Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4002 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Anggraeni
Yokyakarta: Bentang, 2010
305.895 DEW m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Steele, Ken
Bandung: Qanita, 2004
813 STE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Idris
Jakarta: Hikmah, 2007
297.8 MUH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Deliar Noer
Jakarta: Mizan , 1996
923.2 DEL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djenar Maesa Ayu
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
899.221 3 Ayu m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djenar Maesa Ayu
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004
I 899.232 A 521 m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Annisa Dhia Faisal
"Sekarang, representasi adalah hal penting dikarenakan semakin banyak orang yang menyadari seberapa berpengaruhnya sebuah penggambaran di media. Berbagai macam tuntutan sudah dilayangkan ke media mainstream agar produk dan artis yang mereka tampilkan lebih beragam, termasuk Hollywood. Dengan datangnya era kesadaran sosial yang baru, para sutradara dan eksekutif mulai berlomba-lomba untuk mengeluarkan film dengan cerita-cerita dan tipe-tipe penggambaran yang baru, salah satunya adalah Beyoncé dengan film dan visual album nya yang dirilis pada 2020 yang berjudul Black Is King. Artikel ini menganalisis bagaimana wanita kulit hitam dan hubungan antara wanita kulit hitam dan pria kulit hitam digambarkan di film ini. Artikel ini meneliti tiga aspek dari film ini, yaitu: 1) alur cerita; 2) lirik lagu; dan 3) aspek mise-en-scene-nya. Penulis menyimpulkan bagaimana wanita kulit hitam ditampilkan di film ini bertentangan dengan alur, karena film ini tidak merubah fitur patriarki yang mendominasi di alur cerita film dan memilih untuk fokus ke pihak pria dari pada mengubah fokus filmnya ke wanita kulit hitam.

Representation is now more important than ever as more people realize how impactful a portrayal can be. Various demands have been made to mainstream media to be more diverse with their talents and products, including Hollywood. With the new age of social consciousness, directors and executives are now churning movies with new stories and new types of portrayals, and one of them is Beyoncé with her 2020’s visual album and film, Black Is King. This paper attempts to analyse how black women are portrayed in this film and how the relationship between black men and black women is depicted. This paper examines three aspects of the film: 1) the storyline; 2) the lyrics and the narration; and 3) the mise-en-scene aspect. The writer concludes that the portrayal of black women in this film is at odds with the storyline because the movie keeps the dominant patriarchal features in its storyline and chooses to focus on the men instead of shifting the focus to black women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Riyadi
"Perilaku-perilaku tak wajar seorang tokoh tertentu di dalam sebuah karya sastra atau film terkadang menimbulkan pertanyaan apakah perilaku-perilaku tersebut dapat dipercaya atau tidak. Terkadang memang tidak mudah untuk memahami alasan yang membuat tokoh tersebut berperilaku sebagaimana digambarkan dalam cerita di karya sastra atau film tersebut. Di sinilah pendekatan psikoanalisis bisa menjadi alat yang sesuai untuk memahami hal tersebut.
Kajian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip psikoanalisis dapat digunakan untuk lebih memahami sebuah film yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet!, terutama tokoh utamanya, yaitu Adjeng. Secara lebih spesifik, tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk menemukan bagaimana (1) unsur-unsur naratif dan sinematografis film ini mencerminkan prinsip-prinsip psikoanalisis Freud, dan (2) bagaimana gejala-gejalan neurosis tokoh utama di dalam film ini ditunjukkan di dalam film, dan bagaimana gejala-gejala tersebut terkait dengan masa lalunya.
Dari hasil analisis unsur-unsur naratif film (tema, alur, penokohan, simbol, metafor, ironi, dan alegori) ditemukan bahwa semua unsur naratif tersebut sangat terkait dengan prinsip-prinsip psikoanalisis Freud. Keterkaitan yang sama juga ditemukan pada unsur-unsur sinematografisnya (gambar, gerakan, dan suara). Keterkaitan unsurunsur sinematografis ini mungkin tidak sejelas keterkaitan dengan unsur-unsur naratif. Meski begitu, unsur-unsur sinematografis tetap mempertegas keterkaitan antara struktur film ini dengan prinsip-prinsip psikoanalisis.
Sementara itu, analisis gejala-gejala neurosis pada tokoh utama film ini, Adjeng, menemukan adanya dua macam gejala neurosis yang diderita Adjeng, yaitu ketakutan akan keintiman dan ketakutan akan ditinggalkan (ditelantarkan). Gejala-gejala tersebut ditunjukkan oleh sekuen-sekuen yang menunjukkan hubungannya dengan orang-orang terdekatnya, seperti ibunya, kekasih-kekasihnya, dan teman-teman dekatnya. Gejala-gejala neurosis tersebut terkait erat dengan kejadian-kejadian traumatis yang dialami Adjeng ketika masih kecil dulu, khususnya saat ia mengalami kompleks Oedipus.

Uncommon behaviors of a certain character in a literary work or movie sometimes raise a question if such behaviors are really believable or not. In fact, it is sometimes difficult to understand why such character does the things s/he does in the story told by the literary work or movie. In this case, a psychoanalysis approach can be a very effective tool to understand such thing.
This study aims at showing how psychoanalysis principles can be used to get a better understanding of a movie entitled Mereka Bilang, Saya Monyet! (They Say, I am a Monkey!), in general, and its character(s), in particular. To be more specific, the objective of this qualitative research is to find out (1) how the narrative and cinematographic elements of this movie reflect Freud's Psychoanalysis principles and (2) how the neurosis symptoms of the main character in this movie, Adjeng, which are related to her childhood memories, are shown in the movie.
The analysis of its narrative elements (theme, plot, characterization, symbolism, metaphor, irony, and allegory) shows that all the elements are closely related to Freud's Psychoanalysis principles. The same finding also goes to the analysis of its cinematographic elements (picture, motion, dan sounds). Such relation might not be as vivid as the one found in its narrative elements, but cinematographic elements certainly give strong emphasis on such principles.
As for the neurotic symptoms of the main character, Adjeng, it is found that there are basically 2 kinds of neurotic symptoms that she suffers from; fear of intimacy and fear of abandonment. Such symptoms are shown by the sequences that show her relationship with the people she is close to, including her mother, her lovers, and her close friends. These neurotic symptoms are deeply rooted to her traumatic experiences in her childhood when Oedipus Complex took place.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Age, Lars
"udul asli : Liked : Bisakah aku menjadi orang yang disukai? ; Sosok seperti apakah Anda? Apakah Anda adalah tipe yang disukai dan menarik minat banyak orang? Atau Anda pribadi sederhana saja? Tak ada salahnya menjadi pribadi yang sederhana. Menjadi pribadi yang baik adalah impian bagi banyak orang. Kedengarannya memang mudah, tapi kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masih banyak juga orang "
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2023
155.25 JOH l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soedjatmoko, 1922-1989
Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010
370.959 8 SOE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>