Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rikeish R. Muralitharan
"Delapan kasus baru filariasis kronis telah ditemukan di Jakarta Selatan yang bukan merupakan daerah endemis. Untuk memotong rantai penularan, pemberian obat Diethylcarbamazine (DEC) dan albendazole tiap tahun selama lima tahun harus dilakukan. Oleh karena itu , pekerja kesehatan primer di Jakarta Selatan membutuhkan penyuluhan kesehatan untuk melakukan pencegahan filariasis dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai program minum obat massal pencegahan (POMP) filariasis pada petugas kesehatan primer di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan metode pre -post studi. Pengumpulan data dilakukan di Jakarta Selatan pada 26 Juni 2013 dengan meminta semua pekerja perawatan kesehatan primer yang hadir untuk mengisi pre- dan post-tes kuesioner (n = 54). Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan mengenai POMP filariasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan kesehatan, 83,3 % dari peserta memiliki pengetahuan yang buruk, 14,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan 1,9 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis. Setelah penyuluhan kesehatan, 64,8 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis, 27,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan hanya 7,4 % dari peserta memiliki pengetahuan yang kurang mengenai POMP filariasis (tes homogenitas marginal pre dan post tes < 0.001* ). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan primer mengenai POMP filariasis.

Eight new cases of chronic filariasis have been discovered in South Jakarta, a nonedemic area. To cut the chain of transmission, administration of diethylcarbamazine (DEC) and albendazole yearly for five years should be performed 1 . Therefore, primary health care workers in South Jakarta require health education to perform filariasis prevention correctly. This research aimed to study the effectiveness of health education on filariasis mass drug administration (MDA) among primary health care workers in South Jakarta. This study used experimental design with pre-post study method. Data collection was done in South Jakarta on the 26th of June 2013 by asking all the attending primary health care workers to fill pre- and post-test questionnaires (n=54). The questionnaire comprised of eight questions regarding filariasis MDA. The results showed that before health education, 83.3% of participants had poor knowledge, 14.8% had average knowledge and 1.9% of participants had good knowledge on filariasis MDA. Following health education, 64.8% of participants had good knowledge on filariasis, 27.8% had average knowledge and only 7.4% of participants had poor knowledge on filariasis MDA (marginal homogeneity of pre and post tests <0.001*). Hence, it was concluded that health education is effective in increasing the knowledge of primary health care workers on filariasis MDA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikhael Yosia
"Jakarta Selatan bukan merupakan daerah endemis filariasis namun pada tahun 2013 ditemukan delapan kasus baru filariasis sehingga perlu dilakukan pencegahan agar penyakit tersebut tidak meluas. Agar dapat melakukan pencegahan filariasis dengan baik, petugas puskesmas perlu penyuluhan mengenai filariasis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai manifestasi klinis filariasis pada petugas puskesmas di Jakarta Selatan. Desain penelitian adalah pre-post study dengan pengambilan data pada 26 Juni 2013 di Kantor Walikota Jakarta Selatan. Semua petugas puskesmas yang hadir dijadikan subyek penelitian dan diminta mengisi kuesioner berisi enam pertanyaan mengenai manifestasi klinis filariasis sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity. Terdapat 54 subyek, 24 (50%) laki-laki dan 24 (50%) perempuan. Pada pre-test, jumlah subyek dengan pengetahuan kurang 47 (87%), sedang 6 (11%) dan cukup 1 (1,9%). Setelah post-test, subyek dengan pengetahuan kurang 17 (31,5%), sedang 24 (44,4%) dan cukup 13 (24,1%). Ada perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0.001). Disimpulkan penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas mengenai manifestasi klinis filariasis.

