Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Klira Reksya Taqwa
"Tingginya resiko kematian yang akan dialami oleh pihak ibu ataupun anak saat proses persalinan merupakan hal perlu diperhatikan bagi setiap orang. Rumah sakit menjadi salah satu sarana kesehatan yang penting dikarenakan mampu memberikan pelayanan selama 24 jam. Kecamatan Sukmajaya merupakan suatu daerah yang memiliki kondisi permukiman yang beragam. Adanya perbedaan kondisi permukiman bagi penduduknya berdampak terhadap perilaku pemilihan rumah sakit yang memberikan pelayanan untuk ibu dan anak. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola perilaku pemilihan rumah sakit yang memberikan pelayanan untuk ibu dan anak bagi penduduk Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok berdasarkan kelas permukiman. Analisis perilaku keruangan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penduduk yang tinggal di lokasi permukiman rumah mewah mampu bergerak ke berbagai arah rumah sakit yang memberikan pelayanan untuk ibu dan anak. Sedangkan penduduk di permukiman rumah menengah kurang memanfaatkan ruang gerak yang mereka miliki untuk bergerak menuju arah rumah sakit karena cenderung memilih rumah sakit yang memiliki jarak dekat secara fisik. Sedangkan penduduk di permukiman rumah sangat sederhana cenderung mengandalkan kedekatan sosial yang ada pada lingkungan tempat mereka tinggal dalam pemilihan rumah sakit untuk ibu dan anak.

High risk of death that will be experienced by the mother and child during childbirth is the important thing for everyone. The hospital became one of the health facilities are important because of ability to provide service for 24 hours. Subdistrict Sukmajaya is an area that has a multi social strata. The differences of social strata will affect for behavior selection of the hospital that provides care for mother and child. That behavior is influenced by internal factors and external factors. This study aimed to determine differences in the pattern of choosing behavior hospitals that provide services for mothers and children on the district population Sukmajaya, Depok based on the class habitation. Spatial behavior analysis is used to answer the purposes of this study.
The results showed that residents who live in luxury residential homes are able to move into different directions hospital that provides care for mother and child. While the population in the settlements medium utilizing less space they will move towards the direction of the hospital because they tend to choose a hospital that has a near physically. As for the resident who live in low residential tend to choose social closeness to the environment they live in the selection of a hospital for women and children."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif Ardiyawan
"

Sandang merupakan kebutuhan manusia berupa pakaian sebagai alat pelindung bagi tubuh. Pada awalnya manusia memanfaatkan pakaian dari kulit kayu dan hewan yang tersedia di alam. Kemudian manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun menjadi bahan pakaian. Pakaian berfungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin. Variabel dalam penelitian ini adalah Jenis permukiman,usia dan pendapatan. Variabel penelitian dianalisis menggunakan analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan hasil analisis , didapatkan pola pergerakan untuk jenis permukaan kelas rendah 18 responden memilih multi trip , kelas sedang 20 responden memilih multi trip dan kelas tinggi 6 responden memilih multi trip, dan didapatkan hasil adanya hubungan antara jenis permukiman,pendapatan terhadap pola pergerakan belanja itu dengan jenis permukiman. 

 


Clothing is a human need that consists of body armor. At first humans used clothing from bark and animals available in nature. Then humans developed spinning cotton technology into yarn to be woven into clothing. Work clothes as protection from heat and cold. The variables in this study are the type of settlement, age and income. The research variables were analyzed using spatial analysis and descriptive analysis. The results showed based on the results of the analysis, obtained the pattern of movement for the surface type class 18 respondents chose multi-trip, medium class 20 respondents chose multi-trip and high class 6 respondents chose multi-trip, and obtained the results of the presence of the relationship type of settlements, income to movement patterns shopping is by type of settlement.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Nurul Aini
"Sibling rivalry apabila berlangsung secara berkelanjutan akan berdampak negatif pada anak. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi sibling rivalry pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran strategi ibu mengatasi sibling rivalry pada anak di Kelurahan Baktijaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Desain yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Peneliti melakukan pengambilan data terhadap 96 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (68,8%) ibu menggunakan strategi berpusat pada anak untuk mengatasi sibling rivalry dalam bentuk lisan dan sebagian besar (53,1%) ibu menggunakan strategi berpusat pada anak untuk mengatasi sibling rivalry dalam bentuk fisik. Oleh karena itu, edukasi kesehatan yang lebih lanjut oleh perawat anak, komunitas, ataupun keluarga sangat diharapkan untuk meningkatkan pemahaman orang tua terkait strategi ibu mengatasi sibling rivalry pada anak.

