Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213763 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizkia Nadira
"Proses fabrikasi Pertamina PHE ONWJ membutuhkan proses fabrikasi yang selesai tepat waktu. Salah satu tahap fabrikasi adalah proses pengecatan baja karbon agar terhindar dari peristiwa korosi. Penelitian ini menggunakan dua produk cat yang berbeda yaitu produk X (lama) dan produk Y (baru). Produk Y memiliki waktu pengeringan cat yang lebih cepat dibandingan produk X. Proses preparasi permukaan dilakukan dengan tingkat kebersihan Sa 2,5 dan Sa 3 pada temperatur ambient saat mengaplikasikan cat. Tingkat ketahanan korosi diketahui dengan pengujian kabut garam. Kekuatan daya lekat diketahui dengan pengujian adesi. Cacat poros diketahui dengan pengujian holiday. Mikrostruktur lapisan cat dilihat dengan pengujian metalografi. Hasil pengujian kabut garam pada metode scratch dan unscratch didapatkan kedua jenis cat memiliki ketahanan korosi yang sama. Hasil pengujian adesi didapatkan kekuatan adesi produk Y lebih besar dibandingkan produk X. Hasil pengujian metalografi menunjukan adanya poros pada lapisan primer produk X. Waktu fabrikasi produk Y lebih cepat dibandingkan produk X.

Fabrication process on Pertamina PHE ONWJ needs fabrication process that finish at the right time. One of fabrication process is painting carbon steel to protect them from corrosion. This research use two paint product, product X (the old product) and product Y (the new product). Product Y has faster fabrication time than product X. This research use surface preparation with cleanliness level Sa 25, and Sa 3 at ambient temperature when painting application. The level of corrosion resistance is known by salt spray test. Paint adhesion is known by adhesion test. Porosity is known by holiday test. Microstructure of paint layer is known by metallography test. The result of salt spray test with scratch and unscratch method is the two products have same corrosion resistance. The result of adhesion test is product Y has higher adhesion than product X. The result of metallography is product X has porous at primer layer. Fabrication time of product Y is faster than product X.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Aulia Pratiwi
"Dalam fabrikasi suatu pipa, diperlukan suatu perlindungan agar pipa terhindar dari serangan korosi. Salah satu metode yang banyak digunakan adalah pelapisan organik dikarenakan mudah untuk dilakukan. Sayangnya, pengaplikasian metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menghambat proses fabrikasi. Sekarang ini telah terdapat produk cat yang memiliki waktu pengeringan yang cepat.
Dilakukan perbandingan antara produk lama (X) dengan produk baru (Y) untuk mengetahui produk mana yang lebih cepat dan memiliki kualitas yang lebih baik dari segi ketahanan korosi dan daya lekat cat. Dilakukan juga metode preparasi dengan tingkat kebersihan Sa 2,5 dan Sa 3 serta peningkatan temperatur saat aplikasi dilakukan. Tingkat ketahanan korosi diketahui dengan pengujian sembur kabut garam dan daya lekat cat diketahui dengan pengujian adhesi. Untuk mengecek apakah terdapat cacat setelah pengecatan, dilakukan pengujian holiday.
Dari pengujian sembur kabut garam didapatkan kedua produk memiliki ketahanan korosi yang sama baik pada metode scratch maupun metode unscratch. Namun, dari metode unscratch didapatkan blister pada permukaan produk X tetapi tampilannya lebih mengkilap. Untuk nilai daya lekat yang tinggi, didapatkan pada produk Y. Penggunaan perbedaan tingkat kebersihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas cat, kemudian penggunaan temperatur yang lebih tinggi dan penggunaan produk Y dapat mempercepat waktu pengeringan.

In fabricating a pipe, a protective is necessary to avoid corrosion attack. One method that is widely used is organic coating because it’s easy to do. Unfortunately, application of this method requires a long time thus inhibiting the process of fabrication. Now it has been found a new paint product that has a fast drying time.
Comparison between the old product (X) with a new product (Y) is conducted to determine which products are faster and have better quality in terms of corrosion resistance and paint adhesion. Different preparation methods also performed with the level of cleanliness Sa 2.5 and Sa 3 as well as increasing the temperature at which the application is done. The level of corrosion resistance is known by salt spray test and paint adhesion is known by adhesion test. To check whether there are defects after painting, holiday test is performed.
