Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Salim
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002
303.4 AGU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suryono
Jakarta: Bumi Aksara, 2020
303.4 AGU t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Basri Amin
Jakarta: Penerbit Ombak, 2014
303.4 BAS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Garnaut, Ross
Jakarta: Gramedia, 1979
301.153 GAR pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wijaya
"Kotagede merupakan kota yang unik, kota kecil ini merupakan bekas Ibu Kota kerajaan Mataram Islam, tahun 1586 sampai dengan tahun 1613. Tidak seperti kota bekas Ibu Kota kerajaan lainnya, yang kemudian menjadi kota mati atau merosot menjadi desa pertanian, setelah ditinggalkan oleh kerajaan yang berkuasa. Kotagede tetap bertahan sebagai kota. Keunikan Kotagede tidak hanya itu, pada zaman penjajahan Belanda, daerah ini tidak pernah menjadi Plandan, yaitu daerah jajahan yang digunakan untuk kepentingan V.O.C. terutama untuk menanam tanaman industri. Keunikan yang lain, hampir seluruh bangunan di Kotagede, dulunya merupakan bangunan tempat tinggal (rumah), dan hampir 98% penduduk Kotagede, adalah orang Jawa asli. Homogenitas ini hanya dapat disaingi oleh sebuah desa di Jawa Barat, desa Kedawung, yang penduduknya hampir 100% orang Sunda.
Wilayah penelitian meliputi bekas wilayah yang dikelilingi oleh Benteng Dalam (Cepuri) dari kerajaan Mataram Islam. Sebagian besar rumah yang ada di wilayah bekas Benteng dalam ini, merupakan rumah tradisional, yang termasuk kedalam wilayah tiga kalurahan yaitu, kalurahan Jagalan, Prenggan dan Purbayan. Rumah Tradisional Jawa tersebut, dibangun dengan dasar ide, gagasan atau pengetahuan orang Jawa, yang terangkum dalam kosmologi, klasifkasi simbolik dan pandcngan hidup masyarakat Jawa pada waktu itu. Sekarang, rumah tersebut dihuni oleh ahli warisnya, sebuah generasi yang kemungkinan besar memiliki nilai-nilai tradisi yang berbeda (sudah berubah). Perbedaan nilai-nilai kultural yang diyakini oleh penghuni yang berbeda generasi tersebut, menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi dalam menggunakan ruang-ruang pada rumah tinggalnya. Perubahan pada rumah tinggal yang disebabkan oleh perbedaan nilai-nilai yang diyakini itulah, yang menjadi sasaran utama penelitian ini
Perbedaan itu teraga dengan terjadinya perubahan fisik bangunan, ruang atau elemen-elemennya. Perubahan fisik tersebut antara lain terjadi pada ruang-ruang tidur, senthong, pendopo, jogan dan juga pada ruang servis. Selain perubahan secara fisik, terjadi juga perubahan cara penghuni memanfaatkan atau memfungsikan elemen, ruang atau bangunan, yang ada pada rumah tinggalnya. Perubahan seperti ini terjadi pada senthong tengah, pringgitan, emper maupun pendopo. Dari perubahan-perubahan tersebut, kemudian ditelusuri hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan, selanjutnya akan diinterpretasikan makna yang terjadi.
Temuan pada penelitian kali ini adalah, bahwa ruang-ruang yang mempunyal fungsi sangat ketat (fix), seperti senthong tengah dan pringgitan, hampir seluruhnya telah mengalami perubahan fungsi. Sementara itu, ruang-ruang dengan fungsi yang fleksibel (serbaguna), seperti gandok, masih tetap bertahan. Rumah Jawa yang tadinya merupakan bangunan dengan sekat yang tidak permanen, yang mudah dibongkar pasang, telah berubah menjadi bangunan yang bersekat permanen dan masif. Pintu-pintu butulan dan luberan yang berada pada pagar bumi, yang sebelumnya merupakan sarana yang membentuk jaringan kerukunan antar hunian, tidak pernah digunakan lagi. Hal tersebut mengindikasikan terjadinya perubahan sosial pada masyarakat Kota Gede, yang semula ikatan komunalnya sangat tinggi, saat ini berubah menjadi lebih individualis. Penyusunan, pembentukan dan penggunaan ruang-ruang dalam komplek rumah Jawa, dahulu dilandasi kepentingan religius magis dan nilai-nilai filosofis yang tinggi, sekarang yang melandasi perubahan susunan, bentuk dan fungsi ruang adalah nilai-nilai praktis dan pragmatis.
