Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trestasya Kusumah
"Salah satu kunci keberhasilan organisasi dalam mencapai visi dan misinya adalah penerapan nilai-nilai inti dalam seluruh sektor bisnisnya (Collins, 2001). Oleh karena itu, organisasi perlu secara pro-aktif giat memberikan sosialisasi nilai-nilai inti agar nilai-nilai inti ini tertanam dalam diri karyawan dan diharapkan bisa muncul dalam perilaku karyawan. Sebagai organisasi di bidang logistik, PT. X memiliki nilai-nilai inti yang diharapkan dapat menjadi cerminan perilaku bagi karyawannya. Akan tetapi, saat ini banyak dari karyawan yang tidak menyadari pengertian dari nilai-nilai tersebut sehingga timbul perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Salah satu faktor adalah minimnya informasi yang diberikan pihak PT. X mengenai nilai tersebut dan belum pernah ada sebelumnya kegiatan sosialisasi yang khusus berkaitan untuk memperkenalkan nilai inti.Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti memberikan intervensi sosialisasi nilai inti terhadap para karyawan menggunakan media visual statis. Dengan adanya intervensi tersebut, diharapkan bahwa media visual statis mampu meningkatkan kesadaran nilai inti hanya pada domain kognitif karyawan saja. Target domain kognitif diberikan karena menurut teori sikap tricomponent attitude model, domain ini merupakan tahap pertama yang paling penting agar karyawan bisa menyadari nilai inti PT. X. Pada pelaksanaannya, intervensi sosialisasi nilai inti juga memasuki sebagian level afektif. Hasil penelitian yang menggunakan metode pengambilan data kuantitatif dan kualitatif memberikan informasi bahwa intervensi sosialisasi nilai inti dengan menggunakan media visual statis tidak memberikan pengaruh yang signifikan dan hanya berfungsi sebagai pengingat kembali atau reminder dari nilai inti PT. X yang sudah dilupakan oleh karyawannya.
One of the successful keys that the organization applies in order to achieve its vision and mission is the core values application in its every business sector (Collins, 2001). In regards to this situation, an organization requires a pro active socialization within their core values for their employees and expect it to appear frequently on their employee behavior at work. As one of the leading logistic companies, X company comprises six core values that were expected to appear on their employee's behavior. Unfortunately, many of the employees don't possess any awareness of these core values. One of the factors is the lack of information on core values that X company provide to their employees. Moreover, there had never been any socialization activity conducted that specializes in company core values. Regarding the situation, the researcher decided to offer an intervention for employees, specializing in core values socialization using visual static media. The intervention is expected to increase core values awareness on employees' cognitive level, with the support of the visual static media. Cognitive domain was the objective for this research as referred to tricomponent attitude model theory, where this domain is the first and the most important stage. This will result in employees' awareness for X company core values. During the intervention's implementation, it is found that core values socialization also manages to 'penetrate' half of the affective level. Two kinds of methods that is applied for this reseach; quantitative and qualitative. These methods provide important results, that socialization intervention using visual static media didn't contribute any significant influence and it solely functions as a reminder for the X company employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T38292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widha Dintariana
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan Kantor Pusat PT. Pertamina (Persero) Direktorat Sumber Daya Manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang karyawan Kantor Pusat PT. Pertamina (Persero) Direktorat Sumber Daya Manusia dengan menggunakan convenience sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan regresi linear sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan.

The purpose of this research is to analyze the effect of corporate culture on employee performance in Head Office PT. Pertamina (Persero) Directorate of Human Resource. This research use quantitative method. Sample in this research is 80 person employees in Head Office PT. Pertamina (Persero) Directorate of Human Resource with convenience sampling. This research uses questionnaire, that data analyzed with simple linear regression. This research show corporate culture has a significant positive effect on employee performance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Wirawan
"Organisasi perlu berubah. Efektivitas perubahan hanya dapat dicapai dengan adanya komitmen perubahan. Hal ini disebabkan karena komitmen perubahan merupakan faktor penting bagi kesuksesan perubahan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi komitmen perubahan, yaitu dalam hal ini keadilan organisasi dan kepercayaan organisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh keadilan organisasi dan kepercayaan organisasi terhadap komitmen perubahan. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur Commitment to Change Inventory (CCI), Organizational Justice Scale (OJS), dan Organizational Trust Inventory (OTI). Tiga alat ukur tersebut memiliki reliabilitas yang baik dan validitas item yang cukup baik.
