Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83868 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ronny
"Tujuan utama pembangunan perkebunan dengan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) adalah untuk meningkatkan pendapatan petani anggotanya melalui pola intensifikasi yang ditransfer oleh perusahaan inti kepada petani plasma berupa teknologi baru, permodalan serta inovasi dalam manajemen, kelembagaan, pengolahan dan pemasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan pendapatan bersih usaha tani kelapa sawit petani Anggota Perusahaan Inti rakyat (PIR) atau petani plasma dengan petani swadaya yang memiliki karakteristik lahan dan rentang usia tanaman yang sama. Analisis komparasi juga dilakukan pada setiap unsur pendapatan usaha tani seperti produksi, harga, berbagai biaya, dan informasi kualitatif terkait perilaku petani swadaya dan plasma dalam pengelolaan kebunnya.
Penelitian ini menemukan bahwa pendapatan usaha tani petani plasma lebih besar dari pendapatan usaha tani petani swadaya. Jika dilihat dari unsur-unsurnya, perbedaan juga terlihat pada biaya, produksi, dan harga jual. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku petani terkait pengelolaan kebun berhubungan dengan produksi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan usaha tani yang dihasilkan.

The main purpose of plantation development through the scheme of Nucleus Estate Smallholders (NES) is to increase farmers' income through intensification process managed by plantation company to farmers in the form of technology transfer and proving access to capital as well as innovation in management, institutional, processing and marketing. This study aims to analyze and compare the net income of Nucleus Estate Smallholders (NES) participant and non participant farmers with the same land characteristic and age range of the plants. Comparative analysis is also implemented on each element of farm income such as production, price, cost, and qualitative information related to the behavior of farmers in operating and managing of their farm.
This study found that Nucleus Estate Smallholders (NES) participant farmers have higher income than the non participant farmers. The differences is also found on the cost, production, and sale price. This indicates that the different behavior of farmers in operating and managing their farm is related with the production level, which in turn will affect the level of farm income."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cicik Pratiwi
"Salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit adalah melalui kebijakan dimana perusahaan besar wajib membangun kebun untuk petani dalam bentuk Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Salah satu bentuk PIR yang telah ada adalah PIR Kredit Koperasi Primer kepada Anggotanya (PIR KKPA), yang merupakan bentuk kemitraan antara perusahaan dan petani plasma dalam melalui koperasi. Namun dilain pihak masih banyak petani yang melakukan usaha perkebunan kelapa sawit secara mandiri.
Penelitian ini menganalisis pengaruh partisipasi petani dalam program PIR KKPA terhadap tingkat pendapatan usaha tani. Selain itu pengaruh dari beberapa variable social ekonomi lain juga dianalisis antara lain variable produksi, biaya - biaya, partisipasi penyuluhan dan tingkat pendidikan. Dengan mengambil sample sebanyak 40 petani PIR KKPA dan 60 petani Mandiri di Kecamatan Tempilang, penelitian ini menemukan bahwa petani yang berpartisipasi pola PIR KKPA memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada yang tidak. Selain itu variable produksi, biaya pupuk dan partisipasi penyuluhan signifikan mempengaruhi pendapatan usaha tani kelapa sawit.

One of the government's effort in improving the welfare of oil palm farmers is through requiring large companies to establish plantations for farmers in the form of Nucleus Estate Smallholders (NES). One form of NES existing recently is the NES Primary Cooperative Credit to the Members ( NES PCCM ), which is a form of partnership between the company and farmers through the cehycle of cooperative. But there are still many farmers who operate the farm on their own.
