Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendrik
"ABSTRACT
Penentuan lebar enam gigi anterior rahang atas cukup menyulitkan, terutama bila tidak terdapat catatan pra ekstraksi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan rumus untuk membantu memprediksi lebar enam gigi anterior rahang atas dengan pengukuran fasial tertentu diantaranya : jarak interalar, jarak intercanthal, dan jarak intercommissural, dan untuk menentukan korelasi antara lebar enam gigi anterior rahang atas dengan pengukuran fasial yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan di RSKGM UI dengan jumlah subjek sebanyak 60 orang terdiri dari 36 wanita dan 24 laki laki. (Persetujuan etik FKG UI, Jakarta, 26 Maret 2013 Nomor: 19/Ethical Clearance/FKG UI/III/2013). Tiap subjek dilakukan pengukuran jarak interalar, jarak intercanthal, jarak intercommissural dan lebar enam gigi anterior rahang atas dengan menjumlahkan lebar masing masing gigi anterior rahang atas. Korelasi koefisien Pearson dan Spearman digunakan untuk menentukan korelasi antar variabel dan hasilnya menunjukkan adanya korelasi signifikan antara lebar enam gigi anterior rahang atas dengan jarak interalar, jarak intercommissural, dan jenis kelamin. Dari hasil analisis multivariat dapat diperoleh suatu rumus untuk memprediksi lebar enam gigi anterior rahang atas yaitu 38,27 + 2,011 x (jenis kelamin )+ 0.167 x ( jarak intercomissural), dengan memasukkan angka 1 untuk jenis kelamin perempuan dan angka dua untuk jenis kelamin laki laki. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran fasial terurama jarak intercommissural dan jenis kelamin dapat digunakan untuk memprediksi lebar enam gigi anterior rahang atas.

ABSTRACT
It is difficult to determine the width of six maxillary anterior teeth especially when pre-extraction record are not available. Therefore, this clinical study was carried out to determine a formula to predict the width of six maxillary anterior teeth using certain facial measurements which included interalar, intercanthal, and intercommissural width, and to determine the correlation between width of six maxillary anterior teeth with other facial measurements. This clinical study was performed in RSKGM UI with total subject of 60 people consist of 36 female and 24 male. (Ethical approval from Faculty of Dentistry University Indonesia on march 26th 2013, No: 19/Ethical Clearance/FKG UI/III/2013). Each subject was measured for interalar, intercanthal, intercommissural width and the width of six maxillary anterior teeth was determined by adding mesiodistal width of each maxilary anterior teeth. Pearson and Spearman correlation coefficient was used to determine the correlation between all variables and shows significant correlation between width of six maxillary anterior teeth and interalar width, intercomissuralwidth , and sex. Based on the result from multivariate analysis, a formula can be determine to predict the width of six maxillary anterior teeth which is 38,27 + 2,011 x (sex) + 0,167 x (intercommissural width), with no 1 as data input for female and no 2 as data input for male subject. Based on the outcome results, it can be concluded that facial measurements, especially intercommissural width and sex, can be used to predict width of six maxillary anterior teeth."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siwan
"Pemillihan ukuran gigi anterior atas yang tepat saat pembuatan gigi tiruan sehingga menghasilkan penampilan yang baik secara estetik, merupakan suatu tantangan. Terdapat berbagai metode untuk menentukan lebar gigi anterior atas apabila tidak tersedianya catatan pra-ekstraksi. Meskipun sejumlah metode telah dikemukakan, cara penentuan lebar gigi anterior atas yang tepat masih belum dapat dipastikan, khususnya lebar gigi insisif sentral atas dan lebar enam gigi anterior atas.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah jarak bizygomatik, jarak interkomisural, jarak interalar, jarak intercanthal dan jarak interpupil dapat digunakan sebagai panduan untuk pemilihan lebar gigi anterior atas pada populasi di Jakarta. Subjek berjumlah 100 orang (30 laki-laki dan 70 perempuan) dengan rentang usia 18-35 tahun, dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Digunakan alat modifikasi Trubyte dengan milimeter blok yang dicetak pada plastik transparan untuk pengukuran wajah. Jangka kaliper digunakan untuk mengukur lebar gigi anterior atas. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan korelasi Pearson.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebar enam gigi anterior atas maupun lebar gigi insisif sentral atas tidak berkorelasi terhadap jarak bizygomatik, jarak interkomisural, jarak intercanthal, jarak interpupil. Jarak interkomisural berkorelasi terhadap jarak bizygomatik, jarak interalar, jarak intercanthal dan jarak interpupil secara signifikan. Dengan segala keterbatasan penelitian ini disimpulkan bahwa lebar enam gigi anterior atas dan lebar gigi insisif sentral atas hanya berkorelasi terhadap jarak interalar dan jenis kelamin.

