Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vissia Didin Ardiyani
"Defisit pertumbuhan anak usia kurang dari 5 tahun banyak didapatkan di negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Schultink, Warner, 2000; WHO, 1997). WHO melaporkan di tahun 1992 terdapat ± 50% anak berumur kurang dari 5 tahun diklasifikasikan sebagai pendek (stunted) (WHO, 1992), keadaan ini masih tetap bertahan sampai dengan tahun 1997 (WHO, 1997). Jika keadaan ini di Indonesia tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, maka dapat membawa dampak terutama pada perkembangan kognitif anak di usia 7-8 tahun. Dampak lain dari pendek ialah melemahnya kekebalan tubuh, mengurangi performa kerja.
Pertumbuhan anak umur antara setahun sampai masa 7-8 tahun sering disebut sebagai masa laten atau tenang. Keadaan ini berbeda dengan masa bayi dan remaja dimana pertumbuhan fisiknya sangat pesat. Walaupun pada masa anak ini pertumbuhan fisiknya lambat, tetapi merupakan masa untuk perkembangan motorik, kognitif, dan emosional (McGregor, 1995). Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan proses panjang yang berkesinambungan. Dengan demikian, derajat kesehatan anak perlu diketahui perkembangannya dan tidak hanya dilihat sesaat, melainkan harus dilihat secara berkesinambungan selama kehidupan anak. Penelitian ini menggunakan data longitudinal Indonesian Family Life Survei tahun 1993-2000. Determinan defisit pertumbuhan tinggi badan anak usia 7-8 tahun dianalisis dengan menggunakan uji regresi generalized estimating equation (GEE).
Hasil penelitian menunjukan variabel yang dapat mempengaruhi defisit tinggi badan anak pada usia 7-8 tahun adalah defisit pertumbuhan anak di usia 1-2 tahun, faktor genetik (tinggi badan bapak dan ibu), kebiasaan minum susu, area tempat tinggal anak, kesehatan lingkungan, dan jenis kelamin. Variabel yang paling dominan terhadap defisit pertumbuhan tinggi badan anak yaitu jenis kelamin anak. Anak laki-laki lebih berisiko untuk mengalami defisit tinggi badan sebesar 1,7 kali dibandingkan dengan anak perempuan. Berdasarkan penelitian tersebut disarankan perlunya peran orang tua dalam memantau perkembangan anak, perbaikan kondisi sosial ekonomi, edukasi bagi orang tua, revitalisasi fungsi posyandu, dan pemberian nutrisi bagi anak sekolah.

Growth retardation during early childhood found in many Southeast Asian countries, including Indonesia (Schultink, Warner, 2000). WHO reported in 1992 there were 50% of children age less than 5± years and classified as stunting (WHO, 1992). This situation still survive until the year 1997 (WHO, 1997). If this situation in Indonesia does not change from year to year, it can bring, especially the impact on cognitive development in children ages 7-8 years. Growth retardation during early childhood is rarely made up; so stunted children usually become stunted adults.
The growth of children age between one year to the 7-8 year period is often referred to as a latent or quiet. The situation is different with the baby and young people where physical growth is very rapid. It is acknowledged that growth retardation in early chlidhood works through in adolescence and adulthood, but no information on the growth from infancy until adolencence was available in Indonesia. Causes and long term effects of growth retardation can only be studied through longitudinal studies, and only a limited number of these studies have been done in Indonesia. This study were used longitudinal data Indonesian Family Life Surveys in 1993 through 2000. Determinant growth retardation of children aged 7-8 years analyzed using a Generalized Estimating Equation (GEE).
The research results showed that there was a positive realtionship between children retardation at the age of 7-8 years and their height at 1-2 years, genetic factors (height of the father and mother), drinking milk habits, the area where children live, environmental health, and sex. The most dominant of the children growth retardation is sex of the children. The boys are more at risk to have stunted 1.7 times compared with the girls. Based on the study, we recommended that need role of parents in monitoring child development, improvement of socio-economic conditions, education for parents, revitalization posyandu function, nutrition intervention for school children are necessary to support the attainment of their optimal growth potential.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T41300
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Budiman
"Kualitas manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan lebih mendapat perhatian pada Pelita V dalam rangka mempertinggi derajat kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditetspkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tersirat bahwa agar tercapai tingkat kualitas manusia yang dicita-citakan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan member! prioritas yang tinggi pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat dalam keluarga termasuk peningkatan status gizi masyarakat di samp ing upaya-upaya prevent if, kuratif dan rehablitatif.