From salt spray test, obtained the two products have the same corrosion resistance both in the scratch method and unscratched method. However, from unscratched method, obtained that in surface of product X appears blister but it looks shinier. For the higher adhesion, it's obtained on product Y. The use of differences in the level of cleanliness has no significant effect on the quality of the paint, then the use of higher temperatures and product Y can speed up the drying time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanti Khairunnisa
"Lapisan tipis Cu2ZnSnS4 (CZTS) telah dipelajari secara mendalam dalam beberapa tahun terakhir karena kelebihannya. Dalam penelitian ini, prekursor CZTS dideposisikan pada substrat stainless steel dengan metode Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) dan kemudian disulfurisasi pada temperatur 250-400⁰ C selama 30-60 menit untuk menghasilkan lapisan tipis CZTS yang polikristalin. Temperatur dan waktu sulfurisasi dipelajari pengaruhnya terhadap sifat optis.
Penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai energi celah pita seiring peningkatan waktu sulfurisasi dari 30 menit ke 60 menit dan nilai energi celah pita lapisan tipis bervariasi dari 0,75 sampai 1,55 eV bergantung pada suhu dan waktu sulfurisasi.

Cu2ZnSnS4 (CZTS) thin films have been extensively studied in recent years for their advantages. In this work, CZTS precursors were prepared on stainless steel substrates by Successive Ionic Layer Adsorption and Reaction (SILAR) method and then sulfurized at temperatures of 250-400⁰C for 30-60 minutes to produce polycrystalline CZTS thin films. The effect of sulfurization temperature and time were studied on the optical properties.
This study shows an increase of the band gap energy for increasing sulphurization time from 30min to 60min and the band gap of thin films varies from 0,75 to 1,55 eV depending on sulfurization temperature and time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoza Kurniawan
"Pengembangan paduan zirkonium sebagai biomaterial diproduksi melalui metode metalurgi serbuk diteliti dengan penambahan unsur paduan molibdenum 1%, 3%, 6% dan 9% dan hubungannya terhadap densitas dan porositas, struktur mikro, kekerasan Rockwell C dan sifat bioaktivitas dengan simulated body fluid (SBF). Hasil dari pengujian densitas dan porositas didapatkan bahwa seiring dengan penambahan molibdenum akan menghasilkan porositas yang semakin banyak. Hal ini terjadi karena seiring dengan penambahan molibdenum akan menurunkan koefisien difusivitas pada paduan zirkonium. Struktur mikro yang terbentuk didominasi fasa α-Zr dan Mo2Zr. Namun seiring dengan penambahan molibdenum, akan terbentuk fasa γ-Mo yang merupakan serbuk molibdenum yang tidak terdifusi ke dalam β-Zr dalam proses sinter. Kekerasan yang dicapai pada penambahan molibdenum bervariasi antara 42 HRC hingga 45 HRC, dimana terendah dicapai 3% Mo dengan 42,14 HRC dan tertinggi 6% Mo dengan 45,08 HRC. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah porositas dan fasa Mo2Zr yang terbentuk di dalam paduan. Sifat bioaktivitas logam zirkonium semakin menurun seiring dengan penambahan molibdenum yang disebabkan oleh terbentuknya fasa γ-Mo pada struktur mikro.

Development of zirconium alloy as biomaterial produced with powder metallurgy method is observed from the effect of 1%, 3%, 6% and 9% molybdenum addition on density and porosity, microstructure, Rockwell C hardness and bioactivity properties with simulated body fluid (SBF). The result of density and porosity testing shows the increasing molybdenum content can produce more porosity on alloys. That caused by the addition of molybdenum would decrease coefficient of diffusivity in zirconium alloys. Microstructure formed predominantly α-Zr phase and Mo2Zr. But along with the addition of molybdenum, will form γ-Mo phase which is the molybdenum powders did not diffuse into β-Zr on sintering process. Hardness on addition of molybdenum varies between 42 HRC to 45 HRC, which in the lowest achieved by 3% Mo with 42,12 HRC and the highest achieved by 6% Mo with 45,08 HRC. That in influenced by the amount of porosity and Mo2Zr phase in the alloys. Bioactivity properties in zirconium alloy will decrease along with the addition of molybdenum, which caused the formation of γ-Mo phase on the microstructure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Nur Fadhillah
"ABSTRAK
Material untuk aplikasi peralatan militer seperti kendaraan taktis dibuat supaya
ringan dan mampu menahan tembakan peluru yang merupakan beban impak
berkecepatan tinggi. Untuk itu material yang kuat dan ringan seperti metal matrix
composite merupakan salah satu alternatif. Matriks aluminium sedang banyak
dikembangkan karena sifatnya yang ringan dan memiliki sifat mekanis yang baik.
