Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132801 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Botutihe, Sukma Nurilawati
"Dalam upaya menangani perilaku yang tidak diharapkan dari anak, perlu dilakukan perubahan perilaku. Perubahan tersebut akan menjadi efektif dengan adanya kontrol dan keterlibatan orang tua. Oleh karena itu orang tua perlu diberikan pelatihan dalam mengupayakan teknik modifikasi perilaku pada anak (Schaefer & Briesmeister, 1989). Untuk itu disusun program intervensi yang diawali dengan pelatihan pada ibu Dj (ibu kandung), sehingga ibu Dj dapat menerima kondisi O dan kemudian menerapkan pengetahuan dan keterampilan melakukan modifikasi perilaku terhadap O. Program intervensi dengan teknik modifikasi perilaku melalui pemberian token ekonomi ini ditujukan untuk perubahan perilaku belajar O. O adalah seorang anak penyandang low vision yang berusia 7 tahun 9 bulan. Keberhasilan intervensi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku belajar O, sangat dipengaruhi oleh penerimaan ibu Dj terhadap kondisi O."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana Sari Arianna
"Reis & McCoach (2000) menggunakan istilah underachiever pada anak-anak yang memiliki kesenjangan antara kapasitas yang dimiliki dengan basil yang ditunjukan di sekoldengan kata lain anak yang mengalami underachievement tidak belajar dengan optimal. Salah satu penyebab dari munculnya underachievement berasal dari faktor individu yang bersangkutan, yaitu karena kurangnya motivasi belajar dan kebiasaan belajar yang buruk (Sirohi, 2004). Oleh karena itu, diperlukan satu program untuk meningkatkan motivasi belajar dan kedisiplinan belajar anak agar prestasi yang dicapai optimal. Menurut Peter (2000), diperlukan motivasi eksternal untuk mulai menumbuhkan motivasi anak underachiever untuk belajar.
Secara umum, program modiftkasi perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kedisiplinan belajar anak underachiever dilandaskan pada penerapan sistem token ekonomi. Dalam pelaksanaannya, program ini mengarahkan anak underachiever untuk mulai membentuk kedisiplinan diri belajar melalui pelaksanaan kegiatan belajar sehari-hari di rumah dan penerapan token ekonomi merupakan motivator eksternal agar anak mulai termotivasi untuk belajar.
Di satu sisi, program ini mampu mengarahkan Z dalam melakukan kegiatan belajar harian di rumah yang belum pemah dilakukan oleh Z sebelumnya. Akan tetapi, pelaksanaan program tampaknya belum dapat dikatak:an efektifuntuk mampu meningkatkan motivasi serta kedisiplinan belajar Z. Program ini masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki dalam penerapan modifikasi perilaku menggunakan pendekatan sistem token ekonomi selanjutnya. Selain itu, dibutuhkan pula waktu, bimbingan, pengawasan, dan pengarahan yang lebih intensif agar Z terbiasa untuk melakukan kegiatan belajar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T38447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Primarini
"Program ini bertujuan umuk mengembangkan kcmampuan motorik halus anak dalam rangka menunjang kematangan sekolah anak Sena mcngajarkan kemampuan menggunal-can mesin tik braille. Terdapat tiga teknik dasar modifikasi perilaku yang digunakan pada rancangan intcrvensi ini yaitu teknik shaping, fading, dan prompiing. Martin dan Pear (2003) mengatakan bahwa teknik fading dapat di gunakan untuk membentuk perilaku pada anak dengan gangguan perkembangan, autis, atau anak yang berusia sangat muda. Mrdiirgjuga sesuai digunakan umuk meningkatkan keahlian yang belum dikuasai oleh anak seperti misalnya melatih jan dalam mengetik (Vcnkatesan, 2006).
