Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zebua, Adeline E.
"Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan masalah stereotip jender di media khususnya dalam film Disney yaitu Brave (2012). Makalah ini diharapkan dapat menambah penjelasan tentang dekonstruksi stereotip jender karakter putri dalam film-film dongeng Disney. Pada awalnya, perusahaan Disney, dalam dongeng-dongengnya, menciptakan karakter putri yang menguatkan stereotip jender, seperti Snow White dan Cinderella. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan jaman, Disney membuat perubahan-perubahan dalam karakter putri yang pada akhirnya menawarkan karakter putri yang berbeda dari stereotip jender dengan membuat film Brave (2012). Dengan menggunakan konsep Towbin tentang karakteristik wanita dalam dongeng Disney, makalah ini berusaha untuk menunjukkan negosiasi perilaku karakter putri yang mandiri tetapi tetap mempertahankan perilakunya sebagai seorang putri. Dalam film, hal ini ditunjukkan dalam interaksi antara karakter putri dan karakter pendamping sebagai indikasi dari dekonstruksi stereotip jender.

This research is done in order to explain gender stereotype issue in the media in the scope of Disney movie Brave (2012). The paper hopes to add more explanation on the deconstruction of gender stereotypes in princess characters in Disney fairytales. In the beginning, the Disney company created a typical princess character in Disney fairytales that affirms gender stereotype, such as Snow White and Cinderella. However, since that time, the company has made changes in their princess character and offered a character different from the existing gender stereotypes by making the fairytale Brave (2012). Using Towbin’s concept about the characteristics of women in Disney fairytales, the research attempts to show the negotiation of the princess’ behavior that is independent but still maintains her behavior as a princess as shown in the princess’ and minor characters’ interactions in the movie as an indication of the deconstruction of gender stereotypes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farisza Nadya Cahya Putri
"Stereotip gender adalah salah satu isu utama yang ada pada kebanyakan film Disney tentang putri. Perhatian terhadap sifat-sifat konvensional tersebut telah berubah menjadi tindakan untuk menantang peraturan lama dengan menampilkan seorang putri pasca-klasik. Penelitian tentang tindakan wanita menantang stereotip gender dapat ditemukan dengan mudah, namun tindakan yang dilakukan oleh seorang putri Disney pasca-klasik masih terbatas. Oleh karena itu, makalah ini menyajikan analisis mengenai analisis tindakan menantang stereotip gender yang dilakukan oleh Merida dalam film Brave 2012 . Untuk melakukan penelitian ini, penulis menganalisis keseluruhan cerita melalui menonton film tersebut, mengungkapkan tindakan stereotip gender menggunakan teori Linda Brannon, dan mengklasifikasikan tindakan yang menantang stereotip gender dalam film tersebut. Makalah ini memberikan kontribusi baru dalam studi pengkajian stereotip gender pada karakter putri pasca-klasik ciptaan Disney dan mengungkapkan bahwa seorang wanita mungkin tidak lagi menjalankan peran gender konvensional karena beberapa alasan.

Gender stereotype is one of the main issues exist that in most Disney's princess movies. The concern on following conventional traits has been changing to the act of challenging the old rules by featuring a post classical princess. Researches on the act of challenging gender stereotype by a woman can be found easily nevertheless, that action done by a brand new Disney's princess is still limited. Therefore, this paper presents the act of challenging gender stereotype analysis of Merida in Brave 2012 . To conduct this research, the author analyzed the whole story by watching the movie, revealing the act of gender stereotyping using Linda Brannon's theory, and classifying the actions of challenging gender stereotype within the movie. This paper gives a new contribution in the study of gender stereotyping study in a post classical Disney's princess and reveals that a woman may not live the conventional gender role due to some reasons.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vinne Aninda Putri
"Kekuatan dan relasi jenis kelamin merupakan isu yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Film “An Education” (2009) merepresentasikan isu tentang partiarki dan konsep “wanita ideal” di lingkungan daerah pinggiran kota London. Tujuan hidup dari wanita di daerah tersebut di tahun 1960-an adalah untuk mencari pria kaya dan menikah dengannya. Film ini menawarkan sebuah ide bagaimana wanita pada saat itu mencoba untuk menjadi seorang “wanita ideal” dan patuh kepada sistem partiarki yang berlaku. Jurnal ini menggunakan teori kekuatan dan sistem partiarki dari Foucault. Namun, konflik yang ada dalam film ini memperlihatkan karakter utama (Jenny) yang mencoba untuk keluar dari lingkungan konservatif dan menemukan kebahagiaan untuk dirinya. Dengan kemampuan dirinya untuk membuat keputusan yang baru untuk hidupnya, dia termotivasi untuk bebas memilih tujuan hidupnya tanpa terpengaruh dari orang lain. Dengan memakai kemampuan untuk mengambil keputusan baru dalam diri karakter utama, konsep wanita yang hanya hidup dalam lingkungan domestik telah patah.

