CHD at the holy land were in the control group. Control group was chosen by matching the individual characteristics of each case (age, sex, education, and employment), with a ratio of 1 case to 5 controls. There were 48 cases and 240 controls in this study; with the total number of samples were 288. There were significant relationship between a history of hypertension and diabetes mellitus upon the incidence of CHD in the holy land. Where the odds of experiencing CHD in hypertensive pilgrims was 10.69 times the odds of CHD among those who were not hypertensive. And odds of experiencing CHD in diabetes mellitus pilgrims was 4.48 times the odds of CHD among those who were not diabetes mellitus. To reduce mortality and morbidity due to CHD, pilgrims with a history of hypertension and diabetes mellitus are advised to always keep their health as recommended by the medical officer. For healthcare workers who handle pilgrims, are expected to increase supervision and counseling to the hajj pilgrims with a history of hypertension and diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwo Setiyo Nugroho
"ABSTRAK
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat munculnya penyakit lainnya. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit terbesar pada penderita diabetes mellitus. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit kardiovaskuler terbanyak dibandingkan penyakit kardiovaskuler lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan penyakit jantung koroner pada studi data Baseline Kohor PTM Kementrian Kesehatan. Analisis yang digunakan adalah Cox Regression yang mengestimasi nilai Prevalens Ratio. Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis cox regression mengungkapkan bahwa orang yang menderita diabetes melitus memiliki prevalens rasio sebesar 1,094 kali p value 0,929 CI 95 0,149 ndash; 8,026 dibanding responden yang tidak menderita diabetes melitus. Namun, hasil analisis ini menunjukkan bahwa hubungan diabetes melitus terhadap penyakit jantung koroner tidak signifikan dengan mempertimbangkan nilai p value > 0,05 dan 95 Confidence Interval yang rentangnya melewati angka 1. Dalam peneltian ini minim terjadinya bias seleksi karena tidak missing data pada sampel eligible sebanyak 1937 responden. Begitu pula minim terjadinya bias informasi karena pengukuran variabel penelitian menggunakan alat ukur yang baku. Namun penelitian ini memiliki kelemahan dalam temporality sehingga hasil penelitian tidak dapat di justifikasi bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab penyakit jantung koroner. Serta nilai asosiasi prevalence ratio bukan merupakan nilai risiko yang sebenarnya.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a disease that can cause complications that lead to the emergence of other diseases. Cardiovascular disease is the biggest disease in patients with diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship of diabetes mellitus and coronary heart disease in the Baseline Data Non Communicable Disease Cohort Study. The analysis is the Cox Regression estimate the Prevalence Ratio. Multivariate analysis using Cox regression analysis revealed that people suffering from diabetes mellitus have a prevalence ratio of 1.094 times p value 0.929 95 CI 0.149 to 8.026 than respondents who do not have diabetes mellitus. However, the results of this analysis showed that the association of diabetes mellitus against coronary heart disease is not significant considering p value "
2017
T48901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alavoe Ta'livin Makhfudya
"Home Pharmacy Care (homecare) merupakan salah satu pelayanan kefarmasian yang dapat diberikan Apoteker dalam menunjang pemantauan dan pendampingan pengobatan pasien di Apotek. Namun, pembatasan kegiatan tatap muka karena pandemi COVID-19 membatasi pelayanan homecare oleh Apoteker. Melalui aplikasi telefarma yang terintegrasi dengan layanan Home Pharmacy Care pada sistem di Apotek Kimia Farma, dapat menjadi salah satu solusi dalam melakukan homecare tanpa harus bertatap muka dengan pasien. Pada kasus ini, homecare melalui telefarma dilakukan pada pasien rujuk balik dengan diagnosis jantung koroner, hipertensi, dan dispepsia.
Homecare melalui telefarma memberikan efisiensi biaya, waktu, dan tenaga baik bagi pasien maupun apoteker, namun juga memiliki keterbatasan dalam penggalian informasi dan data pengobatan pasien. Kombinasi metode homecare dan telefarma dapat dilakukan karena masing-masing kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaannya. Apoteker sebaiknya selalu meningkatkan kemampuan dalam komunikasi dan penggalian informasi baik dengan pasien maupun dengan sesama tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian.

