Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Purwo Nugroho
"ABSTRAK
Menurut Renzulli, dkk. (dalam Munandar, 1992), ada tiga kriteria yang
menentukan keberbakatan pada seseorang, yaitu kemampuan diatas rata-rata,
kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas yang baik. R merupakan
salah satu siswa yang mengikuti program akselerasi. R belum memenuhi ketiga
kriteria keberbakatan. Potensi intelegensinya tergolong superior dan
kreativitasnya juga tinggi, tetapi ia kurang memiliki tanggung jawab terhadap
tugas. Berdasarkan strategi self regulated learning, dapat disimpulkan bahwa
strategi SRL yang belum dikembangkan oleh R juga disebabkan tidak adanya
pengaturan waktu yang baik. Oleh karena itu, intervensi manajemen waktu
penting bagi R. Tujuan dari program intervensi ini adalah agar R dapat
menggunakan waktunya secara efektif, terutama dalam kaitannya dengan proses
belajar. Dengan adanya manajemen waktu yang baik, diharapkan dapat memiliki
regulasi diri terutama dalam belajar. Namun, target yang dicapai dalam intervensi
belum tercapai sepenuhnya karena ada kendala waktu pada pelaksanaan program.

ABSTRACT
Renzulli (Munandar, 1992) stated that there are three criteria to determine whether
someone is gifted or not: above average score of intelligence, highly creative and
highly task committed. R is one of students in the acceleration program who
didn’t have all the criteria yet. The score of his IQ was superior and he was highly
creative, but had low task commitment. According to SRL’s strategies, the reason
he didn’t developed the strategies was lack of time management. Thus, a time
management program was important for R. The purpose of this intervention
program was to make R more effective in managing time related to his daily
activities so he would be able to regulate himself to study. The target of this
intervention was not achieved however because of the time limitation during the
intervention."
2009
T37636
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haniva Az Zahra
"[Underachiever adalah kondisi yang banyak terjadi di kalangan pelajar, termasuk siswa SMP. Baslanti dan McCoach (2006) serta Bondurant (2010) menyatakan bahwa kondisi underachievement terjadi karena siswa tidak mampu melakukan regulasi diri di dalam belajar yang baik. Oleh karena itu, Zimmerman, Bonner, dan Kovach (1996) mengajukan model intervensi untuk siswa dengan underachievement melalui pengajaran 5 keterampilan akademik. Keterampilan akademik tersebut diajarkan kepada siswa guna meningkatkan kemampuan regulasi diri dalam belajar yang mereka miliki. Peneliti menggunakan model
tersebut untuk memberikan intervensi kepada P, siswa SMP dengan tipe
disorganized underachiever. Keterampilan akademik yang diajarkan kepada P adalah keterampilan manajemen waktu dan belajar yang lebih efektif. Model intervensi tersebut dikombinasikan dengan sistem organisasi informasi sekolah oleh Peters (2000). Efektivitas dari program intervensi ini dilihat dari kenaikan skor pre dan post-test yang diukur dengan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) karya Pintrich dan DeGroot (1990). Peneliti menggunakan versi adaptasi dalam Bahasa oleh Puteri (2013), sehingga lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi manajemen waktu meningkatkan kemampuan regulasi diri dalam
belajar pada diri P.;Underachiever is a condition that is quite common among students, including junior high school students. Baslanti and McCoach (2006) and Bondurant (2010) states that the condition of underachievement occurs because students are not capable to do self-regulated learning. Therefore, Zimmerman, Bonner, and Kovach (1996) propose a model of intervention for students with underachievement through teaching academic skills. There are five academis skills. The academic skills taught to students in order to improve their ability to do
self-regulated learning. Researchers used the model to provide intervention to P, junior high school students with disorganized underachiever type. One of academic skills which taught to P is a time-management skills. The intervention model is combined with a system of organization of school information by Peters (2000). The effectiveness of this intervention program be seen from the increase
in scores pre and post-test were measured with the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) works by Pintrich and DeGroot (1990). Researchers use the Bahasa version, adaptation version by Putri (2013), so it is more appropriate to the conditions in Indonesia. The results showed that the time management intervention program increases the ability of self-regulated learning., Underachiever is a condition that is quite common among students, including
junior high school students. Baslanti and McCoach (2006) and Bondurant (2010)
states that the condition of underachievement occurs because students are not
capable to do self-regulated learning. Therefore, Zimmerman, Bonner, and
Kovach (1996) propose a model of intervention for students with
underachievement through teaching academic skills. There are five academis
skills. The academic skills taught to students in order to improve their ability to do
self-regulated learning. Researchers used the model to provide intervention to P,
junior high school students with disorganized underachiever type. One of
academic skills which taught to P is a time-management skills. The intervention
model is combined with a system of organization of school information by Peters
(2000). The effectiveness of this intervention program be seen from the increase
in scores pre and post-test were measured with the Motivated Strategies for
Learning Questionnaire (MSLQ) works by Pintrich and DeGroot (1990).