Power and gender relation is a never-ending issue. The movie An Education (2009) appears to represent the issue about patriarchy and the concept of “ideal women” at the suburban areas in London. The aims of women in 1960’s were to find wealthy husband and get married. This kind of movie offers the idea of how women at that time tried to be an “ideal women” and should conform to the patriarchal system. This paper uses the theory of power and patriarchal system from Foucault. However, the conflict in this movie shows that the main character (Jenny) tried to get out from her conservative environment and find her happiness. With her new self-determination (intrinsic motivation to do something), she was motivated to feel free to choose her own decision in her life without the influences of others. Using the main character’s new self-determination, this movie shows that the traditional "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anniza Rizkita Mulia Putri
"Jurnal ini memperlihatkan bagaimana sebuah karakter dalam sebuah animasi untuk anak-anak mendobrak peran dan stereotipe gender serta apa saja faktor dan dampak dari hal tersebut. Merupakan hal yang tidak biasa ketika sebuah animasi untuk anak-anak bercerita tentang seorang anak yang tidak menaati orang tuanya. Brave, sebuah judul animasi anak-anak, menampilkan tokoh utama (seorang anak perempuan) yang tidak menaati orang tuanya, hal ini membuat ia melakukan pendobrakan terhadap peran dan stereotipe gender. Terdapat tiga poin utama yang akan dibahas dalam jurnal ini. Pertama, bagaimana tokoh utama mencoba melakukan pendobrakan terhadap peran dan stereotipe gender. Kedua, apa saja faktor yang mempengaruhi tokoh utama sehingga melakukan hal tersebut. Ketiga, apa dampak yang terjadi dalam kehidupan tokoh utama tersebut. Menggunakan teori feminisme yang berkaitan dengan peran dan stereotipe gender, jurnal ini berusaha untuk menunjukkan bahwa orang terdekat dari seseoranglah yang dapat memberikan pengaruh yang besar dalam hal terhadap peran dan stereotipe gender.

This paper examines how a character in a children?s animation breaks gender?s role and stereotype, the factors, and the impacts of the action. It is unusual that such a children?s animation tells a story about a disobedient child towards his or her parents. Brave, a children animation, presents a main character who disobeys her parents and leads her to breaks woman?s role and stereotype. There are three major points that this paper attempts to make. The first one is how the main character tries to break gender?s role and stereotype. Secondly, what factors that affect the main character to do so. Third, what impacts that the factors bring on the main character?s life. Using theory of feminism that is related to gender?s role and stereotype, it attempts to show that the closest people of a person and his or her surroundings can give a big impact on the person?s gender?s role and stereotype."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
McCarthy, Helen
Woodstock, N.Y. : Overlook Press, 1996
791.433 MCC a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mawarfaatin Ryana Putri
"ABSTRAK
Salah satu produk media dan budaya yang memiliki banyak penonton hingga saat ini adalah kartun. Produk-produk media tersebut, tidak hanya kartun, sering menggambarkan perempuan sebagai karakter yang membutuhkan pertolongan dari laki-laki atau sebagai karakter yang sering diremehkan. Adventure Time adalah salah satu kartun Amerika yang popular dan memiliki karakter-karakter laki-laki sebagai pemeran utamanya: Finn the Human (Finn si Manusia) dan Jake the Dog (Jake si Anjing). Namun, di dalam kartun tersebut terdapat karakter perempuan bernama Princess Bubblegum yang menunjukkan kebalikan dari karakter-karakter perempuan yang tradisional dan konvensional. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk meneliti karakter-karakter yang dimiliki oleh Princess Bubblegum untuk membuktikan dekonstruksi dari peran perempuan di dalam kartun Adventure Time. Penelitian ini menggunakan analisis tekstual dan pendekatan peran gender. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa karakter Princess Bubblegum telah mendekonstruksi peran perempuan di dalam kartun ini karena karakter-karakter laki-laki yang muncul pada Princess Bubblegum lebih dominan daripada karakter-karakter perempuan konvensional.