Selection of appropriate size of the maxillary anterior teeth for dentures to provide an esthetically pleasing appearance is a challenge. Various guidelines have been suggested for determining the width of the maxillary anterior teeth when pre extraction records are not available. In spite of numerous methods available, the establishment of correct selection of the width of the maxillary anterior teeth has not been defined yet, especially the width of maxillary central incisor and the width of six anterior teeth.
A clinical study was conducted to determine whether bizygomatic width, intercommissural distance, interalar distance, intercanthal distance and interpupillary distance can be used as a guide for selection of width of maxillary anterior teeth of Jakarta population. A total of 100 subjects (30 males and 70 females) of 18-35 years were selected, based on predetermined selection criteria. A modified Trubyte with millimeter block imprints on a transparent sheet was constructed and used for the measurements. A caliper was used for measuring the width of maxillary anterior teeth. The data were statistically analyzed using the Pearson Correlation.
The results of this study showed that the width of six maxillary anterior teeth and the width of maxillary central incisor were not correlated with the bizygomatic width, intercommissural distance, intercanthal distance and interpupillary distance. The intercommissural distance was significantly correlated with bizygomatic width, interalar distance, intercanthal distance and interpupillary distance. Within the limitations of the study it can be concluded that the width of six maxillary anterior teeth and the width of maxillary central incisor were correlated only with interalar distance and sex variable.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
James Handojo
"Berbagai studi menunjukkan bahwa gigi anterior rahang atas tidak saja menentukan harmonisasi dan estetika gigi geligi tetapi juga estetika wajah secara keseluruhan. Oleh karena itu rehabilitasi kehilangan gigi anterior rahang atas memerlukan pendekatan yang khusus. Salah satunya adalah penentuan ukuran dan bentuk gigi anterior rahang atas, yang akan menentukan hasil gigi tiruannya. Beberapa panduan estetik yang digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk gigi anterior rahang atas antara lain adalah golden proportion. Pengunaan golden proportion sebagai panduan estetik memicu kontroversi karena penelitian lain juga membuktikan ada proporsi lain yang juga mempunyai nilai estetik. Penelitian ini bertujuan mencari proporsi estetik gigi anterior rahang atas pada mahasiswa Indonesia. Karena negara Indonesia mempunyai antropologi ragawi yang berbeda dengan negara lain, maka golden proportion belum diketahui kecocokannya sebagai panduan estetik gigi anterior rahang atas orang Indonesia. Empat puluh delapan mahasiswa menjadi subyek penelitian. Rahang atas dicetak dan proporsi gigi anterior rahang atas model diukur pada milimeter blok. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi estetik yang ditemukan pada kelompok mahasiswa di Jakarta berbeda dengan golden proportion dan proporsi ini dapat digunakan sebagai panduan estetik, terbukti dari hasil analisa persepsi estetika yang diperoleh dengan Oral Aesthetic Scale.