South Jakarta is not a filarias endemic area, however in 2013 there were eight new cases of filarisis being founded. In order for health care personnel to conduct prevention effectively, an education about filariasis needs to be given. The main purpose of this research was to find the effectiveness of health education in increasing the level of knowledge on filariasis clinical manifestations among primary health care workers in South Jakarta. The design of this research was pre-post study with data collection held on 26 June 2013. All attending health personnel during that day were taken as participants. Data collection is conducted via questionnaire with six questions regarding filarial clinical manifestations that wre given before and after health education. The data was then analyzed using SPSS version 20 for Macintosh and tested with marginal homogeneity. The result showed 54 participants, 24 (50%) male and 24 (50%) female. During the pre-test, there were 47 (87%) participants with poor knowledge, 6 (11%) with moderate knowledge and 1 (1.9%) with good knowledge. In post-test, there were 17 (31.5%) participants with poor knowledge, 24 (44%) with moderate knowledge and 13 (24.1%) with good knowledge. Marginal homogeneity test showed that there are significant difference in pre-test and post test. It can be concluded that health education is an effective ways to increase knowledge on filariasis clinical manifestations. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Citra Rheeyaninda
"Pengobatan massal filariasis sudah dilakukan sejak tahun 2008, namun kasus filariasis masih ditemukan dan angka cakupan pengobatan filariasis di Kelurahan Limo dari tahun ke tahun terus menurun. Pelaksana pengobatan massal filariasis adalah kader kesehatan, disebut sebagai Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) Filariasis.
Penelitian ini membahas tentang kinerja TPE/kader filariasis dalam pelaksanaan pengobatan massal di Kelurahan Limo pada tahun 2014 serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut. Data dicari menggunakan kuesioner pada sampel berjumlah 44 TPE filariasis di Kelurahan Limo dan wawancara mendalam dengan Penanggung jawab Program Filariasis di Puskesmas Limo. Variabel yang diteliti adalah faktor karakteristik individu dan faktor organisasi (pelatihan, ketersediaan sarana, kecukupan sarana, imbalan, supervisi, dan evaluasi).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh TPE filariasis (56,8%) memiliki kinerja rendah. Secara statistik, terdapat hubungan antara motivasi dan imbalan dengan kinerja TPE filariasis di Kelurahan Limo. Saran dari penelitian ini untuk Puskesmas adalah dengan memberikan imbalan yang sesuai dan hal-hal yang dapat memotivasi TPE/kader dalam meningkatkan kinerja dan tidak selalu harus dalam bentuk uang.

Filariasis mass treatment was carried out since 2008, but filariasis cases were still found and the treatment coverage in Kelurahan Limo was declining from year to year. Executors of the mass treatment were the health cadres.
The focus of this study is to analyze the performance of the TPE/health cadres in implementating filariasis mass treatment in 2014 and factors related to their work performance on the mass treatment of filariasis in Kelurahan Limo. Data was collected using structured questionnaire to 44 TPE/health cadres followed by indepth interview to the Head of Filariasis Program. Variables involved were individual characteristics and organizational factors (training, availability and adequacy of facilities, rewards, supervision and evaluation).
The study results showed that more than half of TPE/health cadres filariasis (56,8%) had low performance. Statistically, there is a relationship between motivation and reward to the performance of TPE filariasis in Kelurahan Limo. The study recommends to the health center to provide appropriate rewards, not always in."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanaraj Gnanesageran
"Filariasis adalah masalah kesehatan masyarakat terutama di Indonesia Timur, namun pada tahun 2013 muncul delapan kasus baru di Jakarta Selatan sehingga perlu dilakukan pemberian obat masal pencegahan (POMP) filariasis. Untuk melaksanakan POMP, petugas perlu diberikan pengetahuan mengenai filariasis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan petugas pusat kesehatan masyarakat di Jakarta Selatan mengenai siklus hidup filariasis. Penelitian menggunakan desain pre-posttest study. Data diambil dengan total sampling pada tanggal 26 Juni 2013di kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengetahuan dinilai berdasarkan jawaban di kuesioner yang berisi enam pertanyaan mengenai siklus hidup filariasis. Survei dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan. Peserta yang hadir 52 orang, laki-laki 26 orang dan perempuan 26 orang. Pada pretest 20 orang berpengetahuan baik, 19 orang sedang dan 13 orang kurang. Pada posttest 39 orang berpengetahuan baik, 8 orang sedang dan 5 orang kurang. Terdapat perbedaan signifikan pada hasil pretest dan posttest (Marginal Homogeneity Test, p<0,001). Disimpulkan pendidikan kesehatan dalam bentuk kuliah efektif meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas.

