Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayati Rahmah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T38320
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sari Dewi
"Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Munculnya masalah underachievement dalam lingkungan pendidikan jelas menjadi momok dan penghambat pencapaian tujuan pendidikan. Selain itu masalah underachievemenr sering membuat guru dan orang tua merasa kesal karena merasa usaha yang telah dilakukan untuk mengajar siswa menjadi sia-sia. Masalah underachrevement menlgikan siswa itu sendiri dan juga orang-orang di sekitarnya. Untuk itu usaha penanganan dengan segera terhadap masalah underachfevement dirasakan penting. Program penanganan underachievement ini sacara khusus ditujukan untuk remaja yang duduk di sekolah menengah pertama.
Pada usia remaja, munculnya masalah underachievemenr diperkuat oleh pengaruh teman sebaya (Rimm,l986). Keinginan remaja untuk dapat diterima dalam kelompok terkadang membuat remaja ikut menyesuaikan din dengan kebiasaan bennain dan standar prestasi dalam kelompoknya (Wisely, 2004; Compton, dalam Baker, Bridger & Evans, 1998). Selain itu perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa ka.na.k-kanak menuju dewasa membuat remaja membutuhkan penyesuaian-penyesuaian baru_ dalam berbagai aspek perkembangannya Kehidupan remaja yang penuh gejolak ini juga ikut mempengaruhi kinerja akademik remaja (Fuhrmann, 1986). ltu sebabnya masalah kegagalan prestasi termasuk didalamnya masalah underachievement sexing terjadi pada remaja.
Sekolah berperan panting dalam usaha penanganan masalah underachievement agar masalah tersebut tidak berkepanjangan di kemudian hari. Salah satu unsur di sekolah yang bertugas memberi pelayanan untuk membantu menangani berbagai masalah pada siswa adalah Bimbingan dan Konseling (BK). Salah satu pelayanan BK adalah bimbingan kelompok. Bentuk bimbingan kelompok memiliki kelebihan karena dapat memanfaatkan pengaruh teman sebaya untuk mengubah perilaku.
Program yang disusun ini merupakan Salah sam usaha untuk penanganan masalah underachiefvement di sekolah menengah pertama. Program ini mengacu pada model rryocal dari Rimm (1986-1997) menujukkan keberhasilannya menggunakan model trgfocal untuk mengubah perilaku undrachfvemenr menjadi achfevemenf pada siswa. Berbeda dengan Rimm (l986;1997) yang pendekatannya cenderung individual, pada program ini disusun untuk penanganan dalam bentuk kelompok. Pelaksanaannya nanti dilakukan oleh gum pembimbing atau konselor di BK dan berbentuk bimbingan kelompok. Bentuk bimbingan kelompok lebih efektif dignnakan pada remaja karena teman dalam kelompok dapat menjadi social reinforcement yang mampu mendukung perubahan perilaku pada remaja (Azaroff & Mayer, 1977).
Secara umum tujuan program ini adalah untuk memperlemah perilaku zmdearachievement pada siswa sekolah menengah pertama. Program yang disusun ini hanya mengambil sebagian dari tahapan yang ada pada model frybcal, yailu langkah mengubah harapan, proses identiiikasi dan memperbaikikekurangan (kontrol-diri). Selain itu faktor yang akan diubah pada program ini adalah faktor individual yang yang terdapat dalam diri zmderachfever. Secara umum metode yang digunakan dalam program i11i behavioral intervention.
Tujuan yang ingin dicapai pada langkah mengubah harapan adalah agar peserta dapat membuat target pencapaian prestasi baru. Adapun bentuk intervensi yang digunakan adalah goal-sewing. Sedangkan tujnan pada langkah proses identifikasi adalah agar peserta dapat meniru perilaku yang berorientasi prestasi yang ditunjukkan model. Bentuk intervensi yang digunakan pada langkah ini adalah social modeling. Tujuan pada langkah rnernperbaiki kekurangan adalah meningkatkan kemampuan kontrol diri pada peserta. Dengan adanya program bimbingan kelompok untuk penanganan underachfevemenr ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan sekaligus dimanfaatkan oleh pihak sekolah atau pihak lainnya yang terkait dalam usaha menangani masalah underachievement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carla Adi Pramono
"ABSTRAK
Siswa underachiever adalah siswa yang sebenarnya memiliki potensi
kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata bahkan cerdas, tetapi memiliki
prestasi yang rendah. Salah satu tipe siswa underachiever adalah coasting
underachiever, tipe yang paling umum dialami siswa. Karakteristik khas dari
mereka adalah perilaku prokrastinasi yang ekstreem. Penelitian ini bertujuan
untuk membuktikan apakah pemberian program penetapan tujuan dan
perencanaan strategi belajar efektif untuk meningkatkan keterampilan penetapan
tujuan dan perencanaan strategi belajar pada siswa coasting underachiever.
