Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ladia Fitrah
"Tugas karya akhir ini membahas mengenai tindakan AS dalam menghadapi terorisme al Qaeda pasca serangn 9/11 dengan menggunakan paradigma realisme yang melihat tindakan tersebut sebagai bentuk perang asimetris, paradigma liberalisme yang melihat tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap rezim internasional, dan paradigma konstruktivisme yang melihat tindakan tersebut sebagai bentuk sekuritisasi. Pembahasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena terorisme yang direspon oleh AS dari tiga paradigma berbeda dalam hubungan internasional.
Hasil yang didapatkan dari analisis menunjukkan bahwa tindakan AS menghadapi terorisme al Qaeda pasca serangan 9/11 tersebut sebagai sebuah interaksi antar aktor dalam hubungan internasional yaitu dengan melakukan perang, membentuk undang-undang baru dan menginternasionalisasikannya, dan melakukan sekuritisasi.

This final paper discusses the U.S. actions in facing terrorism after the attacks of al Qaeda 9/11 by using the paradigm of realism as a form of asymmetric warfare, paradigm liberalisme as a international regime violation, and constructivist as forms of securitization. This discussion is intended to provide an overview of the phenomenon of terrorism by the U.S. responded in three different paradigms in international relations.
The results from analysis shows that the U.S.action in facing terrorism al Qaeda after the 9/11 attacks as an interaction between actors in international relations is to make war, form and practice a new act and internationalize it, and securitize it.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Tagor
"Tujuan penelitian ini adalah memahami seberapa efektifkah strategi Far Enemy yang diterapkan Al Qaeda dan Jaringannya melawan Amerika Serikat, NATO dan Sekutunya dalam Perang Asimetrik di Afghanistan dan Irak antara 2001-2011. Juga ingin menjelaskan fungsi strategi Perang Gerilyawan Kota dan taktik Swarming dalam penerapan strategi Far Enemy tersebut. Akhirnya, akan dibuktikan apakah dalam terorisme abad modern, kuatnya jaringan kelompok sempalan dan sel teroris, yang didukung penguasaan teknologi informasi, adalah syarat mutlak dalam menerapkan strategi Far Enemy.
Tesis ini memakai metode kwalitatif dengan pembahasan persoalan secara deskriptif analisis. Dilakukan dengan meneliti studi kepustakaan, menganalisa bacaan dalam pengumpulan data dan membandingkan pendapat pro dan kontra dengan hipotesa yang dipilih. Keberhasilan Al Qaeda menerapkan dengan jitu teori perang Sun Tzu, yakni memperlemah kekuatan ekonomi lawan dengan memperpanjang perang, bersumber pada penguasaan terhadap budaya politik Afghanistan, dan sokongan kuat kelompok pemberontak Taliban dan suku Pashtun berdasarkan Pashtunwali Code (Hukum Pashtunwali).

The focus of this study is to understand the effectiveness of the Far Enemy strategy to Al Qaeda and its network in the asimetric war against United States, NATO and allies in Afghanistan and Irak, 2001-2011. It will also explain the choice of Urban Guerrilla Warfare and its Swarming tactic by Al Qaeda. In the end, we can come to the assumption of the importance of information technology and political culture dominance by a strong network to apply the Far Enemy strategy in modern terrorism.
This research used qualitative methods with analytical descriptive analysis. Referring to the Art of War theory by Sun Tzu, Al Qaeda has shown its capability of prolonging the war in Afghanistan and Irak, to weaken its opponents economy and human resources. Such dominance over the conflict owes much to the Pashtunwali Code, which is honored by the Taliban and Pashtun tribe.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Syarief P
"ABSTRAK
Tugas karya akhir ini membahas hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Indonesia pada tahun 2008 ? 2012. Hubungan bilateral kedua negara ini akan dilihat melalui tiga paradigma besar dalam Ilmu Hubungan Internasional, yaitu Realisme, Liberalisme, dan Konstruktivisme. Pembahasan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pembentukan hubungan antara Amerika Serikat dan Indonesia yang menjadi lebih erat dan terbentuknya Comprehensive Partnership pada tahun 2010. Dinamika hubungan ini akan dijelaskan melalui teori Balance of Interest pada paradigma Realisme, teori Democratic Peace pada paradigma Liberalisme, dan teori ?Identitas, Kekuatan, dan Pembentukan Persepsi Ancaman? pada paradigma Konstruktivisme. Hasil yang didapatkan adalah, hubungan kedua negara yang lebih erat pada periode 2008 ? 2012 terbentuk karena kesamaan ideologi yang dimiliki sehingga mengarah kepada kerja sama, dan kerja sama ini terjadi atas dasar peluang yang lebih baik bagi masing-masing negara untuk mencapai kepentingannya.