Maxillary anterior teeth play an important role in facial esthetics. The size and form of the maxillary anterior teeth are important not only to dental esthetics, but also to facial esthetics. The goal of anterior restoration is to achieve optimal dentolabial relations in harmony with the overall facial appearance. However, there is little scientific data in the dental literature that can be used as a guide for defining the proper size and shape of esthetic anterior teeth. One of the most harmonious recurrent tooth-to-tooth ratio was that of the golden proportion. Conflicting reports indicate that the majority of beautiful smiles did not have proportions with the golden proportion. Indonesian population is genetically diverse to other countries, golden proportion have not been tested its compatibility as universal esthetic guide. The purpose of the present study was to determine the maxillary anterior teeth esthetic proportion among Indonesian students. Forty eight students participate in this study. Casts of the maxillary arches of the subjects was made and the proportion of the anterior teeth measured on a milimeter block. The result showed that proportion found among the students is different from the golden proportion, and this proportion can be used as a guide for defining esthetic maxillary anterior teeth, confirmed by the result of esthetic perception of the subject evaluated using Oral Aesthetic Scale.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2011
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelitha Shavira
"Latar Belakang: Gigi berjejal seperti yang dijelaskan oleh Nance, adalah perbedaan antara ruang yang diperlukan di dalam lengkung gigi dengan ruang yang ada di dalam lengkung gigi. Banyak faktor telah dievaluasi dan ditemukan terkait dengan gigi berjejal, termasuk perbedaan antara ukuran gigi, lebar lengkung dan panjang lengkung gigi. Penelitian ini dilakukan pada usia remaja karena sebagian besar anak usia pertumbuhan khususnya remaja di Indonesia mengalami gigi berjejal. Tujuan: Mengetahui korelasi antara Lebar Lengkung gigi dengan Panjang Lengkung gigi permanen rahang atas pada remaja dengan gigi berjejal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan desain potong lintang. Dilakukan pencetakan rahang atas dan bawah pada 52 subjek penelitian sesuai kriteria inklusi untuk menghitung Lebar Lengkung yaitu Lebar Interkaninus dan Lebar Intermolar dan Panjang Lengkung yaitu Panjang Lengkung Gigi Anterior dan Panjang Lengkung Gigi Total rahang atas. Digunakan uji
korelasi Pearson untuk analisis korelasi antara Lebar Lengkung dan Panjang Lengkung gigi. Hasil: Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat korelasi linier positif lemah yang bermakna secara statistik antara Lebar Interkaninus dengan Panjang Lengkung Gigi Anterior (r = 0,28, p=0,04). Sedangkan pada hasil uji korelasi Lebar Intermolar dan
Panjang Lengkung Gigi Total, tidak terdapat korelasi linier yang bermakna secara statistik (r=0,13, p=0,36). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara Lebar Interkaninus dan Panjang Lengkung Gigi Anterior, namun tidak terdapat hubungan antara Lebar Intermolar dan Panjang Lengkung Gigi Total.
Background: Dental crowding as described by Nance is the difference between the space needed in the arch and the space available in that arch that is the space discrepancy. Many factors have been evaluated and found to be related to dental crowding, including discrepancy between tooth size, arch width, and arch length. This research was conducted in adolescence because most growing age in Indonesia,
especially adolescents have dental crowding. Objective: To determine the correlation between maxillary arch width and length of crowded permanent dentition in the adolescent. Methods: This research was an analytic correlation study with crosssectional design. Study model of 52 selected sample based on inclusion criteria were used to measure the arch widths are calculated by measuring Intercanine Width and Intermolar Width and arch lengths are calculated by measuring Anterior and Total Arch Length. The Pearson correlation was used to analyse the correlation between the arch widths and arch lengths. Result: Pearson correlation test showed that there was statistically significant with weak positive liniear correlation (r=0,28, p=0,04) between the Intercanine Width and the Anterior Arch Length. Whereas there was no statistically
significant (r=0,13, p=0,36) between the Intermolar Width and Total Arch Length. Conclusion: There was correlation between Intercanine Width and Anterior Arch Length, but there was no correlation between Intermolar Width and Total Arch Length."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gigi tiruan penuh yang estetis dipengaruhi oleh pemilihan gigi
anterior. Selain itu, susunan gigi anterior merupakan faktor yang menciptakan efek
estetis. Terdapat berbagai tipe penyusunan gigi anterior. Teori dentogenik
menjabarkan tipe maskulin untuk pria, tipe feminin untuk wanita, dan tipe “denture”.
Akan tetapi tidak ada aturan baku yang menyatakan konsep mana yang paling
estetis.
Persepsi setiap orang terhadap estetik berbeda-beda. Saat proses
pembuatan gigi tiruan, dokter gigi dan pasien dapat memiliki persepsi yang berbeda
terhadap estetik yang dihasilkan gigi tiruan yang akan dibuat. Setidaknya, efek
estetik gigi tiruan dapat menghasilkan penampilan mirip dengan gigi asli dan sesuai
dengan wajah pemakainya. Adanya susunan gigi anterior yang bermacam-macam
dan persepsi setiap individu yang dapat berbeda, maka penentuan estetik dalam
pembuatan gigi tiruan merupakan suatu tantangan.
Tujuan : untuk menganalisis persepsi orang awam dan dokter gigi terhadap
susunan gigi anterior gigi tiruan penuh.