Researchers use the Bahasa version, adaptation version by Putri (2013), so it is
more appropriate to the conditions in Indonesia. The results showed that the time
management intervention program increases the ability of self-regulated learning.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Nur Aini
"ABSTRAK
Kemiskinan seringkali merupakan faktor utama kegagalan akademik siswa yang ditandai dengan prestasi belajar yang rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa miskin, terutama karena mereka tidak memiliki self regulated learning (SRL). Penelitian ini dilakukan terhadap seorang siswa SMP yang berasal dari keluarga miskin dan memiliki prestasi belajar rendah, dengan menggunakan desain penelitian single subject multifactor baseline (a-b) design. Program intervensi diberikan selama 1 bulan sebanyak 9 sesi, dengan menerapkan model SRL dari Zimmerman, Bonner, dan Kovach (1996). Penerapan model ini bertujuan meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan strategi belajar untuk memperbaiki SRL siswa. Program intervensi dilaksanakan melalui tahap self evaluation and monitoring, goal setting and strategy planning, strategic implementation and monitoring serta strategic outcome and monitoring. Hasil penelitian membuktikan bahwa program peningkatan manajemen waktu dan strategi belajar terbukti efektif untuk memperbaiki self regulated learning siswa SMP yang berasal dari keluarga miskin. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan skor alat ukur Self Regulated Learning Interview Schedule (SRLIS) dan peningkatan pengetahuan serta strategi yang digunakan siswa dalam belajar sesudah dilakukan intervensi.

ABSTRACT
Poverty frequently becomes the main factor of student academic failure as marked by low academic achievement. Low academic achievement shown by poor students is mainly caused by lack of self regulated learning (SRL). This research is conducted on a junior high school student from a poor family with low academic achievement, using single subject multifactor baseline (A-B) research design. This one-month intervention program comprises of 9 sessions adopting SRL model from Zimmerman, Bonner, and Kovach (1996). The model aims to improve the student's time management skills and learning strategies in order to increase his SRL. Intervention undergoes stages of self evaluation andmonitoring, goal setting and strategy planning, strategic implementation and monitoring and also strategic outcome and monitoring. This research shows that this time management skills and learning strategies program is effective to increase self regulated learning of a junior high school student from a poor family. This is evident in the increase of Self Regulated Learning Interview Schedule (SRLIS) scores and improvement of knowledge and strategies used by the student in his study in post intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T38480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Suralaga
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang hubungan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat dan "Task Commitment" siswa berbakat dengan prestasi belajar. Penelitian dilaksanakan pada dua SMU unggulan (SMU Plus) di Jakarta, yaitu SMUN 70 dan SMUN 68.
Subyek penelitian dipilih dengan menggunakan teknik "Purposive Sampling" yaitu memilih anak berbakat berdasarkan data skor inteligensi (IQ ? 120) dam Tes Inteligensi Kolektif Indonesia -- Tinggi (TIKI-T) dan skor kreativitas (CQ 110) dari Tes Kreativitas Verbal (TKV- Konstruksi Utami Munandar). Dan 655 siswa kelas II, jumlah subyek yang berbakat adalah 63 orang (9,6%).