ABSTRACT
This final assignment discusses about U.S. and Indonesia bilateral relations in year 2008 ? 2012. Bilateral relations between the two countries would be examined from three major paradigms in International Relations, which are Realism, Liberalism, and Constructivism. This discussion is intended to explain the closer-tied relationship between the U.S. and Indonesia in the particular period, and led to the creation of Comprehensive Partnership back in the year 2010. The relationship will be examined with the Balance of Interest theory in Realism, Democratic Peace theory in Liberalism, and ?Identity, Power, and Threat Perception? in Constructivism. The discussion concludes that the closer relationship of the two countries is shaped because of the similarity in ideology that leads to cooperation, while at the same time the cooperation is done to maximizing the opportunity and the potential from each other for the sake of pursuing national interests."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Setyowati Hariningsih
"Disertasi ini membahas Representasi Al Qaeda, Strategi naratif Lawrence Wright dalam Narasi Apologi The Looming Tower: Al Qaeda and the Road to 911. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan strategi naratif yang membangun representasi Al Qaeda dan memperlihatkan aspek retorika (pathos, ethos, logos) yang mengonstruksi apologi melalui pendekatan representasi Stuart Hall dan retorika Kenneth Burke. Hasil analisis menunjukkan bahwa Al Qaeda direpresentasikan sebagai sebuah identitas yang ambigu melalui representasi tokoh-tokoh serta tindakan-tindakan mereka: di satu pihak TLT membela dan memperlihatkan upaya pemahaman dengan menyampaikan sebab-sebab tindakan radikal, di pihak lain mengukuhkan citra Islam yang negatif seperti dimitoskan oleh Barat. Representasi identitas Al Qaeda juga dikonstruksi oleh sikap-sikap AS melalui kebijakan terhadap Timur Tengah dan dunia Muslim. Aspek retorika menimbulkan empati dan menyampaikan alasan-alasan yang melatarbelakangi tindakan Al Qaeda sehingga teks ini terlihat membela Al Qaeda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa TLT merupakan narasi apologi yang juga ditunjang oleh teknik jurnalisme sastrawi, dan menampilkan "kenyataan" dengan memberikan "suara" pada tokoh-tokoh marjinal sehingga memberikan kesan nyata yang berdampak pada semakin dekatnya jarak antara teks dengan pembaca. Apologi dalam TLT ditunjukkan pula oleh representasi tokoh-tokoh sebagai korban dalam alur pengkhianatan, dehumanisasi, dan penghinaan terhadap tokoh oleh penguasa Mesir dan AS. Namun demikian, dalam TLT ditemukan pula bias ideologi pengarang sebagai orang Amerika yang terlihat dari penggunaan jargonjargon Barat dalam mendefinisikan Islam dan Al Qaeda dari perspektif Barat.

This dissertation discusses the Representation of Al Qaeda and Narrative Strategies in Lawrence Wright's Narrative Apologetic, The Looming Tower: Al Qaeda and the Road to 9/11. The purpose of this study is to show narrative strategies in the representation of Al Qaeda and rhetorical aspects (pathos, ethos, logos) in constructing aspects of apology by using representation theory of Stuart Hall and Kenneth Burke's rhetoric. The results show that Al Qaeda represented as a complex identity in the representation of the characters and their actions: on the one hand TLT defends Al Qaeda by understanding the causes of radical actions, on the other hand it confirms the negative image of Islam in the Western myth. The identity of Al Qaeda is also constructed by the United States policies towards the Middle East and the Muslim world. Aspects of rhetoric raise empathy and convey the reasons behind the actions of Al Qaeda so that the text tends to defend Al Qaeda. The narrative apologetic in TLT is supported by literary journalism techniques, portraying the "reality" by giving "voice" to the marginalized figures that give a real impression in proximity between the text and the reader. The aspects of apology in TLT are also indicated by the representation of the characters as victims in the plot of betrayal, dehumanization, and humiliation by the Egyptian and the United States authorities. Nevertheless, The author's ideological bias as an American is revealed in the use of western jargon in defining Islam and Al Qaeda from a Western perspective.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D1909
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Severina
"Tugas karya akhir ini membahas mengenai dampak krisis finansial global AS terhadap sistem perdagangan internasional dengan menggunakan tiga paradigma utama ilmu hubungan internasional yang mencakup realisme, liberalisme, dan konstruktivisme. Paradigma realisme dalam tulisan ini berupaya untuk menganalisis kemunduran AS sebagai kekuatan hegemoni dalam sistem perdagangan internasional. Selanjutnya paradigma liberalisme dalam tulisan ini menganalisis mengenai timbulnya bentuk kerja sama ekonomi baru di antara negara pasca krisis finansial global AS. Sedangkan paradigma konstruktivisme dalam tulisan ini menggunakan pendekatan analisis jaringan untuk menganalisis bagaimana krisis kepercayaan masyarakat internasional terhadap sistem perdagangan bebas mampu memunculkan sebuah gerakan masyarakat global yang dikenal dengan Occupy Movement.