Bahan dan Cara : Subjek penelitian terdiri dari 37 orang awam dan 37 orang dokter
gigi. Pasien terdiri dari 1 orang pria dan 1 orang wanita. Masing-masing pasien
dibuatkan gigi tiruan malam dengan 3 susunan gigi anterior yang berbeda. Dibuat
foto pasien yang sedang memakai gigi tiruan malam tersebut saat tersenyum lebar,
sehingga didapat 3 foto untuk masing-masing pasien. Subjek penelitian diminta
untuk menjawab kuesioner berdasarkan foto-foto pasien yang diamatinya. Jenis
penelitian ini adalah penelitian analitik observasional cross sectional. Penelitian ini
dianalisis dengan uji tes Kappa.
Hasil : Terdapat persamaan persepsi antara orang awam dan dokter gigi. Pada
foto pasien pria, orang awam dan dokter gigi memilih susunan gigi anterior tipe
maskulin, demikian pula pilihan pada foto pasien wanita.
Kesimpulan : Tipe maskulin merupakan tipe susunan gigi anterior yang dipilih
untuk pasien pria dan wanita berdasarkan persepsi orang awam dan dokter gigi.

ABSTRACT
Introduction : Complete denture is aesthetically influenced by the selection of
anterior teeth. In addition, the arrangement of the anterior teeth are factors that
create aesthetic effects. There are various types of anterior tooth arrangement.
Dentogenic theory described masculin type for male and feminin type for female,
beside those, there are denture type. There is no rule that states what type is the
most aesthetic.
Aesthetic perception of each person will vary. In making the denture, the
dentist and the patient may have a different perception. At least, the esthetic effect of
the dentures provides an appearance similar to natural teeth and acceptable with the
wearer's face. There are many arrangement of the anterior teeth and the perception
of each individual that can be different. The determination of the aesthetic in the
fabrication of complete denture facing a challenge.
Aim : to analyze perception of dentists and patients about the anterior teeth
arrangement of complete denture.
Material and method : Subjects were 37 patients and 37 dentists. Models
consisted of 1 male and 1 female. Three different anterior teeth arrangement of wax
trial denture was made for each patient. Photograph was made to the patient with
each wax trial denture while they in a big smile, so 3 pictures were made for each
patient. Subjects were asked to answer the questionnaire based on the photographs
observeation. This was cross sectional analytic study and analized by Kappa test
Result : There is a similarity perception among patients and dentists. In the
photograph of male model, patients and dentists choose anterior tooth arrangement
of masculine types, as well as the photograph of female patients.
Conclusion : The masculine type of anterior teeth arrangement were selected for
male and female patients based on patients and dentists perceptions."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Deep bite merupakan maloklusi kedua terbanyak terjadi setelah crowding. Penelitian mengenai dampak deep bite terhadap jaringan periodontal masih jarang dilakukan. Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh deep bite terhadap status periodontal pada gigi anterior maksila dan mandibula. Metode: penelitian analitik potong lintang menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI dengan kasus deep bite dan normal bite masing-masing 50 data. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) rerata kedalaman poket, kehilangan perlekatan, resesi gingiva antara normal bite dengan deep bite (uji Mann Whitney). Kesimpulan: terdapat pengaruh deep bite terhadap status periodontal gigi anterior maksila dan mandibula, Deep bite is the second most frequent malocclusion occurs. Research on the effects of deep bite to the periodontal status are still rare. Objective: Knowing the influence of deep bite to the periodontal status on maxillary and mandibular anterior teeth. Methods: A cross-sectional analytical study using medical records of patients in Peridontal Clinic with deep bite and normal bite each 50 data. Result: There were significant differences the average pocket depth, attachment loss, gingival recession (p<0,05) between normal bite and deep bite (Mann Whitney). Conclusions: there is influence of deep bite on periodontal status of maxillary and mandibular anterior teeth]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Adelia Armando
