Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mikhael Yosia
"Jakarta Selatan bukan merupakan daerah endemis filariasis namun pada tahun 2013 ditemukan delapan kasus baru filariasis sehingga perlu dilakukan pencegahan agar penyakit tersebut tidak meluas. Agar dapat melakukan pencegahan filariasis dengan baik, petugas puskesmas perlu penyuluhan mengenai filariasis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai manifestasi klinis filariasis pada petugas puskesmas di Jakarta Selatan. Desain penelitian adalah pre-post study dengan pengambilan data pada 26 Juni 2013 di Kantor Walikota Jakarta Selatan. Semua petugas puskesmas yang hadir dijadikan subyek penelitian dan diminta mengisi kuesioner berisi enam pertanyaan mengenai manifestasi klinis filariasis sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity. Terdapat 54 subyek, 24 (50%) laki-laki dan 24 (50%) perempuan. Pada pre-test, jumlah subyek dengan pengetahuan kurang 47 (87%), sedang 6 (11%) dan cukup 1 (1,9%). Setelah post-test, subyek dengan pengetahuan kurang 17 (31,5%), sedang 24 (44,4%) dan cukup 13 (24,1%). Ada perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0.001). Disimpulkan penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas mengenai manifestasi klinis filariasis.

South Jakarta is not a filarias endemic area, however in 2013 there were eight new cases of filarisis being founded. In order for health care personnel to conduct prevention effectively, an education about filariasis needs to be given. The main purpose of this research was to find the effectiveness of health education in increasing the level of knowledge on filariasis clinical manifestations among primary health care workers in South Jakarta. The design of this research was pre-post study with data collection held on 26 June 2013. All attending health personnel during that day were taken as participants. Data collection is conducted via questionnaire with six questions regarding filarial clinical manifestations that wre given before and after health education. The data was then analyzed using SPSS version 20 for Macintosh and tested with marginal homogeneity. The result showed 54 participants, 24 (50%) male and 24 (50%) female. During the pre-test, there were 47 (87%) participants with poor knowledge, 6 (11%) with moderate knowledge and 1 (1.9%) with good knowledge. In post-test, there were 17 (31.5%) participants with poor knowledge, 24 (44%) with moderate knowledge and 13 (24.1%) with good knowledge. Marginal homogeneity test showed that there are significant difference in pre-test and post test. It can be concluded that health education is an effective ways to increase knowledge on filariasis clinical manifestations. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikeish R. Muralitharan
"Delapan kasus baru filariasis kronis telah ditemukan di Jakarta Selatan yang bukan merupakan daerah endemis. Untuk memotong rantai penularan, pemberian obat Diethylcarbamazine (DEC) dan albendazole tiap tahun selama lima tahun harus dilakukan. Oleh karena itu , pekerja kesehatan primer di Jakarta Selatan membutuhkan penyuluhan kesehatan untuk melakukan pencegahan filariasis dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai program minum obat massal pencegahan (POMP) filariasis pada petugas kesehatan primer di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan metode pre -post studi. Pengumpulan data dilakukan di Jakarta Selatan pada 26 Juni 2013 dengan meminta semua pekerja perawatan kesehatan primer yang hadir untuk mengisi pre- dan post-tes kuesioner (n = 54). Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan mengenai POMP filariasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan kesehatan, 83,3 % dari peserta memiliki pengetahuan yang buruk, 14,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan 1,9 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis. Setelah penyuluhan kesehatan, 64,8 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis, 27,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan hanya 7,4 % dari peserta memiliki pengetahuan yang kurang mengenai POMP filariasis (tes homogenitas marginal pre dan post tes < 0.001* ). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan primer mengenai POMP filariasis.

