Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 207225 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Anggraini
"Topeng telah digunakan di banyak negara sebagai suatu ornamen dalam ritual. Topeng dianggap sebagai perantara komunikasi antara manusia dan roh nenek moyang. Korea dan Indonesia merupakan salah satu negara yang menggunakan topeng dalam setiap ritual yang dilakukan. Topeng dianggap sakral dan dipuja oleh beberapa wilayah di negara tersebut. Oleh karena itu, topeng mempunyai peranan penting dalam ritual religius karena topeng dipercayai memiliki roh-roh di dalamnya. Kepercayaan ini berasal dari shamanisme yang sudah lama berakar di Korea dan budaya animisme di Indonesia. Ritual yang dilakukan di Korea akan melibatkan peranan mudang (dukun) sedangkan di Indonesia akan terlihat bagaimana budaya animistik mempengaruhi ritual-ritual yang menggunakan topeng. Hal ini dapat terlihat dalam hal pendewaan masyarakat Indonesia terhadap topeng.

Mask has been used for over centuries around the world. The word topeng in Indonesian and tal in Korea literally means mask. It is derived from the root word tup meaning cover, hence something pressed against the face. Topeng or tal as a sacred object used extensively in Korea and Indonesia as ritual devices, being a vehicle to leap into hidden dimension. This can be done by merging with the spirit of the mask, animating the mask through conscius intention, thereby transforming the moment for all involved. Numerous are its ritual uses; healing, fertility, harvest and other sacred rituals. Beside that, the influences of shamanism in Korea and animism in Indonesia makes the using of mask in rituals become important cause of believing the presence of spirit inside of the mask.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indah Agustin
"ABSTRAK
Shamanisme merupakan salah satu kepercayaan yang tumbuh dan berkembang di Korea sejak berabad-abad lalu. Shamanisme lebih lanjut berkembang sebagai agama Mugyo/?? dan sebagai adat istiadat Musok /?? . Salah satu karakteristik khas dari Shamanisme Korea yakni Gut. Gut merupakan upacara yang bertujuan membangun komunikasi dengan dewa-dewa untuk memohon berkah maupun tujuan lainnya. Seperti halnya Seoulgut,yang tumbuh menjadi salah satu Gut dengan ciri khas yang membedakannya dengan Gut di daerah-daerah lain di Korea. Penelitian ini ditulis dengan metode deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan karakteristik Gut yang berkembang di wilayah Seoul dan sekitarnya. Hasil dari penelitian ini adalah Seoulgut memiliki karakteristik khusus, dan juga Shamanisme yang ada di Korea sangatlah beragam yang tercermin dari adanya cabang Seoulgut.

ABSTRACT
Shamanism is one of the beliefs that grown and developed in Korea for centuries. Furthermore, Shamanism altered into a religion Mugyo and a culture Musok . A unique characteristic of Korean Shamanism is Gut, which is a ceremony to build up communication to gods for blessings and others. Just like Seoulgut, it developed as one of the Gut that is unique to each other. This study was written using qualitative descriptive method and aimed to describe characteristic of Gut in Seoul and its surrounding. The result of this study is Seoulgut has its own specific characteristic, and also Shamanism in Korea is very diverse reflected from the existence of numerous types of Seoulgut."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Yong Shik, 1966-
Seoul: Jimoondang International, 2004
KOR 201.445 19 LEE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Syafira Gustia
"Produk skincare Korea kini mulai menarik perhatian dan diminati oleh konsumen global, termasuk Indonesia. Tidak hanya memperkenalkan produk-produk yang beragam, rejimen skincare Korea juga kerap dikenal meliputi langkah-langkah dan produk yang cukup banyak. Menerapkan metode rejimen skincare Korea bukanlah suatu hal yang mudah, terutama bagi kalangan mahasiswa yang belum lama mulai merawat wajah dan belum memiliki penghasilan tetap. Adaptasi penggunaan skincare Korea dalam rutinitas perawatan kalangan mahasiswa membentuk ritual konsumen yang berbeda dibandingkan target konsumen di Korea. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ritual konsumen pengguna produk skincare Korea pada kalangan mahasiswa dengan menggunakan teori perilaku konsumen dan konsep ritual konsumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Perilaku ritual konsumen dijabarkan berdasarkan komponen-komponen ritual yang ada di dalamnya. Masing-masing konsumen diidentifikasi ke dalam empat tingkat ritualisasi berbeda. Hasil penelitian menunjukkan keunikan komponen-komponen ritual serta adanya keunikan karakteristik dan kategori konsumen berdasarkan tingkat ritualnya. Kedua dasar analisis tersebut juga menunjukkan karakteristik unik dari kalangan mahasiswa sebagai konsumen produk skincare Korea.