Program terdiri atas tujuh tahap dan menggunakan beberapa alat bantu yang disesuaikan dengan masing-masing tahapan. Mulai dan tahapan pendahuluan 1 dimana anak diperkenalkan dengan kantung biji-bijian, pendahuluan IJ saat fasilitator mengajak anak umuk bermain dengan adonan tepung atau lilin mainan, kelima tahap selanjumya fasilitator meminta anak untuk menekan tuts sesuai dengan alat bantu yang telah disiapkan yaitu tahap Ipianika, tahap II piano mainan, tahap ITI mesin tik Iistrik, tahap IV mesin tik manual dan tahap V mesin tik braille. Prosedur pelaksanaan intewcnsi dimulai dengan fasilitator memberikan pronnmiing pada subyek untuk mengawali dan mengarahkan respon kepada target perilaku yang dikendaki. Jika pcrilaku subyek sudah tampil konsislen, maka perlahan pemberian prompting akan dikurangi sampai subyek mampu menampilkan tingkahlaku yang dikendaki dan fasilitator tidak lagi memberikan prompting (Martin & Pear, 2003). Bentuk I'(:’flM)l'(.°(£I)l¢:‘l!f yang diberikan pada program ini adalah social reiijorcemenl yaiw dengan memberikan sentuhan, ciuman, dan pelukan. Evaluasi program dilakukan bcrdasarkan data wawancara dan juga perbandingan tabel hasil pelaksanaan kegiatan pendahuluan dan tahap terakhir.
Kesimpulan program intewensi ini adalah subyek menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menggunakan jan tangannya umuk menekan tuts mesin tik dengan teknik shaping, pronioring, danfading. Yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan program ini adalah perlunya tahap persiapan yang lebih matang dalam melatih kemandirian sebelurn mengajarkan anak untuk mengetik.

In order to enhance line motor skills for school readiness and in teaching using a type machine with Braille letters, blind children need support from their significant others. The methods used in this intervention program is shaping, prompting and fading. Shaping is a method to develop new behavior involving the used of reinforcement in the behavior that needs to be developed (Martin & Pear, 2003). Then, fading is a gradually process that have to be done step by step in order to eliminate the support that given whenever ones developing child’s new behavior, including teaching them how to type (Venkatesan, 2004).
This program consists of seven steps. The intervention uses a few tools which are conditioned with each step. In the first introductory step, child is introduced to two different kinds bag of seeds; in the second introdustory step, facilitator asks the child to play with wheat meal or clay; while in the next fifth steps facilitator asks child to click on tumbles designed according to the steps, namely in the first step pianica, in the second step playing piano, in the third electric type machine, in the fourth manual type machine and in the filth step, a Braille type machine. The procedure of this program starts whenever the facilitator give prompting to the child in order to build new target behavior. Ifthe behavior already consistenly shovtm then slowly facilitator fades the prompting to the child untill the child show the target behavior and the facilitator no longer give prompting (Martin & Pear, 2003). Social reinforcement is also given in the form of touch and embracement. Evaluation ofthe program is done based on intervention data and also comparison of evaluation table of the first introductory step with the last step.
In sum, the intervention program succeeded in enhancing subject’s use of fingers in typing with a type machine using the shaping, prompting and Riding technique. None the less, a few limitations are subject of improvement in the future, such as the urgently of prepring the first steps before the program is being held in order to develop the independence of child before they start. to leam how to type.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34073
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Abdini
"Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa perkembangan (Grossman, dalam Kauflinan & Hallahan, 1988). Keterbatasan yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anal; seperti bantu diri dan kernarnpuan sosial (Mash & Wolfe, 2005).
Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi mental ringan, netardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa telcnik modifikasi perilaku sangat coook dan dapat diaplikasikan untuk mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri seperti berpakaian, makan dan kebexsihan pn`badi (Martin dan Pear, 2003).
Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental ringan bCI'l1Si3 4 tahun I bulan, untuk memiliki kewrampilan bantu diri dalam hal berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan subjek untuk menggunakan celana dalam. Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah tclmik backward chainin. Backward chaining sesuai tmtuk meningkatkan keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining merupalcan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek merniliki kemampuan terbatas mengenai suatu perilalcu (Miltenberger, 2004). Bukti keberhasilan dari pezilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap ada sampai pclatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980).
Hasil pelatihan memmjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan dengan menggtmakan teknik backward chaining, subjek dapat mcnggunakan celana dalam sendixi tanpa bantuan orang lain.

Mental retardation is a cognitive function disorder which cause a limitation in adaptive behavior and appears during developmental age (Grossman, in Kauffman & I-Iallahan, 1988). The limitation a mentally retarded child possesses is causing them not to be able to develop themselves optimally. In order to be able to develop optimally, such child needs a special treatment. An intervention can be conducted to train several important skills for the child, such as self help and social sldlls (Mash Se Wolfe, 2005).
Mental retardation is categorized into 4 categories based on IQ scores, i.e. mild, moderate, severe and profound mental retardation. A self help training for children with mild mental retardation can be done by doing behavior modiiication using learning principles (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Researches showed that behavior modification technique is suitable and can be applied to teach child with mental retardation about self help skill, such as dressing, eating, and personal hygiene (Martin & Pear, 2003).
