Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161074 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andina Bulan Sari
"Latar belakang : Kondilomata akuminata KA adalah vegetasi jinak di daerah anogenital yang disebabkan infeksi human papillomavirus. Sampai saat ini KA masih menjadi infeksi menular seksual IMS tersering. Pilihan modalitas terapi KA bervariasi. Pilihan utama modalitas terapi KA di Poliklinik Divisi IMS Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin IKKK Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo RSCM saat ini adalah tingtur podofilin 25. Namun penggunaannya sudah tidak disarankan lagi oleh World Health Organization dan European Guidelines Larutan asam trikloroasetat 90 adalah alternatif yang tersedia. Sampai saat ini belum ada penelitian yang secara langsung membandingkan efektivitas dan efek samping antara kedua terapi topikal tersebut.
Tujuan : Membandingkan efektivitas dan efek samping terapi topikal larutan asam trikloroasetat 90 dengan tingtur podofilin 25 pada KA genitalia eksterna dan atau perianal.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu uji klinis acak terkontrol terbuka dengan desain paralel tidak berpasangan. Dilakukan randomisasi untuk membagi subyek penelitian SP ke dalam kelompok trikloroasetat dan kelompok podofilin. Pengolesan oleh dokter dan evaluasi efek samping dilakukan tiap minggu selama enam minggu. Efektivitas terapi dinilai pada akhir minggu keenam.
Hasil : Terdapat 49 SP dengan 10 SP di antaranya drop out namun seluruh SP disertakan dalam analisis intention to treat Pada akhir pengobatan proporsi respons terapi baik jumlah atau ukuran lesi berkurang ge 80 pada kelompok trikloroasetat sebesar 62 5 dibandingkan kelompok podofilin 28. Perbedaan proporsi tersebut bermakna secara statistik p 0 04 Keluhan nyeri dirasakan pada seluruh SP kelompok trikloroasetat dengan nyeri berat VAS 6 7 sebagai keluhan terbanyak 50 SP. Pada kelompok podofilin keluhan terbanyak adalah nyeri sedang VAS 3 5 pada 44 SP Efek samping obyektif berupa erosi terdapat pada 50 SP kelompok trikloroasetat.
Kesimpulan : Penutulan larutan asam trikloroasetat 90 setiap minggu selama enam minggu lebih efektif secara bermakna dibandingkan dengan tingtur podofilin 25 untuk terapi KA genitalia eksterna dan atau perianal. Efek samping nyeri ditemukan lebih sering dan lebih berat secara bermakna pada penutulan larutan asam trikloroasetat 90 Efek samping obyektif berupa erosi ditemukan lebih sering secara bermakna pada penutulan larutan asam trikloroasetat 90.

Background : Condylomata acuminata (CA) are benign vegetation on anogenital region caused by human papillomavirus infection. Condylomata acuminata are still the most prevalent sexually transmitted infection (STI). There are various modalities of CA treatment. The first line treatment modality in STI Division of Dermatovenerology Department Cipto Mangunkusumo Hospital is podophyllin tincture 25%, although no longer recommended by World Health Organization (WHO) and European Guidelines. Another treatment option is trichloroacetic acid 90% solution. There is no clinical study so far that compares the efficacy and side effects of both modalities.
Objective : To compare the efficacy and side effects between podophyllin tincture 25% and trichloroacetid acid 90% solutions for external genital and/or perianal CA treatment.
Methods : This study is a randomized open controlled clinical trial, with parallel and nonmatching design. All subjects randomly allocated into two trial groups, the trichloroacetic group and podophyllin groups. Application was performed by doctor every week for six weeks. The evaluation of efficacy was performed by the end of six weeks.
Result : There were 49 subjects participated in this study. Drop out were found in ten subjects, but all subjects were included in intention to treat analysis. The proportion of excellent response (number or site reduction of the lesions ≥ 80%) in the trichloroacetic group and the podophyllin group was 62,5% and 28% respectively. The difference was statistically significant (p = 0,04). Pain was found in all subjects of the trichloroacetic group, with severe pain (VAS 6-7) being the most prevalent side effects in 50% subjects. Moderate pain (VAS 3-5) was the most prevalent side effects in 44% subjects of podophyllin group. Erosion was found in 50% subjects of the trichloroacetic group.