This final paper discusses about the impact of US global financial crisis towards international trade system by utilizing three main paradigms in International Relations study: realism, liberalism, and constructivism. The realism paradigm tries to analyze the US declining hegemonic power in international trade system. Next, the liberalism paradigm analyzes about the occurrence of new economic cooperation among countries after the crisis. Meanwhile the constructivism paradigm uses the networking approach analysis to analyze about how the international society distrust towards free trade system has enabled the rise of global society movement known as the Occupy Movement."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pettisa Rustadi
"Tugas karya akhir ini akan membahas mengenai fenomena Korean Wave dalam tiga paradigma besar ilmu Hubungan Internasional. Pembahasan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana fenomena tersebut layak dijadikan kajian ilmiah dengan menggunakan konsep soft power, globalisasi serta identitas sebagai perwakilan dari paradigma yang ada. Hasil yang didapat memperlihatkan bahwa Korean Wave atau yang juga dikenal sebagai Hallyu sebagai instrumen diplomasi memberikan dampak yang beragam terhadap negara asalnya yaitu Korea Selatan. Efek tersebut dapat bersifat positif seperti pada pencitraan negara serta peningkatan ekonomi atau bahkan negatif dengan lahirnya gerakan anti Korean Wave. Di lain pihak fenomena ini juga mampu mengkonstruksi identitas baru sebagai seorang penggemar atau yang biasa disebut dengan fans.

This final assignment will discuss about the phenomenon of Korean Wave from three major paradigms in International Relations. The aim of the discussion is to give an idea of how the phenomenon worth to be studied using the concept of soft power, globalization and identity as a representative of the three paradigms. The result showed that the Korean Wave or Hallyu as diplomatic instrumen of South Korea gave diverse impact to the country. These effects could be positive like nation branding and economic improvement or negative like the birth of Anti-Korean Wave. On the other hand, the phenomenon was also capable of constructing a new identity as a fan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Annisa Noor
"Skripsi ini membahas mengenai tindakan Amerika Serikat yang tergambar pasca peristiwa serangan teroris 11 September di Amerika Serikat yang dinilai merupakan bentuk terorisme itu sendiri. Kontrol pikiran melalui propaganda media yang dilancarkan Amerika Serikat merupakan senjata kasat mata yang dapat mengenai sasaran tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk problem ini adalah Sosialisme Libertarian a la Noam Chomsky. Yang dimaksud sosialisme libertarian di sini adalah, penghapusan instansi, kelompok, atau kekuasaan yang menindas kaum inferior sehingga masyarakat tersebut tidak dapet mengemban hak dan kewajibannya secara penuh.

This thesis discusses the act of the United States which reflected after the events of the September 11 terrorist attacks in the United States that assessed a form of terrorism itself. Thought control through media propaganda which the United States launched is an invisible weapon which can hit a target without being limited by space and time. One workable solution for this problem is Noam Chomsky’s Libertarian Socialism. What is meant here is, the elimination of agencies, groups, or the powers that oppress the inferior so that people are unable to take on the rights and obligations fully."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diky Avianto
"Tugas Karya Akhir ini membahas fenomena MERCOSUR sebagai institusi perdagangan regional di Amerika Selatan yang dilihat dari tiga paradigma utama dalam Ilmu Hubungan Internasional. Analisis MERCOSUR dalam tulisan ini didasarkan pada asumsi-asumsi dasar dari paradigma realisme, liberalisme, dan konstruktivisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan cara pandang ketiga paradigma terhadap fenomena MERCOSUR.
Temuan dari penelitian ini menunjukan paradigma realisme tidak bisa menganalisis MERCOSUR dari asumsi-asumsi dasarnya. Sementara itu, paradigma liberalisme mampu menjelaskan fenomena MERCOSUR melalui asumsi-asumsi dasarnya sebagai wadah kerjasama. Temuan dari paradigma konstruktivisme menunjukkan bahwa fenomena MERCOSUR juga mampu dianalisis melalui asumsi-asumsi dasarnya sebagai suatu konstruksi sosial. Kesimpulan penelitian ini menujukkan bahwa terdapat perbedaan cara pandang dari masing-masing paradigma dalam memandang fenomena MERCOSUR.