Luasnya komplek rumah Jawa, dengan begitu banyaknya ruang atau unit bangunan, telah menyulitkan penghuninya yang sekarang, untuk dapat memanfaatkan dan memeliharanya secara optimal. Terjadi kecenderungan pengalihan hak (dijual), pada kelompok bangunan bagian depan (pendopo dan halamannya), serta pada bangunan-bangunan servis. Hal ini mengindikasikan makna bahwa, pendopo yang paling terakhir dibangun dalam proses pendirian rumah Jawa, bukan merupakan bangunan inti dari rumah Jawa. Bangunan inti rumah Jawa adalah dalem dengan senthongnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Landsberger, Henry A.
Jakarta: Rajawali, 1981
303.4 LAN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tesy Haryati
"Kota Depok dengan penduduk berjumlah 1335.734 jiwa, dan akan bertambah di kemudian hari, menuntut Pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan sarana dan prasarana, khususnya perhubungan karena Kota Depok terdiri dari tiga pusat kegiatan yaitu sepanjang Jalan Raya Bogor, Jalan Raya Margonda dan Jalan Raya Cinere. Qleh karena itu Pemda Kota Depok mempunyai program untuk dapat melaksanakan proyek pembangunan jalan yang dapat menghubungkan tiga tempat pusat pertumbuhan utama ini.
Proyek pelaksanaan pembangunan Jalan Tahap I yaitu Pembangunan Jalan Ruas Cimanggis (Jl. Raya Bogor) -- Jl. Margonda Raya. Pembangunan ini menghabiskan dana Rp. 84.735.273.093,- yang bersumber dari APBN Rp. 44.886.568.181,- dan Pemerintah Daerah Rp. 39.848.704.912,-. Studi Amdal Pembangunan Jalan Margonda Raya - Cimanggis dan Bangunan Bawah Jembatan Kota Depok. Hal pokok yang adalah bahwa adanya Perubahan sosial terhadap penduduk di sekitar jalan tersebut.
Penelitian bertujuan untuk (1) Menjelaskan Perubahan Sosial yang terjadi pada masyarakat Rw. 03 Kelurahan Kemirimuka yang berada di sekitar jalan (2) Menghasilkan suatu konsep Pembangunan Sosial untuk masyarakat di sekitar jalan yang mengalami perubahan.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Faktor yang menyebabkan Perubahan Sosial adalah Perubahan Lingkungan Fisik, Perubahan Penduduk, Kontak langsung, Struktur Sosial, Sikap dan Nilai-nilai dan kebutuhan yang dianggap perlu (2) Faktor Lingkungan Fisik yaitu Pembangunan Jalan dan Kontak langsung dengan Penduduk Pendatang berpengaruh dalam Perubahan Sosial Masyarakat.
Penelitian ini dilaksanakan di Rw. 03 Kelurahan Kemirimuka Kecamatan Beji. Jumlah Sampel ditentukan sebanyak 30 orang dari total populasi 205 KK (KK yang tinggal di Rw. 03) Teknik Penarikan sampel dilakukan dengan metode Acak sistematik. Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kuantitatif yang juga digabungkan dengan penjelsan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan deskriptif analisis.
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah: (1) Lingkungan Fisik (2) Perubahan penduduk (3) Kontak Langsung (4) Struktur Sosial (4) Sikap dan nilai-nilai (5) Kebutuhan yang dianggap perlu.
Hasil penelitian ini menunjukkan Adanya Jalan Ir. Juanda, menyebabkan masyarakat mengalami perubahan, Hasil Penelitian Probabilitas 0,00. Berarti ada berpengaruh terhadap dibangunnya jalan akses menuju Jalan Ir. Juanda karena untuk mempermudah akses menuju pusat kegiatan yang berada di Jalan Margonda Raya (perdagangan, pendidikan dan jasa) dan Jalan Raya Bogor (industri dan perdagangan). Adanya penduduk pendatang serta terjadi kontak langsung. Hasil Penelitian Probabilitas 0,000 - 0,001. berarti adanya pengaruh Kontak langsung terhadap perubahan, terutama dalam hubungan dengan masyarakat pendatang, cepatnya adaptasi yang berlangsung, hal ini didukung dengan berbaurnya tempat tinggal masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat dialek bahasa, kegiatan sukarela.
Untuk itu dilakukan upaya berikut: Peningkatan Pengembangan Lokal, Meningkatkan pendidikan publik yang layak dan berkualitas mampu menciptakan rasa kebersamaan dan kemandirian, Konservasi sumber daya dengan Penggunaan lahan campuran, Perencanaan strategi dibuat dengan partisipasi masyarakat, Menyusun Rencana Umum Pembangunan Sosial Budaya, Konsep Kota yang berkelanjutan, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebutuhan dan hak mereka berpartisipasi, Peningkatan pemberdayaan berbasis budaya lokal dan kemandirian masyarakat, Peningkatan Modal Sosial, Pemerintah Daerah harus mempunyai kajian yang mendalam tentang semua kegiatan yang akan dilaksanakan, menekankan makna pentingnya dimensi keagamaan dalam praktek perubahan sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hefner, Robert W.