Eight new cases of chronic filariasis have been discovered in South Jakarta, a nonedemic area. To cut the chain of transmission, administration of diethylcarbamazine (DEC) and albendazole yearly for five years should be performed 1 . Therefore, primary health care workers in South Jakarta require health education to perform filariasis prevention correctly. This research aimed to study the effectiveness of health education on filariasis mass drug administration (MDA) among primary health care workers in South Jakarta. This study used experimental design with pre-post study method. Data collection was done in South Jakarta on the 26th of June 2013 by asking all the attending primary health care workers to fill pre- and post-test questionnaires (n=54). The questionnaire comprised of eight questions regarding filariasis MDA. The results showed that before health education, 83.3% of participants had poor knowledge, 14.8% had average knowledge and 1.9% of participants had good knowledge on filariasis MDA. Following health education, 64.8% of participants had good knowledge on filariasis, 27.8% had average knowledge and only 7.4% of participants had poor knowledge on filariasis MDA (marginal homogeneity of pre and post tests <0.001*). Hence, it was concluded that health education is effective in increasing the knowledge of primary health care workers on filariasis MDA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanaraj Gnanesageran
"Filariasis adalah masalah kesehatan masyarakat terutama di Indonesia Timur, namun pada tahun 2013 muncul delapan kasus baru di Jakarta Selatan sehingga perlu dilakukan pemberian obat masal pencegahan (POMP) filariasis. Untuk melaksanakan POMP, petugas perlu diberikan pengetahuan mengenai filariasis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan petugas pusat kesehatan masyarakat di Jakarta Selatan mengenai siklus hidup filariasis. Penelitian menggunakan desain pre-posttest study. Data diambil dengan total sampling pada tanggal 26 Juni 2013di kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengetahuan dinilai berdasarkan jawaban di kuesioner yang berisi enam pertanyaan mengenai siklus hidup filariasis. Survei dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan. Peserta yang hadir 52 orang, laki-laki 26 orang dan perempuan 26 orang. Pada pretest 20 orang berpengetahuan baik, 19 orang sedang dan 13 orang kurang. Pada posttest 39 orang berpengetahuan baik, 8 orang sedang dan 5 orang kurang. Terdapat perbedaan signifikan pada hasil pretest dan posttest (Marginal Homogeneity Test, p<0,001). Disimpulkan pendidikan kesehatan dalam bentuk kuliah efektif meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas.

Filariasis is a public health problem, especially in eastern Indonesia, but in 2013 eight new cases emerged in South Jakarta making it necessary that preventive mass drug administration (POMP) for filariasis be carried out. To implement POMP, healthcare workers should be given knowledge on filariasis. The purpose of this study was to determine the effect of education on increasing the knowledge of workers from health centres in South Jakarta about the life cycle of filariasis. This research was conducted using a pre-posttest study design. The data was taken by total sampling on June 26 2013 in a Health Sub-Department in South Jakarta. Knowledge was assessed based on answers to a questionnaire containing six questions about the life cycle of filariasis. Surveys were conducted before and after health education. There were 52 participants; 26 men and 26 women. 20 people had good pretest knowledge, 19 people moderate and 13 people poor. 39 people had good posttest knowledge, 8 people moderate and 5 people poor. There was a significant difference in the pre and posttest results (Marginal Homogeneity Test, p < 0.001). It is concluded that health education in the form of a lecture session is effective in increasing the knowledge of healthcare workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffrey Ryano Sandakh
"Infestasi tuma kepala sering dijumpai pada penduduk di lingkungan kumuh, padat dan pengetahuan yang kurang. Dengan demikian untuk memberantas kutu kepala, penduduk yang berisiko terinfestasi perlu diberikan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai pedikulosis kapitis pada siswi di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Metode: Desain penelitian adalah pre-poststudy dan data diambil pada 8 Maret 2014. Semua siswi pesantren yang datang pada pengumpulan data dijadikan subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan cara penularan kutu kepala. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan hanya 13 siswi 17,57 yang memiliki pengetahuan baik sedangkan ada 27 36,49 siswi pengetahuan sedang dan 34 45,9 siswi yang mendapat nilai kurang. Setelah penyuluhan, pengetahuan meningkat menjadi 34 siswi 45,9 berpengetahuan baik, sedangkan pengetahuan sedang 20 siswi, sama dengan yang berpengetahuan kurang yaitu 20 siswi 27 . Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan signifikan pada pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.