Home Pharmacy Care (homecare) is one of the pharmaceutical services that can be provided by pharmacists in supporting monitoring and accompanying patient treatment at drugstore. However, restrictions on face-to-face activities due to the COVID-19 pandemic limit homecare services by pharmacists. Through the telefarma application hich is integrated with the Home Pharmacy Care service on the system at Kimia Farma Apotek, can be a solution for doing homecare without having to meet the patient directly. In this case, homecare via telepharma was carried out for back-referral patients (PRB) with a diagnosis of coronary heart disease, hypertension, and dyspepsia.
Homecare through telepharma provides cost, time and energy efficiency for both patients and pharmacists, but also has limitations in extracting patient information and treatment data. The combination of homecare and telepharma methods can be considered because of each advantages and disadvantages in its implementation. Pharmacists should always improve their skills in communication and gathering information both with patients and with fellow health workers to improve pharmaceutical services.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Wibowo
"Salah satu di antara penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi terbanyak dan tingkat mortalitas serta morbiditas yang tinggi adalah penyakit jantung koroner. Penyakit ini memiliki faktor risiko yang tidak dapat diubah. Hal ini membuat pencegahan akan penyakit tersebut menjadi lini pertama dan terutama dalam menanggulanginya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat di Jakarta Barat pada sekelompok usia remaja dan dewasa serta menilai hubungan antara ketiganya. Adapun studi yang digunakan adalah berupa studi analitik cross sectional observasional lewat pembagian kuesioner tervalidasi. Total sampel yang digunakan adalah sebanyak 108 sampel berupa data primer yang terbagi atas 54 kategori remaja dan 54 kategori dewasa yang tinggal di suatu wilayah di Jakarta Barat. Dari hasil penelitian, diperoleh 33 remaja (61,11%) dan 34 dewasa (63 %) yang berpengetahuan "kurang". Tingkat sikap yang diperoleh adalah terdapat 11 remaja (20,3 %) dan 39 dewasa (72,2 %) yang bersikap "kurang". Tingkat perilaku yang didapat adalah 25 remaja (46,3 %) dan 15 dewasa (27,78 %) yang berperilaku kurang. Studi analitik kemudian menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dan tingkat sikap yang dimiliki dengan tingkat perilaku yang didapat baik pada remaja maupun dewasa (nilai p > 0.05). Kesimpulan dari peneliti adalah masih banyaknya tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan kategori "kurang" pada kelompok remaja dan dewasa namun tidak memiliki hubungan bermakna sehingga perlu adanya intervensi khusus di luar ketiga hal tersebut untuk perubahan perilaku masyarakat di Jakarta Barat.

According to World Health Organization, there has been a shift of change in course of disease where non infectious diseases have primarily become the main problem. Coronary heart disease is an example of non infectious disease which has many risk factors contributing the disease itself. The objective of this study is to obtain the level of health knowledge, attitude, and practice on coronary heart disease and its risk factors among community in West Jakarta and furthermore investigate whether there is a relation between those factors among teenagers and adults. Cross sectional study was carried out on 108 volunteers, which consist of 54 teenagers and 54 adults, at a community in West Jakarta using multistage random sampling. Standard questionnaire at a total of 20 questions was used to interview those volunteers. Level of knowledge, attitude, and behavior first was computed based on total correct answers and then categorized according to total score of each respondents. There are 33 teenagers (61,11 %) and 34 adults (63 %) in level of knowledge, 11 teenagers (20,3 %) and 39 adults (72,2 %) in level of attitude, and 25 teenagers (46,3 %) with 15 adults (27,8 %) in level of practice that belong to category "poor". Analitic study shows that there are no relation between level of knowledge and attitude in accordance to the level of attitude neither in teenagers nor in adults (p > 0.05. This is the first study of surveillance of health knowledge, attitude, and behaviour in West Jakarta about coronary heart disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Dwi Octavianie
"Skripsi ini menjelaskan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian penyakit jantung koroner pada wanita. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross-sectional dan data sekunder berasal dari rekam medis di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Dari 224 responden yang diteliti, variabel penelitian berupa status obesitas, merokok, konsumsi alkohol, umur, pendidikan dan status pekerjaan ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit jantung koroner yang dialami pasien wanita di Rumah Sakit tersebut. Untuk aktivitas fisik tidak dapat diteliti karena data yang dibutuhkan tidak tersedia.