This study aims to analyze the effect of farmers participation in the program NES program their farm income. Additionally it also analyzes the effect of several socio-economic variables such as production, cost, training participation and level of education. By taking a sample of 40 NES participant farmers and 60 nonparticipant or independent farmers in District Tempilang, the study found that farmers who participate in NES has a higher income than those who did not participate. Other variables, such us production, cost for fertilizer and training participation are also significant in affecting the income level of the oil palm farms ."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T39059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oetami Dewi
"Resistensi petani pada umumnya dipahami sebagai bentuk reaksi terhadap ancaman keamanan atau hilangnya mekanisme sosial yang menjamin terpenuhinya kebutuhan subsistensi rumah tangga petani. Ancaman terhadap subsistensi patani itu dapat muncul dari banyak kasus seperti komersialisasi dan kapitalisasi sistem pertanian di pedesaan, intervensi teknologi baru dalam bidang pertanian yang lebih bersifat padat modal daripada padat karya, tekanan demografis, revolusi hijau dan lain sebagainya.
Resistensi petani plasma perkebunan kelapa sawit mulai berkembang setelah produktivitas kebun menurun dan kesejahteraan hidup mereka semakin merosot bersamaan dengan pertambahan populasi penduduk. Petani plasma yang terikat oleh sistem contract farming dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit ini dalam posisi yang sangat tergantung pada perusahaan dan hampir tidak memiliki bargaining position.
Pada sisi lain pihak manejemen PTPN XIII PIR V Ngabang telah berhasil membangun kerjasama yang kuat dengan pemerintah daerah, aparat keamanan dan tokoh-tokoh politik serta tokoh-tokoh masyarakat setempat guna menahan segala bentuk resistensi dari petani plasma dan warga masyarakat di sekitar tapak perusahaan perkebunan tersebut berada. Dengan demikian tidak cukup memadai peluang politik bagi para petani plasma untuk memperjuangkan permasalahan mereka. Dalam kondisi seperti ini maka dapat dipahami apabila petani plasma cenderung memilih bentuk resistensi yang bersifat tertutup atau terselubung seperti pencurian buah kelapa sawit, pembakaran pohon sawit, penanaman pohon karat di areal kebun inti, dan penanaman benih tidak bersertifikat.
Implikasi teoritis yang dapat dipetik dari studi ini antara lain dalam komunitas petani plasma di Ngabang tidak berkembang kesadaran kelas. Kondisi demikian berkaitan terjadi karena belum berkembangnya institusi kepemilikan atau penguasaan tanah pertanian secara individual. Sebelmn PTPN XIII beroperasi di Ngabang, terdapat institusi penguasaan tanah pertanian secara kolektif atau komunal. Kesadaran kolektif yang berkembang pada komunitas petani plasma Ngabang adalah kasadaran akan identitas kultural mereka sebagai masyarakat Dayak yang tidak dapat dilepaskan dari adat dan hukum adat Petani plasma dan orang Dayak pada umumnya memlliki rasa inferioritas yang sensitif apabila identitas kultural terasa dilecehkan maka akan muncul tindakan impulsif untuk membuktikan diri mereka sebagai putra daerah "yang berkuasa" di wilayah tersebut.
Karakteristik tradisional dalam diri petani plasma di Ngabang bukan sekedar bersifat given, inheren dan melekat dalam pola perilaku petani plasma. Namun karakteristik ini berkaitan dengan serangkaian kebijakan pemerintah, tanggapan pihak perusahaan, dan konstruksi identitas yang telah lama dibangun oleh para aktivis LSM yang menegaskan bahwa identitas petani dan masyarakat Dayak pada umumnya adalah sebagai masyarakat adat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli bahwa petani memiliki kebudayaan asli yang tradisional. Temuan dalam studi ini menyatakan bahwa karakteristik tradisional dalam diri petani juga merupakan dampak dari proses konstruksi sosial yang dilakukan oleh negara dan Iembaga kapital yang bertujuan menundukkan komunitas petani dan mengambilalih kontrol penguasaan sumber daya alam dari tangan petani. Guna mencapai maksud tersebut, negara melakukan pendekatan teritorialisasi sehingga wilayah "pedalaman" tempat tinggal petani dan tempat keberadaan sumber daya alam berada di bawah kontrol kekuasaan birokrasi negara.