Kualitas manusia terdiri dari aspek ragawi dan aspek mental; yang termasuk aspek ragawi yaitu kebugaran dan pertumbuhan; sedangkan yang termasuk aspek mental yaitu kecerdasan dan keterampilan. Gangguan gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan ragawi dan mental adalah kurang energi protein (KEP) dan kurang iodium.
Di Indonesia, KEP dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI) merupakan dua dari empat masalah gizi utama. Prevalensi gizikurang pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang diukur atas dasar berat badan pada umur tertentu (kurang dari 70 % median acuan) menurun dari 29.1 persen (1983) menjadi 10.8 persen (1987)1. Laporan lain2 menyebutkan bahwa prevalensi menurun dari 14.4 persen (1978) menjadi 12.8 (1986) dengan penurunan yang besar terjadi didaerah perkotaan yaitu 4.2 persen di bandingkan daerah pedesaan sebesar 0.9 persen.
Besar dan luasnya masalah pertumbuhan ragawi di samping dinyatakan dengan prevalensi gizikurang pada anak balita, dapat pula dinyatakan dengan besarnya prevalensi gizikurang pada anak usia tujuh tahun yang diukur pencapaian tinggi badannya. Hal ini sekaligus dikaitkan dengan keadaan ekonouii suatu wilayah3'4,'.
Di Indonesia, prevalensi gizi kurang anak usia tujuh tahun secara nasional belum ads. Prevalensi gizikurang atas dasar indeks tinggi badan menurut umur (<=90% median acuan Indonesia hasil modifikasi acuan WHO-NCHS) anak baru masuk sekolah (6-8 tahun) di tiga provinsi yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1988 berturut-turut adalah 9.8; 14.6 dan 16.4 persen. Oleh karena tinggi badan merupakan produk dari interaksi berbagai faktor dan kesempatan mengoreksi tinggi badan sebelum mencapai tinggi bada usia dewasa terjadi pada masa usia sekolah, maka pertumbuhan ragawi pada usia tersebut perlu mendapat perhatian secara khusus.
Di pinak lain, penderita GAKI di Indonesia pada tahun 1986 di perkirakan 30 juta penduduk mempunyai resiko tinggi mengalami defisiensi iodium dan bermukim di daerah endemis. Tiap tahun dari sejumlah itu terjadi 9200 bayi lahir mati. Di samping itu lebih dari 750 000 orang menderita kretin.Diperkirakan pula 3.5 jut a di antaranya dijumpai mengalami gangguan mental, gangguan motorik termasuk pertumbuhan ragawi, dan gangguan kordinasi. Pembesaran kelenjar gondok (goiter) da lam berbagai tingkat kurang lebih 8 juta orang.
Di satu pihak KEP dan GAKI mempunyai efek terhadap pertumbuhan; di lain pihak pertumbuhan tersebut merupakan hasil interaksi yang sangat komplek berbagai faktor. Berbeda dengan sebaran masalah KEP yang dapat terjadi dengan tidak mengenal kekhususan ketinggian tempat, sebaran masalah GAKI terutama terjadi di daerah pegunungan dan daerah aliran sungai yang deficit unsur iodium serta daerah yang sukar dijangkau dengan kendaraan umum. Daerah-daerah tersebut uraumnya secara sosial-ekonomis jug a kurang maju.
Oleh karena itu, pertumbuhan anak di daerah ysng endemik GAKI, kemungkinan bukan disebabkan oleh defisiensi iodium saja tetapi peranan sosial ekonomi perlu dipertimbangkan. Hubangan antara defisiensi iodium dan tinggi badan anak sekolah dasar kelas satu menjadi objek penelitian ini."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Mulatip
"Peran kota sebagai pusat aktivitas utama ekonomi dewasa ini, menjadi days tarik mengaoa pertumbuhan kota perlu diperhatikan. Kota di negara maju maupun berkembang, mempunyai aktivitas ekonomi yang mendominasi aktvitas perekonomian suatu negara secara keseluruhan.