Responden penelitian berjumlah 278 karyawan tetap yang bekerja di perusahan yang sedang berubah, dengan karakteristik berusia 20 - 56 tahun, memiliki tingkat pendidikan minimal SMA, memiliki jabatan minimal sebagai staf, dan telah bekerja minimal dua tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keadilan organisasi dan kepercayaan organisasi memiliki pengaruh positif dan berkontribusi terhadap komitmen perubahan (R2 = 0,249, p < 0,05) dan dimensi dari komitmen perubahan, yaitu afektif (R2 = 0,269, p < 0.05), kontinuans (R2 = 0,071, p < 0,05), dan normatif (R2 = 0,187, p < 0.05).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepercayaan organisasi memiliki kontribusi yang lebih besar daripada keadilan organisasi, baik terhadap komitmen perubahan secara keseluruhan maupun terhadap dimensi dari komitmen pada perubahan, yaitu afektif, kontinuans, dan normatif.

Organizations need to change. Effectiveness of the change can only be achieved with commitment to change. Commitment to change is an important factor for the success of change. Based on this, researcher conducted a study of factors influencing commitment to change, which in this case organizational justice and trust in organization.
The objective of this study study was to find the influence of organizational justice and trust in organization on commiment to change. Measurements used in this study are using Commitment to Change Inventory (CCI), Organization Justice Scale (OJS), and Organizational Trust Inventory (OTI). That three measurements have good reliability and quite good in item validity.
The participants of this study are 278 permanent employees that is working in changing company, with the age range within 20 - 56 years old, have the basic education at least from high school level, have structural position at least as staff, and had been working in that company for at least two years.
Results showed that both organizational justice and trust in organization are positively related and have contributed to commitment to change (R2 = 0,249, p < 0,05) and also their three dimensions, such as affective (R2 = 0,269, p < 0.05), continuance (R2 = 0,071, p < 0,05), and normative (R2 = 0,187, p < 0.05) commitment to change.
The results also show that the influence of trust in organization is stronger than organizational justice to commiment to change and also their three dimensions, affective, continuance, and normative commitment to change.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Setiawan
"Persaingan yang terjadi pada bisnis ritel, sebagai akibat kebijakan pemerintah yang memberikan kelonggaran bagi individu untuk membangun usaha sendiri, berdampak pada semakin tingginya tuntutan untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen. Kebanyakan bisnis-bisnis ritel menerapkan struktur sederhana yang memiliki ciri-ciri: fleksibel, pekerjaan dan pelaksana tidak terspesialisasi, dengan staf pendukung yang sedikit. Sebagaimana bisnis ritel lainnya, Minimarket A juga menerapkan struktur sederhana. Setelah beberapa tahun berdiri timbul permasalahan seperti tidak adanya alur kerja yang jelas sehingga karyawan melakukan apa yang bisa dilakukan yang sebenarnya bukan merupakan tugas dan tanggung jawabnya, permasalahan juga muncul pada ketidakjelasan koordinasi antar toko dengan Kabag purchasing dalam hal pembelian dan pengiriman barang dagangan.
Untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan harus merencanakan sebuah usaha yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan rencana perubahan. Dari alternatif rancangan perubahan yang ada, maka dipilihlah perubahan struktur sebagai solusi dari permasalahan di atas.
Untuk mendapatkan struktur organisasi yang baru, maka pertama kali perlu dirancang suatu alur kerja yang baku yang, di mana dalam alur kerja tersebut dapat tergambarkan mekanisme koordinasi yang jelas, sehingga dapat dirumuskan sebuah job description baru yang dapat dijadikan acuan bagi seluruh karyawan dalam melaksakan tugasnya sesuai dengan alur kerja yang ditetapkan.