"Latar Belakang: Estimasi usia dalam kedokteran gigi forensik memiliki peran penting dalam identifikasi individu dan penentuan status hukum seseorang. Metode estimasi usia menggunakan rasio panjang dan lebar pulpa (PL/W) pada gigi insisif lateral maksila melalui radiograf panoramik digital telah dikembangkan, namun akurasinya pada berbagai kelompok usia masih perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara rasio PL/W dengan usia kronologis, validitas persamaan regresi yang dihasilkan, dan akurasi metode PL/W pada berbagai kelompok usia dalam estimasi usia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akurasi metode estimasi usia kronologis menggunakan rasio panjang dan lebar pulpa (PL/W) pada insisif lateral maksila melalui radiograf panoramik pada berbagai kelompok usia. Metode Penelitian: Penelitian cross-sectional dilakukan pada 125 subjek (75 laki-laki, 50 perempuan) berusia 18-60 tahun menggunakan radiograf panoramik digital. Pengukuran panjang pulpa (PL) dan lebar pulpa (W) dilakukan pada insisif lateral maksila menggunakan software NOVApacs dan i-Dixel. Analisis statistik meliputi uji reliabilitas, korelasi, regresi linear, dan validasi model. Hasil Penelitian: Metode rasio PL/W menunjukkan korelasi positif yang kuat dengan usia kronologis. Model regresi menunjukkan tingkat akurasi yang moderat, dengan hasil terbaik pada kelompok usia 30-39 tahun. Estimasi usia pada kelompok perempuan lebih akurat dibandingkan laki-laki. Kesimpulan: Metode rasio PL/W pada insisif lateral maksila dapat digunakan sebagai metode alternatif untuk estimasi usia pada populasi Indonesia, dengan akurasi terbaik pada kelompok usia 30-39 tahun. Namun, diperlukan penelitian lanjutan dengan distribusi sampel yang lebih seimbang untuk validasi lebih lanjut.

Background: Age estimation in forensic dentistry plays a crucial role in individual identification and legal status determination. The age estimation method using pulp length and width ratio (PL/W) on maxillary lateral incisors through digital panoramic radiographs has been developed; however, its accuracy across different age groups requires further investigation. This study aimed to analyze the correlation between PL/W ratio and chronological age, the validity of the resulting regression equation, and the accuracy of the PL/W method across different age groups in age estimation. Objective: This study aimed to analyze the accuracy of chronological age estimation using pulp length and width ratio (PL/W) on maxillary lateral incisors through panoramic radiographs across different age groups. Methods: A cross-sectional study was conducted on 125 subjects (75 males, 50 females) aged 18-60 years using digital panoramic radiographs. Pulp length (PL) and width (W) measurements were performed on maxillary lateral incisors using NOVApacs and i-Dixel software. Statistical analysis included reliability testing, correlation, linear regression, and model validation. Results: The PL/W ratio method showed a strong positive correlation with chronological age. The regression model demonstrated a moderate predictive capability, with better accuracy in the 30-39 age group. Females had a lower estimation error compared to males. Conclusion: The PL/W ratio method on maxillary lateral incisors can be used as an alternative method for age estimation in the Indonesian population, with the best accuracy in the 30-39 age group. However, further research with a more balanced sample distribution is needed for further validation."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi S. Soebekti
"ABSTRAK
Memilih ukuran gigi anterior atas dalam pembuatan Gigi Tiruan Penuh, memerlukan ketrampilan tersendiri.
Pada penelitian ini dicari tanda-tanda anatomik di wajah yang mungkin dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan ukuran gigi anterior atas. Tanda-tanda anatomik yang digunakan adalah ukuran lebar sayap hidung dan ukuran lebar Sudut mulut.
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu, serta memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan antara ukuran lebar gigi anterior atas dengan ukuran lebar sayap hidung, dan ukuran lebar sudut mulut.