This thesis is written with an objective to train a 4 year-old mild mentally retarded child to possess a self help skill in dressing. Speciticajly, this training is aimed to train the child's ability to put on underwear without other's help. The behavior modification technique which is used to conduct this training is a backward chaining technique. This method is suitable for developing self help skill and often used to teach children with mental retardation to dms properly (Martin & Pear, 2003). Backward chaining itself is a training procedure which often be used when a child has limited ability to do certain things (Miltenberger, 2004). A successfill trained behavior in the early stage of training persists until the whole training process is conducted (Kazdin, 1980).
The final training result shows that after completing 24 training sessions using backward chaining technique, the child is able to wear underwear by her ovm without other's help.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayu Citra Andini
"ABSTRAK
Retardasi mental merupakan gangguan fungsi kognitif yang
mengakibatkan keterbatasan dalam perilaku adaptif dan tampak selama masa
perkembangan (Grossman, dalam Kauffman & Hallahan, 1988). Keterbatasan
yang dimiliki anak dengan retardasi mental membuat mereka tidak dapat
berkembang dengan optimal sehingga perlu mendapatkan penanganan. Intervensi
diberikan untuk melatih kemampuan yang penting dikuasai anak, seperti bantu
diri dan kemampuan sosial (Mash & Wolfe, 2005).
Retardasi mental memiliki 4 kategori berdasarkan skor IQ, yaitu retardasi
mental ringan, retardasi mental sedang, retardasi mental berat, dan retardasi
mental sangat berat. Pelatihan bantu diri pada anak dengan retardasi mental ringan
dapat dilakukan dengan modifikasi perilaku yang menggunakan prinsip belajar
(Papalia, Olds & Feldman, 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
teknik modifikasi perilaku sangat cocok dan dapat diaplikasikan untuk
mengajarkan anak dengan retardasi mental mengenai keterampilan bantu diri
seperti berpakaian, makan dan kebersihan pribadi (Martin dan Pear, 2003).
Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih anak dengan retardasi mental
ringan berusia 4 tahun 1 bulan, untuk memiliki keterampilan bantu diri dalam hal
berpakaian. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk melatih kemampuan
subjek untuk menggunakan celana dalam sendiri.
Teknik modifikasi perilaku yang digunakan dalam pelatihan ini adalah
teknik backward chaining. Backward chaining sesuai untuk meningkatkan
keterampilan bantu diri dan seringkali dipakai untuk melatih berpakaian pada
anak dengan retardasi mental (Martin & Pear, 2003). Backward chaining
merupakan prosedur pelatihan yang biasanya digunakan jika subjek memiliki
kemampuan terbatas mengenai suatu perilaku (Miltenberger, 2004). Bukti
keberhasilan dari perilaku yang diajarkan pada langkah awal pelatihan masih tetap
ada sampai pelatihan selesai dilakukan (Kazdin, 1980).
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa setelah menjalani 24 sesi pelatihan
dengan menggunakan teknik backward chaining, subjek dapat menggunakan
celana dalam sendiri tanpa bantuan orang lain."
2007
T38039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Sunaryo
"Anak yang mengalami Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise. Specified (PDD-NOS), memiliki hambatan dalam memberi respon terhadap stimulus joint attention dari orang lain (Rocha, Schreibman, & Stahmer, 2007). Padahal joint attention merupakan pivotal skills atau keterampilan yang dibutuhkan untuk berkembangnya kemampuan pada area lain (Jones & Carr, 2004). Lebih lanjut, orang tua dikatakan memegang peranan penting dalam perkembangan joint attention response seorang anak (Schertz & Robb, 2006), Program intervensi dalam tugas akhir ini diberikan kepada I, anak laki-laki dengan PDD-NOS yang berusia 7 tahun 3 bulan.
Tujuan dari program intervensi ini adalah untuk melatih keterampilan joint attention response I dengan ibu sebagai pelaksana intervensi. Metode yang digunakan adalah discrete trial training (DT'I`). Program imervensi ini dapat dikatakan efektif untuk melatih keterampilan joint attention response.
