Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Indah Rachma Murti
"Kehidupan remaja itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari media massa. Kegiatan mereka adalah menonton televisi dan film, membaca majalah, mendengarkan musik dan radio, serta browsing internet. Remaja kini memang semakin mudah mengakses media massa. Namun, hanya sedikit remaja yang paham tentang betapa besar pengaruh apa yang mereka dengar, baca dan tonton. Mereka tidak percaya bila dikatakan bahwa media dapat mempengaruhi cara berfikir mereka hingga perilaku mereka, dan beberapa fakta menunjukkan bahwa remaja kerap dijadikan target utama media massa. Isi mediapun semakin beragam dan sayangnya pornografi kerap hadir dimasyarakat melalui media massa. Padahal remaja merupakan sosok yang paling rentan terkena bahaya pornografi setelah kelompok anak-anak Secara signifikan, pornografi mewabah dan melanda seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Adanya teknologi televisi, komputer, digital, handphone dan internet semakin mempercepat penyebaran informasi mengenai materi pornografi berkali-kali lipat dibandingkan media informasi lainnya. Meningkatnya kemudahan mengakses informasi dan banyaknya kesempatan mendapatkan berbagai peralatan serta waktu, memberi efek yang cukup mengkhawatirkan bagi anak muda jaman sekarang. Bicara masalah pornografi, berarti kita harus menyiapkan diri untuk mengetahui mulai dari efek kecanduan sampai efek pelampiasan hasrat seksual yang diakibatkan materi-materi pornografis. Itu berarti bicara pornografi tidak bisa lepas dari perilaku-perilaku seksual sampai kejahatan seksual. Jika kita terlibat dalam isu pornografi, maka kita akan melihat mata rantai dari perilaku seks bebas, aborsi, kehamilan remaja, perkosaan, berjangkitnya penyakit menular seksual,HIV/AIDS, perselingkuhan, dan narkoba dengan industri pornografi. Bisa dibayangkan bagaimana perilaku seksual remaja kita jika terus dihujani materi bermuatan pornografi melalui media, tentu remaja kita akan terpengaruh ke arah yang negative bahkan rawan untuk berperilaku menyimpang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey dengan rancangan cross sectional (potong lintang) dimana variabel independen dan variable dependen diambil secara bersamaan ketika penelitian dilaksanakan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara frekuensi pemaparan pornografi melalui media massa (media cetak dan media elektronik) dengan tingkat perilaku seksual pada siswa SMU Muhammadiyah 3 Jakarta Selatan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa proporsi paparan pornografi melalui media massa pada siswa SMU. Muhammadiyah 3 adalah hampir seluruh siswa pernah terpapar media pornografi, hanya ada dua orang siswa yang tidak pernah terpapar. Diketahui bahwa proporsi pemaparan atau keterpaparan siswa terhadap pornografi melalu media cetak,adalah 32,7% memiliki frekuensi terpapar tinggi dan 67,3% siswa termasuk ke dalam frekuensi terpapar rendah melalui media cetak. Sedangkan untuk proporsi pemaparan atau keterpaparan siswa terhadap pornografi melalu media elektronik adalah sebesar 50,7% siswa termasuk ke dalam frekuensi tinggi dan 49,3% termasuk kedalam frekuensi rendah. Diketahui bahwa proporsi tingkat perilaku seksual siswa SMU. Muhammadiyah 3 sebesar 30% termasuk ke dalam tingkat perilaku seksual berat dan 70% termasuk dalam perilaku seksual ringan.