Conclusion : The application of trichloroacetic acid 90% solution every week for six weeks is more effective than podophyllin tincture 25% for external genital and/or perianal CA treatment. Pain is more frequent and severe in trichloroacetid acid 90% solution application. Erosion is more frequent in trichloroacetid acid 90% solution application.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Pradana
"Latar belakang dan tujuan: Pilihan utama terapi kondilomata akuminata KA di Poliklinik Divisi Infeksi Menular Seksual Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo RSCM adalah tingtur podofilin 25 yang mengharuskan pasien untuk datang ke rumah sakit secara teratur. Larutan kalium hidroksida KOH 5 merupakan alternatif terapi yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas dan efek samping terapi topikal larutan KOH 5 dibandingkan dengan tingtur podofilin 25 pada KA genitalia eksterna dan/atau perianus.
Metode: Uji klinis acak terbuka paralel tidak berpasangan terhadap 50 subyek penelitian SP. Pada kelompok KOH kelompok K dilakukan aplikasi terapi setiap hari oleh pasien sendiri di rumah, sedangkan pada kelompok podofilin kelompok P dilakukan aplikasi oleh dokter satu kali seminggu. Evaluasi dilakukan setiap minggu selama enam minggu.
Hasil: Respons terapi baik pada kelompok K adalah 56 dan kelompok P adalah 64 . Secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok p= 0,468. Efek samping pada kedua kelompok berupa rasa gatal, nyeri, eritema dan erosi yang sifatnya sementara dan dapat ditoleransi. Efek samping tidak berbeda bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Larutan KOH 5 dapat dijadikan alternatif pengobatan KA yang dapat diaplikasikan sendiri oleh pasien.

Background and objectives: 25 podophyllin tincture, a first line therapy in Sexually Transmitted Division of Dermatology and Venereology Department Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo RSCM , requires patient to come regularly to the health facilities, while a 5 potassium hydroxide KOH solution is an alternative therapy that can be done byself. This study compares the effectiveness and side effects of 5 KOH solution and 25 podophyllin tincture in the treatment of external genitalia and or perianal condylomata acuminata.
Methods: A randomized open controlled trial on 50 patients. In the KOH group, patients were instructed to apply the medication at home byself to the lesions once daily, while in the podophyllin group the doctor applying the medication once weekly. The evaluation was performed every week for six weeks.
Results: Good response was achieved by 56 and 64 in KOH and podophyllin groups, respectively. No statistical difference between groups p 0,468. Side effect in both groups includes a temporary pruritus, pain, erythema and erosion. No statistical difference in side effect between groups.
Conclusion: A 5 potassium hydroxide solution is a self applied alternative treatment for condylomata acuminata.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Mahalika
"Kanker leher rahim menempati posisi ketiga dengan jumlah sebanyak 36.633 kasus dan 21.003 kematian (9,0%) setelah jantung koroner dan kanker payudara di Indonesia. Hal ini mendorong pemerintah menempatkan pencegahan dan penanggulangan kanker leher rahim sebagai salah satu prioritas masalah Kesehatan melalui program deteksi dini IVA. Meski sudah memiliki bukti yang kuat bahwa deteksi dini mampu menurunkan angka kematian akibat kanker leher rahim, namun capaian deteksi dini tetap saja rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan riwayat kunjungan deteksi dini kanker leher rahim pada WUS di Puskesmas Alianyang Pontianak Tahun 2022 berdasarkan teori multistage model of carcinogenesis oleh Armitage dan Doll. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang dengan sumber data sekunder dari catatan medis deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. Analisis data dilakukan secara bivariat menggunakan uji chi square. Jumlah sampel penelitian adalah 101 WUS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan riwayat kunjungan deteksi dini kanker leher rahim adalah pendidikan PR = 2,766 (95% CI: 0,698-7,904) dan frekuensi menikah PR = 4,725 (95% CI: 0,727-30,721). Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya WUS mengenai deteksi dini kanker leher rahim dan faktor risikonya baik melalui media berbasis internet, media sosial maupun intervensi langsung ke masyarakat.

