Ditemukan 187 dokumen yang sesuai dengan query
Ustinov, Peter
Boston: Little, Brown, 1977
791.092 UST d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Shalsa Tiara Putri
"Konsumen kini mengekspektasikan jenama untuk menggunakan kekuatan mereka untuk berpartisipasi dalam masalah sosial di masyarakat. Salah satu isu sosial yang kian populer di generasi milenial adalah isu gender dalam industri kecantikan. Berbagai jenama kecantikan mulai mengambil sikap terhadap isu ini, termasuk jenama kecantikan lokal di Indonesia yang bernama Dear Me Beauty. Tulisan ini menganalisis bagaimana Dear Me Beauty menjalankan strategi aktivismenya terhadap isu inklusivitas gender di Instagram dilihat dari definisi dan karakteristik kunci aktivisme jenama, pemanfaatan fitur-fitur Instagram, serta tipologi autentisitas aktivisme jenama. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah kajian literatur. Dalam praktiknya, Dear Me Beauty telah melakukan gerakan yang sesuai dengan definisi dan karakteristik kunci dari aktivisme jenama. Jenama ini juga telah memanfaatkan fitur Instagram dengan maksimal untuk menyampaikan pesan-pesan aktivisme. Namun, autentisitas aktivisme jenama yang dilakukan Dear Me Beauty dinilai jatuh di antara dua tipe, yaitu Authentic Brand Activism dan Inauthentic Brand Activism. Hasil studi ini menyarankan jenama untuk memperluas aktivisme dengan memberikan kontribusi secara langsung untuk meningkatkan autentisitas aktivisme. Penelitian mengenai aktivisme jenama di media sosial pun kedepannya dapat melibatkan bidang ilmu komunikasi lain seperti hubungan masyarakat sebab aktivisme jenama memiliki kaitan yang erat dengan persepsi publik dan citra perusahaan.
Consumers now are expecting brands to make use of their power to participate in social causes. Gender in the beauty industry is one of the social issues that are increasingly popular in the millennial generation. Various brands have started to take a stand, including a local beauty brand in Indonesia, Dear Me Beauty. This paper analyzes how Dear Me Beauty carries out its activism strategy on gender inclusivity on Instagram seen from the definition and key characteristics of brand activism, the use of Instagram features, and the brand activism authenticity typology. Literature review is used as the research method of this study. In practice, Dear Me Beauty has carried out actions that fit the definition and key characteristics of brand activism. This brand has also taken full advantage of Instagram's features to convey their messages. However, their activism falls between two types from the typology, namely Authentic Brand Activism and Inauthentic Brand Activism. This study suggests brands to expand their activism through real contributions to increase their authenticity. Research on brand activism on social media in the future can also involve other fields of communication such as public relations because it is closely related to public perception and corporate image."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nadila Zahara Faradysa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi Generasi Z terhadap strategi komunikasi pemasaran Dear Me Beauty yang melibatkan keragaman dan inklusi, khususnya pada dimensi ras dan etnis, gender, serta usia. Persepsi tersebut dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, serta budaya. Sebagai generasi yang tumbuh di tengah lingkungan yang lebih beragam, membuat Generasi Z memiliki rasa toleransi yang tinggi dan vokal dalam memperjuangkan keragaman serta mengurangi praktik diskriminasi di lingkungannya. Penelitian ini ditelaah dengan menggunakan Teori Komunikasi Pemasaran yang inklusif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus, teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam serta observasi digital khususnya pada akun resmi @dearmebeauty. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Generasi Z memiliki persepsi positif terhadap strategi komunikasi pemasaran Dear Me Beauty yang melibatkan keragaman dan inklusi. Dimensi ras dan etnis menjadi perhatian pertama dan memiliki persepsi positif. Dimensi gender secara keseluruhan generasi Z persepsi positif namun sebagian di antaranya berpendapat bahwa penggunaan kosmetik pada pria masih dianggap tabu bagi masyarakat Indonesia. Dimensi usia secara keseluruhan memiliki pandangan positif. Generasi Z memberikan dua sudut pandang dilihat dari kombinasi dimensi usia dan gender. Pada representasi wanita paruh baya yang menggunakan produk kecantikan mendapatkan persepsi positif dan dukungan penuh. Sedangkan pada representasi pria paruh baya yang menggunakan produk kecantikan memiliki dua pandangan yang berbeda. Sebagian besar memberikan persepsi positif, namun sebagian lainnya mengatakan bahwa pemilihan model pria paruh baya kurang tepat dalam memasarkan produk kecantikan, khususnya kosmetik.