A continuous case of sibling rivalry may cause a negative effect upon children. Therefore, a correct strategy is needed to handle this case between children. The purpose of this research was to identify the description of mother?s strategies in managing sibling rivalry among children in Baktijaya Village Sukmajaya Subdistrict Depok Regency. The design of this study was descriptive quantitative, and purposive sampling was used as the sampling technique with 96 respondents as a sample.
The result of this study shows that 68,8% mothers who participated in this study used verbally child-centered strategy and 53,1% mothers used physically child-centered strategy in managing sibling rivalry. Consequently, improving the delivery of education by pediatric nurse and family or community nurse is expected to increase understanding.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan
"Penemuan virus corona berdampak kepada terjadinya pandemi COVID-19 yang berpengaruh kepada aktivitas fisik masyarkat diluar rumah sehingga diterapkan protokol kesehatan dalam menjalankannya salah satunya yakni berbelanja kebutuhan sayur dan buah.  Tujuan penelitian ini untuk memahami bagaimana perubahan perilaku kebiasaan berbelanja sayur dan buah yang digambarkan secara spasial dan mengetahui faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode pengambilan sampel menggunakan proposional random sampling dan respondenya yakni kepala keluarga untuk mewakili rumah tangga dalam berbelanja sayur dan buah yang dianalisis secara komparatif dan deskriptif untuk melihat perubahan yang terjadi dalam kebiasaan berbelanja terkait pandemi COVID-19. Didapatkan sebanyak 69% rumah tangga mengalami perubahan kebiasaan berbelanja selama pandemi COVID-19 dengan 60% perubahan terjadi di pemukiman teratur dan 40% di pemukiman tidak teratur. Sebanyak 27% rumah tangga memilih toko lokal dan 60% memilih daring sebagai tempat berbelanja dengan pemukiman teratur sebesar 27% dan 34% pada pemukiman tidak teratur. Dalam hal ini faktor terbesar yakni jarak yang dekat, kelengkapan sayur dan buah, dan dapat melakukan pemesanan sayur dan buah dalam pemilihan tempat berbelanja dengan persentase sebesar 23%, 22%, dan 10% rumah tangga. Namun selama pandemi COVID-19 memicu pertimbangan lain yakni tempat yang tidak ramai dengan persentase 10%. Dalam kepatuhan menjalankan protokol kesehatan didapatkan rumah tangga hanya 38% disiplin dalam menjalankannya dengan 53% tinggal di pemukiman teratur dan 18% di pemukiman tidak teratur.<

The discovery of the coronavirus has an impact on the occurrence of the COVID-19 pandemic, which affects the physical activity of the community outside the home so that health protocols are applied in carrying it out, one of which is shopping for vegetable and fruit needs. The purpose of this study is to understand how the behavioural changes in vegetable and fruit shopping habits are described spatially and to determine the factors that influence them. This study uses a quantitative method with a sampling method using proportional random sampling and the respondent is the head of the family to represent the household in shopping for vegetables and fruit, which is analyzed comparatively and descriptively to see changes that occur in shopping habits related to the COVID-19 pandemic. It was found that 69% of households experienced changes in their shopping habits during the COVID-19 pandemic, with 60% of the changes occurring in regular settlements and 40% in irregular settlements. As many as 27% of households choose local shops, and 60% choose online as a place to shop with regular settlements, by 27% and 34% in irregular settlements. In this case, the most prominent factors are proximity, completeness of vegetables and fruit, and being able to order vegetables and fruit in choosing a place to shop with percentages of 23%, 22%, and 10% of households. However, during the COVID-19 pandemic, it triggers another consideration: a place that is not crowded with a percentage of 10%. In compliance with the health protocol, only 38% of households are disciplined, with 53% living in regular settlements and 18% in irregular settlements. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Aseany P.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
S33726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantular, Rakyan
"Pertambahan penduduk secara berlebihan di kota terutama yang berasal dari urbanisasi menyebabkan daya dukung dan daya tampung kota menjadi semakin menurun, salah satunya adalah berkurangnya lahan untuk permukiman. Akibat dari kurangnya lahan untuk permukiman maka dibutuhkan penambahan ruang dan lahan. Penambahan ruang dan lahan yang tidak memungkinkan lagi di dalam kota menyebabkan terjadinya pelebaran luas ke arah pinggir kota/belakang kota (hinterland). Hal seperti itu yang terjadi di DKI Jakarta, dan berkembang ke arah pinggiran termasuk daerah Depok. Akibat perluasan tersebut, maka daerah seperti kota Depok dapat dikatakan sebagai daerah suburban bagi kota Jakarta.