Namun kekerasan yang tidak cukup tinggi menjadi permasalahan. Oleh karena itu
dibutuhkan partikel penguat untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan tanpa
mengorbankan ketangguhan material misalnya partikel zirkonia yang memiliki
fracture thoughness cukup baik.
Pada penelitian ini dikembangkan material komposit Al-12Zn-6Mg-1Cu
berpartikel penguat 7,5 vol.% ZrO2 dengan variasi 1, 3,86, dan 4 wt.% Si
menggunakan proses squeeze casting. Material komposit ini diharapkan memiliki
karakteristik yang baik untuk aplikasi balistik.
Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui efek penambahan Si pada komposit.
Karakterisasi material didapatkan dengan melakukan beberapa pengujian seperti
pengujian komposisi dengan Optical Emission Spectroscopy (OES), pengujian
kekerasan dengan metode Rockwell B, pengujian impak, analisis struktur mikro
menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron Microscopy (SEM), serta
pengujian balistik dengan peluru tipe III berkaliber 7,62 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses fabrikasi belum berhasil
mencampurkan serbuk zirkonia secara homogen. Hal ini disebabkan karena
wettability dan lapisan antar muka antara Al dan ZrO2 tidak cukup baik. Partikel
zirkonia ditemukan berkelompok yang menginisiasi terbentuknya porositas di
dalam komposit yang mempengaruhi karakteristik komposit.
Hasil pengujian kekerasan dan impak didapatkan bahwa kandungan Si 1 wt.%
memiliki kekerasan paling tinggi yaitu 81 HRB dan harga impak 0,0157 J/mm2.
Peningkatan sifat mekanik yang diharapkan dengan penambahan Si tidak terjadi
karena tertutupi oleh kehadiran porositas. Pengujian balistik yang dilakukan
menggunakan komposit dengan variasi yang berbeda menunjukkan potensi yang
cukup menjanjikan karena peluru tidak dapat menembus pelat lapisan ketiga
komposit dengan partikel penguat zirkonia ini.

ABSTRACT
Material used for military equipment, such as tactical vehicle, should be light and
have bulletproof characteristic. Metal matrix composite is an alternative for that.
Aluminium matrix is widely developed because of its light weight and good
mechanical properties, but the problem is that its hardness is not high enough to
be bulletproof. Therefore reinforcement with higher hardness and strength is
added, such as zirconium oxide which has good fracture toughness. This research
studied composite material with Al-12Zn-6Mg-1Cu as matrix and reinforced by
7.5 vol.% ZrO2. Silicon content was variated to 1, 3.86, and 4 wt.% and samples
were fabricated by squeeze casting. This material is expected to have good
ballistic characteristic. Materials characterization included Optical Emission
Spectroscopy (OES), Rockwell B hardness testing, impact testing, microstructure
analysis using optical microscope and Scanning Electron Microscopy (SEM), and
ballictic testing type III with 7.62 mm bullet.
The results showed that the fabrication process was not able to produce plates
with homogeneous ZrO2 distribution. The ZrO2 particles were found
agglomerated and initiated porosities which then reduces the mechanical
properties. This was due to poor wettability of ZrO2 particles in aluminium.
Hardness and impact testing showed that the highest value were achieved by 1
wt.% silicon containing alloy, with the values of 81 HRB and 0.0157 J/mm2.
Higher mechanical properties which was expected with increasing silicon content
is not achieved because of the presence of porosity. Ballistic testing on 3 plates
with variated silicon content showed that this composite is potential enough to be
bulletproof material."