Hipotesa dapat dibuktikan, karena ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, frekuensi paparan di media cetak dan media elektronik, frekuensi paparan melalui komik, frekuensi paparan melalui foto/gambar, frekuensi paparan melalui video/vcd/dvd, frekuensi paparan melalui internet, dan frekuensi paparan melalui handphone dengan tingkat perilaku siswa. Hipotesa tidak dapat dibuktikan karena tidak ada hubungan bermakna antara usia, paparan pornografi di media massa, frekuensi paparan melalui majalah, koran, tabloid, novel, televisi, radio, games PC, telfon seks dengan tingkat perilaku seksual siswa."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Remaja memiliki keinginan untuk tampil berbeda dari orang lain dan mereka juga berusaha untuk menampilkan diri mereka agar menarik perhatian masyarakat. Kebingungan yang diaIami oleh remaja dalam menentukan siapakah diri mereka inilah yang merupakan puncak terjadinya penyimpangan dalam kehidupan remaja. Salah satu bentuk penyimpangannya adalah dalam hal perilaku seksual mereka. Sementara terdapat fakta bahwa sebagian besar dart remaja itu tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan. Sehingga penelitian ini dibuat untuk melihat hubungan antara data demografi siswa SMU dengan tingkat pengetahuan seks, HIV/AIDS dan perilaku seksuaI mereka. Metode penelitian ini adalah analitik kategorik dengan menggunakan tehnik pengumpulan data random sampling. Tempat penelitian ini adalah SMU di Jakarta Utara dengan jumlah sampel 93 orang siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia responden dengan tingkat pengetahuan tentang seks, HIV/AIDS dan periIaku seksual remaja, tidak ada hubungan antara usia dengan perilaku seksual remaja, tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seksual remaja, tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan, tidak ada hubungan antara antara tingkat pendidikan orangtua dengan tingkat pengetahuan remaja, tidak ada hubungan antara status pacaran remaja dengan perilaku seksual rernaja, tidak ada hubungan antara lama berpacaran dengan perilaku seksual remaja. Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan bagi perawat komunitas untuk melakukan kerjasama lintas sektor dengan pihak sekolah untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS serta dampak perilaku seksual pada remaja.
Kata kunci : HIV/AIDS, pengetahuan seks, perilaku, remaja."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5310
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Etrawati
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara faktor psikososial dengan perilaku seksual berisiko pada siswa SMA/sederajat di Kabupaten Merauke (1364 responden). Hasil uji multivariabel menunjukkan perilaku seksual berisiko dipengaruhi oleh perilaku negatif peer group, self efficacy, kontrol orang tua dan keterpaparan program DAKU! sedangkan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual berisiko adalah perilaku negatif peer group. Oleh karena itu, disarankan untuk mengaktifkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) guna memberikan keterampilan hidup (life skill), meningkatkan self efficacy remaja serta partisipasi aktif orang tua dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja sejak dini sebagai bentuk pengontrolan/langkah protektif terhadap perilaku seksual berisiko remaja.

The aim of this study is to prove the relationship between psychosocial determinant with sexual risk behavior among 1364 senior high school student in district of Merauke. The result of multivariable analysis indicated that sexual risk behavior was affected by negatif peer influence, self efficacy, parental controls and exposed by the DAKU! program then the most dominant factor affected to sexual risk behavior was negatif peer influence. Thus, it was suggested to activate UKBM in giving life skill, improving adolescent self efficacy and having parents participation in giving health reproductive information earlier to prevent sexual risk behavior among adolescent.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Junita Irianti
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Cross Sectional yang menganalisis lanjut data sekunder Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia tahun 2011. Lokasi penelitian di Kota Sorong dengan populasi penelitian seluruh siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong pada tahun 2011 dan menggunakan total sampel pada survei yang berjumlah 403 orang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku seksual berisiko remaja pada siswa SMA/Sederajat di Kota Sorong, Papua Barat tahun 2011dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 40% remaja siswa SMU/Sederajat di Kota Sorong, Papua Barat tahun 2011 yang melakukan perilaku seksual berisiko tinggi, dimana 16.6% telah melakukan hubungan seksual melalui vagina. Pada analisis bivariat diperoleh variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja di Kota Sorong tahun 2011 adalah jenis kelamin, umur dan konsumsi minumal beralkohol. Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja adalah konsumsi minuman beralkohol dengan OR 6.141 (95% CI : 3.396-11.105) setelah dikontrol oleh jenis kelamin.