Dengan perubahan struktur diharapkan dapat terbentuk alur kerja yang tetap dan jelas, mekanisme koordinasi yang jelas, serta pada akhirnya tiap-tiap bagian memiliki job description yang jelas sehingga tidak ada lagi overlap dalam hal tanggung jawab dan tugas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindang Ayu
"Organisasi harus melakukan perubahan agar terus dapat bertahan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh persepsi individu terhadap kesiapan organisasi untuk berubah, kesiapan individu untuk berubah, dan psychological empowerment terhadap komitmen perubahan organisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat ukur Commitment to Change Inventory (CCI) yang dikembangkan oleh Herscovitch dan Meyer (2002), alat ukur Organizational Readiness for Change Questionnaire yang dikembangkan oleh Ramnayaran (2011), alat ukur Individual Readiness for Change Scale yang dikembangkan oleh Hanpachern (1997), dan alat ukur Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ) yang dikembangkan oleh Sprietzer (1995). Responden dalam penelitian ini berjumlah 175 yang merupakan karyawan dari 2 perusahaan konstruksi di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap kesiapan organisasi untuk berubah dan kesiapan individu untuk berubah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen pada perubahan organisasi. Sedangkan variabel psychological empowerment tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap komitmen pada perubahan organisasi. Variabel yang paling berpengaruh terhadap komitmen pada perubahan organisasi adalah kesiapan individu untuk berubah.

Organizations in order to survive need to change. This study was conducted to identify the impact of individual perception to organizational readiness for change, individual readiness for change, and psychological empowerment due to organization’s commitment to change.
This study used a quantitative approach, and collected the data using Commitment to Change Inventory (CCI, Herscovitch and Meyer (2002), Organizational Readiness for Change Questionnaire (Ramnayaran, 2011), Individual Readiness for Change Scale (Hanpachern,1997), and Psychological Empowerment Questionnaire (PEQ) (Sprietzer, 1995). The study was conducted at state owned organization, with 175 respondents.
The result showed that both individual perception to organizational readiness for change and individual readiness for change had significant contribution to Commitment to Change. On the other hand, psychological empowerment variables had no significant effect on the commitment to change. Furthermore, the study also showed that individual readiness for change is the major contributor to Commitment to Change.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridanti Arinassa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah apakah persepsi karyawan terhadap role
ambiguity dan organizational communication dapat memengaruhi tingkat job
insecurity pada karyawan di PT. X. Penelitian ini merupakan penelitian non
eksperimental dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Penelitian menggunakan alat ukur Job Insecurity Questionnaire (JIQ) oleh De
Witte (2000), kuesioner Role Ambiguity oleh Breaugh dan Colihan (1994), dan
Questionnaire on the Experience and Evaluation of Work (QEEW) oleh Van
Veldhoven dan Meijman (1994). Subjek dalam penelitian ini adalah 78 karyawan
di PT. X. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik
korelasi Pearson dan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara persepsi karyawan terhadap role
ambiguity pada job insecurity. Sebaliknya, organizational communication
memiliki hubungan secara signifikan terhadap job insecurity pada karyawan di
PT. X yaitu sebesar -0.774 pada LOS 0,5. Berdasarkan temuan tersebut,
ditetapkan beberapa rancangan intervensi organizational communication untuk
dapat menurunkan job insecurity pada karyawan di PT. X.

ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze whether the employees? perception
regarding role ambiguity and organizational communication can influence the
level of job insecurity among employees at PT. X. This research is a nonexperimental
research and uses a questionnaire as a tool to collect data. This
research has used the measuring tools of Job Insecurity Questionnaire (JIQ) by
De Witte (2000), Role Ambiguity Questionnaire by Breaugh and Colihan (1994),
and Questionnaire on the Experience and Evaluation of Work (QEEW) by Van
Veldhoven and Meijman (1994). Subjects in this research are 78 employees at PT.
X. The data obtained were analyzed using Pearson correlation and multiple
regression techniques. The results of this study showed that there is no significant
correlation between role ambiguity on job insecurity. Otherwise, the
organizational communication has a significant correlation on the job insecurity
among employees at PT. X amounting to -0.774 at LOS 0,5. Based on the above
result, it was decided several organizational communication intervention designs
to decrease job insecurity among employees at PT. X."
