Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanaraj Gnanesageran
"Filariasis adalah masalah kesehatan masyarakat terutama di Indonesia Timur, namun pada tahun 2013 muncul delapan kasus baru di Jakarta Selatan sehingga perlu dilakukan pemberian obat masal pencegahan (POMP) filariasis. Untuk melaksanakan POMP, petugas perlu diberikan pengetahuan mengenai filariasis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan petugas pusat kesehatan masyarakat di Jakarta Selatan mengenai siklus hidup filariasis. Penelitian menggunakan desain pre-posttest study. Data diambil dengan total sampling pada tanggal 26 Juni 2013di kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengetahuan dinilai berdasarkan jawaban di kuesioner yang berisi enam pertanyaan mengenai siklus hidup filariasis. Survei dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan. Peserta yang hadir 52 orang, laki-laki 26 orang dan perempuan 26 orang. Pada pretest 20 orang berpengetahuan baik, 19 orang sedang dan 13 orang kurang. Pada posttest 39 orang berpengetahuan baik, 8 orang sedang dan 5 orang kurang. Terdapat perbedaan signifikan pada hasil pretest dan posttest (Marginal Homogeneity Test, p<0,001). Disimpulkan pendidikan kesehatan dalam bentuk kuliah efektif meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas.

Filariasis is a public health problem, especially in eastern Indonesia, but in 2013 eight new cases emerged in South Jakarta making it necessary that preventive mass drug administration (POMP) for filariasis be carried out. To implement POMP, healthcare workers should be given knowledge on filariasis. The purpose of this study was to determine the effect of education on increasing the knowledge of workers from health centres in South Jakarta about the life cycle of filariasis. This research was conducted using a pre-posttest study design. The data was taken by total sampling on June 26 2013 in a Health Sub-Department in South Jakarta. Knowledge was assessed based on answers to a questionnaire containing six questions about the life cycle of filariasis. Surveys were conducted before and after health education. There were 52 participants; 26 men and 26 women. 20 people had good pretest knowledge, 19 people moderate and 13 people poor. 39 people had good posttest knowledge, 8 people moderate and 5 people poor. There was a significant difference in the pre and posttest results (Marginal Homogeneity Test, p < 0.001). It is concluded that health education in the form of a lecture session is effective in increasing the knowledge of healthcare workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikhael Yosia
"Jakarta Selatan bukan merupakan daerah endemis filariasis namun pada tahun 2013 ditemukan delapan kasus baru filariasis sehingga perlu dilakukan pencegahan agar penyakit tersebut tidak meluas. Agar dapat melakukan pencegahan filariasis dengan baik, petugas puskesmas perlu penyuluhan mengenai filariasis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai manifestasi klinis filariasis pada petugas puskesmas di Jakarta Selatan. Desain penelitian adalah pre-post study dengan pengambilan data pada 26 Juni 2013 di Kantor Walikota Jakarta Selatan. Semua petugas puskesmas yang hadir dijadikan subyek penelitian dan diminta mengisi kuesioner berisi enam pertanyaan mengenai manifestasi klinis filariasis sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity. Terdapat 54 subyek, 24 (50%) laki-laki dan 24 (50%) perempuan. Pada pre-test, jumlah subyek dengan pengetahuan kurang 47 (87%), sedang 6 (11%) dan cukup 1 (1,9%). Setelah post-test, subyek dengan pengetahuan kurang 17 (31,5%), sedang 24 (44,4%) dan cukup 13 (24,1%). Ada perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0.001). Disimpulkan penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas mengenai manifestasi klinis filariasis.