This study is a descriptive analytic study used a quantitative approach with crosssectional design. The analysis was performed on the secondary data obtained from the National Survey of Developments Abuse and Illicit Drugs in Senior High School Students and College Students in Indonesia in 2011. Research location in Sorong in 2011 using total sample size amounting to 403 respondents senior high school/equivalent student. The purpose of the study is to get a description of adolescent sexual behavior at risk in Sorong, West Papua in 2011 and it's affecting factors.
The results showed that 40% of respondents have high-risk sexual behavior, where 16.6% vaginal intercourse. In bivariate analyzes, derived variables related to adolescent sexual behavior at risk in Sorong in 2011 are gender, age and alcohol consumption. The most dominant factor is the consumption of alcohol beverages with OR 6, 141 (95% CI: 3, 396-11, 105) after controlled by gender.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warjidin Aliyanto
"Remaja merupakan kelompok penduduk yang .cukup besar, secara global sekitar seperempat penduduk dunia adalah remaja Di Indonesia jumlah remaja sekitar (22,2 %), sehingga remaja merupakan suatu potensi namun dapat memberikan dampak yang kurang baik apabila tidak mendapatkan perhatian yang memadai.
Sejalan dengan perkembangan teknologi global semakin mudah bagi remaja untuk mengakses berbagai informasi yang dapat memancing remaja untuk mengadopsi kebiasaan- kebiasan yang tidak sehat sehingga pada akhirnya secara kumulatif akan mengantarkan mereka pada perilaku seksual berisiko seperti hubungan seks sebelum menikah, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, serta peningkatan kejadian penyakit menular seksual. Kondisi ini ada kaitan dengan kurang memadainya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
Penelitian ini adalah non eksperimental (observasionalj yang berupa studi komparasi dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah remaja SMU dan SMK kelas II di wilayah Kota Bandar Lampung tahun 2003, teknik pengambilan sampel adalah proportional stratified random sampling. Adapun jumlah sampel yang diteliti adalah 380 responden (237 responden SMU dan 143 SMK). Data dikumpulkan secara langsung dengan menggunakan kuesioner. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran tentang pengetahuan kesehatan reproduksi remaja serta perbedaan antara remaja SMU dan SMK kelas II. Secara umum diperoleh hasil bahwa (52,7%) responden SMU dan (41,3%) responden SMK yang tahu tentang kesehatan reproduksi remaja. Hasil uji statistik dengan chi square ternyata ada perbedaan aspek pengetahuan kesehatan reproduksi antara kedua kelompok ini (p < 0,05 dan OR antara 1,59 - 2,06). Kemudian ditemukan juga bahwa ada perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi antara responden SMU dan SMK (p < 0,05 dan OR: 1,59), SMU Negeri dan Swasta (p < 0,05 dan OR : 3,47), namun tidak ada perbedaan antara responden SMK Teknik dengan Bisnis Manajemen (p > 0,05 dan OR antara 0,58- 2,29).
Sumber informasi utama diperoleh dari guru, media cetak, media elektronik, serta dari orang tua, dan teman. Hasil uji statistik dengan chi square ternyata ada perbedaan antara sumber informasi utama dengan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja SMU dan SMK kelas II (p < 0,05), kecuali untuk sumber informasi utama dengan pengetahuan tentang kehamilan dan risiko kehamilan remaja (p > 0,05).
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa ada perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja SMU dan SMK, kemudian dari empat sekolah yang diteliti ternyata pengetahuan kesehatan reproduksi responden SMU Swasta, SMK Teknik dan Bisnis Manajemen belum memadai, sehingga disarankan kepada semua pihak yang terkait untuk berupaya meningkatkan pengetahuan remaja dengan cara-cara antara lain seperti mengoptimalkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional termasuk kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi remaja, bekerjasama dengan LSM dan Institusi kesehatan, mengintegrasikan materi tersebut dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, serta melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

Comparing Reproductive Health Knowledge between Second Grade Adolescence of Senior High School and Vocational Senior High School In Bandar Lampung City Year of 2003Adolescence is group of age which has big population in the world; globally about a quarter of whole world population is adolescence. In Indonesia, population of adolescence is about 22, 2%, so they should have more attention, because their future would give adverse impact or problem if they grow not in the right way.