Kota memberikan kemudahan bagi proses produksi serta aktivitas ekonomi lain, dan menyediakan variasi barang dan jasa yang dapat meningkatkan kualitas hidup kota. Di sisi lain, kota dihadapkan pada perrnasalahan serius seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi.
Kota memiliki populasi yang besar, dan cenderung meningkat pesat dari waktu ke waktu. Di Indonesia, penduduk yang tinggal di perkotaan pada tahun 1920, hanya 5,8% (Soegijoko dan Bulkin, 1994), dan tahun 1980 proporsi penduduk perkotaan telah mencapai 22,3% dan tahun 1990 meningkat menjadi 30,9% (Firman dan Prabatmojo, 2001).
Tesis iini mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kotakota di Indonesia, serta mengkaji bagaimana pola pertumbuhan kota-kota di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk (a) memberikan kontribusi terhadap studi pertumbuhan ekonomi kota, (b) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, serta (c) mengetahui pola pertumbuhan ekonomi kota.
Pertumbuhan kota diukur menggunakan pertumbuhan populasi dan angkatan kerja. Sumber pertumbuhan berasal dari kualitas hidup kota dan produktivitas kola yang diperluas dengan mcmpcrhatikan karakteristik kota. Model ekonometrik pertumbuhan ekonomi diestimasi menggunakan ordinary least squares.
Hasil analisis memperlihatkan kepadatan pcnduduk secara negatif signifikan mempengaruhi pertumbuhan angkatan kerja. Spesialisasi ekonomi secara negatif signifikan mempengaruhi pertumbuhan jasa, sedangkan primacy dan manufaktur secara positif signifikan mempengaruhi pertumbuhan kota.
Pendapatan dan pengeluaran pemerintah tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan kota. Tingkat pendidikan secara positif signifikan mempengaruhi pertumbuhan kota. Sedangkan variabel geografis dan ukuran kota, secara umum tidak signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.
Implikasi kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk mempengaruhi pertumbulan ekonomi adalah melalui mekanisme pendapatan dan alokasi pc:adapatan pemerintah. Pendapatan dialokasikan pada sektor publik dan sektor pendidikan menjadi kunci dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup kota. Pembangunan dan distribusi pusat pertumbuhan dalam kawasan regional perlu dipertimbangkan untuk mengurangi tekanan perpindahan penduduk yang kuat menuju kota besar.

In recent times. role of cities as a centre of economic activity have been a fascination why cities growth need to be studied. In the world, cities have an economic activity that dominate as whole economic activity.
Cities facilitate production, trade, and other economic activity, and provide consumers with wide variety of goods and services so they increase cities' standard of living. Unfortunately, cities also have a serious problems as economic activity raise.
Cities have a large population, and show a rapidly increasing tendency of urbanization. In the 1920. Indonesian cities population had only reached 5.8% (Socgijoko and Bulkin. 1994), reached 22,3% in 1980, and increased to 30.90% in 1990 (Finnan and Prabatmojo, 2001).
This thesis studies the factors that cause cities growth in Indonesia, and studies how about cities growth pattern. Basic goals of thesis is to give a contribution to research of urban economic growth, to understand what makes cities growth and to understand pattern of cities economic growth.
Cites growth are measured by labor force and population growth. Source of growth come from cities' quality of life and productivity that are extended by characteristics of cities. The model of economic growth is estimated using ordinary least squares.
The results show that density is negatively correlated with labor force growth. Specialization is negatively correlated with growth of labor force of service. while primacy and manufactur are positively correlated with cities growth.
Government's expenditure and revenue a re not si gnificantly c on-eiated with cities growth. Education k positively correlated with cities growth. Whereas, dummy variabels are not significantly correlated with cities growth.