2014
S53842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yul Khaidir
"Konsep komposit tak lain memanfaatkan sebesar-besarnya sifat fisis-mekanik dan teknik aneka bahan gabangan, sekaligus mengarangi syat buruknya. lPTEK material yang mengkaji hubungan antara struktar dan sifat serla bagaimana proses manufaktur yang berpengaruh, diterapkan. Segi disain dan prakiraan bahan dipudukan. Di sini disain tidak sekedar perihal penggunaan bahannya, tetapi jaga sesuai dengan aneka kandangan dan struktur geometrinya, serta menyidik prosedur pembuatannya agar sesuai untuk penerapan tertentu.
Sam di antara tiga macam komposit, yaitu Metal Malrix Composite (MMC), kini makin mutlak dituntut keberadaannya, terutama di bidang kontruksi serta mekanis-otomotif dari jembatan, gedung bertingkat, mobil, kapal, pesawat udara, satelit, roket, sampai alat-alat rumah tangga. Bidang ini merupakaa tujuan interdisiplin. Salah salu contoh dari material MMC adalah Al-Al2O3 dengan Al sebagai matriks dan Al2O3 sebagai penguat. Metode yang digunakan untuk membuat material ini adalah dengan proses metalurgi serbuk.
Setelah dilakukan penelitian, terbukti adanya peningkatan sifat mekanis, antara lain kekerasan, kuat tekan, dan kuat aus, serta terjadi peningkatan densitas dan penurunan porositas terhadap material Al-Al2O3 seiring dengan peningkatan waktu pada saat proses sinter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Shofiyul Musyarof
"Material La0,8K0,2MnO3 telah berhasil disintesis menggunakan metode Sol-Gel pada variasi suhu sintering 750℃, 800℃, 900℃, dan 1000℃. Uji karakterisasi XRD menunjukkan bahwa sampel membentuk fasa tunggal tanpa unsur pengotor dengan struktur Rhombohedral space group R-3c. Variasi suhu sintering yang semakin tinggi mengindikasikan pertumbuhan grain pada sampel yang semakin cepat, oleh sebab itu grain pada sampel menunjukkan peningkatan ukuran rata-rata seiiring meningkatnya suhu sintering. Material La0,8K0,2MnO3 memiliki sifat ferromagnetik disebabkan doping ion monovalen K+ yang menyebabkan muncul valensi baru Mn4+. Ion Mn4+ ini akan bereaksi dengan ion Mn3+, di mana elektron pada Mn3+ akan berpindah ke ion Mn4+ melewati ion O2-, reaksi ini disebut reaksi double exchange. Reaksi ini bergantung dengan hubungan ikatan antar ion Mn dan O, di mana jika jarak jari-jari ikatan Mn-O semakin dekat dan sudut ikatan Mn-O-Mn semakin lebar akan mempermudah perpindahan elektron ini sehingga sifat magnetik pada material akan semakin baik. Dari data ikatan atom yang diperoleh dari hasil refinement pola XRD, variasi suhu sintering sebesar 900℃ menjadi kandidat sebagai material yang memiliki sifat magnetik paling baik. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil uji karakterisasi VSM yang menunjukkan puncak saturasi magnetisasi terhadap medan magnet eksternal tertinggi adalah sampel dengan suhu sintering 900℃, diikuti 800℃, 1000℃, dan terendah 750℃. Dari uji VNA juga diketahui bahwa penyerapan gelombang mikro yang terbaik terjadi pada sampel dengan suhu sintering 750℃.