As global technology develop, adolescence could receive any information in easy way, but these information also make adolescence adopt unhealthy habits such as, these could be quickening them into risky sexual behavior like pre-marital sex, unwanted pregnancy, abortion, and sexually transmitted disease. This condition related to less knowledge about reproductive health in adolescence.
This study is observational or non experimental which comparing by cross sectional design. Population of this study is student of high school at second grade in Bandar Lampung city in the year of 2003. Sampling technique using proportional stratified random sampling. Study sample are 380 respondents (237 respondents from public senior high school (SMU) and 143 from vocational senior high school (SMK). Data collected using questionnaire. The objective of this study is to find out description of reproductive health knowledge among second grade adolescence of Senior High School (SMU) and Vocational Senior High School (SMK) and comparing their knowledge.
The results of this study is (52,7%) respondents from SMU and (41,3%) SMK have knowledge about reproductive health in adolescence. From statistical test using chi-square there is a difference about knowledge aspect of reproductive health between this groups (p < 0, 05 and OR between 1,59-2,06). Then there is a difference about knowledge of reproductive health between SMU and SMK (p >0,05 and OR 1,59) and between public school and private school (p<0,05 and OR 3,47) , but there is no difference between SMK respondent majoring in Technical with Business Management (p>0,05 and OR between 0,59-2,29).
Major source of information are from teacher, printed media, electronic media, parents, and friends. Result of statistical analysis by chi-square have found there is a difference of source of information with knowledge of reproductive health between SMU and SMK (p<0,05), except for major source of information with pregnancy and risk of pregnancy (p>0,05).
This study has conclude that there are differences knowledge about reproductive health between students of SMU and SMK, from four school which have been studied, knowledge of private high school and SMK majoring in technical and Business Management is below standard, so we recommend to all linked authorities to improve the knowledge by any means, such as optimizing Department of National Education policies in regards including education activities in health reproductive in adolescence by cooperation with non government organization and health institutions, integrating this material to school curriculum, also carrying out researches about this issue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusni Elvira
"Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (Napza) merupakan sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi). Penyalahgunaan Napza tidak hanya beraldbat buruk terhadap fisik, tetapi juga mental, perilaku dan ekonomi masyarakat. Target utama penyalahgunaan Napza adalah remaja, hal ini disebabkan karena remagia merupakan fase yang sangat rawan dengan kondisi kepribadian yang masih Sangat labil dan mudah terpengaruh lingkungan dan dalam banyak hal mereka biasa memuaskan keingintahuannya dengan coba-coba, termasuk Napza.
Pcnelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan siswa tcrhadap pcnyalahglmaan Napza serta hubunganya dengan faktor sosio-psiko demografi (jenis kelamin, tingkat pengetahuan, konsep diri dan dukungan teman sebaya), faktor persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat dan rintangan) serta faktor dukungan (dari keluarga, sekolah dan media massa). Metode pcnelitian yang digunakan adalah observasional melalui pendekatan kuantitatif dengan disain potong lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data primer, yang dikumpulkan rnclalui angket. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas satu dan dua di enam SMU di Kota Depok dengan jumlah sampel sebanyak 411 orang dan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2008.