Filariasis is a public health problem, especially in eastern Indonesia, but in 2013 eight new cases emerged in South Jakarta making it necessary that preventive mass drug administration (POMP) for filariasis be carried out. To implement POMP, healthcare workers should be given knowledge on filariasis. The purpose of this study was to determine the effect of education on increasing the knowledge of workers from health centres in South Jakarta about the life cycle of filariasis. This research was conducted using a pre-posttest study design. The data was taken by total sampling on June 26 2013 in a Health Sub-Department in South Jakarta. Knowledge was assessed based on answers to a questionnaire containing six questions about the life cycle of filariasis. Surveys were conducted before and after health education. There were 52 participants; 26 men and 26 women. 20 people had good pretest knowledge, 19 people moderate and 13 people poor. 39 people had good posttest knowledge, 8 people moderate and 5 people poor. There was a significant difference in the pre and posttest results (Marginal Homogeneity Test, p < 0.001). It is concluded that health education in the form of a lecture session is effective in increasing the knowledge of healthcare workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffrey Ryano Sandakh
"Infestasi tuma kepala sering dijumpai pada penduduk di lingkungan kumuh, padat dan pengetahuan yang kurang. Dengan demikian untuk memberantas kutu kepala, penduduk yang berisiko terinfestasi perlu diberikan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai pedikulosis kapitis pada siswi di sebuah pesantren, di Jakarta Timur.
Metode: Desain penelitian adalah pre-poststudy dan data diambil pada 8 Maret 2014. Semua siswi pesantren yang datang pada pengumpulan data dijadikan subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan cara penularan kutu kepala. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan diuji dengan marginal homogeneity.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebelum penyuluhan hanya 13 siswi 17,57 yang memiliki pengetahuan baik sedangkan ada 27 36,49 siswi pengetahuan sedang dan 34 45,9 siswi yang mendapat nilai kurang. Setelah penyuluhan, pengetahuan meningkat menjadi 34 siswi 45,9 berpengetahuan baik, sedangkan pengetahuan sedang 20 siswi, sama dengan yang berpengetahuan kurang yaitu 20 siswi 27 . Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan signifikan pada pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.

Head lice infestation is common in the population in a seedy neighborhood, dense and less knowledge. Thus, to eradicate head lice, people at risk should be given knowledge infested. This study aims to determine the effectiveness of health education about pediculosis capitis in students at a pesantren in East Jakarta.
Method: The study design is a pre poststudy and data taken on March 8, 2014. All the girls pesantren coming on data collection used as research subjects. Data were collected by a questionnaire consisting of 10 questions mode of transmission of head lice. The data was processed with SPSS version 20 and tested with marginal homogeneity.
Results: The results showed, before the extension was only 13 female students 17.57 who have a good knowledge, while there were 27 36.49 were female students knowledge and 34 45.9 students who scored less. After counseling, knowledge increased to 34 students 45.9 good knowledge, while knowledge was 20 students, together with knowledgeable less that 20 students 27 . Marginal homogeneity test showed significant differences in knowledge before and after counseling p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Dewi
"Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang kelenjar getah bening yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan kerugian ekonomi bagi negara. Eliminasi filariasis adalah salah satu prioritas nasional pemberantasan penyakit menular dengan salah satu strateginya berupa pemberian obat masal pencegahan (POMP) filariasis dan indikator keberhasilan berupa cakupan pengobatan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan warga mengenai obat filariasis dengan cakupan pengobatan filariasis di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data diperoleh dari kuesioner. Responden di Kelurahan Sukmajaya dengan cakupan pengobatan 53.5% memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai obat masal pencegahan filariasis sebesar 26.3%, sedang sebesar 42.5%, dan tinggi sebesar 28%; di Kelurahan Tirtajaya dengan cakupan pengobatan 49% memiliki tingkat pengetahuan rendah sebesar 30.2%, sedang sebesar 47.2%, dan tinggi sebesar 24%. Uji Chi-Square didapatkan nilai p<0.05 menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan warga mengenai obat filariasis dengan cakupan pengobatan filariasis di kedua Kelurahan. Di Kelurahan Sukmajaya didapatkan aspek pengetahuan yang paling rendah adalah manfaat obat, sasaran, dan kontraindikasi pengobatan filariasis; sedangkan di Kelurahan Tirtajaya didapatkan aspek pengetahuan yang paling rendah adalah manfaat obat filariasis. Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai pengobatan filariasis menunjukkan kurangnya sosialisasi dan edukasi mengenai pengobatan filariasis kepada masyarakat, oleh karena itu kegiatan tersebut harus lebih ditingkatkan lagi.