This thesis describes the factors that influence the incidence of coronary heart disease in women. This study uses a cross-sectional study design with secondary data derived from medical records at the National Cardiovascular Center Harapan Kita. The number of samples studied was 224 inpatients in that hospital. The study found that there was not a significant relationship between variables (obesity, smoking, alcohol consumption, and sociodemographic) with the incidence of coronary heart disease in women. For physical activity can not be investigated because the required data was not available."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Regine Martauli
"Penyakit jantung koroner merupakan penyakit degeneratif yang masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Salah satu faktor penyakit jantung koroner ini adalah obesitas sentral. Persentase status obesitas sentral ini mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2013. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel penelitian ini adalah semua penduduk yang berusia 45 tahun ke atas yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner adalah 1,2 dan terdapat hubungan antara status obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner pada usia 45 tahun ke atas di Indonesia tahun 2013 setelah dikontrol oleh variabel konfounding. Faktor yang menjadi konfounding adalah penyakit diabetes, hipertensi, dan perilaku merokok. Selain itu, terdapat interaksi oleh variabel konfounding terhadap obesitas sentral yaitu diabetes dan merokok. Oleh karena itu,diperlukan promosi kesehatan mulai dari promosi kesehatan penyakit jantung koroner baik pencegahan primer maupun pencegahan sekunder.

Coronary heart disease is a degenerative disease that remains a health problem in the world. One of the factors of coronary heart disease are central obesity. The percentage of central obesity status is increased from 2007 to 2013. This study was conducted to examine the relationship of central obesity to coronary heart disease.
The study design used is cross sectional and use data Riskesdas 2013. Samples were all residents aged 45 years and over who meet the inclusion and exclusion criteria.
The results of this study indicate that the prevalence of coronary heart disease was 1.2 and there is corelation between central obesity status of coronary heart disease at the age of 45 years and over in Indonesia in 2013 after being controlled by confounding variables. Confounding factors that are diabetes, hypertension, and smoking behavior. In addition, there is an interaction by confounding variables to central obesity, namely diabetes and smoking. Therefore, required health promotion ranging from coronary heart disease health promotion both primary prevention and secondary prevention."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Lianasari
"Penyakit Jantung Koroner PJK adalah penyakit pada jantung yang terjadi karena otot jantung mengalami penurunan suplai darah. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai faktor risiko penyakit jantung koroner berkaitan dengan terjadinya serangan jantung berulang yang akan berdampak pada meningkatnya biaya perawatan dan psikologis pasien yaitu depresi, bahkan dapat menyebabkan komplikasi ataupun kematian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 67 orang dengan diagnosis penyakit jantung koroner. Pengambilan sampel dengan metode non- probability sampling yaitu consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan serangan jantung berulang p= 0,43, 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan frekuensi serangan jantung berulang p=0,57, 0,05 . Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi yang disertai dengan motivasi kepada pasien untuk dapat mengubah perilaku sehingga memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengontrol faktor risiko dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari serangan jantung berulang.