Sikap orang tua diukur dengan instrumen "Skala Sikap Orang Tua Terhadap Anak Berbakat" yang disusun sendiri, sedangkan "Task Commitment" siswa diukur dengan "Skala Pengikatan Diri Anak Berbakat Terhadap Tugas" konstruksi Yaumil Achir yang dimodifikasi. Sebelum digunakan, kedua alat ukur tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Skala sikap orang tua meliputi dimensi penerimaan terhadap keberbakatan, harapan tentang prestasi anak, perlindungan terhadap anak, pemberian tanggung jawab dan sikap pengasuhan. Skala "Task Commitment" Anak Berbakat meliputi dimensi kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan yang nyata, menetapkan "goal" di atas rata-rata, belajar dengan disiplin dan rencana, belajar secara mandiri serta ketangguhan/ keuletan.
Data prestasi belajar diambil dari nilai Rapor Catur Wulan 1, yaitu nilai rata-rata seluruh bidang studi. Diteliti pula nilai per bidang studi yang diperoleh melalui Ulangan Umum Bersama (UUB), yaitu nilai Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi dan PPKN.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara sikap orang tua terhadap anak berbakat pada dimensi perlindungan terhadap anak dengan prestasi belajar Bidang Studi Bahasa Inggris. Pada dimensi lainnya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa ada hubungan positif antara "Task Commitment" siswa secara umum dan perdimensi dengan prestasi belajar, namun hubungan tersebut tidak signifikan.
Untuk meningkatkan mutu SMU unggulan (SMU Plus) dan pelayanan siswa berbakat disarankan agar diupayakan terns peningkatan kualitas guru dan proses belajar mengajamya. Penambahan waktu belajar hendaknya lebih diarahkan untuk membantu perkembangan dan memenuhi kebutuhan siswa secara individual, antara lain dengan mendorong siswa melakukan penelitian-penelitian, baik penelitian survai maupun eksperimental. Kepada siswa yang teridentifikasi sebagai berbakat dan orang tua mereka perlu diberikan pemahaman tentang keberbakatan dan upaya pengembangannya. Pelayanan Bimbingan Konseling juga perlu lebih ditingkatkan.
Temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa calon siswa SMU yang mempunyai NEM SMP tinggi tidak selalu diikuti dengan prestasi belajar yang tinggi pula di SMU. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor situasional siswa pada saat evaluasi belajar dilaksanakan. Karena itu sistem penerimaan siswa berdasarkan NEM saja perlu dipertimbangkan kembali.
Dalam penelitian selanjutnya perlu diupayakan antara lain : pengambilan subjek yang lebih luas, penyusunan instrumen yang lebih baik, serta pengukuran aspek-aspek lain yang mungkin mempengaruhi prestasi belajar siswa berbakat. Dapat pula dilakukan perbandingan antara "task commitment" siswa berbakat dengan siswa berkemampuan normal yang berprestasi tinggi.
Lebih lanjut perlu juga dilakukan penelitian terhadap orang-orang yang sudah bekerja untuk melihat apakah ada hubungan antara prestasi akademis dengan prestasi kerja.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang kesenjangan : a) kebijakan terhadap teori, b) pelaksanaan terhadap kebijakan dan c) pelaksanaan program akselerasi terhadap teori....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Primalita Putri Distina
"Pada proses belajar mengajar di sekolah, siswa diharapkan mampu berhasil secara akademis, tak terkecuali siswa Sekolah Dasar. Akan tetapi, terdapat beberapa hambatan yang membuat siswa memiliki pencapaian akademis rendah di sekolah, yang salah satunya adalah kesulitan belajar Westwood, 2008; Commodari, 2012. Salah satu penyebab dari kesulitan belajar adalah atensi yang buruk Westwood, 2008. Siswa tidak akan bisa mencapai keberhasilan secara akademis tanpa fokus dan terikat pada tugas-tugas yang diberikan saat belajar di kelas York, Gibson, Rankin, 2015. Perilaku fokus dan terikat pada tugas ini disebut sebagai perilaku berorientasi tugas. Perilaku berorientasi tugas pun menjadi salah satu faktor penting dari performa akademis di kelas, termasuk dalam pelajaran matematika King, 2012. Performa akademis matematika dilihat dari produktivitas subjek mengerjakan soal-soal yang diberikan dan ketepatan subjek dalam menjawab soal-soal tersebut dengan benar Reid, dalam Rafferty Raimondi, 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program intervensi self-monitoring dalam meningkatkan perilaku berorientasi tugas dan performa akademis matematika pada siswa kelas 5 Sekolah Dasar dengan kesulitan belajar. Penelitian ini menggunakan desain single-subject, tipe desain A-B dengan tahap tindak lanjut. Alur program terdiri dari tahap baseline, pengajaran self-monitoring, pelaksanaan intervensi, dan satu minggu kemudian mendapatkan pengukuran kembali pada tahap tindak lanjut. Efektivitas program intervensi dilihat dengan menggunakan percentage of non-overlapping data PND dan analisis visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi self-monitoring efektif untuk meningkatkan perilaku berorientasi tugas dan produktivitas pengerjaan tugas pada subjek, tetapi tidak pada ketepatan menjawab soal dengan benar. Hasil pengukuran pada tahap tindak lanjut menunjukkan kemampuan subjek mempertahankan perilaku berorientasi tugas, produktivitas, dan ketepatan dalam menjawab soal.