Filariasis is caused by filarial worm attacking lymph nodes which in the end could cause decrease of productivity in labor and economical loss for the nation. Filariasis elimination is one of the national priority in eradicating infectious disease with filariasis mass drug administration (MDA) as one of its strategy and coverage of MDA as its indicator of achievement. This study has an aim to understand the association between citizen?s level of knowledge regarding the filariasis treatment and coverage of MDA in Depok City. This study used cross-sectional design with data gathered from the questionnaire. Respondents in Sukmajaya Village with coverage of MDA 53.5% who have low level of knowledge are 26.3%, intermediate level are 42.5%, and high level 28%; respondents in Tirtajaya Village with coverage of MDA 49% who have low level of knowledge are 30.2%, intermediate level are 47.2%, and high level are 24%. Chi-square test presented p value <0.05 that showed significant association between citizen?s level of knowledge and coverage of MDA. In Sukmajaya Village showed the lowest aspect of knowledge is function of filariasis medication; while in Tirtajaya Village showed the lowest aspects of knowledge are function of filariasis medication, target, and contraindication of filariasis medication. Low level of knowledge regarding filariasis treatment shows lack of socialization and education about filariasis treatment to the citizens, thus those activities should be improved."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yun Istatik
"Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap Saat ini dilaporkan lebih dari 1 milyar penduduk dunia memiliki risiko menderita filariasis Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kader puskesmas mengenai filariasis terhadap cakupan Pengobatan Massal Filariasis di Depok Penelitian ini menggunakan metode potong lintang Sampel penelitian adalah kader Puskesmas di Kelurahan Sukmajaya dan Tirtajaya yang dipilih melalui cara total sampling Variabel berupa tingkat pengetahuan didapatkan dengan kuisioner sedangkan angka kepatuhan minum obat massal pencegahan filariasis per kepala keluarga didapatkan dari data sekunder milik kader kelurahan setempat tahun 2014 Hasil penelitian didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan angka cakupan minum obat dengan p 0 006 Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kader memiliki hubungan dengan cakupan Pengobatan Massal Filariasis di daerah yang memang kadernya lebih banyak berperan dalam hal ini Kelurahan Tirtajaya Dengan demikian diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai kepatuhan minum obat pada penderita filariasis bukan hanya dari faktor pengetahuan kader namun juga dari faktor faktor lainnya yang sekiranya berperan.

Filariasis is a chronic communicable disease caused by filarial worm that was transmitted by various species of mosquitoes and could cause permanent disability if untreated More than 1 billion people in the world reported having risk to filariasis The purpose of this study is to identify whether there is association between the level of knowledge about filariasis among the Puskesmas cadre and compliance of filariasis mass drug administration MDA in Depok This was a cross sectional study involving Puskesmas cadres in Sukmajaya and Tirtajaya villages as the study subjects selected by total sampling The level of knowledge in filariasis was obtained through questionnaires data on filariasis mass drug administration in those two villages was obtained from the village cadres in 2014 The result showed there was an association between the level of cadre rsquo s knowledge in filariasis and compliance of fiariasis mass drug administration p 0 006 It is concluded that the level of knowledge of Puskesmas cadre in filariasis has a significant association with the compliance of filariasis mass drug administration at Tirtajaya village which has better cadre participation Further study on other factors contributed to compliance rate of filariasis mass drug administration is necessary.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puhilan
"Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk.Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) merupakan salah satu program pencegahan filariasis.Cakupan Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) filariasis dari tahun 2005-2009 berkisar antara 28% -59,48%. Persentase kasus klinis yang ditatalaksana berkisar antara 17%- 40%. Pencapaian ini belum mencapai target yang ditetapkan oleh WHO (85%).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan cakupan pemberian obat massal pencegahan (POMP) terhadap keberhasilan pemberantasan filariasis di 32 Kabupaten/Kota di Indonesia tahun 2012.Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectionaldengan pendekatan data ekologi.Penelitian ini dilaksanakan terhadap Kabupaten/kota di Indonesia yang telah melaksanakan pemberian obat massal pencegahan filarisis. Berdasarkan laporan pemeriksaan mikrofilaria dalam darah hasil dari Subdit Pencegahan Filariasis dan Kecacingan Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PP dan PL Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2012 terhadap kabupaten/kota yang telah melaksanakan pemberian obat massal pencegahan filariasis selama lima tahun yang diberikan sekali dalam setahun.Analisis data menggunakan cox regression.Hasil analisisdiperoleh prevalensi kabupaten/kota cakupan pemberian obat kategori tinggi sebesar 85% dan berhasil dilakukan pemberantasan sebanyak 22 kabupaten/kota. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan cakupan pemberian obat massal pencegahan (POMP) terhadap keberhasilan pemberantasan filariasis sebesar 2,04 kali (PR = 2,04; 1,019-4,05), hasil uji multivariat menunjukkan cakupan pemberian obat massal kategori tinggi berpeluang berhasil dalam pemberantasan filariasis sebesar 1,591 kali (PR = 1,591; 0,561-4,512) setelah dikontrol variabel tingkat pendidikan dan sex ratio. Dengan melakukan pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis yang diberikan satu tahun sekali selama lima tahun berturut-turut maka eliminasi filariasis di Indonesia dapat tercapai.