Head lice infestation is common in the population in a seedy neighborhood, dense and less knowledge. Thus, to eradicate head lice, people at risk should be given knowledge infested. This study aims to determine the effectiveness of health education about pediculosis capitis in students at a pesantren in East Jakarta.
Method: The study design is a pre poststudy and data taken on March 8, 2014. All the girls pesantren coming on data collection used as research subjects. Data were collected by a questionnaire consisting of 10 questions mode of transmission of head lice. The data was processed with SPSS version 20 and tested with marginal homogeneity.
Results: The results showed, before the extension was only 13 female students 17.57 who have a good knowledge, while there were 27 36.49 were female students knowledge and 34 45.9 students who scored less. After counseling, knowledge increased to 34 students 45.9 good knowledge, while knowledge was 20 students, together with knowledgeable less that 20 students 27 . Marginal homogeneity test showed significant differences in knowledge before and after counseling p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah
"Diperkirakan 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi oleh S. scabiei. Tingginya prevalensi skabies terutama di pesantren disebabkan santri tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang skabies yaitu siklus hidup, gejala, penularan, pengobatan, dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan mengenai manifestasi klinis skabies pada santri di Pesantren X Jakarta Selatan sebelum dan sesudah penyuluhan. Penelitian menggunakan desain penelitian eksperimental dengan metode pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 2013 terhadap 100 orang santri yang diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai manifestasi klinis infeksi skabies. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebelum penyuluhan santri yang mempunyai tingkat pengetahuan baik adalah 6% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 42% berpengetahuan sedang, dan 52% berpengetahuan kurang. Hanya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan usia. Setelah penyuluhan, sebanyak 77% memiliki tingkat pengetahuan baik, 9% berpengetahuan sedang, dan 14% berpengetahuan kurang, perubahan ini sangat signifikan (p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai manifestasi klinis skabies.

About 300 million people infected by S. scabiei.. Founded high prevalence of scabies, especially in boarding schools because students do not have sufficient knowledge about the life cycle of scabies, symptoms, transmission, treatment, and prevention. The purpose of this study was to determine the level of knowledge about the clinical manifestations of scabies at X boarding school students in South Jakarta before and after counseling. Research using experimental research design with pre-post study method. Data collection was conducted in Jakarta on May 9, 2013 to 100 students who were asked to fill out questionnaires before and after counseling. The questionnaire contained five questions regarding the treatment of scabies infection. Results of this study showed that prior to counseling students who have a good knowledge level is 6% of respondents, 42% were knowledgeable moderate, and 52% less knowledgeable. Only there is a relationship between knowledge level and age. After counseling, 77% had a good level of knowledge, knowledgeable moderate 9%, and 14% less knowledgeable, this change was highly significant (p <0,05). Concluded that counseling is effective in improving students knowledge about the clinical manifestations of scabies"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prissilia Prasetyo
"Trikuriasis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh T.trichiura. Pengetahuan mengenai siklus hidup T.trichiura berperan penting dalam upaya pencegahan trikuriasis khususnya pada anak-anak. Guru erat kaitannya dengan pendidikan sehingga dapat diperbantukan dalam upaya pencegahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai siklus hidup T.trichiura. Metode penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan design pre-post study. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 12 Oktober 2011 dengan cara pengisian kuesioner. Kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan berisi lima buah pertanyaan mengenai morfologi dan siklus hidup T.trichiura. Semua guru yang hadir pada penyuluhan dijadikan subyek penelitian (total population). Dari penelitian ini diketahui bahwa sebelum penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 18 orang (26,9%), cukup 21 orang (31,3%), dan kurang 28 orang (41,8%). Setelah penyuluhan, responden dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 31 orang (46,3%), cukup 20 orang (29,9%), dan kurang 16 orang (23,9%). Berdasarkan uji marginal homogeneity, didapatkan nilai p<0,01 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden sebelum dan setelah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai T.trichiura.