Kemudian dampak urbanisasi menimbulkan pelbagai bentuk penurunan kualitas lingkungan kota, terutama tata ruang yang tidak memenuhi syarat, terbentuk daerah kumuh, bertambahnya jumlah sampah, meningkatnya pencemaran perairan dan tanah oleh limbah domestik.
Urbanisasi juga mengakibatkan menurunnya estetika, menimbulkan ancaman terhadap peninggalan-peninggalan historis, menyempit/berkurangnya ruang terbuka, taman kota, lapangan olah raga, dan rekreasi.
Perkembangan yang berbeda di tiap-tiap kota membuat konsentrasi permukiman berbeda 'pula. Di satu sisi ada daerah dengan kepadatan tinggi dan disisi lain terdapat daerah dengan kepadatan rendah. Perbedaan konsentrasi tersebut secara otomatis akan menyebabkan perbedaan tingkat degradasi lingkungan secara khusus dan mempengauhi degradasi lingkungan perkotaan secara keseluruhan. (Sobirin dalam Koestoer, 2001:45)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Peningkatan kepadatan penduduk menurunkan kualitas lingkungan pemukiman baik fisik maupun sosial.
Adapun tujuan umum penelitian adalah: Memberikan solusi bagi masalah lingkungan hidup di Kota Depok.
Waktu, tenaga dan biaya adalah faktor utama yang membatasi penelitian ini dan besarnya wilayah penelitian serta banyaknya unsur-unsur yang diteliti. Lokasi penelitian akan dibatasi pada dua daerah saja yaitu daerah dengan kepadatan tertinggi dan daerah dengan kepadatan terendah pada tingkat Kecamatan dan masing-masing akan diambil satu daerah terpadat pada tingkat kelurahan. Kemudian unsur-unsur yang diteliti dari masing-masing variabel pembentuk permukiman adalah: kualitas perumahan (rumah) dalam bentuk dan ukuran yang dibatasi pada kesesakan penghuni dan kepemilikan ruang terbuka, keberadaan sanitasi, luasan bangunan, serta perlindungan hak milik; penataan lahan dan ruang dibatasi pada penggambaran kesesuaian penataan lahan dan ruang yang berdasar pada rencana seperti pendidikan (TK dan SD), peribadatan (masjid), niaga, kesehatan, olahraga dan rekreasi, pelayanan pemerintah; dan masalah sosial.
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif (survei dan observasi lapangan). Untuk mempermudah pengambilan sampel populasi terutama dalam hubungannya dengan target responden, paneliti mengambil teknik purposive sampling dengan mengelompokkan populasi berdasarkan beberapa kriteria
Penilaian kualitas perumahan (tabel 35) secara umum di ketiga daerah penelitian adalah baik. Penilaian baik dan buruk didasarkan atas:
1. Kesesuaian dengan peraturan. Apabila sesuai maka penilaianya adalah baik
2. Kepemilikan dari faktor-faktor yang diteliti pada masing-masing sub variabel, seperti kepemilikan bak sampah, KM/WC sendiri, teras, halaman, surat-surat tanah dan bangunan. Apabila memiliki maka penilaianya adalah baik.
3. Apabila lebih dari 50% responden masuk dalam kriteria baik diatas maka dapat dikatakan bahwa secara umum kualitas perumahan di lokasi penelitian adalah baik.
Bobot nilai tertinggi yang diambil oleh peneliti adalah koefisien dasar bangunan. Kemudian masalah perlindungan hak milik berbobot terendah dengan alasan tidak terlalu berdampak langsung kepada kualitas permukiman. Pembobotan nilai dari kualitas perumahan itu sendiri adalah 20 (skala 100) dari keempat variabel yang diteliti, seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya.
