Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110391 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2008
615.321 IND a IV (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2007
615.321 IND a III (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011
615.321 IND a VI (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010
615.321 IND a V (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006
615.321 IND a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Hasiana
"Latar Belakang: Penggunaan jangka panjang steroid sebagai kontrol inflamasi pada uveitis non-infeksi dan idiopatik dapat menyebabkan efek samping, dan hal tersebut memicu kebutuhan untuk agen imunomodulator lainnya. Penggunaan herbal dan obat tradisional saat ini sedang meningkat. Beberapa herbal memiliki efek imunomodulator dan diduga memiliki peran dalam uveitis. Akan tetapi, bukti penggunaan herbal pada uveitis belum diketahui secara pasti.
Tujuan: Untuk meninjau bukti-bukti ilmiah mengenai efikasi, keamanan, dan mekanisme penggunaan herbal pada uveitis dan model uveitis.
Metode: Tinjauan sistematis berdasarkan panduan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analysis. Kata kunci uveitis dan herbal serta sinonim terkait digunakan pada database PubMed, CENTRAL, dan ScienceDirect. Penelitian herbal sebagai terapi ajuvan uveitis pada manusia dan penelitian herbal pada model uveitis dipilih. Penelitian kemudian ditelaah dan dinilai validitasnya.
Hasil: Dua uji klinis, satu laporan kasus, dan 32 penelitian hewan mengenai penggunaan herbal pada uveitis ditelaah secara kualitatif. Intervensi ekstrak Echinacea purpurae (pada uveitis anterior) dan kurkuma menghasilkan proporsi kasus inaktif yang tinggi: 85.70% dan 81.48%. Durasi bebas steroid pada kelompok ajuvan Echinacea lebih lama secara signifikan dibandingkan kelompok steroid saja (p<0.05). Intervensi herbal pada model uveitis mencakup 8 preparat herbal, 14 ekstrak herbal, dan 18 komponen herbal. Flare akuos dan skor klinis menurun secara signifikan. Penelitian yang didapat menunjukkan tak adanya efek samping atau kematian.
Kesimpulan: Echinacea dan kurkuma menunjukkan potensi yang baik, sementara Gardeniae fructus, Scutellariae radix, Berberis aristata, dan Yanyankang potensial untuk dilanjutkan menjadi penelitian klinis. Penelitian dengan level of evidence yang lebih tinggi dan risiko bias yang lebih rendah masih dibutuhkan. Data keamanan masih minimal. Mekanisme yang didapat dapat menjadi landasan untuk penelitian lanjutan.

Background: In non-infectious and idiopathic uveitis, long-term corticosteroid use can lead to undesirable side effects, and it warrants the need for other immunomodulatory agents. Use of herbal or traditional medicine is currently on rise. Some herbs displayed immunomodulatory features and are expected to have a role in managing uveitis. However, herbal roles in uveitis have not been established yet.
Objective: To review the human and animal evidence of herbal efficacy, safety, and mechanisms in uveitis.
Method: A systematic review was performed using standardised Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analysis guideline. Uveitis and herbal-related keywords were entered in PubMed, CENTRAL, and ScienceDirect databases to obtain evidences regarding herbal therapy in clinical (as adjuvant) and pre-clinical trials. The selected studies were reviewed, extracted, and assessed for their validities.
Result: Two clinical trials, one case report, and thirty-two animal studies were qualitatively reviewed. Echinacea purpurae extract (in anterior uveitis) and curcuma displayed high efficacy in inactive case proportion: 85.70% and 81.48%, respectively. Steroid-free duration in Echinacea adjuvant group was significantly longer than steroid group (p<0.05). Herbal intervention in experimental model consisted of eight herbal preparation, fourteen herbal extracts, and eighteen herbal components, with decreased aqueous flare measurement and clinical scoring, and no mortality. Review on animal models proposed an involvement of both innate and adaptive immunity in herbs mechanisms.
Conclusion: Echinacea and curcumin showed good potencies, while Gardeniae fructus, Scutellariae radix, Berberis aristata, and Yanyankang were potential to be continued as clinical trial. Studies with higher level of evidence and lower risk of bias are still needed. There were still lack of safety data. The proposed mechanisms were a good foundation to design further research.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Junaedi
"Pemakaian obat herbal dimasyarakat diiringi dengan berkembangnya industri obat tradisional. Khusus untuk Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) setiap tahun pertumbuhannya semakin meningkat. IKOT turut berkontribusi sebesar 20% dari omset nasional produk herbal. Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKOT adalah ketersediaan bahan baku dan kualitas produksi yang belum terstandar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan bahan baku untuk produk IKOT dan kontribusi dari kualitas produk IKOT terhadap pemakaian produk herbal masyarakat. Metode yang digunakan adalah survey dan wawancara kepada 4 IKOT di kota Depok dan responden yang menggunakan produk herbal sebanyak 84 orang. Berdasarkan analisa hasil penelitian diperoleh Y = 0,549 X atau pemakaian produk = 0,549 kualitas produk. Artinya apabila kualitas produk ditingkatkan satu kali maka pemakaian produk akan meningkat 1/0,549 atau sekitar dua kali. Kualitas produk berkaitan secara bermakna dengan kualitas bahan baku herbal. Kontinuitas produksi di IKOT tergantung pada bahan baku yang berasal dari bukan hasil budidaya. Kemitraan dengan petani penyedia bahan baku melalui pola penanaman sistem Good Agriculture Practice (GAP). Pembinaan petani diarahkan pada cara budidaya, pengelolaan panen dan pasca panen serta cara penyimpanan bahan baku yang sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dalam hal pengujian bahan baku herbal harus dilakukan oleh IKOT agar kualitas bahan terstandar.