Coronary Artery Disease (CAD) is a disease caused by an imbalance between blood supply and heart muscle oxygen demand. Insufficient knowledge about risk factors contributing to CAD is associated with higher recurrence of heart attack, causing the rise of the hospitalitation cost, depression, others complications even death. This study employed comparative descriptive design with cross sectional method, involving a consecutive sample of 67 patients with CAD as their primary diagnosis. Our study showed that there was no relationship between knowledge of CAD risk factors with the recurrence of heart attacks p 0,43, 0,05. Similarly, the study revealed that there was no relationship between risk factors for coronary heart disease and the frequency of heart attack's recurrence p 0,57 0,05 . This study suggested nurses to provide health education along with continuous and effective motivation in order to help patients controlling their risk factors in order to avoid the recurrence of heart attack."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ani
"Penyakit hiperkolesterolemia, hipertensi dan perilaku merokok merupakan salah satu faktor penyebab Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang menjadi penyakit pembunuh nomer satu di dunia (Dilley: 2000). Berdasarkan penelitian eksperimental, epidemiologi, dan klinis menyatakan bahwa peran kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok berpengaruh pada kejadian Penyakit Jantung Koroner (Allen : 2001). Berdasarkan data hasil pemeriksaan kesehatan di perusahaan PT ZA dibandingkan dengan kondisi wilayah Kalimantan Selatan bahwa faktor risiko PJK (kolesterol total, perilaku merokok dan tekanan darah) masih cukup tinggi sehingga dilakukan kegiatan intervensi promosi kesehatan. Intervensi ini bertujuan untuk mengetahui penurunan tingkat risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) setelah dilakukan dilakukan intervensi promosi kesehatan media kelompok A dan media kelompok B pada pekerja tambang di PT ZA Kalimantan Selatan Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian kuasi eksperimental.
Hasil penelitian ini adalah adanya penurunan yang signifikan antara hasil pengukuran kadar kolesterol total sebelum intervensi dengan sesudah intervensi pada kelompok A, adanya penurunan yang signifikan antara hasil pengukuran perubahan perilaku merokok sebelum intervensi dengan sesudah intervensi pada kelompok A dan pada kelompok B, tidak ada penurunan yang signifikan pada tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok A, sebaliknya ada penurunan yang signifikan pada tekanan darah sistolik sebelumm dan sesudah intervensi pada kelompok B, adanya penurunan yang signifikan antara hasil pengukuran perubahan tekanan darah diastolik antara sebelum intervensi dengan sesudah intervensi pada kelompok A dan kelompok B, adanya perbedaan yang signifikan pada penurunan faktor risiko PJK antara sebelum dengan sesudah intervensi pada kelompok A dan kelompk B, adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan media A lebih efektif dari pada media B pada kegiatan intervensi penurunan faktor risiko dan penurunan kolesterol total. Kegiatan intervensi promosi kesehatan menggunakan media booklet, penyuluhan, konseling gizi, seminar kesehatan mampu memberikan perubahan yang positif pada perubahan perilaku kesehatan.

Disease hypercholesterolemia, hypertension and smoking behavior is a risk factor for coronary heart disease (CHD), which became the number one killer disease in the world (Dilley: 2000). Based on experimental research, epidemiology, and clinical states that the role of high cholesterol, and smoking habits affect the incidence of coronary heart disease (Allen: 2001). Based on data from the health examination at company PT ZA compared with South Kalimantan condition that CHD risk factors (total cholesterol, smoking and blood pressure) is still high enough to do health promotion interventions. This intervention aims to determine the degree of reduction in risk of coronary heart disease (CHD) after the media health promotion intervention group A and group B media in miners in South Kalimantan PT ZA Year 2014. Kind of research is quantitative quasiexperimental research design.
These results are a significant decrease between total cholesterol measurement results before the intervention to after intervention in group A, a significant decrease between the results of measurements of changes in smoking behavior before the intervention to after intervention in group A and in group B, there was no reduction significant in systolic blood pressure before and after the intervention in group A, whereas no significant reduction in systolic blood pressure sebelumm and after intervention in group B, a significant decrease between the results of measurements of diastolic blood pressure changes between the pre-intervention to post-intervention in group A and group B, a significant difference in the reduction in CHD risk factors between the before to after intervention in group A and B batches, there are significant differences between the use of a more effective medium than in medium B in the intervention and risk factor reduction in total cholesterol reduction. Health promotion interventions using media booklet, counseling, nutrition counseling, health seminars able to deliver positive changes in health behavior changes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Hardjojo
"ABSTRAK
Tesis ini membahas perubahan tingkat pengetahuan dan sikap pegawai Universitas
Terbuka (UT) yang berpotensi penyakit jantung koroner setelah mendapat
penyuluhan Penyakit Jantung Koroner. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan desain quasi experimental. Metode intervensi yang dipilih adalah ceramah,
tanya jawab dan konsultasi. Hasil intervensi penyuluhan menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan meningkat secara bermakna α<0,05 dengan p.value 0,000
dibanding sebelum penyuluhan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah intervensi
penyuluhan Penyakit Jantung Koroner berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
pegawai Universitas Terbuka yang berpotensi penyakit jantung koroner, tetapi tidak
merubah sikap sehingga disarankan manajemen UT untuk mengadakan intervensi
lagi untuk mendapatkan perubahan sikap pegawai UT yang berpotensi penyakit
jantung koroner.