In the process of teaching and learning in school, students are expected to be able to succeed academically, no exception for Elementary School students. However, there are some obstacles that make students have low academic achievement in school, and one of them is learning difficulty Westwood, 2008, Commodari, 2012. One of the causes of learning difficulties is poor attention Westwood, 2008. Students will not be able to achieve academic success without being focused and attached to the tasks while studying in the classroom York, Gibson, Rankin, 2015. The focus and attach on the tasks behavior is called on task behavior. On task behavior becomes one of the important factors of academic performance in the classroom, including in mathematic subject King, 2012. Mathematic academic performance could be seen from student productivity working on assignment and student accuracy in answering the task correctly Reid, in Rafferty Raimondi, 2009. This study aims to examine the effectiveness of self monitoring intervention program in enhancing on task behavior and mathematic academic performance for 5th grade Elementary School student with learning difficulty. This study used a single subject design, type A B design with follow up phase. The program consisted of the baseline stage, self monitoring training, the intervention phase and the follow up stage a week later. The effectiveness of intervention program was measured using percentage of non overlapping data PND and visual inspection. The results indicated that self monitoring intervention program was effective to improve on task behavior and productivity, but not accuracy. Measurement in follow up stage showed students 39 ability to maintain on task behavior, productivity, and accuracy. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Tri Adiono
"Beberapa penelitian menunjukkan fakta bahwa kemampuan anak-anak Sekolah Dasar di Indonesia masih rendah, dibandingkan negara-negara lain (Wulan, 2009). Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Dikbud yang dilaporkan tahun 1997 adalah adanya anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (Nawangsari dan Suprapti, 2008). Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengajaran membaca tingkat dasar dengan model Bottom- Up pada siswa Sekolah Dasar.
Program intervensi didasarkan pada pendekatan modifikasi perilaku dengan metode Applied Behavior Analysis dengan teknik Descrete Trial Training. Metode ini menyatakan bahwa suatu perilaku terbentuk dengan adanya antecedent, behavior dan consequence. Tujuan dari penerapan program intervensi adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca subyek. Program intervensi ini dilakukan dalam 13 sesi dan disusun dalam sebuah rancangan program intervensi yang terdiri atas tiga bagian yaitu: 1) Data Dasar; 2) Program Intervensi; 3) Evaluasi Program.
Hasil intervensi secara umum menunjukkan bahwa program intervensi model Bottom-Up efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca bagi siswa Sekolah Dasar.
The ability to read is needed since children started education at primary level. Some studies showed the facts that children's reading ability in Elementary School in Indonesia was still low, compared to other countries (Wulan, 2009). Research conducted by Balitbang Dikbud (1997) reported that many children have reading difficulties (Nawangsari and Suprapti, 2008). Therefore, the intervention programs in this research aim to teach reading lower-level skills with Bottom-Up model in Elementary School A
This intervention program based on behavior modification approach using the Applied Behavior Analysis method with Discrete Trial Training technique. This method explains that a behavior is formed by the antecedent, behavior and consequence. The purpose of this intervention program is to improve students ability to read. Intervention program was conducted in 13 sessions and arranged in an intervention program design consists of three parts: 1) Baseline; 2) Intervention Program; 3) Evaluation Program.