The use of herbs remedies in industrial growth accompanied by traditional medicine. Specifically for Small traditional medicine Industry (IKOT) increasing its growth each year. IKOT contribute 20% of the national turnover of herbs products. The main problems faced by IKOT is the availability of raw materials and production quality that has not been standardized. This research aims to analyze the availability of raw materials for the product and IKOT contributions from IKOT product quality to the use of herbs products community. The method used was a survey and interviews to 4 IKOT in Depok and respondents who use herbs products as much as 84 people. Based on an analysis of the research results obtained Y = 0.549 X or product usage = 0.549 product quality. It means that, when the quality of products improved once and then use the product to rise 1/0.549 or about twice. The quality of the product concerned significantly to the quality of raw herbs. Continuity of production at IKOT depending on the raw material comes from is not the result of cultivation. Partnership with farmers providing raw materials through a system of planting pattern of Good Agriculture Practice (GAP). The construction of the farmers directed at how the cultivation, harvest and post harvest management and storage of the raw materials according to the way of making a good traditional medicine (CPOTB). Cooperation with the College in terms of raw herbs material testing must be carried out by the quality of the ingredients, standardized so that the IKOT."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
weiss, Rudolf Fritz
Stuttgart: Thieme, 2000
615.321 WEI h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Elsevier, 2005
615.321 RES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Wahyu Mulyani
"Usaha-usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum belum berhasil memberantas peredaran jamu berbahan Kimia Obat (BKO). Salah satu penyebabnya adalah penindakan yang bersifat reaktif sporadis, membuka kesempatan pelanggar hukum untuk beradaptasi dan terus berinovasi dalam melaksanakan modus operandinya demi menghindari tekanan dari penegak hukum. Untuk mengatasi hal ini diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ancaman peredaran jamu BKO sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan suatu sistem peringatan dini. Yaitu serangkaian teknologi, kebijakan dan prosedur yang disusun khusus untuk pemprediksi dan memitigasi dampak peredaran jamu BKO. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode collection and analysis dalam pengolahan data. Teknik triangulasi digunakan untuk memastikan validitas data baik primer maupun sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan komponen intelijen negara dan partisipasi aktif masyarakat menjadi hal yang mutlak dibutuhkan demi keberhasilan sistem peringatan dini atau early warning terkait peredaran jamu BKO. Badan intelijen negara selaku coordinator dari seluruh intelijen yang ada di instansi negara wajib menjalankan fungsi sebagai komite intelijen pusat (kominpus). Dalam satu system yang dibangun seharusnya Indonesia National Single Window (INSW) seharusnya didapat kerjasama kontrol antar lembaga yaitu BPOM, BIN, Bea dan Cukai, Kepolisian dan masyarakat. Early warning system menghadirkan 4 komponen utama sistem peringatan dini yaitu pengetahuan resiko, layanan pemantauan dan peringatan, diseminasi dan komunikasi serta kemampuan respons. Saran untuk melakukan pemberantasan dan pencegahan peredaran jamu BKO adalah melakukan studi untuk menilai potensi kerugian negara akibat peredaran BKO. Hasil studi tersebut dijadikan dasar untuk membangun kewaspadaan nasional dan ditindak lanjuti dengan penyusunan sistem peringatan dini yang melibatkan berbagai instansi terkait dan dukungan masyarakat.

Efforts by law enforcement officers have not succeeded in eradicating the circulation of medicinal chemicals-contained herbal medicine or also known as Jamu Berbahan Kimia Obat (BKO). One of the causes is sporadic reactive action, which gives opportunities for law offenders to adapt and continue to innovate in carrying out their operational mode to avoid pressure from law enforcement. In order to overcome this issue, national awareness as an early warning system regarding the threat of BKO herbal medicine distribution is required. Such early warning system comprises a series of technologies, policies and procedures devised specifically for predicting and mitigating the impact of BKO herbal medicine circulation. This research uses the qualitative approach with collection and analysis method in data processing. Triangulation techniques are used to ensure the validity of both primary and secondary data. The results showed that the involvement of state intelligence components and the active participation of the community becomes absolutely necessary for the success of early warning system or early warning related to the circulation of BKO herbal medicine. National Intelligence Agencies (BIN) as the coordinator of all intelligences in state institutions must perform the function as central intelligence committee (Kominpus). The one-stop integrated system namely Indonesia National Single Window (INSW) should maintain cooperation between institutions such as BPOM, BIN, Customs and Excise, Police and society. Early warning system presents 4 main components, such as risk knowledge, monitoring and warning service, dissemination and communication, as well as response capability. As a suggestion, in eradicating and preventing the circulation of BKO herbal medicine, a study to assess the potential loss of the state due to the circulation of BKO herbal medicine should be conducted. The results of these studies serve as a basis for building national awareness and are followed up by the preparation of an early warning system involving various relevant agencies and community support."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>