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa coasting underachiever berusia
13 tahun 4 bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa program berhasil menyentuh
aspek kognitif, tetapi belum menyentuh aspek afektif dan psikomotor. Subjek
menjadi tahu adanya kriteria dalam penetapan tujuan dan macam-macam strategi
belajar baru yang dapat dilakukannya. Perlunya waktu pemberian program yang
lebih panjang disarankan untuk mendorong perubahan dalam aspek afektif dan
psikomotor juga.

Abstract
Underachievers are students who actually have the potential of intelligence
that are on the average level of even intelligent, but have low achievement.
Coasting underachievers are the most common types of underachievers. These
individuals are easily identified by their extreme procrastination. This study aims
to prove whether the goal-setting and learning strategic planning program is
effective to enhance coasting underachiever goal-setting and learning strategic
planning skill. Subject in this study is a coasting underachiever aged 13 years 4
months. The result shows that the program succeeded to touch the cognitive
aspect, failed to touch the affective and psychomotor aspects. The subject came to
know the criteria in goal-setting and a variety of new learning strategies that can
be done. The need for the provision of a longer program is recommended to
encourage changes in affective and psychomotor aspects as well."
2012
T31195
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Widiastiti Giri
"ABSTRAK
Siswa dengan underachievement pada pelajaran Matematika menunjukkan adanya prestasi yang lebih rendah dari potensi yang sesungguhnya dimiliki. Kesenjangan antara prestasi dan potensi siswa ini disebabkan oleh rendahnya regulasi diri dalam belajar Matematika. Penerapan Self Regulation Empowerment Program SREP merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan regulasi diri dalam belajar yang diberikan secara individual. Penelitian yang berdesain single subject experimental study ini bertujuan untuk menguji efektivitas SREP dalam meningkatkan regulasi diri dalam belajar sekaligus prestasi Matematika pada siswa dengan underachievement di SMP. Data diperoleh melalui alat ukur Motivated Strategies and Learning Questionnaire MSLQ , Self Regulated Learning SRL Microanalysis, dan tes prestasi Matematika. Melalui pengujian statistik yaitu reliability change index RCI disertai dengan analisis kualitatif, diketahui bahwa SREP dapat memberikan peningkatan signifikan pada regulasi diri dalam belajar RCI = 3.07, p 6 menurut Perels, Dignath, Smith, 2009 pada siswa dengan underachievement pada siswa SMP. Ketika dilakukan follow up, siswa menggunakan aplikasi dari tahapan regulasi diri dalam belajar tidak hanya di pelajaran Matematika, tetapi juga pelajaran lainnya seperti IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

ABSTRACT
Students with underachievement in Mathematics had actual achievement that falls below their potential achievement. This kind of discrepancy could be caused by their self regulated learning. Self Regulation Empowerment Program SREP intervention was an alternative way to enhance self regulated learning. This single subject experimental study aimed to determine the effectiveness of SREP in enhancing both self regulated learning and Mathematics achievement for student with underachievement in middle school. The data was collected by using Motivated Strategies and Learning Questionnaire MSLQ , Self Regulated Learning SRL Microanalysis, and Mathematics achievement test and analyzed by using reliability change index RCI and qualitative method of analysis. The result showed that SREP was able to enhance self regulated learning significantly RCI 3.07, p 6 based on Perels, Dignath, Smith, 2009 for students who have underachievement in middle school. Follow up data showed that students also has applied stages of self regulated learning not only in Mathematics but also in other school subjects such as science, social science, Bahasa, and English."
2016
T47339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Tri Wardhani
"ABSTRAK
Program yang disusun dalam tulisan ini bertujuan membantu F, seorang siswa
kelas 6 SD yang menunjukkan gejala underachiever di sekolah untuk meningkatkan
performa akademisnya terutama dalam menghadapi U AS BN (Ujian Akhir Sekolah
Berstandar Nasional). Berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh Zimmerman,
Bonner & Kovach (1996), program ini menerapkan empat proses dalam Self
Regulcited Learning (SRL) , yaitu Evaluasi Diri dan Pengawasan, Perencanaan Target
dan Strategi, Penerapan Strategi dan Pengawasan serta Evaluasi Penerapan Strategi
untuk Meningkatkan Keterampilan Membuat Perencanaan Belajar dan Pengaturan
Waktu.