Trichuriasis is an infectious disease caused by T.trichiura. The acknowledgement about life cycle of T.trichiura is important to prevent trichuriasis. The objective of this research is to know the effectiveness of health promotion towards the improvement of elementary teachers’ knowledge about T.trichiura. Method of this research is quasi experimental with pre-post study design. The data was collected in Jakarta at October 12th, 2011 by giving questionnaires to the respondents. The questionnaires given before and after the promotion were about the morphology and life cycle of T.trichiura. Total population method was applied to pick out the samples whereas all of the elementary school teachers who came to the health promotion were pick out as the samples. The results of this research shows: before the health promotion, 18 respondents (26,9%) had good knowledge level, 21 respondents (31,3%) fair, and 28 respondents (41,8%) poor. After the promotion, 31 respondents (46,3%) had good knowledge level, 20 respondents (29,9%) fair, and 16 respondents (23,9%) poor. According to marginal homogeneity test, there was a significant difference (p<0,01) between the respondents’ knowledge before and after the health promotion. To summarize, the health promotion is an effective method to improve elementary teachers’ knowledge in Jakarta about T.trichiura."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Azzahrah
"Latar Belakang. Prevalensi trikuriasis di Desa Panimbang tahun 2018 sebesar 25,1%. Desa Panimbang adalah desa berpenduduk miskin dengan sanitasi buruk serta memiliki kondisi desa yang bertanah liat dan tercemar telur T. trichiura merupakan faktor risiko cacingan yang ditularkan melalui tanah. Oleh karena itu, diperlukan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang trikuriasis dan pencegahannya dengan ber-PHBS. Metode. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan. Penelitian dilaksanakan di SDN 03 Panimbang, Kabupaten Pandeglang pada Agustus 2019. Subjek diberikan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan pre-test dan post-test terkait infeksi T. trichiura. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20. Hasil. Jumlah subjek adalah 46 orang yang terdiri atas 12 guru (91,7% perempuan, 8,3% laki-laki) dan 34 kader (100% perempuan). Sebagian besar usia guru 46-55 tahun (41,7%) dan kader 26-35 (35,3%) dan 36-45 tahun (35,3%). Sebelum penyuluhan kesehatan, tingkat pengetahuan subjek terdiri dari baik (45,7%), cukup (21,7%) dan kurang (32,6%). Setelah penyuluhan kesehatan, terjadi peningkatan subjek dengan pengetahuan baik (87%) dan penurunan subjek dengan pengetahuan cukup (4,3%) dan kurang (8,7%). Uji marginal homogeneity memberikan nilai p<0,001 yang berarti bahwa tingkat pengetahuan subjek tentang gejala trikuriasis berhubungan dengan penyuluhan kesehatan. Kesimpulan. Penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan guru dan kader tentang trikuriasis.