Hasil intervensi menunjukkan I mengalami peningkatan sebanyak 3 dari 6 fase yang terdapat pada joint attention response training. Langkah yang jelas dan tersuuktur dalam DTT, pemberian social reinforce:-, meningkatnya stimulus dan orang tua, serta ketersediaan mainan yang bervariasi dilihat sebagai hal-hal yang mendukung dalam program intervensi. Di sisi lain, pilihan beberapa mainan, lokasi, retardasi mental ringan yang dialami I, serta usia I menjadi kendala dalam pelaksanaan program intervensi.

Children with Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Speciiied (FDD-NOS), have deficits in responding to others’ joint attention bids (Rocha, Schreibman, & Stahmer, 2007). Whereas, joint attention is a pivotal skills needed for other areas development (Jones & Carr, 2004). Moreover, parents are said to have the key role in a child’s joint attention response development (Schertz & Robb, 2006). Intervention program in this final project is given to L 7 years old boy I, who diagnosed with PDD-NOS.
The purpose of this intervention program is to train l’s joint attention response skill implemented by his mom. Discrete trial training (DTT) is the method used for this intervention. This intervention program is effective to train joint attention response skill.
Result shows the increasing of 3 from 6 phases included in joint attention response training. Clear and structured steps of DTT, social reinforoer, increased in parent’s stimulus, availability of various toys considered as supportive factors for intervention program. On the other side, choices of several toys, location, mild mental retardation, and age of I became the hindrance factors of intervention program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34136
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Restu Mardhika
"ABSTRAK
Banyak anak penyandang disabilitas intelektual ringan mengalami masalah dalam
berinteraksi sosial di sekolah. Berdasarkan hal itu, keterampilan sosial merupakan hal yang
penting bagi anak disabilitas intelektual ringan untuk dapat berkembang di sekolah inklusi.
Salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak disabilitas
intelektual ringan adalah dengan pendekatan modifikasi perilaku, terutama menggunakan
modeling. Dalam melakukan suatu modifikasi perilaku juga patut dipertimbangkan
pemberian penguatan terhadap perilaku baru yang muncul. Salah satu teknik penguatan yang
efektif untuk mengajarkan individu disabilitas intelektual ringan ialah melalui token
economy. Dalam rangka mengetahui efektivitas program dengan menggunakan modeling dan
token economy dalam meningkatkan keterampilan sosial pada penyandang disabilitas
intelektual ringan, maka peneliti merancang suatu program dengan menggunakan teknik
modifikasi perilaku melalui model simbolik (film kartun) dan penerapan token economy
sebagai penguatan perilaku. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain kasus tunggal tipe A-B-A. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan sosial pada subjek saat sebelum dan sesudah pemberian program.

Abstract
A lot of children with mild mental retardation experience social interaction issue in their
school. Therefore, social skills become very important for children with mild mental
retardation to develop in the inclusive school. One method that effectively enhancing social
skills children with mild mental retardation is through behavior modification approach,
especially through modeling. In exercising behavior modification, need to amplify for any
new behaviors emerge. On e of amplification method which effectively teaches children with
mild mental retardation is through token economy. In terms to know the modeling and token
economy program effectiveness in enhancing social skills of children with mild mental
retardation, the researcher design a program with behavior modification technique through
model approach (cartoon short film) and token economy application as behavior amplifier.
The research is using single case type A-B-A design. Research result shows there is an
enhancement in social skills on subject after the program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31152
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aryuni Novita Sari
"ABSTRAK
Anak yang mengalami keterbelakangan mental perlu mempersiapkan dirinya
untuk menghadapi usia dewasa (Wenar & Kerig, 2000). Mereka harus
mempelajari berbagai fungsi, seperti fungsi inteligensi, komunikasi, sosialisasi,
dan keterampilan hidup sehari-hari agar dapat hidup dengan lebih baik dalam
lingkungan sosial (Michael & McCormick, 2007). Oleh karenanya, program
terpenting bagi anak terbelakang mental adalah melatih mereka dalam
kemampuan hidup sehari-hari atau yang biasanya disebut dengan kemampuan
adaptif (Lucksasson, dkk., dalam Ormrod, 2006).
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi dan data dasar yang diambir pada N,
anak yang mengalami keterbelakangan mental sedang dengan usia 14 tahun 3
bulan, diketahui bahwa ia belum dapat menguasai berbagai kemampuan adaptif
terutama keterampilan mandi dan berpakaian.