Akibat lebih jauh dari konstruksi idenitas tersebut petani plasma menjadi terjebak dalam konstruksi identitas dan solidalitas yang bersifat sempit dan lokal. Dalam keadaan dernikian perusahaan perkebunan merespon semua bentuk resistensi petani seperti permasalahan konflik adat bukan konflik ekonomi. Dengan konstruksi sosial seperti ini segala bentuk resistensi petani plasma menjadi lebih mudah ditundukkan dan dilokalisir dalam ranah kultural adat dan tidak akan berkembang menjadi perlawanan kolektif skala besar. Temuan ini menunjukan bahwa ?adat? menjadi instrument yang dipergunakan perusahaan untuk melokalisasi resistensi petani plasma Resistensi petani plasma Ngabang tidak cukup dijelaskan dari sisi internal petani seperti mari-teori klasik tentang perlawanan petani yakni ada atau tidak adanya ideologi dan pemimpin namun harus mempertimbangkan faktor kontekstual yakni konstelasi relasi pasar, negara dan komunitas serta motivasi petani untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Resistensi terselubung yang dilakukan petani plasma terhadap PTPN XIII di Ngabang bukan bertujuan untuk mengembalikan sistem perekonomian subsisten namun justru didorong oleh motivasi untuk memperbesar akses keterlibatan petani plasma dalam sistem perkebunan kelapa sawit seperti memperoleh penghasilan lebih besar dan manduduki posisi terhormat dalam birokrasi perkebunan. Temuan ini jauh berbeda dengan pernyataan Scott bahwa petani akan selalu mempertahankan sistem perekonomian subsisten karena sistem ini dianggap memberi jaminan pemenuhan kebutuhan pangan keluarga petani. Petani plasma dalam bertindak lebih mengutamakan kepentingan individual dan tidak mempertimbangkan kepentingan kolektif seperti yang dikatakan oleh para pendukung perspektif teori moral ekonomi. Konsepsi teoritis tentang bentuk-bentuk resistensi petani yang dikembangkan oleh para pendukung paradigma moral ekonomi hanya mampu menjelaskan bentuk resistensi terselubung yang dilakukan oleh petani plasma di Ngabang namun gagal untuk menjelaskan dorongan atau motivasi yang melandasi resistensi petani plasma terhadap PTPN XIII PIR V Ngabang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
D789
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kawai Masayuki
"Abstrak
The Perusahaan Inti Rakyat (PIR) scheme, a smallholder support scheme in collaboration with plantation companies, was developed in the late 1970s in Indonesia. The idea of the PIR scheme is to improve the socioeconomic condition of smallholders. One of the ways of doing so is by providing technical and economic support and capacity building to help them develop as modern self owned farmers. The PIR scheme also aims to change the relationship between companies large scale modern plantations and smallholders traditional estates from an antagonistic one to a mutually interdependent one, while recognizing the existence of a dualism between the two, as indicated by Boeke (1884 1956) in his theory on dual societies.
This article shows the transition of the PIR scheme within the historical context of socioeconomic and political changes in Indonesia. The development of PIR Bun, PIR Trans, and PIR-KKPA during the authoritarian Suharto era (1966 98), the stagnation of the PIR scheme during the Reformation era (1999 2003), and the development of PIR Revitalisasi in the democratic era (2004) are reported and analyzed. Over time, the main companies participating in the programs of the PIR scheme changed from state owned companies to private ones. The gap in productivity between companies large scale plantations and smallholders estates was not resolved during the Reformation era. As a result, PIR Revitalisasi has applied a united management system in which a company manages the whole process of smallholders estates, including planting, growing, harvesting, and marketing in order to enhance the latters productivity, effectiveness, and profitability. Smallholders are excluded from the management of their estates, while they receive benefits shared by the contracted company."
Japan: Southeast Asian Studies, Kyoto University, 2018
330 JJSAS 55:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Artati Ajeng Nariswari
"Tesis ini membahas proses mobilitas sosial petani plasma dan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian mempergunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan muncul fenomena mobilitas sosial dari petani plasma dari dimensi okupasi atau pekerjaan, konsumsi, kelas sosial, dan kekuasaan melalui beragam saluran mobilitas. Namun dimensidimensi mobilitas yang dicapai tampaknya belum berhasil mengangkat masyarakat desa secara signifikan, disebabkan karena saluran mobilitas yang dominan digunakan hanya menyentuh ranah pada level pemberdayaan individu, sehingga perkembangan tidak menjadi gejala komunal.