Cervical cancer occupies the third position with a total of 36,633 cases and 21,003 deaths (9.0%) after coronary heart and breast cancer in Indonesia. This has prompted the government to place prevention and control of cervical cancer as one of the priority health issues through Early Detection using IVA test. Despite of strong evidence that cervical cancer screening results in reducing mortality from the disease, the uptake for cervical screening among Indonesian women remains low. This study aims to determine the factors associated to history of early detection of cervical cancer among women of Reproductive Age in Puskesmas Alianyang Pontianak in 2022 based on the theory of the multistage model of carcinogenesis by Armitage and Doll. This cross-sectional study was conducted using secondary data from medical records of early detection of cervical cancer and breast cancer. Bivariate analysis was performed using the chi square test. The number of research sample was 101 reproductive-aged women. The results showed that the factors associated to history of early detection of cervical cancer were education PR = 2,766 (95% CI: 0,698-7,904) and frequency of marriage PR = 4,725 (95% CI: 0,727-30,721). It is necessary to improve community’s knowledge especially the women in their reproductive age about cervical precancer early detection and related risk factors through internet-based media, social media and direct intervention to the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Kresnawaty
"Komoditas kopi dan kakao Indonesia terkendala masalah mutu produk yang rendah akibat kontaminasi jamur penghasil okratoksin. Okratoksin A (OTA) bersifat neprotoksik, imunogenik, karsinogenik dan teratogenik yang membahayakan kesehatan. Karena efek negatif yang diakibatkan oleh mikotoksin ini, maka perlu dikembangkan deteksi dini kontaminasi okratoksin. Pendeteksian awal adanya pertumbuhan jamur pada produk pertanian dan perkebunan adalah kunci pencegahan pertumbuhan dan produksi okratoksin. Penelitian ini bertujuan menghasilkan antibodi imunoglobulin Y (IgY) untuk mengembangkan metode perakitan perangkat deteksi cepat berbasis imunologi untuk deteksi OTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibodi poliklonal anti OTA diperoleh dari telur ayam pada periode ke-4 (7 minggu setelah imunisasi awal). Antibodi ini menunjukkan reaktivitas anti OTA dengan metode dot blot immunoassay dan masih menunjukkan reaktivitas anti OTA sampai periode 9 (12 minggu setelah imunisasi awal). Antibodi anti BSA yang dihasilkan harus dihilangkan terlebih dahulu untuk meningkatkan sensitivitas antibodi terhadap okratoksin A dan pemisahan dapat dilakukan dengan penyerapan antibodi BSA. OTA-OVA dapat disintesis dengan metode ester aktif dengan menambahkan N-hidroksisuksiimida dan disiklokarboimida. Karakterisasi senyawa antara pada reaksi ini menunjukkan adanya absorpsi pada frekuensi 1600 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi ulur ikatan C=O dan adanya banyak absorpsi pada 1300-1000 cm-1 yang mengindikasikan adanya serapan ulur yang kuat ikatan C-O. Konjugat antibodi-nanopartikel emas direaksikan pada kondisi pH optimum 9 dan pengenceran antibodi sebesar 1:7,5 v/v. Pada pengujian dengan spektrofotometer sinar tampak ditemukan adanya pergeseran serapan setelah antibodi dikonjugasikan pada nanopartikel emas sebesar 50 nm. Hasil pengujian pada test trip imunokromatografik masih belum terlihat jelas dan memiliki nilai cut off 10 ppb, tetapi mengindikasikan teknik ini dapat digunakan untuk deteksi kontaminasi okratoksin.