2016
T45800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Azmi
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pola sosialisasi politik pada organisasi mahasiswa dan implikasinya terhadap pola partisipasi politik mahasiswa. Sejumlah studi berpandangan bahwa terdapat pola sosialisasi politik yang dilakukan dengan menggunakan agen sosialisasi politik media sosial bertujuan untuk meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula, termasuk mahasiswa, dalam politik elektoral, baik di tingkat nasional maupun lokal. Selain itu, terdapat pula studi-studi yang menemukan pola sosialisasi politik yang dilakukan oleh agen sosialisasi politik teman sebaya dalam lingkup mahasiswa ditujukan sebagai sarana bagi pembentukan calon pimpinan beragam organisasi mahasiswa. Peneliti setuju dengan gagasan tentang dua pola sosialisasi politik bagi mahasiswa yang dibahas dalam studi-studi tersebut. Namun, peneliti tidak sepakat dengan implikasinya terhadap pola partisipasi politik yang hanya menempatkan mereka sebagai pemilih atau yang dipilih (pimpinan organisasi). Peneliti berargumen bahwa kedua pola sosialisasi tersebut juga dapat menciptakan mahasiswa yang terlibat secara kritis dalam politik, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai warga negara. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam yang dilakukan kepada pengurus organisasi mahasiswa di Universitas Indonesia dan mahasiswa Universitas Indonesia secara umum.

This study aims to explain how the pattern of political socialization in student organizations and its implications for the pattern of student political participation. A number of studies are of the view that there is a pattern of political socialization carried out using social media political socialization agents aimed at increasing the political participation of novice voters, including students, in electoral politics, both at the national and local levels. In addition, there are also studies that find patterns of political socialization carried out by peer political socialization agents within the scope of students intended as a means for the formation of prospective leaders of various student organizations. Researchers agree with the idea of two patterns of political socialization for students discussed in these studies. However, researchers disagree with the implications for patterns of political participation that only place them as voters or elected (leaders of organizations). Researchers argue that both socialization patterns can also create students who are critically involved in politics, both as students and as citizens. The data in this study was obtained through a qualitative approach with data collection techniques using in-depth interviews conducted with student organization administrators at the University of Indonesia and University of Indonesia students in general."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suri Maharani Rizal
"Dalam beberapa dasawarsa terakhir, teknologi informasi telah menumbuhkan suatu ekonomi baru dimana pengelolaan informasi dan pencarian ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi sumber utama produktivitas. Situasi bisnis internasional sangat cepat berubah dan untuk bisa bertahan dibutuhkan kemampuan untuk belajar secara terus menerus agar bisa beradaptasi dengan situasi tersebut. Hal tersebut mendorong lembaga bisnis di manapun untuk dapat bertransformasi secara signifikan serta menjadi Organisasi Pembelajar (learning organization) . Artinya, menjadi learning organization atau sebuah organisasi pembelajar merupakan tuntutan bagi setiap organisasi. Demikian pula halnya bagi industri perbankan di Indonesia yang berkembang sangat pesat dan menghadapi tantangan bisnis secara global. Bank ?ABC? yang merupaan bank hasil merger dari 4 (empat) Bank BUMN di Indonesia, juga merupakan pelaku bisnis yang menghadapi tantangan untuk dapat bertransformasi menjadi sebuah organisasi pembelajar.
Penelitian ini mencoba menganalisa pemanfaatan dan penerapan learning organization di Bank ?ABC?, melalui pengukuran tingkat persepsi karyawan Bank ?ABC? pada berbagai tingkatan (manager, officer dan clerk), terhadap 5 (lima) subsistem pembelajaran, yaitu: Dinamika Pembelajaran, Transformasi Organisasi, Pemberdayaan Manusia, Manajemen Pengetahuan serta Aplikasi Teknologi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei dengan sampel sebanyak 306 responden yang diambil secara purposive dengan melihat tingkatan jabatan karyawan Bank ?ABC? yang berada di Learning Center dan Kantor Pusat Bank ?ABC? selama bulan Mei 2008. Dimana instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan Learning Organization Profile yang dikembangkan oleh Prof. Michael J. Marquardt dari Global learning Associates, Virginia, USA.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan Bank ?ABC? telah menerapkan 5 (lima) aspek yang saling terkait dalam Organisasi Pembelajar. Hal ini ditunjukkan dari penilaian yang baik pada aspek/subsistem Dinamika Pembelajar, Aplikasi Teknologi,Transformasi Organisasi, Pemberdayaan Manusia, dan Pengelolaan Pengetahuan. Secara berturut skor yang diperoleh adalah sebagai berikut: Skor untuk Dinamika Pembelajaran 25,34, Transformasi Organisasi 29,97, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia 26,70, Manajemen Pengetahuan 26,33 dan Aplikasi Teknologi 25,12 skor yang diperoleh Bank ?ABC? terhadap penerapan 5 (lima) subsistem diatas tergolong diatas rata-rata.