This thesis discusses about the progress of plasma farmers social mobility with the supporting and inhibiting factors. The research use qualitative approach with case of study. The result of this research showed the emerging of social mobility phenomenon of the farmers from their dimension of occupational or employment, consumption, social level, and ascendancy through various channels of mobility. However, the mobility dimensions that already achieved seem has not succeeded to promote the villagers significantly, due to the channel of mobility which is dominant used only touches the realm level of individual empowerment, so that its development does not become communal symptoms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S33445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadinus Steni Sugiarto
"ABSTRAK
Tesis ini mengangkat persoalan petani swadaya kelapa sawit dalam menghadapi standar keberlanjutan yang berlaku atas produk kelapa sawit mereka, berupa Tanda Buah Segar TBS . Fokus studi ini adalah menampilkan pengalaman petani di dua desa di Kalimantan Tengah dalam mencari cara dan langkah-langkah yang tepat untuk memenuhi standar RSPO Roundtable Sustainable Palm Oil , terutama ketika menggunakan hukum sebagai salah satu instrumen untuk memenuhi standar pasar. Untuk memeriksa pengalaman-pengalaman tersebut maka studi ini menggunakan metode sosio-legal untuk mengeksplorasi aspek sosial dalam penggunaan hukum, sekaligus memperlihatkan kenyataan sosial dalam dari hukum. Sehingga penelitian lapangan akan memeriksa hukum investasi dan perkebunan dalam konteks dua desa ketika digunakan untuk memenuhi standar pasar terhadap keberlanjutan.

ABSTRACT
This thesis is to disclose the problem of oil palm smallholder farmers in facing the global sustainability standards to crude palm oil. The focus of this study is describing the experiences of farmers in two villages in searching for precise ways and steps to fulfil the Roundtable Sustainable Palm Oil standards, especially in dealing with laws as the instrument to achive the requirements of the standard. To analyse those experiences, this study uses the the socio legal method to explore the social aspects of experiencing with legal instruments and at the same time portraying the reality of laws on the ground. The study will challenge whether plantation laws and investment laws are implemented as such when farmers are facing the requirements to achieve the sustainability standards. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T52095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Pandapotan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S36707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Jonathan P
"Value stream mapping adalah metode dari konsep lean manufacturing yang bertujuan untuk memetakan aliran material dan informasi pada sebuah proses. Dibantu dengan metode waste relationship matrix, jenis-jenis waste pada peta value stream dapat teridentifikasi sehingga dapat dimitigasi dengan value stream mapping analysis tool yang sesuai. Riset ini bertujuan untuk menerapkan value stream mapping pada proses perbaikan rotating equipment yaitu pompa jenis Pump P04-CD3 yang merupakan equipment untuk menyokong aktivitas produksi minyak. Setelah penerapan metode, jenis-jenis waste yang menjadi akar permasalahan dari proses perbaikan equipment tersebut adalah transportation waste, process waste dan motion waste. Setelah dilakukan improvement, lead time perbaikan berkurang sebanyak 46.7%, cycle time perbaikan berkurang sebanyak 3.8% dan non-value-added time berkurang sebanyak 57.9%.

Value stream mapping is a method derived from the lean manufacturing concept which aims to map the flow of material and information of a process. Assisted by the waste method relationship matrix, the types of waste on the value stream map can be identified so that it can be mitigated with an appropriate value stream mapping analysis tool. This research aims to apply value stream mapping to the repair process of rotating equipment, namely Pump P04-CD3 which is equipped to support oil production activities. After the application of the method, the types of waste that become the root cause of the equipment repair process problem are transportation waste, process waste and motion waste. After improvement, the repair lead time was reduced by 46.7%, the repair cycle time decreased by 3.8%, and the non-value-added time decreased by 57.9%."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pertanian, 2007,
TAMEMKP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>