Selain itu hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu lebih lebar dari ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG di Inggris dan populasi di Colorado. Sedang ukuran gigi anterior atas tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sehingga pedoman yang umumnya digunakan dalam pembuatan gigi tiruan, khususnya Gigi Tiruan Penuh, bahwa garis yang ditarik dari tepi sayap hidung sejajar dengan garis tengah muka, akan melalui puncak tonjol kaninus atas, belum sepenuhnya dapat diterapkan."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Cecilia Morinta
"ABSTRACT
Latar Belakang: Ukuran mahkota gigi sulung penting dalam keberhasilan perawatan restorasi dengan mahkota logam dan keberhasilan perawatan ortodonsi preventif. Perbedaan ukuran mahkota gigi sulung anak laki-laki dan perempuan ditunjukkan dalam diferensiasi seksual pada ukuran mahkota gigi dan bentuk gigi. Terdapat keterbatasan data mengenai ukuran mahkota gigi sulung anterior pada anak laki-laki dan anak perempuan dalam populasi Indonesia. Tujuan Penelitian: Mengetahui ukuran mahkota gigi sulung anterior pada kelompok anak laki- laki dan kelompok anak perempuan, dan mengetahui perbedaan diameter mesiodistal, labiopalatal/ labiolingual antara kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan di Klinik Gigi Anak RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian studi deskriptif-analitik menggunakan model studi pasien anak pada periode gigi sulung. 34 pasang model gigi dengan rincian 17 pasang model gigi laki-laki dan 17 pasang model gigi perempuan untuk menguji perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan. 99 pasang model gigi dengan rincian 35 pasang model gigi laki-laki dan 64 pasang model gigi perempuan untuk menguji perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara laki-laki dan perempuan. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara pengukuran mahkota gigi sulung dengan jangka sorong dan software ImageJ (p≥0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak laki-laki (p≥>0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak perempuan (p≥0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada diameter mesiodistal antara laki-laki dan perempuan (p≥0.05), kecuali pada gigi dc RB (p0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada diameter labiopalatal/ labiolingual antara laki-laki dan perempuan (p≥0.05). Data nilai persentil dari diameter mesiodistal dan diameter labiopalatal/ labiolingual gigi anak laki-laki dan perempuan di Klinik Gigi Anak RSKGM FKG UI. Tidak terdapat perbedaan antara sisi kanan dan kiri gigi sulung. Tidak terdapat perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara laki-laki dan perempuan, kecuali pada diameter mesiodistal gigi kaninus bawah. Data persentil 50 ukuran mahkota gigi sulung anak pada penelitian ini dapat menjadi data referensi dalam pembuatan mahkota logam bagi anak dengan kerusakan mahkota parah di Indonesia.

ABSTRACT
Background: Primary crown size are important to achieve successful stainless steel crown restoration and orthodontic preventive. Teeth are part of the human body that showing the marks of sexual dimorphism. The size of primary teeth in the recent Indonesian population has not been studied: The aim of this study to measure primary anterior crown size of male and female patients and to differ mesiodistal, labiopalatal/ labiolingual diameter between male and female from Paediatric Health Care, RSKGM FKG UI. Method: Thirty four pairs model study (17 males, 17 females) used to test different size between right and left side on sexes group. Ninety nine pairs model study (35 males, 64 females) used to test different size between male and female. Result: Theres no significant difference of measurement between digital caliper and software ImageJ (p≥0.05)"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Sutanto Budiman
"[ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan jenis kelamin terhadap
penentuan jarak bidang labial gigi anterior ke papila insisiva pada ras Deutero
Melayu. Penelitian potong lintang ini menggunakan model rahang atas dari 105
mahasiswa (53 orang laki-laki dan 52 orang perempuan) FKG UI ras Deutero
Melayu. Pada model tersebut difoto dan dilakukan 6 macam pengukuran (IMP,
IP, IIC,ICP, CP, ICA) pada hasil foto. Hasil 6 macam pengukuran (IMP, IP, IIC,
ICP, CP, ICA) dapat diterapkan pada ras Deutero Melayu.
Terdapat hubungan jenis kelamin pada pengukuran IIC,CP, ICA.

ABSTRACT
The aim of this study was to analize the relationship between gender and papilla
incisive as a guide to arrangement of anterior maxillary teeth based on Deutero
Melayu race. A cross-sectional study using maxillary stones casts from 105 dental
students (53 male and 52 female) in Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. A
standardized photograph was made for 6 measurements (IMP, IP, IIC, ICP, CP,
ICA). The evaluation of 6 measurements can be used as a guide in arrangement of
anterior maxillary teeth based on Deutero Melayu. There is significant gender
difference in IIC, ICP, and CP measurements, The aim of this study was to analize the relationship between gender and papilla
incisive as a guide to arrangement of anterior maxillary teeth based on Deutero
Melayu race. A cross-sectional study using maxillary stones casts from 105 dental
students (53 male and 52 female) in Faculty of Dentistry Universitas Indonesia. A
standardized photograph was made for 6 measurements (IMP, IP, IIC, ICP, CP,
ICA). The evaluation of 6 measurements can be used as a guide in arrangement of
anterior maxillary teeth based on Deutero Melayu. There is significant gender
difference in IIC, ICP, and CP measurements]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>