Hasil penelitian menunjukkan lebih separuh dari responden sudah memiliki perilaku pencegahan yang baik (54,5%). Variabel yang ditemukan berhubungan secara bcrmakna dcngan perilaku pencegahan adalah variabel jenis kelamin, konsep diri, tingkat pengetahuan, dukungan teman sebaya, persepsi manfaat, persepsi rintangan dan dukungan keluarga. Faktor yang dominan berhubungan adalah dukungan keluarga,jenis kelamin, dan dukungan teman sebaya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik, akan berpeluang melakukan pencegahan 2,2 kali dibandingkan responden yang rnemiliki dukungan keluarga kurang baik, responden perempuan memiliki peluang 2,0 kali untuk berperilaku pencegahan baik dibandingkan rcspondcn laki-Iaki dan responden dengan dukungan tcman sebaya yang baik berpeluang 1,9 kali untuk melakukan perilaku pencegahan dibandingkan responden yang memiliki dukungan teman sebaya kurang baik.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok dan pihak lainnya seperti LSM, komite sekolah dan keluarga bekerjasama dalam meningkatkan perilaku pencegahan terhadap penyalahgmmaan Napza antara lain dengan peningkatan pemberian informasi tentang Napza yang tepat dan benar, melalui mata pelajaran, penyuluhan, konseling, seminar, pelatihan/training of trainers siswa untuk menjadi konselor bagi teman-temannya, serta meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan dan perilaku siswa baik disekolah maupun di rumah.

Narcotics, Psychotropics and Others Additive?s Substances (drugs), are the groups of essences that generally have may cause addicted and depended. Drugs abuse not only make physic disorder, but also mental, behavior, and public economic, Main target of drugs abuses is adolescent, it is caused adolescent is a gristle period with personality condition is still really unstable and easy effected by their social life or environmental and In so many occasions, they are so eager to try new things, including drugs abuse.
This research is performed on student first and second class in senor high school at Depok City with the purpose to know behavior preventive student to drug's abuse and its relations to socio-psycho demogtaphy factors (sex, intelligence, self concept and peer group support), perception factors (perceived of susceptibility, and seriousness, perceived of benefits and barriers) and support factors (of family, school and mass media). Data which is utilized is primary data as questionnaire through quantitative observation approach, with design cross sectional. The research perforrned on February to March 2008.
The result show that more than half of respondent has had good prevention behavior (54, 5%). Found variable concerning with variable preventive is sex variable, self concept, intelligence, peer group support, perceived of benefit, and barrier and family support (p<0,05). The dominant factor which is related was family support, sex and peer group support.
The conclusion of this research are respondent who has good family support, will get opportunity to perfomr prevention 2,l time tl1an respondent who have poor family support, female have opportunity 2,0 time to get good prevention behavior than male, and respondent with good peer group support will gets opportunity 1,9 times to do prevention than who have poor peer group support.
Suggested to Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Narkotika Depok and another party as NGO, school committee and family collaborates to improves prevention behavior to drug?s abuse for example with increasing information distribution concerning about drugs clearly, through studies, counseling, seminar, training/training of trainers student to become counselor for its friend, and increases observation to their social life and behavior even at school and also at the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2008
T33627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supartini
"Hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa Ierhadap program penoegahan AIDS di SMU Negeri 12 Jakarta. Penelitian dengan sampel siswa SMU Negeri 12 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan periiaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, balk secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Subyek berjumiah 300 siswa. 122 siswa laki- Iaki dan 118 siswa perempuan Data diperoleh melalui tiga buah instrumen dalam bentuk tes untuk mengungkap pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS, serta instrumen tentang perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS. Ketiga instrumen tersebut memiliki koehsien reliabiiitas masing-masing secara berturut-turut sebesar 0,8608, 0,9430, dan 0,7609.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara (1) pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS, dengan koetisien korelasi sebesar 0,242 dan sangat signifikan pada taraf Alpha 0,05 (2) pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, dengan koeisien korelasi sebesar 0,410 dan sangat signitikan pada taraf Alpha 0,05 (3) dan pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS dengan koetisien korelasi sebesar 0,49."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ida Riyani
"Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Angka kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu dapat dicegah bila ibu melakukan pemeliharaan dan pengawasan antenatai sedini mungkin sehingga komplikasi kehamilan dan resiko tinggi lainnya dapat terdeteksi secara dini. Upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit terbesar dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah pemeriksaan dan pelayanan kehamilan yang baik yang disebut pelayanan antenatal yang bermutu.Pelayanan antenatal merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas dan merupakan aspek kinelja bidan. Kinenja bidan secara kuantitas diukur berdasarkan pencapaian cakupan kunjungan ibu hamil sedangkan secara kualitas kinerja bidan diukur berdasarkan Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Berdasarkan teori Gibson, ada sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kinerja bidan dalam melakukan pelayanan antenatal di puskesmas Kota Bandar Lampung Tahun 2008. Penelitian ini bersifat non eksperimental dengan menggunakan cara pengumpulan data Cross Sectional., dilakukan pada bulan Mei 2008 pada 96 bidan yang merupakan total populasi bidan yang bertugas di Puskesmas Kota Bandar Lampung. Variabel dependen adalah kinerja bidan dalam melakukan pelayanan antenatal dan variabel independen adalah variabel individu yaitu umur, pendidikan, pelatihan, dan masa kerja dan Variabel organisasi yaitu beban kerja, insentif, supervisi dan peralatan.