Government's policy that can be done to influence economic growth are by mechanism and allocation revenue. Revenue can be allocated to public sectors and education that increase cities quality of life and productivity. Development and distribution of centre of growth in regional area can be considered to decrease urbanization on large cities.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Mulatip
"Peran kota sebagai pusat aktivitas utama ekonomi dewasa ini, menjadi daya tarik mengapa pertumbuhan kota perlu diperhatikan. Kota memiliki populasi yang besar, dan cenderung meningkat pesat dari waktu ke waktu. Makalah ini mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan kota, serta mengkaji pola pertumbuhan kota di Indonesia.
Pertumbuhan kota diukur menggunakan pertumbuhan populasi dan angkatan kerja. Hasil analisis memperlihatkan kepadatan penduduk dan spesialisasi ekonomi secara negatif signifikan mempengaruhi pertumbuhan kota. Sedangkan primacy, manufaktur dan tingkat pendidikan secara positif signfikan mempengaruhi pertumbuhan kota.
Selain itu, pendapatan dan pengeluaran pemerintah tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan kota. Demikian pula, variabel geografis dan ukuran kota, yang juga tidak signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan kota."
2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fardillah Ariati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode word building yang
diberikan melalui intervensi pada anak slow learner usia 7-8 tahun efektif
meningkatkan kemampuan membaca. Metode word building merupakan metode
untuk mengajarkan hubungan huruf-suara. Aplikasi metode ini menggunakan
kartu-kartu huruf yang disusun menjadi kata. Aktivitas di dalam metode ini,
memberi kesempatan kepada anak untuk melihat secara langsung bahwa
pengubahan satu huruf di dalam satu kata dapat menghasilkan kata baru.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian the-before-and-after-study design
atau dikenal juga dengan sebutan pre-test/post-test design. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari metode kualitatif dan
kuantitatif, dengan menggunakan t-test dan hasil observasi. Hasil perhitungan
statistik menunjukkan kemampuan membaca responden mengalami peningkatan
walaupun tidak signifikan.

ABSTRACT
The purposes of this research is to determine whether a word building method
that given through intervention in slow learner children age 7-8 years old,
effectively improve reading ability. Word building is a method to teach lettersound.
Application of this method is using letter cards that arranged into a word.
Activity in this method is giving children opportunities to experience the effects on
a word of changing one letter. The-before-and-after-study design or known as
pre-test/post-test design is used in this research. This research using quantitative
and qualitative for data analysis: t-test and observation. The result indicates that
there is an improvement reading ability, before and after intervention, although
not significant."
2013
T35252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Waluyo
"The main purpose of this study is to find the effect of budget deficit with foreign loans as source of funding on inflation and economic growth. This study focuses on transmission mechanism of budget deficit funding effects on inflation and economic growth. We use a specific simultaneous macroeconomic model which includes 17 behavioral equations and 18 identity equations with 6 blocks in this study, Two Stage Least Square (TSLS) method is employed to estimate the behavioral equations in the model. This study use Indonesia secondary economic data from 1970 to 2003. Econometric tests are performed to produce BLUE estimator. This study also use stochastic simulation with 10000 replications to simulate policy.The results show that using foreign loan to fund budget deficit increases both economic growth and inflation. This result is also supported by the simulation results which show that increase in the proceeds of new foreign loan increases reserves which in turn increase primary money/money supply/monetary base. Interaction of monetary base with money multiplier then increases price level. increase in capital in flow from increase in foreign loan increases government spending which also increases government spending increases in the government spending then add to government capital stock so that economic growth also increases."
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Wibisono
"Dalam studi di banyak negara, dimensi regional dari pembangunan ekonomi mendapat perhatian yang serius. Hal ini umumnya berkaitan dengan masalah regional equality dan spatial distribution resources.