Indonesian coffee and cocoa commodities constrained low product quality problem due to contamination of fungal metabolites which accumulated ochratoxin. Ochratoxin A (OTA) is neprotoxic, immunogenic, carcinogenic and teratogenic to human health. Early detection method in post-harvest of coffee and cocoa samples should be developed because of those negative effects. Early detection of fungal growth in agriculture and plantation products is the key to prevent the growth and ochratoxin production. This research aim was to produce antibody to develop a method of assembling the rapid detection device for OTA detection. In this research it could be concluded that the anti OTA polyclonal antibodies could be obtained from chicken eggs in the 4th period (7 weeks after the initial immunization). These antibodies showed anti ochratoxin reactivity using dot blot immunoassay and still showed anti OTA reactivity in 9th period (12 weeks after initial immunization). Anti-BSA antibodies might be removed in order to increase sensitivity to ochratoxin and separation could be conducted using BSA antibody absorption. OTA-OVA could be synthesized using active ester method using N-hydroxysucciimide and dicyclocarboimide. Characterization of the intermediate compound showed C=O stretching vibrational band at 1600 cm-1 and C-O stretching vibrational band at 1300-1000 cm-1. Antibody-nanogold particle conjugate was synthesized in optimum pH 9 and dilution antibody at 1:7.5 v/v. There was 50 nm absorbtion shift in visible absorbtion after the antibody conjugated with nanogold particle. Immunochromatographic test trip testing had not showed the very clear visualization yet dan cut off value 10 ppb, but it indicated this technique could be conducted to detect ochratoxin contamination."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Bila ditemukan pada stadium awal kanker payudara bisa disembuhkan. Oleh karena itu lakukan SADARI (periksa payudara sendiri ) secara rutin satu bulan sekali dan bila ada benjolan atau kelainan segera periksakan kedokter dan jangan ditunda. Tidak semua benjolan pada payudara adalah kanker. Apresiasi saya kepada tim penulis yang mau berbagi ilmu dan menggagas disusun buku ini. Ayo saling jaga dan saling peduli. Linda Agum Gumelar (Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI dan penyintas kanker payudara) Kanker payudara adalah penyakit yang paling ditakuti kaum perempuan. Kadang-kadang kita bingung mau bertanya kepada siapa karena setidaknya jika kita melihat ada tanda-tanda gejala awal kita bisa mengantisipasi. Alhamdulillah senang sekali bisa mempunyai buku Cerdas Menghadapi Kanker Payudara untuk awam. Banyak informasi yang didapat dan membaca buku ini membuat kita menjadi pintar. Selamat ya untuk Tim Edukasi Medis Kanker Payudara. Terima kasih atas ilmu dalam buku ini yang diberikan untuk kita perempuan cerdas Indonesia. Arzeti Bilbina (Model pembawa acara dan politisi)"
Depok: Sinergi, 2017
616.994 TIM c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Haris
"Kanker mulut rahim merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Human papillomavirus, sampai saat ini cara deteksi yang dilakukan melalui
pendekatan genomic yaitu deteksi berdasarkan keberadaan genom HPV,
misaikan metode Hybrid Capture dan PGR yang berhasil menolong banyak
nyawa wanita. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah mencari suatu
protein yang dapat mendeteksi keberadaan HPV sebagai alat deteksi dini.
Kanker mulut rahim disebabkan oleh onkoprotein E6 (|an E7 HPV yang
mengadakan ikatan dengan tumor suppresor gene sehingga menjadi tidak
berfungsi dan akan membuat pembelahan sel menjadi tidak terkontrol.