Generally, the result of this intervention program is to improve effectively reading skills of elementary school students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swatika Wulan Pahlevi
"ABSTRAK
Borderline Intellectual Functioning adalah suatu kondisi taraf kecerdasan
individu dengan skor IQ berkisar antara 71 sampai 84, suatu tingkat yang berada
di bawah rata-rata normal, namun tidak termasuk sebagai keterbelakangan mental
(Sattler, 1987). Anak-anak pada taraf kecerdasan ini seringkali kurang
mendapatkan perhatian di dalam dunia pendidikan. Padahal anak-anak ini
memiliki banyak keterbatasan walaupun biasanya tidak tertampil secara nyata
seperti anak-anak dari golongan kecerdasan lain (retardasi mental). Shaw (2006)
menjelaskan bahwa individu dengan borderline intellectual functioning dapat
dimaksimalkan dengan cara meningkatkan waktu belajar yang lebih lama,
meningkatkan kemampuan self-instruction, pengajaran secara khusus dari guru,
serta pemberian instruksi secara khusus. Selain itu, kebiasaan belajar yang buruk
juga dapat menyebabkan kegagalan atau prestasi yang rendah di sekolah (Schaefer
& Millman, 1987). Oleh karena itu, intervensi harus dilakukan pada anak-anak ini.
Dengan adanya intervensi bagi anak-anak borderline maka diharapkan resiko
kegagalan di sekolah dapat diminimalkan. Salah satu intervensi yang bisa
dilakukan berupa bimbingan untuk mengembangkan kebiasaan belajar (Ninivaggi,
2001).
Perilaku belajar yang buruk bisa terjadi baik pada siswa dengan
kecerdfl-san rata-rata mupun di bawah rata-rata. Namun demikian, memang ada
kecenderungan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata (borderline) biasanya kurang dapat melakukan perencanaan. Selain itu, mereka
tidak mengetahui bagaimana caranya belajar (Bocsa, 2003) sehingga pada
akhirnya hal ini akan berimbas pada kemampuan untuk merencanakan kegiatan
belajar dan mengerjakan tugas.
Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah modifikasi
perilaku dengan menggunakan positif reinforeement dengan token ekonomi dan
fading untuk membantu subyek memulai belajar.
Subyek penelitian ini duduk di kelas VI sekolah dasar, akan mengikuti
ujian akhir sekolah dan berencana melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP. Subyek
berjenis kelamin perempuan berusia 12 tahun. Saat ini subyek belum memiliki
kebiasaan belajar yang teratur setiap harinya yang dapat mendukung subyek baik
saat ujian sekolah maupun untuk proses belajar di jenjang selanjutnya. Selain itu,
keluarga subyek juga tidak dapat menyediakan model yang dapat dijadikan
panutan bagi subyek untuk dapat belajar dengan teratur. Subyek belajar hanya jika
akan ulangan atau ada PR.
Berdasarkan intervensi yang dilakukan sebanyak 12 kali, didapatkan
kesimpulan bahwa program intervensi pembiasaan belajar terhadap anak
borderline ini dapat dikatakan berhasil. Subyek mulai terbiasa untuk belajar
dengan teratur dengan durasi waktu tertentu serta pada waktu-waktu tertentu
setiap harinya. Selain itu, durasi belajar subyek juga meningkat selama program
intervensi berlangsung. Sebagai tambahan, subyek mulai menguasai beberapa
materi pelajaran matematika seperti perkalian dan pembagian di bawah angka 10
serta konsep bilangan positif negatif dan pecahan yang sebelumnya belum ia
kuasai. Namun demikian sesuai dengan karakteristik anak borderline, subyek
membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat memahami
materi-materi tersebut."
2007
T38136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dhamayanti Santoso
"Penelitian ini difokuskan pada siswa program akselerasi di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang memiliki kemampuan akademik di atas rata-rata, dan bertujuan untuk melihat adanya korelasi antara skor self-report penerimaan peer group dengan prestasi akademik pada siswa akselerasi. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif dengan desain field study, tanpa memanipulasi variabel. Skor self-report penerimaan peer group didapat dengan pemberian kuesioner PEERACC dengan skala tipe Likert, sementara untuk prestasi akademik digunakan nilai raport semester terakhir dari setiap subyek. Sampel penelitian diambil dari SLTPN 11 Kebayoran Baru, SLTPN 49 Kramat Jati, dan SLTPN 252 Kalimalang dengan karakteristik usia antara 12-15 tahun sejumlah 70 orang.