In the last decades, technology information had grown a new economic era, were management information and the search of knowledge had been the main productivity. International business had the ability to adapt to its fast changing environment it is critical and in order to survive every organization need to become a learning organization. Banking industry in Indonesia had no different, and strife to become major player in the regional business. Bank ?ABC?, one of the important banking institutions in the country, is also encountering such challenges to adapt to the global business environment and to become an effective learning organization.
The main purpose of this research is to describe and analyzed the benefit and the implementation of learning organization profile in Bank ?ABC? which is built from 5 subsystems that are linked one another. The 5 subsystems are: Learning Dynamics, Organization Transformation, People Empowerment, Knowledge Management and Technology Application, at several level of employee (middle officer, junior officer and clerk). This research utilizes survey method of Learning global learning Associates, Virginia, USA. The instrument consists of 5 mentioned-subsystems where each of the subsystem consists of 10 statements. The means score from each of research variables are calculated and compared. This research uses 306 respondents from Bank ABC Learning Center and Headquarter; all respondents were requested to give their perception and feedback of 5 sub systems that has been implemented by Bank ?ABC?. Each statement was rated by scale has a score from 1-4, designed by Marquardt.
The research result shows ?good? score in all aspects of subsystems, and the result that Bank ?ABC? scored above in average are ?good?. Such results indicates that Bank ?ABC? has already been implemented the five above-mentioned subsystem in the organization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24461
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Restuarti
"Sukses atas tidaknya sebuah organisasi ditentukan oleh tingkat kepuasan karyawan yang menjadi salah satu indikator penting dalam organisasi. Bahkan terbukti bahwa tingkat kepuasan karyawan di dalam organisasi dapat mempengaruhi manajemen organisasi hingga perputaran ekonomi suatu organisasi. Maka dari itu, peran komunikasi terutama komunikasi internal atau komunikasi di dalam organisasi menjadi sangat penting dalam meraih tujuan akhir baik itu individu ataupun organisasi. Jika komunikasi berjalan dengan lancar, hal ini dapat membantu organisasi untuk mengurangi atau bahkan menghindari berbagai masalah seperti kesalahpahaman, tingkat stress, putus asa, hingga keterbatasan organisasi untuk berkembang. Dengan audit komunikasi, seberapa bagus manajemen komunikasi dapat dilihat dan diukur agar bisa lebih baik ke depannya.
Dalam karya ilmiah ini, penulis akan memberikan gambaran lebih lanjut bagaimana audit komunikasi berperan penting untuk meningkatkan tingkat kepuasan karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi. Ditambah dengan kajian pustaka dan studi kasus dalam karya ilmiah ini yang akan membantu memberikan gambaran lebih lanjut.

Keeping employee to be satisfied with their careers and other things related to their career has become a priority for every organisation and thus becomes one of their successfulness indicator. It has become a proven fact that employee satisfaction can affect management practices to even economic turnover in companies. Therefore, communication between employees or known as internal communication, communication that occurs within the organisation, becomes prominent in organisations in order to reach both of the individual and organisational goals. This helps organisation to reduce or avoid problems such as lack of understanding, stress level, discouragements, lack of recognition, or even limited opportunity for companies to grow. A measurement of how good a communication flow in an organisation thus can be evaluated through communication audit.