Konsep SRL dipilih karena dapat mendorong siswa untuk secara aktif
mengatur kognisi, motivasi dan perilaku mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang
mereka inginkan dan berprestasi dengan lebih baik (Schunk & Zimmerman, 1998).
Dengan demikian, kemampuan SRL merupakan hal yang penting bagi siswa
underachiever dalam peningkatan prestasi akademis siswa karena SRL
memungkinkan siswa untuk melihat proses belajar sebagai suatu tantangan, berusaha
untuk memahami dan mempraktekkan apa yang mereka pelajari serta mampu
menampilkan usaha yang lebih baik untuk mencapai prestasi yang optimal (Perry
et.al, 2006).
Secara umum, program ini berjalan dengan lancar dan membantu F untuk
membuat target belajar yang realistis serta menumbuhkan inisiatif belajarnya secara
mandiri untuk menghadapi UAS BN. Meskipun demikian, kemampuan pengaturan
waktu yang baik belum dapat terbentuk dalam diri F mengingat terbatasnya waktu
pelaksanaan program menjelang UAS BN. Saran penting yang diajukan sebagai
evaluasi dari pelaksanaan program adalah pemantauan lebih lanjut yang dapat
dilakukan orang tua terhadap kebiasaan belajar F di tingkat SMP.

ABSTRACT
An intervention program is designed to help F, a sixth grader who shows
underachievement symptomps at school, in order to improve his academic
performance in facing final exams given by his shool. This program uses Self
Regulated Learning (SRL) process based on the principal of Zimmerman, Bonner &
Kovach (1996). SRL consists of four processes namely Self Evaluation and
Monitoring, Goal Setting and Strategic Planning, Strategy Implementation and
Monitoring and Strategic Outcome Monitoring to Increasing Planning in Learning and
Time Management Skill.
SRL has been chosen for the intervention because it can motivate students to
actively regulate their cognition and behavior to achieve their goals and gain better
achievements (Schunk and Zimmerman, 1998). Therefore, students’ ability to regulate
themselves is important for underachiever students in increasing academic
achievements because SRL help students to look at learning process as a challenge,
try to understand and apply what they have studied and to show better effort in
gaining fully optimized achievement (Perry et. al, 2006).
In general, this program has been successfully implemented and helped F in
making realistic study goals and built his initiative to study independently in facing
the final examination. On the other hand, F has not master good time management
skill because the lack of time in implementing the intervention program. In the future,
it is suggested that parents monitor F’s study habits in the secondary school."
2008
T37937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Setianingsih
"Siswa atlet adalah salah satu kelompok siswa yang sering kali mengalami underachievement, meskipun siswa atlet tersebut termasuk siswa berbakat intelektual gifted. Underachievement ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan regulasi diri dalam belajar. Intervensi Self Regulation Empowerment Program SREP terbukti dapat meningkatkan regulasi diri dalam belajar dan prestasi akademik melalui penelitian Cleary Zimmerman 2004, Cleary, Platten Nelson 2008, Cleary Platten 2013 dan Giri 2016. Pada penelitian berdesain single subject experimental study ini, peneliti ingin melihat pengaruh SREP dalam meningkatkan regulasi diri dalam belajar dan prestasi akademik siswa atlet SMA dengan gifted underachievement. Data diperoleh dari pengukuran Motivated Strategies and Learning Questionnaire MSLQ, Self-Regulation Strategies Inventory SRSI Parent and Teacher Rating, dan nilai pada mata pelajaran PKN, Matematika, serta Sosiologi. Melalui pengujian statistik reliability change index RCI disertai dengan analisis kualitatif, diketahui bahwa SREP dapat memberikan peningkatan signifikan pada regulasi diri dalam belajar RCI = 3.58, p

Student athletes are one of the group of students who often experience underachievement, even though the athlete 39 s students are intellectually gifted. This underachievement is due to the low self regulation ability in learning. The Self Regulation Empowerment Program SREP interventions proved to improve self regulation in learning and academic achievement through study from Cleary Zimmerman 2004, Cleary, Platten Nelson 2008, Cleary Platten 2013 and Giri 2016. In the study of single subject experimental study design, the researcher wanted to see the influence of SREP in improving self regulation in learning and academic achievement of high school athlete with gifted underachievement. Data were obtained from measurement of Motivated Strategies and Learning Questionnaire MSLQ, Parent and Teacher Rating Self Regulation Strategies Inventory SRSI, and grades on PKN, Mathematics, and Sociology subjects. By testing the reliability change index RCI statistics along with qualitative analysis, it is known that SREP can provide significant improvement in self regulation in learning RCI 3.58, p "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48201