Di Indonesia, sebagaimana di negara besar dunia ke-3 lainnya, daerah selalu mendapat perhatian khusus. Tak ada negara yang memiliki keragaman seperti Indonesia dalam ekologi, demografi, ekonomi, etnis, dan budaya. Begitu pula dalam aspek wilayah, tak ada negara yang menyamai Indonesia dalam hal keunikan geografi yang menempatkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Persatuan nasional telah menjadi komponen utama negara sejak negara ini merintis kemerdekaannya. Demikian pentingnya hal ini sampai jargon persatuan nasional telah menjadi sesuatu yang klasik di Indonesia. Semua rezim yang berkuasa selalu menempatkan masalah persatuan nasional ini sebagai prioritas tertinggi. "
2001
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Juhar Monang S. Tambun
"Defisit anggaran berperan memberikan ruang pembiayaan yang lebih dalam menstimulus perekonomian. Namun defisit anggaran yang terlalu tinggi akan membebani perekonomian pada jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan non-linear antara defisit anggaran dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan untuk mengestimasi nilai ambang batas dari defisit anggaran yang bermanfaat sebagai referensi empiris bagi pemerintah untuk mengoptimalkan ruang defisit anggaran dan untuk menjaga stabilitas dan kesinambungan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Analisis empiris menggunakan data tahunan dengan periode 1969-2020. Hasil estimasi membuktikan adanya hubungan non-linearitas antara defisit anggaran dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan dengan menggunakan model threshold regression Hansen (2000), estimasi terhadap nilai ambang defisit anggaran adalah sebesar 2,925 persen dari PDB. Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa defisit anggaran yang berada di atas nilai ambang batas akan mengarah pada instabilitas perekonomian dan secara signifikan akan menghambat pertumbuhan ekonomi, sementara defisit anggaran di bawah ambang batas tidak akan membebani perekonomian.

Budget deficit plays a role in providing more financing space to stimulate the economy. However, a budget deficit that is too high will burden the economy in the long run. This study aims to identify a non-linear relationship between the budget deficit and economic growth in Indonesia and to estimate the threshold value of the budget deficit which is useful as an empirical reference for the government to optimize the budget deficit space and to maintain the stability and sustainability of the Indonesian economy in the long term. Empirical analysis uses annual data for the period 1969-2020. The estimation results prove that there is a non-linearity relationship between the budget deficit and economic growth in Indonesia and by using Hansen's (2000) threshold regression model, the estimate of the budget deficit threshold is 2.925 percent of GDP. This study finds empirical evidence that a budget deficit that is above the threshold value will lead to economic instability and will significantly hamper economic growth, while a budget deficit below the threshold will not burden the economy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Nasir
"ABSTRAK
Perubahan ukuran fisik penduduk terutama kelompok usia muda merupakan indikator upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tinggi badan yang dicapai pada anak usia masuk sekolah memberikan gambaran keadaan gizi pada usia sebelumnya. Tinggi badan anak usia masuk sekolah yang berada dibawah standar pada tingkat tertentu dapat menggambarkan keadaan gizi klhususnya tingkat pertumbuhan dan kesehatan pada masa lalu.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara tingkat endemisitas gondok, tingkat sosial ekonomi dan pola konsumsi makanan pokok dengan tinggi badan anak usia sekolah di Propinsi Jawa Timur. Desain penelitian ini adalah kros-seksional dengan memanfaaatkan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh berbagai instansi pemerintah.
Analisa bivariat yang digunakan adalah uji beda rata-rata dengan batas nilai alfa 5 %, dan analisa multivariat dengan menggunakan analisa regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tinggi badan rata-rata anak usia sekolah yang tinggal di daerah tidak endemik lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di daerah endemik ringan, endemik sedang rnaupun endemik berat. Perbedaan juga terjdi antara tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik ringan dengan yang tinggal di daerah endemik sedang dan berat; demikian jugs terdapat perbedaan antara tnggi badan rata rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik sedang dengan yang tinggal di daerah endemik berat.
Anak usia masuk sekolah yang tinggal di desa miskin mempunyai tinggi badan lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tinggal di desa tidak miskin. Rata-rata tinggi badan anak usia masuk sekolah yang mempunyai pola konsumsi makanan pokok yang terdiri dari beras atau beras jagung mempunyai rata rata tinggi badan lebih tinggi dari anak usia masuk sekolah yang mempunyai vita konsumsi makanan pokok terdiri dari beras jagung umbi-umbian.
Dengan membedakan kelompok usia 6 tahun dan 7 tahun, terdapat perbedaan yang bermakna tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di berbagai tingkatan endemisitas gondok kecuali pada usia 7 tahun. Pada anak usia 7 tahun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik berat dengan yang tinggal di daerah endemik sedang. Tidalk terdapat perbedaan yang bermakna antara tinggi badan rata-rata anak usia masuk sekolah yang tinggal di daerah endemik ringan dengan yang tinggal di daerah tidak endemic.