Filariasis(elephantiasis) is achronicinfectiousdiseasecaused byfilarial wormsandtransmittedbymosquitoes. Mass Drug AdministrationProgram(MDAP) is one offilariasispreventionprograms. FilariasisMass Drug AdministrationProgram(MDAP) Coveragefrom 2005-2009ranged from28% - 59.48%. Percentage ofclinical casesare administeredrangedfrom 17% -40%. This achievementhas notreached the assigned target by theWHO (85%0. This study aimstodetermine the relationshipcoverage ofmass drug administrationagainstthe success oftheprevention offilariasis inIndonesiain 2012. This study was using a cross sectional design with ecological data approach. This study was conducted to district / city in Indonesia that have implemented Mass Drug Administration (MDA) filarisis prevention which is based on inspection reports of microfilariae in the blood in the districts / cities that have implemented preventive filariasis Mass Drug Administration for five years, given once a year. Data obtained from the Filariasis Prevention and Worm Sub Directorate - Directorate of Animal Disease Control Sourced , Directorate General of Disease Control and Enviromental Health, Ministry of Health in 2012. Data analysisusingcoxregression.Results ofanalysis,the prevalence ofthe district/cityhighcoverage ofdrugcategoriesby 85% and successfull in preventing22 districts/cities.This studyshowedthat there are correlation of MassDrug Administrationagainst the success of filariasispreventionof2.04 times(PR =2:04; 1.019 to 4.05), test showing the coverageof MassDrug Administrationlikely tosucceedin thehigh categoryforthe prevention offilariasis1,591times(PR =1,591;0.561 to 4.512) after controllingvariablelevel of educationandsex ratio. By doingpreventivefilariasisMass Drug Administrationgivenonce a yearfor fiveyears regularly then theeliminationof filariasisinIndonesia can be achieved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Gita Firdaus
"Indonesia adalah negara endemisitas filariasis yang tinggi (13.032 kasus pada tahun 2015) dan Papua Barat adalah provinsi tertinggi ketiga dengan filariasis (1.244 kasus). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan filariasis sebagai masalah kesehatan masyarakat global yang harus dihilangkan melalui pemberian obat massal (MDA) dengan memberikan diethylcarbamazine citrate (DEC) dan albendazole, dosis tunggal, setahun sekali dalam lima tahun berturut-turut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi cakupan MDA di Papua Barat pada 2015 dan untuk menganalisis hubungan antara tingkat endemisitas filariasis dan cakupan MDA. Sebuah studi cross-sectional dilakukan dengan menggunakan data peserta MDA yang telah direkam oleh Dinas Kesehatan Papua Barat (total sampling) pada tahun 2015. Data tersebut mencakup jumlah total populasi yang mengonsumsi obat MDA, populasi target dan total populasi di setiap kabupaten Papua Barat. Target cakupan MDA yang ditentukan oleh WHO adalah> 65% dari total populasi dan> 85% dari populasi yang ditargetkan. Hasil menunjukkan bahwa cakupan MDA di Papua Barat pada 2015 per total populasi adalah 35% dan per populasi target adalah 45,2%, tidak mencapai target WHO. Tingkat endemisitas filariasis dikaitkan dengan cakupan MDA; per total populasi (chi-square p <0,001) dan per populasi yang ditargetkan (chi-square p <0,001). Area dengan tingkat endemisitas filariasis yang lebih rendah memiliki persentase cakupan MDA yang lebih rendah daripada area dengan tingkat endemisitas filariasis yang lebih tinggi.