This paper will provide a further discussion on how communication audit can plays a significant role to increase level of employee?s satisfaction thoroughly. Through literature review and case studies provided in this paper will give an overview of both communication audit and employee satisfaction in an organisation."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Nurasih
"Dalam menghadapi era globalisasi, dimana perubahan yang terjadi sangat cepat menuntut organisasi untuk segera beradaptasi agar tetap bertahan. Organisasi menciptakan inovasi-inovasi baru guna memberikan nilai tambah. Inovasi yang diciptakan akan sangat menentukan posisi perusahaan di tengah pasar. Inovasi merupakan wujud dari hasil belajar (learning) yang terus menerus dilakukan oleh organisasi, dimana adanya keinginan yang kuat dari setiap anggota organisasi untuk selalu meningkatkan kapasitasnya melalui pembelajaran. Dengan demikian organisasi yang ingin unggul dalam suatu persaingan harus melakukan transformasi terus menerus ke dalam organisasi pembelajar (learning organization).
BNI sebagai bank yang telah berumur lebih dari setengah abad dituntut menjadi organisasi pembelajar. Menjadi suatu organisasi pembelajar bukanlah suatu hal yang mudah, untuk itu diperlukan partisipasi dari seluruh elemen organisasi terutama dari unsur pimpinan. Pemimpin sebagai role model dan change agent memiliki peranan yang penting guna mendukung proses pembelajaran yang ada. Dalam organisasi yang dinamis diperlukan pemimpin yang mempunyai wawasan yang luas dan cepat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Pemimpin harus mempunyai komitmen terhadap pembelajaran dan dapat memotivasi bawahannya untuk terus menerus belajar.
Penelitian ini mencoba menganalisis penerapan learning organization di Bank BNI, melalui tingkat persepsi karyawan pada tingkat pimpinan pada Divisi Operasional terhadap 5 subsistem pembelajaran, yaitu Dinamika Pembelajaran, Transformasi Organisasi, Pemberdayaan Manusia, Pengelolaan Pengetahuan, serta Aplikasi Teknologi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah learning organization profile yang dikembangkan oleh Prof. Michael. J. Marquardt. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel sejumlah 68 responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BNI tergolong baik dalam penerapan learning organization. Hal ini ditunjukkan dengan skor masing-masing sub sistem, dimana skor sub sistem dinamika pembelajaran 25,69; Transformasi Organisasi 26,91; Pemberdayaan Manusia 24,35; Pengelolaan Pengetahuan 24,97; dan Aplikasi Teknologi 30,50. Rata-rata dari total skor learning organization di BNI sebesar 26,47 dan skor ini tergolong di atas rata-rata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BNI telah mengerti dan memahami pentingnya menjadi organisasi pembelajar.

In facing the globalization era where changes happen in a very fast pace, every organization is forced to adapt as quickly as possible in order to survive. Many organizations create new innovations to give additional value to their products. Those innovations are very important to set the company?s position in the global market. Innovation comes from the continuous learning process done by the organization, which needs to be supported by the strong will from every member of the organization to upgrade their capacity through learning. It means that in order for an organization to lead the competition that organization needs to continuously transform itself into a "learning organization".
BNI as a bank which has more than half a century experience is also forced to transform into learning organization. Becoming a learning organization is not easy task, for which it is important to have participation from every member of the organization, particularly from the top level managements or leaders. A leaders as a role model and change agent has an important role in supporting the learning process. In a dynamic organization, it is needed to have a leader who has a wide perspective and is able to quickly respond and adapt to the changes in the organization environment. A leader has to have a commitment to the learning process and needs to be able to motivate their subordinates to continuously learning.
This research will try to analyze the implementation of learning organization in BNI Bank, by identifying the level of perception of the leader-level employees of BNI at the Operational Division to the five learning sub-systems, which are Learning Dynamics, Organization Transform, Human Empowering, Knowledge Management and Technology Application. Instrument which is used in this research is the learning organization profile developed by Prof. Michael J. Marquardt. The method used in this research is descriptive by taking samples from 68 respondents.
The result shows that BNI can be categorized ?good? in implementing learning organization. This is shown by the high scores recorded for each of the sub-system, which are as follows : Learning Dynamics 25.69, Organization Transform 26.91, Human Empowering 24.35, Knowledge Management 24.97, and Technology Application 30.50. The average score of learning organization in BNI is then calculated and found to be 26.47, which is above the average. These results show that BNI has understood and comprehend the importance of becoming a learning organization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24450
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>