Background. The prevalence of trichuriasis in Panimbang Village in 2018 was 25,1%. Panimbang Village is a village with poor population and poor sanitation, and has a village condition with clay soil and contaminated with T. trichiura eggs is a risk factor for soil-transmitted helminths. Therefore, health education is needed to increase villagers’ knowledge about trichuriasis and its prevention by using PHBS. Methods. This study used a pre-post study design with interventions of health education. The research was conducted at SDN 03 Panimbang, Pandeglang District in August 2019. Subjects were given a questionnaire containing 20 pre-test and post-test questions related to T. trichiura infection. Data were analyzed using SPSS version 20. Results. The number of subjects was 46 people consists of 12 teachers (91,7% female, 8,3% male) and 34 cadres (100% female). Most of the teachers’ age was 46-55 years old (41,7%) and cadres 26-35 (35,3%) and 36-45 (35,3%) years old. Before health education, the level of subject knowledge consisted of good (45,7%), moderate (21,7%) and poor (32,6%). After health education, there was an increase in subjects with good (87%) knowledge and a decrease in subjects with moderate (4,3%) and poor (8,7%) knowledge. The marginal homogeneity test showed p<0,001, which means the subject’s level of knowledge about trichuriasis symptoms was related to health education. Conclusion. Health education is effective to increase knowledge of trichuriasis in teachers and cadres."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Rosalina Hidayati
"Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan mengenai malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan murid sekolah mengenai gejala klinis pada malaria setelah mendapat penyuluhan di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 16-18 Oktober 2009 dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai gejala klinis pada malaria. Hasilnya menunjukkan, responden perempuan berjumlah 60 orang (56,6%) dan laki-laki 46 orang (43,4%). Usia < 12 tahun 41,5% dan > 12 tahun 58,5%. Tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 orang (8,5%), cukup 18 orang (17%), dan kurang 79 orang (74,5%). Seluruh responden pernah mendapat informasi mengenai gejala klinis pada malaria. Berdasarkan uji chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara pengetahuan gejala klinis malaria dengan usia, jenis kelamin, dan sumber informasi paling berkesan. Pada uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara pengetahuan gejala klinis malaria dengan kegiatan, jumlah sumber informasi dan riwayat menderita dalam keluarga. Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan gejala klinis pada malaria tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, kegiatan sehari-hari, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan riwayat menderita malaria dalam keluarga.

Malaria is a public health problem in Indonesia Therefore people need to gain knowledge about malaria This study aims to determine knowledge level regarding malaria clinical manifestations of students in Bayah after getting health education The study was conducted with cross sectional design Data was collected on 16 18 October 2009 by interviewing respondents using a questionnaire consisting questions about clinical manifestations on malaria The results show female respondents totaled 60 people 56 6 and male respondents46 people 43 4 There are 9 people 8 5 with good knowledge level 18 people 17 moderate knowledge level and 79 people 74 5 with poor knowledge level All respondents had received information about malaria clinical manifestations Chi square test showed no significant differences between the knowledge level regarding malaria clinical manifestations with age gender and the most impressive source of information Kolmogorov Smirnov showed no significant differences between the knowledge level regarding malaria clinical manifestations with daily activities the number of information sources and history of suffering from malaria in the family It can be concluded that knowledge level regarding malaria clinical manifestations and not associated with all respondents demographic characteristics
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisya Natasha Putri
"ABSTRAK
Infeksi soil-transmitted helminthes merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia, terutama pada daerah dengan tingkat kebersihan rendah seperti pedesaan. Walaupun penyakit ini seringkali dijumpai pada anak-anak, tidak banyak orang dewasa yang terinfeksi penyakit ini terutama dewasa yang pekerjaan sehari-harinya berhubungan dengan tanah, dalam hal ini pekerja kebun.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas penyuluhan mengenai pencegahan infeksi STH pada pekerja kebun di Pacet, Cianjur, Desain penelitian ini adalah pre-post study dengan penyuluhan kesehatan sebagai intervensi. Penelitian ini diselenggarakan pada tanggal 10 September 2011 dengan membagikan kuisioner pretest kepada 42 pekerja kebun (total populasi). Setelah itu dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai pencegahan infeksi STH, lalu semua peserta penyuluhan menerima kuisioner posttest. Data dianalisis dengan program SPSS 17.0 dengan uji Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, dan Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah laki-laki (52,4%), pekerja kebun dengan tingkat lulusan sekolah dasar (69%), riwayat belum pernah terinfeksi (59,5%), dan riwayat orang sekitar belum pernah terinfeksi (52,4%). Pada uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis, tidak ditemukan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dan delta score sebelum penyuluhan dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p>0,05), tingkat pendidikan (Kruskal-Wallis, p>0,05), riwayat terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05), dan riwayat orang sekitar yang pernah terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05). Namun pada uji wilcoxon, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat pengetahuan pekerja kebun sebelum dan sesudah penyuluhan (Wilcoxon, p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai pencegahan infeksi STH.

ABSTRACT
Soil-transmitted helminthes infection is commonly found in Indonesia especially in the environment with poor sanitary condition in rural areas. Although the majority of cases usually found in children, adult can also be infected especially for those who have direct contact with soil everyday, such as plantation workers.