Metode yang digunakan adalah bioinformatik dengan menggunakan data
sekuens asam amino onkoprotein HPV dan Juga tumor suppressor gene p53
dan pRb yang bisa didapat dari database. Conserved region yang
digunakan adalah tumor suppressor gene p53 dan pRb dari hasil penelitan
yang ada kemudian dengan PS! BLAST dicari protein lain yang memiliki
f jfTjil!3n|35- Pfrj pp^^Tdiambil p^jp^rapg yang similar dan untuk
melihat sebarapa besar similiaritasnya dilakukan mplltiple alignment dengan
ClustalW 1.82. Hasil yang didapatkan akan dikembangkan lebih lanjut yang
akan digunakan untuk mendeteteksi keberadaan HPV sebagai penyebab
utama kanker mulut rahim"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Adiyarianni
"Latar Belakang :
Kanker serviks adalah kanker kedua terbanyak yang menyerang wanita di Indonesia, dengan cakupan skrining yang masih rendah dibandingkan target yang ditetapkan oleh WHO. Kader kesehatan berperan penting dalam meningkatkan cakupan skrining, namun peran dan hambatan yang mereka hadapi masih perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Metode :
Penelitian ini adalah studi deskriptif dengan desain potong lintang yang dilakukan di Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, selama September 2023 – Juli 2024. Subjek penelitian melibatkan kader kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan dan perempuan usia subur yang melakukan dan tidak melakukan skrining kanker serviks. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil:
Sebanyak 30 kader kesehatan berpartisipasi dalam penelitian ini, mayoritas berpendidikan SMA, berusia produktif, dan aktif dalam kegiatan PKK. Setelah pelatihan oleh Female Cancer Program (FCP), cakupan skrining kanker serviks meningkat dari 5,28% menjadi 42%. Alasan utama perempuan usia subur bersedia melakukan skrining adalah edukasi dari kader dan dukungan keluarga, sedangkan hambatan utama adalah ketakutan terhadap hasil skrining dan kurangnya informasi.
Kesimpulan:
Kader kesehatan memiliki peran signifikan dalam meningkatkan cakupan skrining kanker serviks di Kelurahan Cipinang Melayu. Pelatihan yang terstruktur dan dukungan yang berkelanjutan sangat penting untuk memaksimalkan peran mereka dalam program pencegahan kanker serviks.

Background:
Cervical cancer ranks as the second most common cancer affecting women in Indonesia, with screening coverage falling below the WHO target. Health cadres play a pivotal role in improving screening coverage, but their contributions and the challenges they face require further investigation.
Methods:
This descriptive cross-sectional study was conducted in Cipinang Melayu, East Jakarta, from September 2023 to July 2024. The study involved trained health cadres and women of reproductive age who underwent or did not undergo cervical cancer screening. Data were collected using questionnaires and analyzed descriptively.
Results:
Thirty health cadres participated, most of whom had a high school education, were of productive age, and were active in PKK (Family Welfare Movement). Following training by the Female Cancer Program (FCP), screening coverage increased from 5.28% to 42%. Key factors influencing women's participation in screening included education from health cadres and family support. Meanwhile, barriers included fear of screening results and a lack of information.
Conclusion:
Health cadres play a significant role in increasing cervical cancer screening coverage in Cipinang Melayu. Structured training and ongoing support are essential to optimize their contribution to cervical cancer prevention programs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Charoline Rembet
"Kanker leher rahim berada pada kedua tertinggi yaitu 9.2 per 100.000 penduduk, angka kematian rata-rata 9.0 per 100.000 penduduk. Cilegon belum mencapai target pemeriksaan IVA yang ditentukan, tahun 2019 sampai 2022 mencapai 0.99%; 1.78%, 2.05%, dan 2.35%, sehingga belum mencapai target nasional sebesar 80% dan target SPM kesehatan 100% dengan sasaran 71.139 orang. Tujuan penelitian untuk menganalisis capaian deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas Kota Cilegon 2019-2022. Jenis penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus, dilaksanakan pada bulan April – Mei 2023. Hasil penelitian dari sisi komponen hasil (capaian program) deteksi kanker leher rahim di Kota Cilegon periode 2019-2022 belum mencapai target SPM. Dari sisi komponen struktur, SDM, SOP, pendanaan dan sarana prasarana sudah tersedia, tetapi masih ada sedikit kendala pada ketidakseimbangnya jumlah SDM dan target. Dari sisi komponen proses, setiap puskesmas sudah menjalankan proses perencanaan, pelaksanaan, pencatatan, pelaporan, serta monitoring evaluasi sesuai dengan prosedur. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memudahkan akses, sosialisasi aktif dilakukan, pendekatan inovatif serta kerjasama lintas program sudah dilakukan dan kerja sama lintas sektor belum menambahkan capaian deteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas se-Kota Cilegon secara signifikan, hal ini disebabkan karena ketidaksamaan persepi tentang penghitungan target, belum maksimalnya kegiatan promosi dan advokasi, pendekatan komunikasi yang belum tepat, penggunaan media yang belum efektif, pemanfaatan yang belum maksimal potensi-potensi yang ada di Kota Cilegon sebagai kota industri, serta masyarakat yang takut diperiksa atau tidak tahu tentang pemeriksaan IV A.