Program intervensi didasarkan pada pendekatan modifikasi perilaku dengan
teknik rantaian perilaku yaitu teknik rantaian perilaku total dengan pemberian
arahan secara bertahap. Tujuan dari penerapan program intervensi adalah
membantu N meningkatkan keterampilan mandi dan berpakaian. Program
intervensi ini diadakan dalam 10 kali pertemuan dan disusun dalam sebuah
rancangan program intervensi yang terdiri atas tiga bagian yaitu : 1) Data Dasar;
2) Program Intervensi; 3) Evaluasi Program.
Hasil intervensi secara umum menunjukkan bahwa program intervensi efektif
untuk meningkatkan keterampilan mandi dan berpakaian pada N. Beberapa
rantaian dalam perilaku mandi tidak dapat dilakukan N karena adanya
keterbatasan fisik.

ABSTRACT
Mentally retarded children have to prepare theirselver for adulthood (Wenar &
Kerig, 2000). They have to learn various skills such as thinking, communication,
socialization and everyday life skills in order to live better in their social
environment (Michael & Mccormick, 2007). Thus, in giving program for children
with mentally retarded children is the most important thing is to train their
everyday life skill or usually called as adaptation skill (Lucksasson et al., in
Ormrod, 2006).
Based on psychological examination and baseline data taken at N who is
moderately mentally retarded and 14 years and 3 months old, it is shown that she
hasn’t master a number of adaptive skills, especially that of bathing and dressing
skill.
The intervention program is based on behaviour modification technique which
will be used in chaining of behaviour which is total task presentation chaining
with gradually prompt The aim of the intervention program is to help N improve
her bathing and dressing skill. The intervention program is conducted 10 times
and consist of three parts, namely: 1) Baseline data; 2) Intervention program 3)
Evaluation program.
The result of the intervention program in general shows that intervention program
is effective to improving her bathing and dressing skill. A few chain of bathing
skill can’t be done by N becaused of limited physical ability."
2008
T37630
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Fika Dinita Khairunnisa
"Kebiasaan belajar adalah cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan mengatur waktu untuk menyelesaikan kegiatan belajar (Djaali, 2008). Kebiasaan belajar yang baik memainkan peranan yang penting bagi kesuksesan belajar. Akan tetapi, tidak semua siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik, terutama pada siswa sekolah dasar, dimana rasa tanggung jawab dan kemandirian siswa masih tergantung pada efektifitas kontrol lingkungan. Biasanya siswa sekolah dasar hanya belajar jika ada waktu longgar, jika ada PR, atau jika ada pengawasan dari orang tuanya. Oleh karena itu, untuk membantu siswa sekolah dasar agar memiliki kebiasaan belajar yang baik, dibutuhkan suatu program untuk membentuk kebiasaan belajar siswa.
Program pembentukan kebiasaan belajar ini dilakukan melalui modifikasi perilaku dengan menggunakan token ekonomi. Pada program ini, siswa diarahkan untuk membentuk kebiasaan belajar melalui pelaksanaan kegiatan belajar seharihari di rumah. Penggunaan token ekonomi bertujuan sebagai motivator eksternal agar siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar. Penelitian menggunakan single subject design sehingga hanya melibatkan satu orang subyek. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa sekolah dasar bernama W yang berusia 10 tahun. W memiliki prestasi akademik yang jauh dibawah potensi kecerdasannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi perilaku dengan menggunakan token ekonomi efektif untuk membentuk kebiasaan belajar pada W. Setelah dilakukan modifikasi perilaku, W dapat belajar secara teratur di rumah setiap malam hari. Agar kebiasaan belajar dapat bertahan, orang tua perlu melakukan pengawasan dan juga menerapkan kebiasaan belajar kepada kedua kakak W.

Study habit is a student`s permanent technique to gain knowledge, read literatures, do assignments, and manage time to accomplish the learning process (Djaali, 2008). A good study habit plays a significant role in the success of learning. However, it is hard to achieve by some students, mainly the students of elementary school, whose responsibility and independence are heavily influenced by the evironment control. They usually study well if only they have spare time, are assigned some tasks, or when their parents are around them. Therefore, there should be a program to shape the students` study habit in order to help them.
This study habit program is conducted with method of behavior modification using economic token. The student is guided to shape his daily study habit at home. Economic token is used as the external motivator so that the student is motivated to study by himself. This research uses single subject design that involves a 10 year old elementary school student named W. He has a very low achievement according to his intellectual potential.
The result reveals that the behavior modification with economic token is effective to shape W`s study habit. After this modification, W has a regular learning at home every night. In order to maintain this behavior, the parents need to control and apply it to his two brothers."
2013
T35779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>