Hasil Penelitian menunjukkan 53,1% responden mernpunyai kinerja baik dan 46,9% mempunyai kinerja kurang baik. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dengan kinerja bidan setelah dikontrol oleh variabel peralatan, umur, pelatihan, masa ke|ja,dan supervisi. Dan ada hubungan antara peralatan dengan kinelja bidan setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, pelatihan, umur, Iama bekerja, dan supervisi, Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap kinerja bidan adalah variabel pendidikan dimana bidan dengan pendidikan D3 mempunyai peiuang 16,5 kali untuk mempunyai kinerja baik dibandingkan bidan berpendidikan D1.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka kinerja bidan dalam melakukan pelayanan antenatal perlu ditingkatkan dengan cara menyelenggarakan program khusus D3 kebidanan bagi bidan puskesmas, penyediaan peralatan antenatal sesuai standar dan supervisi yang terencana, teratur dan berkesinambungan dari Dinas Kesehatan untuk meningkatkan kinerja bidan dalam melakukan pelayanan antenatal.

Mother's mortality and morbidity are the main problems in developing countries. Indonesia mother's mortality is quite high around 307 per live births. This problem can be prevented by routine antenatal care to detect any complication and high risk as early as possible. Standardized antenatal care is one of health services having good impact in reducing mother and children's mortality. It is health center basic program and can be used to measure midwife's perfonnance. Midwives performance quality can be measured by the number of mother's visit and Standardized Midwives? Service. According to Gibson, variables influencing individual behaviors and performances are individual, organization and psychology.
The purposes of research is to know the determinant of midwives performance in providing antenatal care in public health centers in Bandar Lampung, Lampung Province in 2008. This non-experimental research used cross-sectional design in collecting data conducted on May 2008. The population is 96 midwives working in Bandar Lampung public health centers. The dependent variable is midwives performance in providing antenatal while the independent ones are age, education, training and working period. In addition, the organization variables are workload, incentive, supervision and equipment.
The results showed that 53.1 % respondents had good performance while 46.9 % didn?t. Statistic test showed the correlation between education and midwife performance after controlled by equipment, age, and working period and supervision variables. Moreover, there was correlation between equipment and midwives performance after controlled by education, education, age, working period and supervision variables. The most dominant variable influencing midwives performance was the education in which three-year diploma midwives had 16.5 opportunities compared with those with one-year diploma.
Based on the result above, the writer suggests that midwives? performance in providing antenatal care can be increased by giving diploma three for the midwives working in public health centers, providing equipment needed to give standardized antenatal care and well planned supervision by health ofiice.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33614
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Solehah
"Besarnya masalah HIV dan AIDS secara global dan nasional serta tingginya angka kumulatif penderita pada usia remaja, maka salah satu cara menghindari penularannya adalah dengan merubah perilaku seksual berisiko tertular HIV. Salah satu cara untuk merubah perilaku berisiko tersebut adalah dengan menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS pada remaja. Kini banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang memberi perhatian terhadap masalah kesehatan reproduksi dan seksual pada remaja, hal ini merupakan wadah yang sangat baik bagi remaja dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan termasuk masalah HIV dan AIDS.