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mehrunnisah Kasim
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1998
S26946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Dianisa Gyanina
"ABSTRAK
Underachievement merupakan kondisi yang muncul sebagai salah satu masalah yang dialami oleh anak usia sekolah. Rendahnya keterampilan regulasi diri dalam belajar siswa juga terbukti memiliki asosiasi dengan kondisi underachievement pada siswa berusia muda serta remaja. Namun, masih diperlukan banyak data yang menggambarkan kondisi underachievement pada siswa berusia muda atau Sekolah Dasar Bondurant, 2010 . Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program intervensi yang menerapkan strategi self-instruction dalam mengembangkan keterampilan regulasi diri dalam belajar pada subjek berusia 10 tahun dan duduk di kelas V Sekolah Dasar yang mengalami underachievement. Program intervensi yang diberikan menerapkan prinsip-prinsip self-instruction di dalam mengembangkan keterampilan regulasi diri dalam belajar secara umum, serta keterampilan belajar yang mencakup keterampilan dalam melakukan perencanaan dan pengaturan waktu belajar, memahami serta meringkas bacaan secara khusus. Program ini berhasil memberikan pengetahuan baru mengenai esensi dari belajar serta pentingnya melakukan perencanaan, penetapan sasaran belajar, penggunaan strategi belajar dalam memahami dan meringkas, serta kemandirian di dalam proses belajar.

ABSTRACT
Underachievement is a condition which occurs as one of the problems of school aged children. Deficits in self regulated learning skill were also proved to be associated with underachievement in young children and adolescents, but there has been a lack of data to explain this condition of underachievement in young children or elementary students Bondurant, 2010 . This study examined the effectiveness of self instruction strategy to increase self regulated learning skill in 10 years old or 5th grade elementary student with underachievement. An intervention program was given while applying the principles of self instruction aiming to develop self regulated learning skill generally, and learning skills including planning and setting study hours, understanding and summarizing a passage specifically. The program succeeded in providing new knowledge on the essence of learning as well as the importance of planning, setting learning goals, using learning strategies in understanding and summarizing passages, also independence in learning process."
2016
T46860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swatika Wulan Pahlevi
"ABSTRAK
Borderline Intellectual Functioning adalah suatu kondisi taraf kecerdasan
individu dengan skor IQ berkisar antara 71 sampai 84, suatu tingkat yang berada
di bawah rata-rata normal, namun tidak termasuk sebagai keterbelakangan mental
(Sattler, 1987). Anak-anak pada taraf kecerdasan ini seringkali kurang
mendapatkan perhatian di dalam dunia pendidikan. Padahal anak-anak ini
memiliki banyak keterbatasan walaupun biasanya tidak tertampil secara nyata
seperti anak-anak dari golongan kecerdasan lain (retardasi mental). Shaw (2006)
menjelaskan bahwa individu dengan borderline intellectual functioning dapat
dimaksimalkan dengan cara meningkatkan waktu belajar yang lebih lama,
meningkatkan kemampuan self-instruction, pengajaran secara khusus dari guru,
serta pemberian instruksi secara khusus. Selain itu, kebiasaan belajar yang buruk
juga dapat menyebabkan kegagalan atau prestasi yang rendah di sekolah (Schaefer
& Millman, 1987). Oleh karena itu, intervensi harus dilakukan pada anak-anak ini.
Dengan adanya intervensi bagi anak-anak borderline maka diharapkan resiko
kegagalan di sekolah dapat diminimalkan. Salah satu intervensi yang bisa
dilakukan berupa bimbingan untuk mengembangkan kebiasaan belajar (Ninivaggi,
2001).
Perilaku belajar yang buruk bisa terjadi baik pada siswa dengan
kecerdfl-san rata-rata mupun di bawah rata-rata. Namun demikian, memang ada
kecenderungan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata (borderline) biasanya kurang dapat melakukan perencanaan. Selain itu, mereka
tidak mengetahui bagaimana caranya belajar (Bocsa, 2003) sehingga pada
akhirnya hal ini akan berimbas pada kemampuan untuk merencanakan kegiatan
belajar dan mengerjakan tugas.
Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah modifikasi
perilaku dengan menggunakan positif reinforeement dengan token ekonomi dan
fading untuk membantu subyek memulai belajar.
Subyek penelitian ini duduk di kelas VI sekolah dasar, akan mengikuti
ujian akhir sekolah dan berencana melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP. Subyek
berjenis kelamin perempuan berusia 12 tahun. Saat ini subyek belum memiliki
kebiasaan belajar yang teratur setiap harinya yang dapat mendukung subyek baik
saat ujian sekolah maupun untuk proses belajar di jenjang selanjutnya. Selain itu,
keluarga subyek juga tidak dapat menyediakan model yang dapat dijadikan
panutan bagi subyek untuk dapat belajar dengan teratur. Subyek belajar hanya jika
akan ulangan atau ada PR.
Berdasarkan intervensi yang dilakukan sebanyak 12 kali, didapatkan
kesimpulan bahwa program intervensi pembiasaan belajar terhadap anak
borderline ini dapat dikatakan berhasil. Subyek mulai terbiasa untuk belajar
dengan teratur dengan durasi waktu tertentu serta pada waktu-waktu tertentu
setiap harinya. Selain itu, durasi belajar subyek juga meningkat selama program
intervensi berlangsung. Sebagai tambahan, subyek mulai menguasai beberapa
materi pelajaran matematika seperti perkalian dan pembagian di bawah angka 10
serta konsep bilangan positif negatif dan pecahan yang sebelumnya belum ia
kuasai. Namun demikian sesuai dengan karakteristik anak borderline, subyek
membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat memahami
materi-materi tersebut."
2007
T38136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanindya Restiningtyas
"Tesis ini mengenai program intervensi individual pengenalan dan pengetahuan diri untuk meningkatkan konsep diri pada siswa tunadaksa underachievement. Menurut Jersild, Telford, dan Sawrey (1978) jika seorang anak memiliki pandangan yang negatif terhadap dirinya, hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan atau gangguan fisik. Butler-Por, McCall, Evahn, dan Kratzer (dalam Adams, 1997) juga memperkuat bahwa salah satu karakteristik kepribadian siswa underachiever adalah rendahnya konsep diri. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi siswa underachiever adalah meningkatkan konsep diri (Coyle, 2000, dalam Trevallion, 2008). Konsep diri yang positif dapat dimiliki oleh remaja yang mampu menerima kemampuan dan keterbatasannya. Dengan menggunakan single-case study design ABA, penelitian ini melibatkan seorang partisipan remaja lakilaki, B, yang mengalami tunadaksa dan berprestasi kurang baik di sekolah. B belum memiliki gambaran yang positif tentang dirinya. B mengikuti 8 sesi pertemuan intervensi yang terdiri dari kegiatan pengenalan dan pengetahuan diri. Proses pengenalan dan pengetahuan diri dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip dalam teori manajemen perubahan Lewin dimana seseorang harus melalui tahap freezing/unfreezing untuk melakukan perubahan. Kegiatan intevensi ini meliputi kegiatan menceritakan pengalaman-pengalaman positif, diskusi, permainan, serta studi kasus. Berdasarkan hasil skala konsep diri dan deskripsi diri, penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan konsep diri menjadi lebih positif. Beberapa saran diberikan untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang diperoleh lebih efektif.

This thesis discusses about individual intervention?s program of self-awareness and selfknowledge for enhancing self-concept in physical impairment underachievement?s student. According to Jersild, Telford, and Sawrey (1978) a child with a negative view of him, is affected by his disability or physical impairment. Butler-Por, McCall, Evahn, and Kratzer (in Adams, 1997) also confirms that one of the underachievers? personality characteristics is the low self-concept. One way to improve student achievement is enhancing his self-concept (Coyle, 2000, in Trevallion, 2008). Positive self-concept can be owned by a teenager who is capable of receiving capabilities and limitations. By using single-case ABA design study, the study participants involved a teenage boy, B, who suffered a physical impairment and perform less well in school. B does not have a positive image of himself. B follows the 8 session intervention consisting of activities and the introduction of self-knowledge. The process of self-awareness and self-knowledge is done by applying the principles of the Lewin change management theory in which a person must go through the stages of freezing / unfreezing for change. This intervention includes activities to tell the positive experiences, discussions, games, and case studies. Based on a scale of self concept and self-descriptions, this study proved effective for improving self-concept became more positive. Some suggestions are given for further research in order to obtain more effective results."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31832
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>