South Jakarta is not a filarias endemic area, however in 2013 there were eight new cases of filarisis being founded. In order for health care personnel to conduct prevention effectively, an education about filariasis needs to be given. The main purpose of this research was to find the effectiveness of health education in increasing the level of knowledge on filariasis clinical manifestations among primary health care workers in South Jakarta. The design of this research was pre-post study with data collection held on 26 June 2013. All attending health personnel during that day were taken as participants. Data collection is conducted via questionnaire with six questions regarding filarial clinical manifestations that wre given before and after health education. The data was then analyzed using SPSS version 20 for Macintosh and tested with marginal homogeneity. The result showed 54 participants, 24 (50%) male and 24 (50%) female. During the pre-test, there were 47 (87%) participants with poor knowledge, 6 (11%) with moderate knowledge and 1 (1.9%) with good knowledge. In post-test, there were 17 (31.5%) participants with poor knowledge, 24 (44%) with moderate knowledge and 13 (24.1%) with good knowledge. Marginal homogeneity test showed that there are significant difference in pre-test and post test. It can be concluded that health education is an effective ways to increase knowledge on filariasis clinical manifestations. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Permatasari
"Pengetahuan mengenai pedikulosis kapitis yaitu penyebab dan gejala yang ditimbulkannya penting untuk diketahui masyarakat supaya kasus pedikulosis bisa dideteksi dan ditangani secara dini Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan responden mengenai pedikulosis kapitis Bentuk penelitian ini adalah studi pre post Data penelitian diambil pada 22 Januari 2011 di Pesantren X Jakarta Timur Seluruh santri diikutsertakan dalam penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai penyebab dan gejala pedikulosis Survei dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan Data diolah menggunakan program SPSS versi 11 5 dan diuji dengan marginal homogeneity Responden terdiri atas 151 orang berusia 11 18 tahun Responden laki laki 88 orang 58 3 dan perempuan 63 orang 41 7 Sebelum penyuluhan 13 orang 8 6 responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dan 138 orang lainnya 91 4 memiliki tingkat pengetahuan kurang Setelah penyuluhan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik menjadi 3 orang 2 0 sedang 47 orang 31 1 dan tingkat pengetahuan kurang menjadi 101 orang 66 9 Melalui uji marginal homogeneity didapatkan nilai p.

Knowledge about pediculosis capitis especially about the causative agent and the symptoms generated are important for public in order to detect and manage pediculosis early if it happened This research is purposed to observe the effectivity of health promotion in increasing respondents rsquo knowledge about pediculosis capitis This research is a pre post study The data was taken on January 22 2011 at lsquo X rsquo Islamic High School East Jakarta All of the students were included in this study by filling the questionnaire about pediculosis capitis causative agent and symptoms The survey was taken before and after the health promotion The data was processed using SPSS program version 11 5 and checked using marginal homogeneity test There were 151 respondents aged between 11 18 years old The respondents consisted of 88 boys 58 3 and 63 girls 41 7 Before the health promotion 13 respondents 8 6 had fair knowledge and the remaining 138 91 4 had poor knowledge After the health promotion the amount of respondents who had good knowledge increase to 3 respondents 2 0 fair knowledge 47 respondents 31 3 and poor knowledge decreases to 101 respondents 66 9 Using marginal homogeneity test the value of p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Astrella
"ABSTRAK
Infeksi Soil transmitted helminths (STH) adalah salah satu jenis infeksi yang sering terjadi di negara berkembang di daerah tropis seperti Indonesia. Anak-anak dan warga yang tinggal di area perkebunan yang lebih rentan untuk terinfeksi STH. Salah satu cara efektif untuk mencegah infeksi ini ada adalah melalui edukasi kesehatan sesuai dengan tingkat pengetahuan mengenai infeksi STH. Penelitian ini diadakan di Desa Pacet, Jawa Barat dimana mayoritas penduduk dan anak-anak mudah terekspos dengan tanah. Tujuan dari penelitian cross sectional ini adalah untuk mengetahui asosiasi antara tingkat pengetahuan dalam siklus hidup STH dengan tingkat edukasi diantara murid-murid tsanawiyah dan aliyah di Desa Pacet, Jawa Barat. Data yang dikumpulkan dari kuisioner terhadap murid-murid madrasah. Analisis data diselesaikan dengan menggunakan program SPSS 11.5 dan etode chi-square. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 2,1% dari murid-murid tsanawiyah mendapatkan nilai baik, 9,1% cukup, dan 88% buruk. Sedangkan untuk murid-murid aliyah, 3,1% dari murid-murid tersebut mendapatkan nilai baik, 19,6% cukup, dan 77,3% buruk. Terdapat perbedaan yang signifikan dari data yang dikumpulkan (p=0,03). Kesimpulannya, terdapat asosiasi antara tingkat pengetahuan tentang siklus hidup STH terhadap tingkat edukasi. Edukasi mengenai kesehatan diperlukan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan mengenai infeksi STH.