Salah satu acuan pengelolaan lahan dan ruang adalah dengan melihat kesesuaian peruntukan daerah berdasarkan aturan koefisien dasar bangunan, disamping kesesuaian lainnya berdasarkan aturan pemerintah setempat (mengacu kepada RT/RW kota Depok). Hampir semua daerah permukiman tidak menempati daerah bahaya seperti keadaan tanah yang miring (curam), tidak berada di daerah cekungan dan tidak dilewati tegangan tinggi. Hal ini berarti secara umum, ketiga daerah penelitian memiliki nilai baik pada pengelolaan lahan dan ruang.
Secara umum hasil penggalian dari responder didapat semua sarana dari sisi jumlah adalah cukup kecuali taman bermain, penerangan jalan dan depo sampah dianggap kurang, kondisi dan sarana yang adapun dianggap kurang. Semua pelayanan sarana adalah baik, kecuali masalah depo/angkutan sampah. Rata-rata kondisi sarana adalah baik kecuali taman bermain, penerangan jalan dan depo/angkutan sampah adalah kurang. Lapangan olah raga dan saluran air dianggap cukup.
Pembobotan nilai: jumlah (50), kondisi (30), dan pelayanan (20). Pembobotan nilai pada jumlah lebih besar karena prasarana dan sarana ukurannya adalah jangkauan masyarakat, artinya sejauh mana prasarana dan sarana dapat melayani masyarakat. Kemudian kondisi prasarana dan sarana dimana hal ini lebih mengacu kapada fisik atau perawatan fisik, dan pelayanan lebih kepada interaksi/hubungan manusia dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Interaksi/hubungan sosial antar masyarakat secara umum berdasar dari penggalian dari responden tentang keharmonisan hubungan antar tetangga adalah baik. Faktor keamanan dan kenyamanan yang turut mempengaruhi masalah sosial pada penelitian ini secara umum juga dinilai masih cukup baik, artinya dari ketiga daerah penelitian dua diantaranya masih dianggap relatif aman oleh responden.
Kesimpulan:
1. Hasil pengumpulan data di lapangan menunjukan sebagian besar responden, bekerja atau beraktivitas sehari-hari di Jakarta dan alasan pindah sebagian besar responden adalah harga tanah/rumah yang murah dan mencari suasana baru yang lebih baik, dengan demikian dapat dikatakan Kota Depok merupakan daerah penyangga (suburban) permukiman bagi DKI Jakarta
2. Masalah pada variabel Kualitas Perumahan adalah terlanggarnya peraturan tentang pemenuhan koefisien dasar bangunan (OS). Hal tersebut terjadi karena hampir semua responden mengembangkan rumahnya dengan cara penambahan ruangan ke arah horisontal (memanfaatkan lahan (persil) yang mereka miliki.
3. Gambaran pengelolaan lahan dan ruang di dalam masalah perubahan kualitas lingkungan permukiman dari hasil penelitian masih sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku (RTRW Depok 2000)
4. Masalah kurangnya sarana pendidikan dan kesehatan berdasarkan pada perbandingan antara jumlah penduduk dan minimal sarana yang dibutuhkan dan masalah kurangnya sarana dan prasarana dari sisi jumlah dan kondisi hasil penggalian masyarakat seperti taman, penerangan jalan, dan depo/angkutan sampah. Hal tersebut diduga penyebaran sarana yang kurang merata dan penyediaan sarana yang belum dapat dipenuhi oleh pemerintah kota setempat.
5. Hubungan antar masyarakat secara umum cukup serasi, kegiatan bersama antar warga masih ada seperti olah raga.
Saran
1. Perencanaan dan pembangunan desa atau kota-Kota kecil disekitar Jabodetabek harus merata agar perpindahan penduduk ke kota (DKI Jakarta maupun Kota Depok itu sendiri) dapat dikurangi.
2. Masyarakat harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan huniannya (memperluas bagunan) tanpa harus melanggar ketentuan yang ada. Hal ini berarti perencana kota (Pemkot Depok) harus dapat mengadopsi keadaan yang terjadi di masyarakat dalam mengembangkan bangunannya dengan mengevaluasi kelayakan peraturan atau ketentuan tentang masalah KDB secara berkala, dan ketentuan yang dibuat harus dijalankan dan diawasi secara ketat.