"Geger Tengger: Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik adalah performa dari sebuah perubahan sosial yang terjadi di masyarakat suku, ketika menghadapi penetrasi politik dan klutural dari "luar". Intervensi Negara dalam proyek islamisasi, modernisasi sistem pertanian, dan perkelahian ideologis partai politik (aliran) berdampak serius bagi tatanan dan proses transformasi pencarian identitas sosial masyarakat pegunungan yang berwatak egaliter, non-hierarkis, tak berkelas dan tanpa basa-basi. "
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 1999
303.4 HEF g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Skera
"Pokok masalah yang dikaji dalam tesis ini adalah struktur sosial dan beberapa perubahan sosial pada masyarakat Wini yang bermukim di desa Humusu C, Perwakilan Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pertimbangan yang mendasari kajian ini ialah sebagai berikut.
Pertama, masyarakat Wini bukan penghuni asli daerah Wini dan sekitarnya. Mereka adalah pendatang dari Ambenu bekas wilayah jajahan Portugis yang terdesak ke Wini karena pergolakan di Ambenu. Asal usul dan latar belakang budayanya juga berbeda. Ada dua kelompok besar yaitu kelompok orang Timor Dawan yang bermukim di Ambenu dan kelompok orang "Kase Metan" atau orang asing berkulit hitam, selain itu ada sekelompok kecil pendatang dari pulau-pulau lain.
Kedua, deskripsi dan kajian tentang struktur sosial masyarakat Wini akan mengungkapkan bagaimana jaringan hubungan antar kelompok sosial yang heterogen tersebut. Kajian ini juga akan membahas norma-norma, nilai, adat kebiasaan, agama dan kepercayaan yang merupakan mekanisme kompleks yang mempertahankan struktur sosial yang ada.
Ketiga, walaupun masyarakat Wini mengaku sebagai petani tetapi hidupnya lebih tergantung dari pertukaran barang dan jasa, maka deskripsi struktur sosial akan dititik beratkan pada bahasan tentang beberapa jenis sumber pendapatan dan bagaimana peran serta status masing-masing dalam jaringan hubungan pertukaran barang dan jasa.
Keempat, diversifikasi mata pencaharian masyarakat sebagai salah satu fenomena perubahan sosial pada gilirannya menyebabkan terjadinya perkembangan ekonomi. Sejauhmana dampak perkembangan ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan, dan apakah ada perubahan di bidang tehnologi, pertanian dan ekologi, merupakan aspek penting yang mendasari kajian ini.
Dalam mendeskripsikan dan mengkaji masalah ini digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan struktural fungsional dan perubahan sosial. Sedangkan metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif berupa penggambaran (desecription) untuk mendapat gambaran selengkap mungkin tentang jaringan hubungan sosial yang ada dan beberapa aspek yang terkait serta perubahan sosial yang dialami. Karena penelitian ini menyangkut juga masa lalu, maka pendekatan sejarah dan perbandingan juga digunakan. Sedangkan untuk mengumpulkan data dipakai metode wawancara dan pengamatan terlibat.
Kajian antropologis tentang struktur sosial masyarakat yang bermukim di daerah yang pernah dijajah oleh Portugis seperti Wini dan Naemuti, di Timor bagian Barat, belum banyak dilakukan. Dengan demikian tulisan ini dari segi teoritis merupakan karya ilmiah dasar dalam meneliti dan mengkaji lebih lanjut mengenai berbagai dimensi struktur sosial dan perubahan sosial orang Timor. Dari segi praktis, kajian ini bermanfaat untuk mengetahui latar belakang kehidupan sosial ekonomi orang Wini yang bermukim di tepi pantai, terutama untuk melihat sejauhmana masyarakat yang hidup di dua lingkungan alam yang potensial ini dapat memanfaatkan lingkungan tersebut secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya.
Akhirnya dari hasil penelitian diketahui bahwa struktur sosial masyarakat Wini lebih bertumpu pada jaringan hubungan antar person dan antar kelompok yang terpelihara oleh pertukaran atau peredaran barang dan jasa, karena adanya beragam aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Demikian juga diketahui bahwa ada hubungan erat antara perubahan sosial dan perkembangan ekonomi."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat lain di Indonesia, pemahaman mengenai aspek sosial dan budaya masyarakat Timor-Timur dapat dikatakan masih belum memadai karena keterbatasan data etnografis yang tersedia hingga sekarang. Ditinjau dari perspektif disiplin ilmu antropologi, masyarakat Timor Timur terdiri dari sejumlah kelompok etnik yang berarti pula memiliki keragaman kebudayaan. Penelitian-penelitian antropologis maupun kajian-kajian mendalam mengenai keanekaragaman kebudayaan masyarakat Timor Timur, dalam kenyataannya belum banyak dilakukan oleh para ahli ilmu sosial khususnya ahli antropologi Indonesia sejak proses integrasi tahun 1976. Masyarakat dan kebudayaan orang Dawan adalah salah satu diantaranya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami secara mendalam kebudayaan orang Kemak yang menjadi salah satu segmen masyarakat Timor Timur. Pemahaman tersebut dilakukan melalui proses identifikasi aspek sosial dan budaya kelompok etnik tersebut, dalam bentuk sejumlah data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian antropologis. Deskripsi etnografis ini mencakup sistem mata pencaharian/kehidupan ekonomi, organisasi sosial, sistem kekerabatan, kependudukan dan sistem sosial serta sistem religi. Data etnografis akan dijadikan data dasar untuk merumuskan strategi intervensi bagi program-program pembangunan, dalam hasil penelitian Tahap II.