ABSTRACT
Soil transmitted helminths (STH) infection is one of the most common infection which affect most developing countries in tropical area such as Indonesia. Children and people who lived in the plantation area are more prone to have STH infection. One of the most effective way to prevent the infection is by giving health education based on the current level of knowledge about STH infection. This cross sectional research was done in Pacet village where most of the citizens and children are exposed to soil. The aim of this study is to know the association between level of knowledge on life cycle of STH and level of education among tsanawiyah and aliyah students in Pacet village, West Java. The data was collected through questionaires at madarasah students. The data analysis was done by using SPSS 11.5 program and chi-square method. The result in this study showed that 2.1% of tsanawiyah students got good score, 9.1 % and 88% poor. For the aliyah students, 3.1% of the students got good score, 196% fair score and 77.3% poor. There are significant differences in the data (p=0,03). In conclusion, there is association between level of knowledge on STH life cycle regarding STH infections and level of education. Furthermore, health education is needed to improve the knowledge level."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffrey Ryano Sandakh
"Infestasi tuma kepala sering dijumpai pada penduduk di lingkungan kumuh, padat dan pengetahuan yang kurang. Dengan demikian untuk memberantas kutu kepala, penduduk yang berisiko terinfestasi perlu diberikan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai pedikulosis kapitis pada siswi di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Metode: Desain penelitian adalah pre-poststudy dan data diambil pada 8 Maret 2014. Semua siswi pesantren yang datang pada pengumpulan data dijadikan subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan cara penularan kutu kepala. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan hanya 13 siswi 17,57 yang memiliki pengetahuan baik sedangkan ada 27 36,49 siswi pengetahuan sedang dan 34 45,9 siswi yang mendapat nilai kurang. Setelah penyuluhan, pengetahuan meningkat menjadi 34 siswi 45,9 berpengetahuan baik, sedangkan pengetahuan sedang 20 siswi, sama dengan yang berpengetahuan kurang yaitu 20 siswi 27 . Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan signifikan pada pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.

Head lice infestation is common in the population in a seedy neighborhood, dense and less knowledge. Thus, to eradicate head lice, people at risk should be given knowledge infested. This study aims to determine the effectiveness of health education about pediculosis capitis in students at a pesantren in East Jakarta.
Method: The study design is a pre poststudy and data taken on March 8, 2014. All the girls pesantren coming on data collection used as research subjects. Data were collected by a questionnaire consisting of 10 questions mode of transmission of head lice. The data was processed with SPSS version 20 and tested with marginal homogeneity.
Results: The results showed, before the extension was only 13 female students 17.57 who have a good knowledge, while there were 27 36.49 were female students knowledge and 34 45.9 students who scored less. After counseling, knowledge increased to 34 students 45.9 good knowledge, while knowledge was 20 students, together with knowledgeable less that 20 students 27 . Marginal homogeneity test showed significant differences in knowledge before and after counseling p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunissa Permata Hati
"Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh secara cepat tanpa diimbangi asupan cairan yang cukup Anak sekolah dasar rentan mengalami dehidrasi yang dapat menimbulkan gejala kelemahan fisik dan penurunan fungsi kognitif Mereka cenderung mengabaikan gejala dehidrasi dan tidak mengonsumsi cairan dalam jumlah cukup serta belum memiliki pengetahuan tentang cara menjaga status hidrasi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan sikap perilaku mengenai asupan cairan harian dan faktor faktor yang berhubungan pada anak SD dengan menggunakan desain cross sectional Data diambil Januari 2012 dengan memberikan kuesioner kepada 107 anak SD di Pejaten Barat Jakarta Selatan Hasil penelitian menunjukkan subyek terbanyak berusia 10 12 tahun 53 1 laki laki 62 2 duduk di kelas 4 6 SD 64 3 dan mendapat informasi dari 3 sumber informasi atau kurang 82 7 Diperoleh hasil yakni subyek terbanyak memiliki pengetahuan cukup 45 9 sikap cukup 51 dan perilaku baik 74 5 Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap uji chi square p 0 01 namun tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku serta antara sikap dan perilaku Terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan uji chi sqare p 0 042 namun pendidikan tidak berhubungan dengan sikap maupun dengan perilaku Karakteristik demografi lainnya seperti usia jenis kelamin dan jumlah sumber informasi tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan sikap dan perilaku.