3. Pembangunan kota dan pembagian peruntukan lahan harus merata dan disesuaikan dengan perencanaan serta kebutuhan dari setiap daerah sehingga kepadatan penduduk dapat tersebar merata, tidak terkonsentrasi di satu atau dua daerah saja.
4. Sebaran beberapa fasilitas (sarana) tidak merata, karena itu pemerintah daerah setempat perlu meninjau kembali perencanaan pengembangan daerahnya. Hal yang perlu diperhatikan bahwa perencanaan pengembangan daerah harus mengadopsi kebutuhan masyarakat yang digali langsung dari masyarakat dan Pemerintah kota Depok harus dapat memprioritaskan pemenuhan kebutuhan akan sarana lingkungan bagi masyarakatnya.
5. Ruang terbuka dan balai pertemuan lingkungan diadakan dan dibangun baik oleh pemerintah atau warga itu sendiri. Kegiatan di ruang terbuka dan balai pertemuan diadakan/diaktifkan seperti pertemuan bulanan antar warga, kegiatan olah raga dan rekreasi.

Population Growth and the Changes of Settlement Environment Quality in Depok City (Case Studies in Bhaktijaya Neighborhood, Sukmajaya District and Duren Mekar Neighborhood, Sawangan District, Depok City)The overincreasad city population especially from the urbanization causes the descending of its bearing and carrying capacity, one of which is the shortage of land for housing. From that reason comes the needs to grow space and land. Since such needs can not be achieved in cities, it causes spreading towards the outskirts, which known as the hinterland. These kind of things happened in Jakarta, and to its suburban i.e. Depok. As a result of the so called spreading, area such as Depok could in a way be known as the suburbs of Jakarta.
Moreover the impact of the urbanization causes numerous forms of degradation of the city's environmental quality, especially the unqualified zoning, the forming of shanty-towns, the increment number of waste, and the escalation of contaminated water and land by domestic waste. Urbanization also causes the declining of city's esthetics, threaten the historical heritage, narrowing/lacking the open space, the city parks, the sports fields, and the recreational parks.
The diverse development on each city causes the diversity of housing density. There are low density neighborhoods on this side and high density neighborhoods on others. Such diversity automatically brings about the different level of specific environmental degradation and affects the whole deity's environmental degradation (Sobirin in Koestoer, 2001:46).
Based on the things mentioned above, the problems can be formulated as follows: The growth of population density decreases the environmental quality of settlement, physically as well as socially.
Furthermore, the main purpose of this research is to give solution for the environmental problem in Depok City.
Time, energy and cost were the main factors which limited the extent of the research area and the numbers of feature that had been observed. The research area was limited on two zones, that were the highest density zone and the lowest density zone on one district (kecamatan). From that, each would cover the densest population in the neighborhood (kelurahan). Furthermore the observed features from each variable forming the neighborhood were: the housing quality in shape and size limited on the overcrowded inhabitants and the ownership of the open space, the sanitation existence, the building coverage, and the property protection; the land use and space utilization limited on the consistency of the land use and space utilization based by urban planning, i.e. educational (SD and Tit), spiritual (mosque), commercial, health, sport and recreation facilities, also public services; The social issue was limited on the social interaction of the communities.
The method used in this study was the descriptive research design (survey and field observation). To make the sampling easy particularly in connection with the target; the researcher chose the purposive sampling technique with population grouping based an certain criteria
The general assessment of the housing quality (Table 35) in three research areas was fine. The assessment was based upon:
1. The consistency to the regulations. The assessment was fine if each (sub variable) accommodated to the regulations required.
2. The ownership of the observed factors on each sub variable, i.e. trash cans, bathroom/WC, porch, garden, land and building documents. If available the assessment was fine.
3. If more than 50% respondent fell into the criteria mentioned above, it could be said that the housing quality at the research location was generally fine.
The highest point taken by the researcher was the building coverage coefficient Moreover the property protection issue was at the lowest point with reason not having the direct impact to the housing quality. The point assessment of the housing quality itself was 20 (on the scale of 100) amongst four variables observed, as mentioned on the previous chapter.