ABSTRACT
One of media and cultural products which hold many audiences until the present time is cartoon. Those media products, not only cartoon, often depicts female as character that needs help from male or often underrated. Adventure Time is one of American popular cartoon that has male characters as the protagonist: Finn the Human and Jake the Dog. However, there is a female character in Adventure Time named Princess Bubblegum which shows the opposite of traditional and conventional female characteristics. The objective of this paper is to examine the characteristics of Princess Bubblegum in order to prove the deconstruction of female role in Adventure Time. Textual analysis and gender role approach are conducted to this research. The findings of the study reveal that Princess Bubblegum deconstructed the female role because the male characteristics that appear in her are more dominant than the female characteristics."
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Napier, Susan Jolliffe
New York: Palgrave, 2001
791.433 NAP a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zaharuddin G. Djalle
Bandung: Informatika, 2007
791.433 4 ZAH t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Kansy
""Brave" adalah sebuah film animasi komputer dari Amerika yang bertemakan fantasi komedi yang diproduksi oleh Pixar Animation Studios dan di diterbitkan oleh Walt Disney Pictures pada tahun 2012. Film ini berbeda dari cerita fairy tales klasik. Film ini mempresentasikan perempuan sebagai tokoh utama. Masalah yang akan dibahas di sini adalah bagaimana tokoh-tokoh perempuan direpresentasikan dalam film "Brave". Penelitian ini menggunakan semiotik dan kode televisi oleh John Fiske. Beberapa subtema yang digunakan adalah feminism dalam kekuatan, feminism dalam kepemimpinan, feminism dalam stereotip, feminism dalam karakterisasi, dan feminism dalam kebebasan. Lebih lanjjut lagi, film ini menunjukan beberapa perubahan mendasar dari stereotip film Disney.

"Brave" is an American computer-animated fantasy comedy film produced by Pixar Animation Studios and released by Walt Disney Pictures in 2012. This film is different from classic fairy tales. This film represented a tough woman as the main character. The problem that will be discussed here is how the female characters are represented in "Brave". This study uses semiotics, particularly codes of television by John Fiske. Subthemes are used to analyze feminism in power, feminism in leadership, feminism in stereotypes, feminism in characterization, and feminism in freedom. The conclusion of this study is that the film contains feminism in power, leadership, stereotypes, characterization, and freedom. Furthermore, this film shows some basic changes from the common stereotype of Disney movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Diantha Azzahra
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas performativitas gender pada tokoh Nagisa dalam film Midnight Swan (2020) karya Uchida Eiji serta menganalisis pandangan masyarakat Jepang terhadap performativitas gender yang ditampilkan oleh Nagisa dalam film tersebut. Penelitian ini menerapkan dua teori dalam kerangka analisis, yaitu performativitas gender oleh Judith Butler (1990) dan teori kode-kode televisi John Fiske (1999) yang terbagi dalam tiga level, yaitu realitas, representasi, dan ideologi. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis teks dan visual dalam film Midnight Swan. Ditemukan delapan data yang menunjukkan performativitas gender Nagisa dan lima data yang menggambarkan pandangan masyarakat terhadap performativitas gender Nagisa. Temuan ini menunjukkan bahwa tokoh Nagisa tidak hanya ditunjukkan melalui karakternya sebagai transgender, tetapi juga ditunjukkan dengan menjadi seorang ibu dan penari kabaret. Pandangan masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu menerima dan menolak performativitas gender Nagisa. Meskipun penolakan akibat budaya patriarki yang telah terinternalisasi pada masyarakat Jepang kerap ditampilkan dalam film, ada sebagian masyarakat Jepang yang masih memberikan pandangan terbuka terhadap performativitas gender yang ditunjukkan Nagisa. Film Midnight Swan menunjukkan bahwa tidak mudah bagi individu yang mengidentifikasikan dirinya sebagai transgender untuk menjalani hidup di lingkungan masyarakat yang bersifat heteronormatif dengan beragam perspektif terkait isu gender.

This study aims to discuss the gender performativity on the character Nagisa in Uchida Eiji's film Midnight Swan (2020) and analyze the perception of Nagisa's gender performativity within Japanese society as depicted in the movie. This study utilizes two theories in the analytical framework: Judith Butler's concept of gender performativity (1990) and John Fiske's theory of television codes (1999). Fiske's theory is further categorized into three levels: actuality, representation, and ideology. The research method used is text analysis and visual analysis in the Midnight Swan movie. A total of eight data points were identified to assess Nagisa's gender performativity, while five data points were used to analyze society's perspectives on Nagisa's gender performativity. These findings show that Nagisa's character is not solely defined by her transgender identity but also shown through her roles as a mother and cabaret dancer. Society's perspectives on Nagisa's gender performativity can be categorized into two distinct groups: accepting and rejecting Nagisa's gender performativity. Despite the frequent rejection portrayal of internalized patriarchal culture in the film, liberal society nevertheless maintains an open perspective towards Nagisa's gender performativity. The Midnight Swan movie portrays the challenges faced by people who identify themselves as LGBT, including those who are transgender to live their lives in a society with diverse perspectives regarding gender issues."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>