The objective of this research is to observe the effectiveness of health education about prevention of STH infection among plantation workers in Pacet, Cianjur. The research design is pre-post study with health education as the intervention. This research was conducted at September 10th 2011 by giving the pretest questionnaires to 42 plantation workers (total population). Then, health education about prevention regarding STH infection was given to all the respondents and after that they received posttest questionnaires. The data was analyzed using SPSS 17.0 program, using Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, and Wilcoxon test.
The result shows that the highest numbers of plantation workers were male (52,4%), plantation workers with elementary school graduated (69%), negative infected history (59,5%), and negative surrounding infected history (52,4%). In Mann-Whitney and Kruskal-Wallis test, there were no significant differences between knowledge level and delta score before health education with gender (Mann-Whitney, p>0,05), education level (Kruskal-Wallis, p>0,05), infected history (Mann-Whitney, p>0,05), and surrounding infected history (Mann-Whitney, p>0,05). However in wilcoxon test, it has been found that there was a significance difference in knowledge level of plantation workers before and after health education (Wilcoxon, p<0,05). To conclude, health education is proven to be effective in improving the knowledge level of prevention of STH infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pascal Komala
"Di negara berkembang prevalensi skabies sekitar 6 27 dari populasi umum dan lebih tinggi pada anak anak dan remaja Pengetahuan mengenai pencegahan berperan penting dalam menanggulangi skabies Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan usia tingkat pendidikan sumber informasi lama sakit skabies dengan tingkat pengetahuan santri akan pengobatan skabies di Pesantren X Jakarta Selatan dan peran penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri akan pengobatan skabies di Pesantren X Jakarta Selatan Pada dasarnya penelitian ini menggunakan desain ekperimental yang diimplementasikan dengan mekanisme pre post study Data diambil di Jakarta anggal 9 Mei 2013 pada 100 santri yang sebelum penyuluhan diberikan kusioner dan sesudahnya Kuesioner terdiri atas 5 pertanyaan yang mengaju kepada pengobatan skabies Pada penelitian didapatkan data sebelum penyuluhan santri yang memiliki pengetahuan baik 7 orang 7 pengetahuan sedang 25 orang 25 dan buruk 68 orang 68 Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara usia jenjang pendidikan sumber informasi dan lama menderita skabies dengan pengetahuan mengenai pengobatan skabies Setelah penyuluhan guru dengan tingkat pengetahuan baik adalah 23 orang 23 cukup 37 orang 37 dan kurang 40 orang 40 Berdasarkan uji marginal homogeneity didapatkan perbedaan bermakna p 0 01 pada tingkat pengetahuan yang dimiliki santri sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan Disimpulkan bahwa penyuluhan memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies guna hasil pengobatan yang lebih baik.

In developing countries the prevalence of skabies approximately 6 27 of the general population and is higher in children and adolescents Knowledge about prevention plays an important role to eradicate scabies Aim of this study is to acknowledge the relationship of age level of education resources history of previous scabies with knowledge level of students in the boarding school would be the treatment of skabies X South Jakarta and the role of education on the level of knowledge of students will be the treatment of skabies in Pesantren X South Jakarta This research be made basicly by experimental research implemented with pre post study mechanism The collection of data was organized in Jakarta May 9th 2013 About 100 students participated to fill out questionnaires before and after counseling This quessionaire contained 5 questions regarding the treatment of scabies The result of the pre counseling quessionnaire showed that students who have a good knowledge level is 7 7 mild 25 students 25 and poor 68 students 68 There is no significant relationship in age level of education resources and long suffering with the knowledge of the treatment of scabies After being given counseling the teacher with good knowledge level 23 people 23 mild 37 people 37 and poor 40 people 40 Based on the marginal homogenity test it was concluded that there is significant differences p 0 01 at the level of knowledge of students before and after health education In conclusion counseling served effectivity in upgrading students knowledge about the treatment of scabies to improve the outcome of the disease"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>