One of the land and space management standard was to look at the consistency of the land use based on the building coverage coefficient regulation, beside the other consistency based on the local administrative regulation (referring to the Depok Urban Land Planning). Almost all neighborhoods did not occupy the dangerous area such as the precipitous ground (steep), the hollow ground and were not pass through by the high voltage wiring. This generally means, the three research area had a fine assessment in the land and space management.
Generally the in-depth interview came up with: all structures quantity was moderate except play grounds, street lamps and waste depots were found poor. All structure services were fine, except waste depots/removal. On the average the strictures condition were tine except play grounds, street lanes and waste depots/removal were poor. Sport fields and water plumbing were considered moderate.
The point assessment the number (50), the condition (30), and the services (20). The point assessment of the number was higher because the measurement of the structure and the infrastructure was the range of the public services, which mean how well these factors sewed the community. Then the condition of the structure and the infrastructure, which referred to the material or physical maintenance, and the public services referred to the human interaction relationship in providing the public services.
The social interaction/relationship, generally based on the respondents' interview about the harmony of the neighborhoods, was fine. The security and amenity factors which could affect the social issue in this research was generally graded fine enough, meaning that respondents of the two amongst three research area dill considered them relatively fine.
Conclusions:
1. The primary data collection showed that most of the respondents go to work or have their activities in Jakarta, and the reasons for their migration were the low-cost land/houses and the better new conditions. Hence the Depok City was the suburbs of DKI Jakarta.
2 The problem on the housing quality variables was the infringement of the building coverage coefficient regulations. This happened because most of the respondents extended their houses by adding rooms horizontally utilizing their land.
3. The portrayal of the land and space management in the issue of settlement environment quality change dug out from this research was still parallel to the recent land use planning (Depok Urban Land Planning Year 2000).
4. The lacking of educational and health facilities based on the ratio of population number and minimum facilities required and the problems of those based on the quantity and the condition came up at the in-depth interviews, e.g. playgrounds, street lamps, and waste removal. These were presumed as a result of uneven distribution of the public facilities and the unavailability of structure by the local government.
5. The interaction of the community was generally in harmony, the joint activity between people still existed such as sports.
Suggestions:
1. The planning and development of villages or small towns in the region of Jabodetabek should be even in order that the city migration (DKI Jakarta or Depok City itself) could be lessen.
2. People should be given the opportunity to extend their houses (extend the building) without violating the existing regulations. This meant that City planner (Depok City Administration) should adopt the condition happened in the community on building development by evaluating the proper regulations or rules about such problems concerning the building coverage coefficient continually, and the rules made should be operated and observed strictly.
3. City development and land use distribution should be even and accommodated with the plan and the needs in each area in order to achieve the even population density, not only concentrated on one or several areas.
4. The distribution of the facilities was uneven; hence the local administrator should review its development planning. Considering that local development planning should accommodate the community needs dug out directly from people and Depok City administrator should make priorities about the needs fulfillment of public environment facilities.
5. Open space and local community hall should be provided and built by the administrator or the community it selves. The activities in such place should be established, e.g. monthly neighborhood meeting, sports and recreations."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairinisa Fadhilah Sofwa
"Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok sebagai salah satu bagian dari Kota Depok mengalami perkembangan permukiman yang besar menjadikan ketertarikan pedagang sayur keliling melakukan usaha di Kecamatan Sukmajaya. Pedagang sayur keliling berpindah dari pasar ke permukiman dan sebagian besar berada di perkotaan sering sekali mendirikan titik pemberhentian di tempat umum untuk menarik interaksi dengan konsumen. Dalam melaksanakan kegiatan berdagang, alat fisik yang digunakan pedagang sayur keliling beragam seperti gerobak, motor, hingga mobil bak terbuka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif dan analisis spasial. Pengolahan data penelitian menggunakan crosstab pada hasil wawancara. Hasil penelitian membuktikan bahwa karakteristik aktivitas pedagang sayur keliling menujukkan perbedaan lokasi berhenti dan rute perjalanan pada jenis pedagang besar dan jenis pedagang tidak besar. Pola spasial yang diperoleh mengkaitkan karakteristik aktivitas pedagang sayur dengan area layanan pedagang selama berdagang yaitu, jenis permukiman teratur dan tidak teratur. Pedagang sayur keliling menunjukkan dominasi karakteristik aktivitas pedagang selama berdagang berada di area layanan permukiman teratur.