Dehydration is the rapid excessive loss of body fluids without adequate fluid intake replenishment School children are susceptible to dehydration It causes them to physical weakness and cognitive function decline They tend to ignore the symptoms of dehydration and do not consume adequate amount of fluids Children do not have the knowledge on how to maintain hydration status This study aimed to determine the knowledge attitudes behaviors regarding daily fluid intake and associated factors in school children by using cross sectional design Data were taken in January 2012 by giving questionnaires to 107 school children in Pejaten Barat South Jakarta The result shows that most subjects aged 10 12 years 53 1 males 62 2 fourth to sixth primary school students 64 3 and received information from 3 or less media resources 82 7 Most subjects had sufficient knowledge 45 9 sufficient attitude 51 and good behavior 74 5 There is correlation between knowledge and attitude chi square test p 0 01 but there is no correlation between knowledge and behavior as well as between attitudes and behavior There is correlation between education and knowledge chi square test p 0 042 but education is not correlated with attitudes and behavior Other demographic characteristics such as age gender and number of resources are not correlated to knowledge attitudes and behaviors
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Elaine Y.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran tingkat pendidikan, usia, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi paling berkesan siswa dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan mengenai penyebab skabies sebelum dan setelah penyuluhan. Siswa pesantren X di Jakarta Selatan dikumpulkan untuk diberi penyuluhan mengenai scabies dan diberi kuesioner sebelum dan setelah penyuluhan. Data yang didapat dimasukkan komputer dan dianalisa menggunakan program SPSS. Didapatkan lebih dari setengah responden memiliki tingkat pendidikan SMP/Tsanawiyah ke bawah. Sebagian besar subjek penelitian mendapatkan informasi mengenai scabies dari 1 sumber informasi dan bersumber dari dokter. dari berbagai variabel yang dinilai (tingkat pendidikan, usia, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan) dalam pretest dan posttest, hanya terdapat perbedaan tingkat pengetahuan posttest mengenai penyebab scabies yang bermakna antara subjek dengan sumber informasi yang paling berkesan dari dokter dengan non dokter (p=0,003). Terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah penyuluhan (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan mengenai penyebab Sarcoptes scabiei pada santri di pondok pesantren X di Jakarta Selatan memiliki hasil yang efektif.

This research was conducted to determine the effectiveness of education about sarcoptes scabiei to the student of pesantren X in South Jakarta. In addition, this study also determine the distribution and comparison of education level, age, the number and the most memorable information resources with the pretest and posttest score about the causes of scabies. Students was collected to be given education about scabies and were given questionnaires before and after counseling. The acquired data were entered and analyzed using computer by SPSS programe. More than half of the respondents had elementary school or junior high education level. Most of the subjects were informed about the scabies from one resource and from the doctor. From variables that assessed (education level, age, number of information resources, and the most memorable information resources) in the pretest and posttest, there were only level of knowledge differences in posttest about the cause of scabies between subjects that gained information from physicians and with non physicians (p=0.003). There is a significant difference in knowledge between the pretest and posttest (p=0.000). It can be concluded that the education of the causes of Sarcoptes scabiei at pesantren X in South Jakarta showing an effective results."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Azzahrah
"Latar Belakang. Prevalensi trikuriasis di Desa Panimbang tahun 2018 sebesar 25,1%. Desa Panimbang adalah desa berpenduduk miskin dengan sanitasi buruk serta memiliki kondisi desa yang bertanah liat dan tercemar telur T. trichiura merupakan faktor risiko cacingan yang ditularkan melalui tanah. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang trikuriasis dan pencegahannya dengan ber-PHBS. Metode. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan. Penelitian dilaksanakan di SDN 03 Panimbang, Kabupaten Pandeglang pada Agustus 2019. Subjek diberikan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan pre-test dan post-test terkait infeksi T. trichiura. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20. Hasil. Jumlah subjek adalah 46 orang yang terdiri atas 12 guru (91,7% perempuan, 8,3% laki-laki) dan 34 kader (100% perempuan). Sebagian besar usia guru 46-55 tahun (41,7%) dan kader 26-35 (35,3%) dan 36-45 tahun (35,3%). Sebelum penyuluhan kesehatan, tingkat pengetahuan subjek terdiri dari baik (45,7%), cukup (21,7%) dan kurang (32,6%). Setelah penyuluhan kesehatan, terjadi peningkatan subjek dengan pengetahuan baik (87%) dan penurunan subjek dengan pengetahuan cukup (4,3%) dan kurang (8,7%). Uji marginal homogeneity memberikan nilai p<0,001 yang berarti bahwa tingkat pengetahuan subjek tentang gejala trikuriasis berhubungan dengan penyuluhan kesehatan. Kesimpulan. Penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan guru dan kader tentang trikuriasis.