Cervical cancer ranks second highest at 9.2 per 100,000 population, with an average death rate of 9.0 per 100,000 population. Cilegon has not reached the designated target for IVA screenings, with percentages from 2019 to 2022 reaching 0.99%, 1.78%, 2.05%, and 2.35%, thus not achieving the national target of 80% and the health SPM target of 100%, with a target population of 71,139 individuals. The research objective is to analyze the achievement of early detection of cervical cancer at the Cilegon City Health Center from 2019 to 2022. The research design is qualitative with a case study design, conducted in April - May 2023. The research findings indicate that the program's achievement in detecting cervical cancer in Cilegon City from 2019 to 2022 has not reached the SPM target. In terms of structural components, human resources, standard operating procedures, funding, and infrastructure are already available, but there is still a slight obstacle due to the imbalance between the number of human resources and the target. In terms of process components, each health center has implemented planning, implementation, recording, reporting, and monitoring and evaluation processes according to procedures. Efforts have been made to facilitate access, actively promote awareness, employ innovative approaches, and foster cross-program cooperation, but cross-sector collaboration has not significantly improved the early detection of cervical cancer at the Cilegon City Health Center. This is due to discrepancies in perceptions of target calculation, suboptimal promotion and advocacy activities, inappropriate communication approaches, ineffective media usage, underutilization of potential resources in Cilegon as an industrial city, and a population that is either afraid of or unaware of IVA screenings."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tofan Widya Utami
"ABSTRAK
Latar Belakang: Persistensi infeksi HPV onkogenik merupakan penyebab kanker serviks. Retinol sebagai mikronutrien antioksidan memiliki peran esensial dalam sistem imun mencegah persistensi. Retinol memodulasi sel T CD4+/CD8+ serta produksi sitokin. Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-) adalah sitokin pro-inflamasi yang mampu mengendalikan HPV, namun pada infeksi persisten TNF- justru memicu karsinogenesis. Rasio sel T CD4+:CD8+ dan TNF- yang adekuat di awal infeksi HPV merupakan titik kunci klirens. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecukupan deposit retinol, ekspresi TNF-, dan rasio sel T CD4+:CD8+ pada kelompok serviks normal, infeksi subklinis HPV klirens, persisten, dan kanker serviks.
Metode: Tingkat kecukupan deposit retinol diketahui berdasarkan pemeriksaan darah perifer dengan metode ELISA. Stimulasi spesifik epitop E6 HPV tipe 16 dilakukan pada sel sekret servikovaginal yang telah diinkubasi 24 jam, diamati ekspresi TNF- secara semikuantitatif dengan metode ELISpot. Pemeriksaan sel T CD4+ dan CD8+ dari sekret servikovaginal secara kuantitatif dengan metode flowsitometri.
Hasil: Deposit retinol yang cukup pada kelompok serviks normal, infeksi subklinis HPV klirens, persisten, dan kanker serviks berturut-turut adalah 85%, 75% (OR 1,89), 33,3% (OR 11,33), dan 75% (OR 1,89). Ekspresi TNF- pada kelompok serviks normal adalah 10%, sedangkan kanker serviks 75% (OR 27,00; p<0,001). Tidak tampak ekspresi TNF- pada kelompok infeksi subklinis HPV klirens dan persisten. Rasio sel T CD4+:CD8+ yang tinggi pada kelompok serviks normal adalah 10% dan kanker serviks 25% (OR 0,33). Tidak terdapat rasio sel T CD4+:CD8+ yang tinggi pada kelompok infeksi subklinis HPV klirens (OR 1,22) dan persisten (OR 0,95). Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecukupan deposit retinol dengan ekspresi TNF- (p=0,147), tingkat kecukupan deposit retinol dengan rasio sel T CD4+:CD8+ (p=0,726), dan rasio sel T CD4+:CD8+ dengan ekspresi TNF- (p=0,690).