Sukmajaya District, Depok City, as one part of Depok City, is experiencing large residential development, making itinerant vegetable traders interested in doing business in Sukmajaya District. Itinerant vegetable traders move from markets to residential areas and are mostly located in urban areas, often setting up stopping points in public places to attract interaction with consumers. In carrying out trading activities, the physical equipment used by mobile vegetable traders varies, such as carts, motorbikes, and even pickup trucks. This research uses qualitative methods with descriptive analysis and spatial analysis. Processing research data using crosstabs on interview results. The research results prove that the characteristics of mobile vegetable traders' activities show differences in stopping locations and travel routes for large and non-large traders. The spatial patterns obtained link the characteristics of vegetable traders' activities with the traders' service areas during trading, namely, regular and irregular settlement types. Itinerant vegetable traders show the dominant characteristics of trader activity as long as they trade in regular residential service areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Harumi Putri
"Status gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh. Skripsi ini bertujuan untuk menggali informasi terkait status gizi dan pola asuh balita pasca perawatan di Pusat Pemulihan Gizi(PPG)Rawat InapUPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dan studi kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015 hingga Januari 2016. Gambaran pola asuh ibu diperoleh dari data primer dengan cara observasi dan wawancara mendalam. Data status gizi diperoleh dari data sekunder yang ada di PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P value <0.05) antara nilai rata-rata status gizi pasien berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB saat masuk dan pulang dari PPG Rawat InapUPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya. Secara garis besar, pola asuh ibu dalam PHBS dan perilaku pencarian kesehatan cukup. Pola asuh dalam hal persiapan dan pemberian makan anak masih kurang sehingga perlu diperbaiki. Status gizi baik balita gagal dipertahankan karena persentase asupan makanan balita di rumah pasca perawatan lebih rendah dibandingkan fase rehabilitasi di PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.

The nutritional status of children is affected by caring practices. This research aims to explore information related to nutritional status and child caring practices in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok. This research used cross sectional study and and qualitative study. This research was conducted in September 2015 to January 2016. The primary data of child caring practices was obtained by observation and in-depth interviews of mothers. Nutritional status of children aged 6 to 59 months was collected from secondary data in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.
There is significant differences (P value <0.05) between the average score of the nutritional status of children based on index WAZ, HAZ, and WHZ before and after treatment in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok. Generally, hygiene practices and health seeking behaviour are enough good. Food preparation and child feeding practive still need to be improved. Healthy nutritional status after treatment fails to be maintain because children consumed less energy than when they were in rehabilitation period in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hamidah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang literasi informasi kader Posyandu Mandiri dan
Mandiri Plus di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Tujuannya adalah untuk
menggambarkan literasi informasi kader Posyandu Mandiri dan Mandiri Plus di
Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan desain studi kasus dan teknik pengambilan sampel accidental sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan literasi informasi yang dilakukan kader
Posyandu Mandiri dan Mandiri Plus di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok
meliputi empat hal, yaitu menentukan kebutuhan informasi, melakukan
penelusuran informasi, mengevaluasi informasi dan menggunakan informasi.
Penelitian ini menyarankan kepada kader Posyandu untuk lebih meningkatkan
literasi informasinya terutama dalam hal penelusuran informasi yang
menggunakan teknologi informasi, seperti komputer dan internet. Sedangkan
saran untuk Pemerintah Kota Depok adalah menyediakan fasilitas perpustakaan
umum di Kota Depok dan menyediakan fasilitas komputer dan internet di setiap
Posyandu.