Background. The prevalence of trichuriasis in Panimbang Village in 2018 was 25,1%. Panimbang Village is a village with poor population and poor sanitation, and has a village condition with clay soil and contaminated with T. trichiura eggs is a risk factor for soil-transmitted helminths. Therefore, health education is needed to increase villagers’ knowledge about trichuriasis and its prevention by using PHBS. Methods. This study used a pre-post study design with interventions of health education. The research was conducted at SDN 03 Panimbang, Pandeglang District in August 2019. Subjects were given a questionnaire containing 20 pre-test and post-test questions related to T. trichiura infection. Data were analyzed using SPSS version 20. Results. The number of subjects was 46 people consists of 12 teachers (91,7% female, 8,3% male) and 34 cadres (100% female). Most of the teachers’ age was 46-55 years old (41,7%) and cadres 26-35 (35,3%) and 36-45 (35,3%) years old. Before health education, the level of subject knowledge consisted of good (45,7%), moderate (21,7%) and poor (32,6%). After health education, there was an increase in subjects with good (87%) knowledge and a decrease in subjects with moderate (4,3%) and poor (8,7%) knowledge. The marginal homogeneity test showed p<0,001, which means the subject’s level of knowledge about trichuriasis symptoms was related to health education. Conclusion. Health education is effective to increase knowledge of trichuriasis in teachers and cadres."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Upahita
"The Indonesia Regional Hydration Study THIRST pada tahun 2009 melakukan penelitian terhadap 1200 orang di beberapa kota di Indonesia Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebanyak 42 5 subjek dewasa mengalami dehidrasi ringan Hal ini diketahui karena 60 remaja dan dewasa tidak mengetahui pentingnya penambahan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi ringan Latar belakang ini yang membuat peneliti merasa perlu melakukan penelitian pada subjek perempuan produktif usia 19 49 tahun Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan asupan cairan pada subjek perempuan produktif usia 19 49 tahun Desain penelitian ini adalah cross sectional Data penelitian diambil pada bulan Januari 2012 melalui kuesioner dan lembar asupan cairan pada 66 subjek yang memenuhi kriteria inklusi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar 92 4 subjek berusia 30 49 tahun dan tingkat pendidikan sebagian besar 45 5 adalah lulusan SD Selain itu sebagian besar subjek 43 9 memiliki pengetahuan cukup Secara keseluruhan asupan cairan subjek adalah 2771 52 1111 83 mL hari dan sebagian besar 66 7 memiliki asupan cairan yang adekuat Penelitian ini membuktikan tidak terdapat hubungan p 0 079 antara tingkat pengetahuan dan asupan cairan Sebanyak 52 4 subjek yang berpengetahuan buruk memilki asupan cairan adekuat Hal ini menunjukan terdapat faktor lain disamping pengetahuan yang memengaruhi asupan cairan pada perempuan produktif usia 19 49 tahun Kata kunci asupan cairan perempuan produktif usia 19 ndash 49 tahun tingkat pengetahuan.