Material La0,8K0,2MnO3 has been successfully synthesized using the Sol-Gel method at various sintering temperatures of 750℃, 800℃, 900℃, and 1000℃. The XRD characterization test showed that the sample formed a single phase without any impurity elements with the Rhombohedral space group R-3c structure. The higher sintering temperature variation indicates faster grain growth in the sample, therefore the grains in the sample show an increase in average size as the sintering temperature increases. The material La0,8K0,2MnO3 has ferromagnetic properties due to the doping of monovalent K+ ions which causes a new valency of Mn4+ to appear. This Mn4+ ion will react with Mn3+ ions, where electrons in Mn3+ will hop to Mn4+ ions through O2- ions, this reaction is called a double exchange reaction. This reaction depends on the bond relationship between Mn and O, where if the Mn-O bond radius is closer and the Mn-O-Mn bond angle is wider it will make it easier to bind these electrons so that the magnetic properties of the material will be better. From the atomic bond data obtained from the refinement of the XRD pattern, the sintering temperature variation of 900℃ is a candidate as the material with the best magnetic properties. This was confirmed by the results of the VSM characterization test which showed that the highest peaks of magnetization saturation to external magnetic fields were samples with a sintering temperature of 900℃, followed by 800℃, 1000℃, and the lowest was 750℃. From the VNA test it is also known that the best absorption of microwaves occurs in samples with a sintering temperature of 750℃.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Trians Aprilianto
"Struktur kristal, morfologi, dan sifat kemagnetan dari material perovskite manganat La0,7Sr0,2Ba0,1Mn1-xCrxO3 dengan substitusi ion chromium sebesar 0%, 3%, 5%, 7%, dan 10% serta temperatur sintering sebesar 900οC dan 1200οC telah dipelajari dalam penelitian ini. Material La0,7Sr0,2Ba0,1Mn1-xCrxO3 yang disintesis dengan menggunakan metode solgel telah di karakterisasi X-Ray Diffractometer (XRD), Scanning Elektron Microscope (SEM), Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), dan Vibrating Sampel Magnetometer (VSM). Hasil analisis data XRD menunjukkan bahwa material La0,7Sr0,2Ba0,1Mn1-xCrxO3 memiliki fasa tunggal serta bebas dari unsur pengotor (impuritas). Dalam penelitian ini, substitusi ion chromium (Cr) pada ion mangan (Mn) dengan konsentrasi doping Cr3+ hingga 10% menghasilkan struktur rhombohedral R-3C space group. Peningkatan konsentrasi doping ion chromium (Cr) pada material La0,7Sr0,2Ba0,1Mn1-xCrxO3­ menyebabkan penurunan pada ukuran kisi c, penurunan sudut ikatan oktahedron ion mangan/chromium terhadap oksigen, dan peningkatan nilai panjang rata-rata ikatan oktahedron ion mangan/chromium sehingga nilai electronic bandwidth menjadi berkurang dan mengindikasikan penurunan nilai saturasi magnetisasi. Berdasarkan analisis data SEM, konsentrasi doping ion chromium (Cr) sebesar 10% menghasilkan ukuran butir terbesar pada setiap temperatur sintering yang diberikan. Material La0,7Sr0,2Ba0,1Mn1-xCrxO3 dengan temperatur sintering 1200οC menghasilkan ukuran rata-rata kristalit yang lebih besar daripada temperatur sintering 900οC karena adanya pembesaran ukuran butir dan batas butir menjadi semakin jelas. Analisis data VSM menyimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi doping ion Chromium mengakibatkan penurunan nilai saturasi magnetisasi pada material La0,7Sr0,2Ba0,1Mn1-xCrxO3­.

Crystal structure, morphology, and magnetic properties of the perovskite manganite material La0.7Sr0.2Ba0.1Mn1-xCrxO3 with substitution of Cr from 0%, 3%, 5%, 7%, and 10% and sintering temperatures of 900oC and 1200oC have been studied in this study. La0.7Sr0.2Ba0.1Mn1-xCrxO3 materials synthesized using the sol-gel method have been characterized by X-Ray Diffractometer (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), Energy Dispersive Spectroscopy (EDS), and Vibrating Sample Magnetometer (VSM). The results of XRD showed that material La0.7Sr0.2Ba0.1Mn1-xCrxO3 3 has a single phase and free of impurities. In this study, substitution of Cr in Mn site with doping concentrations of Cr3+ up to 10% resulted in the rhombohedral structure with R-3C space groups. Increasing doping concentration of chromium (Cr) in La0.7Sr0.2Ba0.1Mn1-xCrxO3 material causes a decrease in lattice size c, decrease Mn/Cr-O bonding angle, and increase Mn/Cr-O so that the value of electronic bandwidth and indicates a decrease in the value of saturated magnetization. Based on SEM data analysis, doped chromium (Cr) ion concentration of 10% produces the largest grain size at every sintering temperature. La0.7Sr0.2Ba0.1Mn1-xCrxO3 material with a 1200°C sintering temperature produces an average size of crystallite that is greater than of 900°C sintering temperature because at a higher sintering temperature causing enlargement of grain size and grain boundaries will increase. Based on VSM data analysis concluded that an increase in the concentration of doped Chromium ions resulted in a decrease in the saturated magnetization value of the material La0.7Sr0.2Ba0.1Mn1-xCrxO3.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endah Susilowati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>