Abstract
This undergraduate thesis discusses about information literacy Posyandu Mandiri
and Mandiri Plus cadre in Kecamatan Sukmajaya Depok City. The purpose of this
research is to describe Posyandu Mandiri and Mandiri Plus cadre in Kecamatan
Sukmajaya Depok City. The study was a qualitative research design with case
studies and sampling technique accidental sampling. The results of this study
indicate that information literacy Posyandu Mandiri and Mandiri Plus cadre in
Kecamatan Sukmajaya Depok City includes four issues, namely determine
information needs, perform a search of information, evaluating information and
using information. This study suggests to increase information literacy of cadre,
especially in terms of information retrieval using information technology, like
computers and the internet. While the suggestion for the government of Depok
City is provide public library facilities in the Depok City and provide computer
and internet facilities in every Posyandu.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43484
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Zahidah
"Perilaku seksual pranikah adalah aktivitas seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan sah yang dapat berupa pegangan tangan, pelukan, ciuman, meraba daerah sensitif tubuh, hingga melakukan hubungan seksual. Data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia pada kelompok usia remaja 15-19 tahun menunjukkan kenaikan dalam persentase melakukan hubungan seksual pertama kali dari tahun 2012 hingga 2017. Tingginya kasus penyimpangan seksual pada remaja membuat hal tersebut menjadi isu strategis yang diangkat Kota Depok dan banyaknya kasus pernikahan dini serta temuan perilaku seks pranikah yang kurang baik pada remaja SMA di Kecamatan Sukmajaya membuat wilayah ini rentan terhadap perilaku seksual pranikah remaja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui determinan niat pencegahan perilaku seksual pranikah pada siswa-siswi di SMA “X” dan SMA “Y” Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2023 berdasarkan theory of planned behavior. Penelitian ini berupa penelitian kuantitatif dengan studi analitik observasional dan menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik probability sampling dan metode simple random sampling untuk menentukan sampel dari populasi kelas XI di SMA “X” dan SMA “Y” tahun ajaran 2022/2023. Sampel di SMA “X” berjumlah 204 responden dan di SMA “Y” berjumlah 34 responden. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik. Hasil penelitian menemukan bahwa siswa/i di SMA “X” memiliki niat kuat untuk mencegah perilaku seksual pranikah sebesar 85.5% dan siswa/i di SMA “Y” sebesar 91.2%. Sikap, pengaruh orang tua, dan pengaruh teman sebaya memiliki hubungan dengan niat pencegahan perilaku seksual pranikah di SMA “X”. Artinya, siswa dengan sikap baik, pengaruh orang tua positif, dan pengaruh teman sebaya positif akan memiliki niat kuat untuk mencegah perilaku seksual pranikah. Sedangkan di SMA “Y” pengaruh teman sebaya memiliki hubungan dengan niat pencegahan perilaku seksual pranikah. Artinya, siswa dengan pengaruh teman sebaya positif akan memiliki niat kuat untuk mencegah perilaku seksual pranikah. Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara pihak sekolah, Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan, dan puskesmas untuk memperkuat kegiatan tentang kesehatan reproduksi remaja yang melibatkan peran orang tua dan siswa secara aktif dalam mencegah perilaku seksual pranikah.

Premarital sexual behavior is sexual activity carried out without legal marriage bond which can take the form of holding hands, hugging, kissing, touching sensitive areas of the body, to having sexual intercourse. Data from the Indonesian Demographic Health Survey in 15-19 year age group of adolescents shows an increase in the percentage of having sexual intercourse for the first time from 2012 to 2017. The high cases of sexual deviation among adolescents has made this a strategic issue raised by Depok City and the high number of cases of early marriage as well as findings of poor premarital sexual behavior among high school adolescents in Sukmajaya District, making this district vulnerable to adolescent premarital sexual behavior. The purpose of this study was to determine the determinants of intention to prevent premarital sexual behavior in students at SMA "X" and SMA "Y" Sukmajaya District, Depok City in 2023 based on the theory of planned behavior. This research is a quantitative research with observational analytic study and uses a cross sectional design. Sampling in this study was carried out using probability sampling techniques and simple random sampling methods to determine samples from the class XI population at SMA “X” and SMA “Y” for the 2022/2023 school year. The sample in SMA "X" is 204 respondents and in SMA "Y" is 34 respondents. The data analysis used chi square test to determine the relationship between categorical variables. The results of the study found that students in SMA "X" had a strong intention to prevent premarital sexual behavior by 85.5% and students in SMA "Y" by 91.2%. Attitude, parental influence, and peer influence was associated with intention to prevent premarital sexual behavior in SMA "X", meaning that students with good attitudes, positive parental influence, and positive peer influence will have a strong intention to prevent premarital sexual behavior. Whereas in SMA "Y" peer influence was associated with the intention to prevent premarital sexual behavior, meaning that students with positive peer influence will have a strong intention to prevent premarital sexual behavior. Therefore, cooperation between school, High School Development Division of the Education Office, and puskesmas is needed to strengthen activities on adolescent reproductive health which involve the active role of parents and students in preventing premarital sexual behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>