Kesimpulan: Penelitian ini mampu membuktikan bahwa tingkat kecukupan deposit retinol tertinggi dijumpai pada kelompok serviks normal dan ekspresi TNF- tertinggi pada kelompok kanker serviks (OR 27,00; p<0,001). Tingkat kecukupan deposit retinol terendah bukan pada kelompok kanker serviks, melainkan pada infeksi subklinis HPV persisten (OR 11,33). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada tingkat kecukupan deposit retinol dan rasio sel T CD4+:CD8+. Terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi TNF- antara kelompok kanker serviks dengan serviks normal (p<0,001), kanker serviks dengan infeksi HPV subklinis klirens (p=0,024), dan klirens dengan persisten (p=0,007). Tidak terdapat perbedaan bermakna ekspresi TNF- antara kelompok kanker serviks dengan infeksi HPV subklinis persisten (p=0,058). Tidak bermaknanya beberapa hasil terkait imunitas masih mungkin dikarenakan tingkat kecukupan deposit retinol kelompok kanker serviks pada penelitian ini sangat baik dimana bertentangan dengan kepustakaan.

ABSTRACT
Background: Persistency of oncogenic-HPV infection is the cause of cervical cancer. Retinol is one of antioxidant micronutrients that plays essential roles in immune system to prevent the persistency by modulating CD4+ and CD8+T cells and cytokines production. Tumor Necrosis Factor-Alpha (TNF-) is an acute pro-inflammatory cytokine which has many crucial roles in controlling HPV. In contrast, when persistent infection occurs, TNF- induces carcinogenesis. Ratio of CD4+:CD8+ T cells and adequate TNF- production in acute HPV infection are keypoints for clearance. The aim of this research is to analyze sufficency level of retinol deposit, expression of TNF-, and ratio of CD4+:CD8+ T cells in normal cervix, clearance and persistent HPV subclinical infection, and cervical cancer group.
Methods : Sufficiency level of retinol deposit was analyzed from peripheral blood by ELISA method. The cervicovaginal secretions which had 24 hours incubated were stimulated specifically by E6 epitope HPV type-16, measuring TNF- expression semiquantitatively by ELISpot method and CD4+/CD8+ T cells quantitatively by flowcytometry method.
Results: Sufficient level of retinol deposit in normal cervix, clearance HPV subclinical infection, persistent, and cervical cancer group was 85%, 75% (OR 1.89), 33.3% (OR 11.33), and 75% (OR 1.89), respectively. The expression of TNF- in normal cervix group was 10%, while in cervical cancer was 75% (OR 27.00; p<0.001). There were no expression in clearance and persistent HPV subclinical infection groups. High ratio of CD4+:CD8+ T cells in normal cervix and cervical cancer group was 10% and 25% (OR 0.33). There were no high ratio of CD4+:CD8+ T cells in clearance (OR 1,22) and persistent (OR 0.95) HPV subclinical infection groups. There was no significant correlation between sufficiency level of retinol deposit and TNF- expression (p=0.147), sufficiency level of retinol deposit and ratio of CD4+:CD8+ T cells (p=0.726), ratio of CD4+:CD8+ T cells and TNF- expression (p=0.690).
Conclusions: This study was able to prove that normal cervix group has the highest retinol deposit sufficiency level and cervical cancer group has the highest TNF- expression (OR 27,00; p<0,001). The lowest of retinol deposit sufficiency level was not in cervical cancer, but in persistent HPV subclinical infection group (OR 11.33). There was no significant correlation in sufficiency level of retinol deposit and ratio of CD4+:CD8+ T cells. There was significant correlation in TNF- expression between cervical cancer and normal cervix (p<0.001), cervical cancer and clearance subclinical HPV infection (p=0.024), and between clearance and persistent group (p=0.007). There was no significant correlation in TNF- expression between cervical cancer and persistent subclinical HPV infection group (p=0.058). Not significant some results related immunity that might be due to retinol deposit sufficiency level in cervical cancer group in this study was very good, which conflicted with literatures.
"
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>