Dari penelitian ini diperoleh r = -0,066 dan p = 0,590; p > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara penerimaan peer group dengan prestasi akademik pada siswa program akselerasi tingkat SLTP. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori-teori dan penelitian-penelitian sebelumnya pada remaja umumnya. Hal ini menunjukkan kekhasan siswa program akselerasi dengan kemampuan akademik yang di atas rata-rata dan pola afiliasi yang cukup berbeda dengan kecenderungan remaja pada umumnya.

This research is focused to accelerated junior high school program student, who is above average on IQ score. This research was purpose to see if there`s any correlation between self-report score of peer group acceptance and academic achievement on accelerated student. This is a quantitative research mode which is use field study design. It means no manipulate on its variables. Self-report score of peer group acceptance was gotten by questioner called PEERACC, which is use Likert type scale. Academic achievement score was gotten by mean score of last semester academic school report of each pupil. This research took place on SLTPN 11 Kebayoran Baru, SLTPN 49 Kramat Jati, and SLTPN 252 Kalimalang, and use their accelerated students for being sample. This research used 70 person by four class with age range between 12-15 years old.
The result is r = -0,066 and p = 0,590; p > 0,05. So, the conclussion is there`s no significant correlation between peer group acceptance and academic achievement of junior high school accelerated program student. It`s different by the theories and past researches about adolescence already known. It shows the unique characteristics of accelerated student, who has high rate of IQ score and whose affiliation type is different by the regular one.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
370.15 SAN h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adhissa Qonita
"Siswa dengan ADHD komorbiditas lamban belajar memiliki kesulitan dalam menyelesaikan PR atau kinerja mengerjakan PR. Pada umumnya siswa dengan kondisi tersebut tidak menyelesaikan PR, menyelesaikan namun lalai mengumpulkan PR, membuat kesalahan karena tidak mendengarkan dan tidak menyiapkan materi yang dibutuhkan. Kesulitan tersebut membutuhkan penanganan yang perlu dilakukan untuk menghindari kegagalan akademik melalui kegiatan pengerjaan PR sebagai komponen penilaian akademik siswa. Penerapan intervensi manajemen diri merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kinerja mengerjakan PR. Penelitian ini merupakan penelitian subjek tunggal yang bertujuan menguji penerapan intervensi manajemen diri dalam meningkatkan kinerja mengerjakan PR pada siswa SMP dengan ADHD komorbiditas lamban belajar. Data diperoleh dari insepeksi visual pada grafik pemantauan harian dan pengujian statistik reliability change index RCI pada alat ukur Homework Management Scale HMS , Homework Performance Questionnaire Parent HPQ-P dan Teacher HPQ-T . Hasil menunjukkan bahwa intervensi manajemen diri dapat meningkatkan kinerja mengerjakan PR dilihat dari peningkatan stabil pemantauan harian dan peningkatan signifikan nilai RCI pada alat ukur HMS RCI= 2.87, signifikan pada p<0.01).

Students with ADHD co morbidity slow leaner have difficulty in completing homework or homework performance. Generally students with this condition do not complete homework, complete but didn rsquo t collect homework, make the mistake of not listening and not preparing material needed. This difficulties need special treatment to prevent academic failure through homework as a component of academic grades. Implementation of self management intervention is one of alternative to improve homework performance. This study is a single subject design that aims examine of self management interventions in enhance homework performance on junior high school student with ADHD co morbidity slow learner. Data were obtained from visual inspection on daily monitoring graphs and statistical testing on Homework Management Scale HMS , Homework Performance Questionnaire Parent HPQ P and Teacher HPQ T measurements. The results show that self management interventions can enhance the homework performance who can be seen from stable enhance of daily monitoring and significant RCI values from HMS RCI 2.87, significant at p <0.01)."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>