Data kualitatif yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini bersumber dari sejumlah informan dan informan kunci (key informant), yang terdiri dari tokoh masyarakat/ tokoh adat / tokoh keagamaan, para warga masyarakat, maupun mereka yang dikategorikan sebagai pemimpin formal yaitu aparat Pemda setempat serta aparat Pemerintah lainnya yang berdinas dalam Kabupaten Ambeno. Selain itu data etnografis juga diperoleh berdasarkan hasil observasi selama kegiatan penelitian berlangsung, balk yang terlibat (participation observation) maupun tak terlibat atau pengamatan sambil lalu dalam berbagai aspek kehidupan.
Timor-Timur merupakan suatu wilayah dengan luas kurang lebih 14.609 KM2 yang terdiri atas berbagai macam kelompok etnis, dengan berbagai budaya dan bahasa yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga kadang kadang mereka tidak saling memahami antara satu suku dengan suku lainnya. Oleh karena itu Timor-Timur terdapat 16 bahasa bagi penutur monolingual dan masing-masing bahasa merupakan jenis bahasa yang saling tidak terpahami (mutually unintelligible). Karena keenambelas bahasa itu merupakan rumpun bahasa daerah yang masih memiliki dialek dan subdialek, Dialek yang keseluruhannya berjumlah 36 bahasa. Jumlah bahasa dalam, hal ini kurang lebih sama banyaknya dengan jumlah kelompok etnis. Keanekaragaman tersebut merupakan ciri sosial dan budaya serta heterogenitas etnis di Timor-Timur.
Dalam kenyataannya, perbedaan sejarah bahasa, kelompok etnis dan budaya seperti di atas, menunjukkan bahwa terdapat kelompok etnis, bahasa dan budaya suku bangsa tertentu di Timor-Timur hampir punah. Sedangkan suku bangsa lainnya terus berkembang dengan pesat. Hal ini antara lain, ditentukan oleh perkembangan masyarakat pemakai dan/ pemilik bahasa, etnis dan budaya. Adanya migrasi masuk maupun migrasi keluar sangat besar pengaruhnya, maupun kurang adanya perhatian terhadap kelompok etnis.
Setiap golongan sosial di Timor-Timur yang menggunakan bahasa yang sama dapat dikatakan sebagai satu suku bangsa. Penggunaan bahasa yang sama ini merupakan salah satu aspek pembeda budaya di Timor-Timur. Kesamaan ini terwujud berdasarkan kesamaan simbol-simbol, kosakata, aturan-aturan, cara melakukan suatu serimoni ritual dan sebagainya yang digunakan bersama-sama oleh anggota masyarakat. Suku bangsa Kemak tersebar di wilayah Kabupaten Ermera, Kabupaten Ainaro, Kabupaten Bobonaro dan Kabupaten Suai itu sendiri. Selain itu suku bangsa Kemak terdapat pula di Kabupaten Belu NTT (Atambua).
Walaupun wilayah persebaran kelompok etnis budaya dan bahasa Kemak tersebar di lima kabupaten (NTT dan Timor-Timur seperti di atas, tetapi terdapat keunikan antara sub-sub kelompok etnisnya, seperti Kemak Leosibe (Maliana), Kemak Cailaco (di Kec. Cailaco secara keseluruhan), Kemak Balobo (di Balibo), Kemak Atabai (di Atabai), Kemak Atsabe, Obulo (di Atsabe - Ermera), Kemak Marobo (di Bobonaro), Kemak Hauba (di Bobonaro), Kemak Uskai, Daru (di Ainaro) dan Kemak Mape Zumalain (di Zumalain - Suai Kovalima). Walaupun secara umum, kebudayaan Kemak adalah sama, tetapi masing-masing sub kelompok etnik ini mempunyai keunikan tersendiri. Kenyataan sosial dan budaya seperti tersebut di atas dapat dijadikan acuan untuk menyusun rencana maupun tahapan-tahapan pelaksanaan program pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan strategi intervensi program-program pembangunan itu sendiri."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>