Korean skincare products is now garnering attention and interest among global consumers, including Indonesia. Not only do they introduce various types of product, Korean skincare routine is known to include plenty of steps and products. Applying them to our daily routine is not an easy task, especially for university students that haven't started taking care of their skin that long and not yet have a fixed income. Adapting Korean skincare into their own skincare routine develops a unique consumer ritual compared to the consumers in Korea. This study aims to analyze the consumer ritual on Korean skincare usage among university students using consumer behavior theory and consumer ritual concept. This research use qualitative approach and ethnographic method. Consumer ritual behavior are interpreted based on the ritual components in them. Each consumer is also identified by ritual degree. The research found several uniqueness within the ritual components, also unique characteristics and consumer category from each ritual degree. Both of that analysis also show the unique characteristics of university students as Korean skincare consumers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisya Fadhila
"Kematian merupakan siklus kehidupan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Arwah merupakan elemen kematian yang memiliki peran penting dalam ritual Shamanisme Korea. Jurnal ini membahas tentang bagaimana pandangan masyarakat tradisional Korea mengenai kematian ditinjau dari ritual ndash;ritual Shamanisme Korea. Shamanisme dipercaya sebagai kepercayaan tertua di Korea karena itu penulis tertarik untuk meneliti ritual Shamanisme saeryeong gut sebagai objek penelitan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hakikat kematian dalam ritual Shamanisme Korea. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka. Hasil dari penelitian ini adalah kematian dalam ritual Shamanisme Korea bermakna bukan hanya berpulang ke dunia lain tetapi juga sebagai prosesi yang dilakukan untuk mengantar arwah sampai di dunia lain dengan tenang sehingga menghindari munculnya arwah jahat.
AbstractDeath is a life cycle that will happen in every human life. One of death elements which is a dead soul has significant role in Korean Shamanic rites. This journal analyzes about Korean traditional society view of death through Korean Shamanic rites. Shamanism is believed as the oldest religion in Korea so that, researcher use Shamanic rites which is saryeong gut as an object of the research. The purpose of this research is to analyzes Korean rsquo s view of death through Shamanic rites. The method applies is qualitative descriptive method by using literature sources. The result of this research is death in Korean Shamanism rites is not only passed away and go to the other worlds but also become procession for sending death soul into another world peacefully so that it can avoid evil soul appearance. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febby Febriyandi Y.S
"ABSTRAK
Beragam konflik telah tercatat dalam perjalanan panjang sejarah agama manusia. Dalamkonteks Indonesia juga telah terjadi sederetan konflik yang mengatasnamakan agamasepanjang sejarah kehidupan bernegara. Konflik tersebut tidak hanya terjadi antara pemelukagama yang berbeda, tetapi juga antara pemeluk agama yang sama. Dengan mengikutipemikiran Elizabeth Nottingham mengenai dualisme agama, teori fungsionalisme konflikAlfred Coser, serta meminjam contoh kasus konflik agama dalam artikel John Bowen, sayamencoba menyampaikan empat hal: pertama, konflik dalam kehidupan beragama adalahsuatu keniscayaan; kedua, konflik yang terjadi antara pemeluk agama yang sama disebabkan oleh perbedaan penafsiran dan praktik ritual agama; ketiga, ritual agama tidak hanya memilikiaspek religius semata, tetapi juga aspek sosial-politik; keempat, konflik keagamaan sejatinyatidak hanya bersifat merusak, tetapi juga memiliki fungsi bagi agama dan masyarakat itusendiri, seperti: memperkuat integrasi suatu kelompok atau komunitas, memotivasi pemelukagama untuk lebih memahami ajaran agamanya, mendorong terbentuknya komunitas ataukelompok yang baru, serta menjaga solidaritas kelompok.
ABSTRACT
Various conflicts have been recorded in the long history of human religion. In Indonesiancontext, a series of conflicts in the name of religion taken place throughout the life historyof the state. The religious conflict does not only occur between people of different religions,but also followers of the same religion. Referring to Elizabeth Nottingham's thoughts onreligious dualism, Alfred Coser's conflict functionalism theory, and considering samplecase of religious conflict in John Bowen's article, i tried to convey four things: first, conflictin religious life is inevitable; second, the conflict occurred between followers of the samereligion is caused by differences in the interpretation and practice of religious rituals; third,the religious rituals do not only have religious aspect, but also socio-political aspects;fourth, the religious conflict is not only destructive, but also has functions for religion andsociety itself, such as strengthening the integration of a group or community, motivatingreligious followers to understand their religious teachings better, encouraging the forma-tion of new communities or groups, and maintaining the group solidarity."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>