This study aims to determine Generation Z's perceptions of the Dear Me Beauty marketing communication strategy which involves diversity and inclusion, especially in the dimensions of race and ethnicity, gender, and age. These perceptions are influenced by background, experience, and culture. As a generation that grew up in a more diverse environment, Generation Z has a high sense of tolerance and is vocal in fighting for diversity and reducing discriminatory practices in their environment. This research is examined using inclusive Marketing Communication Theory. This study used a qualitative approach with a case study research met; data collection techniques were carried out through in-depth interviews and digital observation, especially on the official @dearmebeauty account. The results of the study show that Generation Z has a positive perception of the Dear Me Beauty marketing communication strategy, which involves diversity and inclusion. The dimensions of race and ethnicity are the first concern and have positive perceptions. The overall gender dimension of Generation Z is positive, but some of them argue that the use of cosmetics on men is still considered taboo in Indonesian society. The overall age dimension has a positive outlook. Generation Z provides two perspectives from a combination of age and gender dimensions. In the representation of middle-aged women who use beauty products, they get positive perceptions and full support. Meanwhile, the representation of middle-aged men who use beauty products has two different views. Most gave a positive perception but some others said that the selection of middle-aged male models was inappropriate in marketing beauty products, especially cosmetics."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Erisca Febriani
Depok: Best Media, 2017
899.221 ERI
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Bemelmans, Ludwig
New York: Viking Press, 1953
813 BEM f
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Carlton South, Victoria: Melbourne University Press, 1996
907.202294 DEA
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Mukherjee, Bharati
New York: fawcett Columbine, 1997
813.54 Muk l
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Kinsella, Sophie
London: Black Swan, 2018
823.92 KIN s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jakarta: Kelompok Tumaritis Sembilan, 2007
920 DEA
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Dilma Alfida Rahmah
"
ABSTRAKSastra remaja adalah sastra populer yang dibaca oleh remaja. Salah satu karya sastra remaja populer adalah novel Dear Nathan. Permasalahan yang mencolok dalam novel Dear Nathan adalah pemberian julukan. Julukan tersebut diberikan kepada tokoh utama, yaitu Nathan, di dalam relasi yang dijalinnya. Penelitian ini mengkaji dampak yang muncul dari pemberian julukan terhadap tokoh utama yang dikaji melalui analisis tokoh dan penokohan dalam novel Dear Nathan. Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan fakta berupa kutipan dalam novel untuk kemudian dianalisis. Analisis tokoh dan penokohan dapat menunjukkan deskripsi pemberian julukan pada tokoh dan dampak yang dihasilkannya. Relasi yang dijalin remaja terbagi menjadi relasi remaja dengan orang tua, relasi remaja dengan kawan sebaya, dan relasi remaja dengan guru. Relasi tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teori labeling untuk mengetahui tentang pemberian julukan dan dampaknya. Penelitian ini menghasilkan bahwa terdapat pengaruh atas pemberian julukan terhadap perkembangan kejiwaan dalam diri anak dan remaja. Dampak tersebut berupa perilaku yang negatif dan positif yang muncul pada diri seseorang ketika ia terus mendapatkan julukan dari orang lain.
ABSTRACTYoung adult literature is a popular literature that is read by teenagers. Dear Nathan is one of many popular young adult literatures. Labeling is one of the main problem that can be found in the novel. The label is given by the society to the main character of the novel, Nathan. Based on that problem, this study examines the impact which arises from the labeling of the main character by analizing the characters and characterizations in Dear Nathan. The research method that is used in this paper is descriptive analysis method, which describes the facts in the form of quotes in novels for later analysis. Character and characterization analysis will show descriptions of the character s label and the impact of labeling to the character. The relationships that are established by young adults are divided into three types, which is relations between young adults and parents, relations between young adults and peers, and relations between young adults and teachers. Therefore, the relation in Dear Nathan is analyzed by labeling theory to find out about the label and its effects. The result of this study shows that giving a label can influence the psychiatric development in children and adolescent. The impact can be negative and positive behaviors that arise in a person when he continues to get label from other people."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library