Analisis regresi menunjukan bahwa pada kelompok anak usia 6 tahun, anak-anak yang tinggal di daerah tidak endemik dengan pola konsumsi makanan pokok beras atau beras jagung dan berasal dari keluarga mampu mempunyai perbedaan tinggi badan sebesar 2,8 cm dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah endemik berat, dengan pola konsumsi makanan pokok beras jagung umbi-umbian.
ABSTRACT
The Relationship Of Endemicity Of The Endemic Goitre Regions, Social Economic Strata And Consumption Pattern Of Staple Food With Height Of School Age Children In The Province Of East JavaThe change of the population physical size, especialy the youth in an indicator of the efforts to increase the human resources quality. The height achieved by the school age children provide the nutrition condition of the previous age. The height of the school age children which is under certain standard provide the nutrition condition, especially the growth level and the health in the past.
This research is intended to study the relationship between the goitre endemicity, social economic strata and the consumption pattern of the staple food with height of the school age children in the Province of East Java. The research design is a crossectional by utilizing a secondary data which have been collected by various government agencies. The bivariate analysis use the average difference test with the a limit 5 %; and the multivariate analysis using the multiple tinier regretion analysis to find out the factors which are related with the average height of the school age children.
The results of the research indicate that the average height of the school age children in the non endemic goitre region, low endemic goitre region, medium endemic goitre region and high endemic goitre region, there is also difference between the heihgt of the school age children who live in the medium endemic goitre region with those who live in the high endemic goitre region
The school age children who live in the poor village have a lower height compared with those who live in relatively rich village. The average height of the school age children who have a consumption pattern of the staple food which consist of rice or rice-corn have a taller height than those who have the consumption pattern of the staple form corn rice and rhizobium.
There is significant difference of the average height of the school age children who live in various level of goitre endemicies except the age of seven years, by classifying the age group 6 and 7 years. There is no significant difference between average the school age children height who live in the high endemic goitre region with those who live in the medium endemic region for the 7 years children. There is no significant difference between the school age children who live in the low endemic goitre region with those who live in the non endemic region.
The regression analysis indicates that in the 6 years age group, the children who live in the non endemic goitre region with the staple food of rice or corn and comes from relatively wealthy family have a height difference of 2,8 cm compared with those who live the high endemic goitre region, with consumption pattern of corn rice and rhizobiunt.
"
1996
T 5214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Fazriyani
"Belanja pemerintah yang dianggarkan melebihi pendapatannya berdampak pada terjadinya anggaran defisit yang dialami daerah. Besarnya anggaran deficit ini selayaknya dapat menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pada penelitian dilakukan untuk meneliti pengaruh defisit anggaran yang terjadi pada 33 provinsi di Indonesia kurun waktu 2005-2013 dengan menggunakan metode analisis data panel. Hasil estimasi menunjukkan bahwa deficit anggaran pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan (α=10%) terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini berarti bahwa deficit anggaran yang terjadi pada beberapa pemerintah daerah memberikan stimulus pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah daripada pada daerah yang mengalami surplus anggaran. Sumber deficit anggaran di daerah yang merupakan alokasi dari belanja yang tidak produktif diperkirakan menjadi penyebab dari kecilnya pengaruh deficit anggaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerahnya. Berdasarkan hasil estimasi model, variable lain yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah variable inflasi dan investasi PMA dan PMDN, sedangkan variable tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Government spending which is exceeds than revenue, can influence the budget deficit of the region. The size of the budget deficit should be a stimulus to encourage economic growth in the region. In a study conducted to examine the impact of the budget deficit which occurred in 33 provinces in Indonesia in the period of 2005-2013. Data panel analysis is used to estimate econometric model. The results showed that the provinces experiencing budget deficit have lower economic growth than others have surplus budget. Budget deficit which occurred in the region is estimated to come from unproductive government spending allocation. Based on the results of model estimation, other variables that have a positive and significant impact on economic growth is variable inflation and foreign and domestic investment, while the variable labor and no significant positive effect on economic growth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T46010
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>