Abstract
The thesis was to discuss the changes in knowledge level and attitudes of the
Indonesian Open University (UT) employees who potentially coronary heart
disease after receiving education of coronary heart disease. The research is a
quantitative study with a quasi experimental design. Intervention method chosen is
lecture, discussion and consultation. Results indicate that counseling intervention
significantly increased knowledge level of α <0.05, p.value=0.000 compare with
before the extension. The conclusion of this research is the extension of coronary
heart disease intervention effect on knowledge level of the UT's employees
potentially coronary heart disease, but did not change the attitude, so it is
recommended to UT's management to hold intervene again to get a UT's employee
attitude changes that potentially coronary heart disease."
2012
T30321
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Febriani
"Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, sebanyak 70% penyebab kematian pada penyakit jantung disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK). Tercatat 17,5 juta kematian atau setara dengan 30,0 % dari total kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner (WHO, 2017). Penyakit jantung koroner merupakan gangguan fungsi jantung yang disebabkan adanya plaque yang menumpuk di dalam pembuluh darah arteri sehingga mengganggu supply oksigen ke jantung. Hal ini menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang dan terjadi defisiensi oksigen. Pada keadaan yang lebih serius dapat mengakibatkan serangan jantung. Faktor risiko penyakit jantung koroner diantaranya adalah Usia, Jenis Kelamin, Hipertensi, Kolesterol, Riwayat Keluarga dan sebagainya. Jika kemungkinan seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner dapat diprediksi sejak awal berdasarkan faktor risiko yang ada, maka tingkat kematian akibat penyakit jantung koroner dapat ditekan menjadi lebih rendah.
Tesis ini mengusulkan Model Regresi Logistik Fuzzy untuk memprediksi kemungkinan seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner. Tahap pertama dari penelitian ini adalah membangun model prediksi, kemudian mengestimasi nilai parameter dengan menggunakan metode least square. Selanjutnya pada tahap ketiga mengaplikasikan model yang didapatkan untuk memprediksi penyakit jantung koroner. Setelah itu melakukan uji kelayakan atau kesesuaian model dengan metode Mean Degree of Membership dan yang terakhir menghitung akurasi prediksi dengan menggunakan Confusion Matrix.

According to the World Health Organization (WHO) in 2015, as many as 70% of the causes of death in heart disease were caused by coronary heart disease (CHD). It was recorded that 17.5 million deaths or the equivalent of 30.0% of the world's total deaths were caused by coronary heart disease (WHO, 2017). Coronary heart disease is a disorder of heart function caused by plaque that builds up in the arteries so it interferes with oxygen supply to the heart. This causes blood flow to be reduced and oxygen deficiency occurs. In more serious situations it can prevent heart attacks. Risk factors for coronary heart disease are Age, Gender, Hypertension, Cholesterol, Family History and so on. If there is someone who is a victim of coronary heart disease can be predicted from the beginning, then there is likely to arise more.
This thesis proposes a Fuzzy Logistic Regression Model to predict the possibility of a person suffering from coronary heart disease. The first stage of this research is to build a predictive model, then estimate the parameter values using the least square method. Furthermore, in the third stage, apply a model to predict coronary heart disease. After that, test the feasibility or suitability of the model with the Mean Degree of Membership method and finally calculate the prediction accuracy using the Confusion Matrix.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>