Indonesia is a country of high filariasis endemicity (13,032 cases in 2015) and West Papua is the third highest province with filariasis (1,244 cases). The World Health Organization (WHO) states filariasis as a global public health problem that must be eliminated through mass drug administration (MDA) by giving diethylcarbamazine citrate (DEC) and albendazole, a single dose, once a year in five consecutive years. This study aims to evaluate the scope of MDA in West Papua in 2015 and to analyze the relationship between the degree of endemicity of filariasis and MDA coverage. A cross-sectional study was conducted using MDA participant data that was recorded by the West Papua Health Office (total sampling) in 2015. The data includes the total population taking MDA drugs, the target population and the total population in each district of West Papua. The MDA coverage target determined by WHO is> 65% of the total population and> 85% of the targeted population. The results show that MDA coverage in West Papua in 2015 per total population was 35% and per target population was 45.2%, not reaching the WHO target. The degree of filariasis endemicity is associated with MDA coverage; per total population (chi-square p <0.001) and per targeted population (chi-square p <0.001). Areas with lower levels of filariasis endemicity have lower MDA coverage percentages than areas with higher levels of filariasis endemicity."
Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisya Natasha Putri
"ABSTRAK
Infeksi soil-transmitted helminthes merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia, terutama pada daerah dengan tingkat kebersihan rendah seperti pedesaan. Walaupun penyakit ini seringkali dijumpai pada anak-anak, tidak banyak orang dewasa yang terinfeksi penyakit ini terutama dewasa yang pekerjaan sehari-harinya berhubungan dengan tanah, dalam hal ini pekerja kebun.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas penyuluhan mengenai pencegahan infeksi STH pada pekerja kebun di Pacet, Cianjur, Desain penelitian ini adalah pre-post study dengan penyuluhan kesehatan sebagai intervensi. Penelitian ini diselenggarakan pada tanggal 10 September 2011 dengan membagikan kuisioner pretest kepada 42 pekerja kebun (total populasi). Setelah itu dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai pencegahan infeksi STH, lalu semua peserta penyuluhan menerima kuisioner posttest. Data dianalisis dengan program SPSS 17.0 dengan uji Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, dan Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah laki-laki (52,4%), pekerja kebun dengan tingkat lulusan sekolah dasar (69%), riwayat belum pernah terinfeksi (59,5%), dan riwayat orang sekitar belum pernah terinfeksi (52,4%). Pada uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis, tidak ditemukan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dan delta score sebelum penyuluhan dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p>0,05), tingkat pendidikan (Kruskal-Wallis, p>0,05), riwayat terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05), dan riwayat orang sekitar yang pernah terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05). Namun pada uji wilcoxon, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat pengetahuan pekerja kebun sebelum dan sesudah penyuluhan (Wilcoxon, p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai pencegahan infeksi STH.

ABSTRACT
Soil-transmitted helminthes infection is commonly found in Indonesia especially in the environment with poor sanitary condition in rural areas. Although the majority of cases usually found in children, adult can also be infected especially for those who have direct contact with soil everyday, such as plantation workers.
The objective of this research is to observe the effectiveness of health education about prevention of STH infection among plantation workers in Pacet, Cianjur. The research design is pre-post study with health education as the intervention. This research was conducted at September 10th 2011 by giving the pretest questionnaires to 42 plantation workers (total population). Then, health education about prevention regarding STH infection was given to all the respondents and after that they received posttest questionnaires. The data was analyzed using SPSS 17.0 program, using Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, and Wilcoxon test.
The result shows that the highest numbers of plantation workers were male (52,4%), plantation workers with elementary school graduated (69%), negative infected history (59,5%), and negative surrounding infected history (52,4%). In Mann-Whitney and Kruskal-Wallis test, there were no significant differences between knowledge level and delta score before health education with gender (Mann-Whitney, p>0,05), education level (Kruskal-Wallis, p>0,05), infected history (Mann-Whitney, p>0,05), and surrounding infected history (Mann-Whitney, p>0,05). However in wilcoxon test, it has been found that there was a significance difference in knowledge level of plantation workers before and after health education (Wilcoxon, p<0,05). To conclude, health education is proven to be effective in improving the knowledge level of prevention of STH infection."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>