The Indonesian Regional Hydration Study THIRST in 2009 conducted a study of 1200 people in several cities in Indonesia The results revealed that as many as 42 5 of the adult subjects experienced mild dehydration This was known as 60 of the adolescents and adults did not know the importance of the addition of fluid intake to prevent mild dehydration This background motivated researchers to do research on the 19 49 years old productive female The aim is to determine the association between the knowledge level and the fluid intake The design of the study was cross sectional Data were taken in January 2012 through questionnaires and fluid intake sheet on 66 subjects who met the inclusion criteria Results of this study showed that the majority of the subjects 92 4 was 30 49 years old and most education level 45 5 was primary school graduate In addition the majority of the subjects 43 9 had sufficient knowledge Overall fluid intake of the subjects was 2771 52 1111 83 mL day and most of them 66 7 had adequate fluid intake This study proves that there is no association p 0 079 between the level of knowledge and fluid intake A total of 52 4 of the bad knowledge subjects had adequate fluid intake It is revealed that there are other factors besides knowledge level that affecting the fluid intake in 19 49 years old productive femaleKeywords fluid intake 19 49 years old productive female and knowledge level
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rahmah Ayu Anggrenani
"ABSTRAK
Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di areal pertanian serta perkebunan. Pekerjaan tersebut mengharuskan para pekerjanya untuk kontak langsung dengan tanah, sehingga resiko mendapat infeksi cacing tanah (STH) dan prevalensi infeksi tersebut meningkat. Oleh karena itu, tujuan riset ini adalah untuk menentukan efektivitas penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan terkait siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH pada pekerja kebun di perkebunan X di Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Variabel terkait pengetahuan tersebut juga diuji dalam riset ini. Desain riset ini adalah pre-post study. Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa 52,4% dari subyek adalah pria, 69% adalah lulusan SD, 64.3% tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai infeksi STH and 59,5% tidak pernah terinfeksi STH. Selisih antara nilai tes sebelum dan sesudah penyuluhan juga dianalisis bersama dengan keempat variabel di atas, tetapi tidak ditemukan keterkaitan yang signifikan diantaranya. Pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH sebelum penyuluhan berkaitan erat dengan variabel umur (p<0.05) dan pengetahuan mengenai infeksi STH sebelum riset ini dijalankan (p<0.05). Sedangkan variable pengalaman terinfeksi STH dan tingkat pendidikan tidak terkait secara signifikan dengan pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH sebelum penyuluhan. Secara umum, setelah penyuluhan kesehatan nilai tes para subyek meningkat secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan nilai pre- test dan post-test yang dianalisis dengan tes Wilcoxon (p<0.05). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH diantara pekerja kebun di Pacet, Cianjur secara umum tanpa memperhitungkan variabel yang ada.

ABSTRACT
Indonesia is an agricultural country, where a large number of people work in plantation areas. This requires constant exposure to soil, thereby increasing the risk of acquiring STH infection and its prevalence. Hence the goal of this research is to figure out the adequacy of health education in heightening the knowledge of life cycle and modes of infection and transmission of STH among agricultural workers in Pacet, Cianjur, West Java. Other variables affecting the prior knowledge and its improvement were also assessed. This research used pre-post study design. It is obtained from the data that 52,4% of the subjects were male, 69% graduated from Elemetary School, 64.3% had no prior knowledge regarding STH infection and 59,5% had never been infected with STH. The difference score was also analyzed with all four variables, but showed no association between each of them. The knowledge about the morphology, life cycle and modes of transmission prior to health education were significantly associated with two out of four variables; gender (p<0.05) and knowledge of infection (p<0.05). On the other hand, education and history of infection does not significantly relate to the knowledge about life cycle and modes of transmission of STH prior to health education. Subsequent to health education, agricultural workers? knowledge showed significant improvement, seen by comparing pre-test and post-test and analyzing them with Wilcoxon test (p<0.05). In conclusion, health education has proven to be adequate in heightening knowledge regarding life cycle and modes of infection and transmission of STH among agricultural workers in Pacet, Cianjur when variables are not taken into account.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>