Penelitian dengan pendekatan potong lintang ini bertujuan mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku seksual berisiko tertular HIV dan AIDS pada remaja pasar kelompok dampingan PKBI DKI Jakarta di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini juga ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan kuisioner terstruktur pada 98 responden yang diambil secara acak sederhana berdasarkan data yang tersedia di PKBI DKI Jakarta. Analisa data dilakukan secara univariat dalam bentuk distribusi frekuensi, kemudian secara bivariat melalui uji chi square untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variable terikat. Hasil analisis secara statistik menunjukkan bahwa sepertiga dari kelompok dampingan berperilaku seksual berisiko tertular HIV dan AIDS (35,7%). Angka yang cukup besar mengingat responden masih berusia remaja dan belum menikah. Sebagian besar dari responden telah memiliki pengetahuan baik mengenai HIV dan AIDS (60%) meskipun beberapa masih bercampur dengan informasi yang keliru. Pengetahuan yang keliru dapat dilihat dari jawaban bahwa penyakit AIDS hanya menyerang kaum homoseksual (11,2%), atau penularan HIV salah satu caranya dengan pemakaian handuk bersamaan (23,5%). Dalam hal sikap, proporsi responden yang bersikap positif sebanding dengan yang memiliki sikap negatif.
Sebagian besar responden berada pada usia 20-24 tahun (70,4%) dan berjenis kelamin laki-laki (63,3%). Dalam hal pendidikan formal yang ditamatkan proporsi remaja berpendidikan tinggi (¡Ý SMA) (43,9%) hampir sama dengan remaja yang berpendidikan rendah (¡ÜSMP) (56,1%). Sebagian besar responden pernah menggunakan NAPZA (61,2%) dan proporsi yang berada pada lingkungan pasar kurang dari 3 tahun sama dengan yang telah lebih dari 3 tahun. Hampir seluruh responden telah terpapar media porno, hanya 8 remaja yang mengaku tidak pernah terpapar. Remaja yang terpapar informasi lebih dari 3 sumber proporsinya hampir sama dengan responden yang terpapar informasi kurang dari 3 sumber. Remaja yang telah didampingi lebih dari 4 kali oleh petugas outreach (¡Ý 4 kali) sebesar 53,1% dan 46,9% telah didampingi kurang dari 4 kali.
Variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan pengetahuan HIV dan AIDS hanyalah frekuensi pendampingan (p-value 0,031; OR=2,47; 95% CI=1,07-5,67). Kemudian hanya variabel pengetahuan yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel sikap terhadap HIV dan AIDS (p-value 0,017; OR=2,75; 95% CI=1,19-6,36). Dan hasil uji hipotesis dengan perilaku berisiko terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu umur (p-value 0,022; OR=3,25; 95% CI=1,11-9,56), jenis kelamin (p-value 0,013; OR=3,19; 95% CI=1,21-8,40), penggunaan NAPZA (p-value 0,000; OR=20,57; 95% CI=4,54-93,26 ) dan keterpaparan media porno (p-value 0,008; OR=4,69; 95% CI=1,28-17,19).
Peneliti mendukung akan program-program yang dilakukan oleh PKBI maupun LSM lain dalam usaha menanggulangi penularan penyakit AIDS. Usaha ini tentunya tidak dapat terlaksana tanpa peran serta masyarakat, pemerintah maupun pihak-pihak terkait. Pemberian informasi sepatutnya diberikan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan remaja. Hindari pembuatan media informasi dengan gambar yang mendekati pornografi, karena dikhawatirkan pesan tidak tersampaikan dengan baik. Dalam menyebarkan informasi tentang cara pencegahan penularan HIV, pemberi informasi harus mengurutkan atau menekankan bahwa cara pertama pencegahan adalah tidak melakukan hubungan seks, kedua bersikap saling setia dengan pasangan seks dan terakhir bagi kelompok yang berisiko adalah penggunaan kondom. Bagi remaja, tidak melakukan hubungan seksual pra nikah adalah sangat dianjurkan karena selain bertentangan dengan norma agama tentu akan merugikan kesehatan reproduksi dan kehidupannya di masa yang akan datang."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>