This final paper examines MERCOSUR as regional trade institution in South America analized by three main paradigms in International Relations. The analysis of MERCOSUR in this paper is based on basic assumptions from realism, liberalism, and constructivism. The research aims to see the differenceS of point of views among those paradigms toward MERCOSUR.
The result shows that realism cannot analyze MERCOSUR through its assumptions. Meanwhile, liberalism is able to analyze MERCOSUR through its assumptions as form of cooperation. Constructivism is also able to analyze MERCOSUR through its assumptions as social construction. The research concludes that there is sharp difference of point of views from each paradigm in examining MERCOSUR.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hosang, Lesly Gijsbert Christian
"Ilmu hubungan internasional memiliki tiga paradigma utama; realisme, liberalisme, dan kontruktivisme yang khas dalam memandang institusi. Tulisan ini akan melihat dan membandingkan bagaimana ketiga paradigma ini memandang ASEAN Political Security Community 2015. Pada akhirnya, dapat diketahui keunikan dan kelemahan masing-masing paradigma dalam memandang kerjasama keamanan di Asia Tenggara ini. Realisme memandang security dilemma sebagai faktor kunci munculnya kerjasama, sedangkan liberalisme memandang institusionalisme sebagai faktor determinan. Di sisi lain, konstruktivisme menakankan pada identitas kolektif yang terkonstruksi di antara negara-negara anggota APSC 2015.

International relations has three major paradigms: realism, liberalism, and constructivism that has distinct view on institution. This paper will compare how the three paradigms asses the ASEAN Political Security Community 2015. In the end, the uniqueness and weaknesses of each paradigm will be identified. Realism regards security dilemma as a key factor in the emergence of security cooperation, while liberalism sees institutionalism as a determinant factor. On the other hand, constructivism emphasizes on collective identity that is constructed among the member countries of APSC 2015."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Triponda Glory
"Pada tahun 1991 pemerintah India mencanangkan look east policy sebagai arahan kebijakan yang bertujuan untuk mengintensifkan kembali hubungannya dengan ASEAN yang sempat renggang pada masa Perang Dingin. Look east policy ditujukan tidak hanya untuk kepentingan ekspansi ekonomi melainkan juga untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan politik-keamanan India di tengah perubahaan lingkungan global dan kawasan.
Tugas Karya Akhir ini bertujuan untuk memahami pengaruh look east policy terhadap hubungan India dan ASEAN dengan mengeksplorasi aspek ontologis, epistemologis da aksiologis dari tiga paradigma utama dalam Hubungan internasional yaitu, realisme, liberalisme, dan konstruktivisme. Pengaruh look east policy akan dianalisis menggunakan teori dari masing-masing paradigma tersebut, yaitu teori balance of power, liberalisme institusional, dan konstuktivisme ideasional.
Tugas Karya Akhir ini menyimpulkan bahwa, LEP merupakan instrumen untuk memperbesar power serta bagian dari politik balancing (realisme), sebagai instrumen intensifikasi kerjasama (liberalisme) dan sebagai instrumen ideasional untuk mengkonstruksi hubungan sosial antara India dan ASEAN (konstruktivisme). Bila dilihat dari tujuannya, LEP digunakan untuk meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi dan aliansi politik-keamanan antara India dan ASEAN untuk mengimbangi perluasan pengaruh Cina (realisme), untuk menciptakan institusionalisasi hubungan India-ASEAN demi memberikan keuntungan bagi kedua pihak (liberalisme) dan untuk mengembalikan kedekatan India-Cina melalui interaksi sosial. Tujuan-tujuan tersebut dicapai melalui aliansi di bidang ekonomi dan politikkeamanan serta pembentukan struktur sosial dalam kerangka hubungan India-ASEAN.

In 1991, government of India initiated the so-called look east policy as a policy guidance to intensify its relations with ASEAN. Look east policy aimed not only to expand India's economy but also to pursue its political security interests in a changing landscape of global and regional environment.
As the focus in this paper, Look east policy will be understood by exploring ontological, epistemological and axiological aspects of three main paradigms in International Relations: realism, liberalism and constructivism. Three different theories-balance of power of realism, institutional liberalism and ideational constructivism- would be exploited to understand the impact of Look east policy on the India-ASEAN relations.
This paper concludes that, Look east policy is an instrument to increase power of India and a part of India's balancing policy (realism), as an instrument to intensify cooperation between India and ASEAN (liberalism) and as an ideational instrument to construct social relations between India and ASEAN (constructivism). Axiologically, Look east policy is used to enhance economic cooperation and political security alliance between India and ASEAN (realism), to institutionalize India-ASEAN relations and provide gains for both parties (liberalism) and to bring India closer to ASEAN through social interactions (constructivism). These goals are pursued through economic and political security alliance and also the making of social structure within the framework of India-ASEAN relations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>