Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161644 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Caroline Oktarina
"Tidak adekuatnya suplai oksigen menyebabkan hipoksia dan kerusakan jaringan ginjal. Banyak herbal yang memiliki efek antioksidan digunakan sebagai terapi, contohnya adalah akar kucing dan pegagan. Penelitian ini meneliti durasi kombinasi akar kucing dan pegagan yang sesuai untuk menurunkan stres oksidatif ginjal paska hipoksia. Tikus diinduksi hipoksia selama tujuh hari dan diberikan terapi 200 mg/kgBB akar kucing dan 150 mg/kgBB pegagan selama 3, 7 dan 14 hari dengan kontrol positif pirasetam. Parameter yang dinilai adalah karbonil. Kadar karbonil diuji menggunakan One Way ANOVA. Durasi terapi 14 hari (1500±192 nM cm) menghasilkan kadar karbonil lebih rendah dibandingkan durasi 3 hari (6314±1273 nM cm) dan 7 hari (2123±1239 nM cm). Durasi terapi 14 hari (1500±192 nM cm) menghasilkan kadar karbonil lebih rendah dibandingkan durasi 3 hari (6314±1273 nM cm) dan 7 hari (2123±1239 nM cm). Durasi terapi 14 hari juga menunjukkan kadar lebih rendah dari kelompok standar (1654±748 nM cm) dan kontrol negatif (2128±927 nM cm). Akan tetapi terapi dengan durasi 14 hari tidak berbeda bermakna dari 7 hari dan pirasetam (800±272 nM cm). Oleh karena itu, terapi menggunakan kombinasi akar kucing dan pegagan memberikan efek jika digunakan minimal selama 7 hari.

Inadequate of oxygen supply triggers hypoxia and causes tissue damage. Herbals have the potency of antioxidant used as therapy, such as Acalypha indica Linn and Centella asiatica. This research search the appropriate duration for combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica therapy to reduce the oxidative stress of post-hypoxic renal. Guinea pigs were induced by hypoxia for seven days and given the combination of 200 mg/kgBW Acalypha indica Linn and 150 mg/kgBW Centella asiatica for 3, 7 and 14 days with piracetam as positive control. The measured parameter is carbonil. The carbonil concentrate will be input for One Way ANOVA. 14 days therapy (1500±192 nM cm) showed lower carbonil concentration than 3 days therapy (6314±1273 nM cm) and 7 days therapy (2123±1239 nM cm). ). 14 days therapy also shows lower carbonil concentration than standard (1654±748 nM cm) and negative control (2128±927 nM cm). But, this duration shows no significant different than 7 days therapy and piracetam (800±272 nM cm). To be concluded, the combination therapy gives effect if used for at least 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Muhammad
"In recent study of antioxidant effect of Acalypha indica Linn (AI) and Centella asiatica (CA) increased due to appearance more complication of various disease which often caused by ROS (Reactive Oxidative Stress) formation. The active content of both plants have several proved effect on tissue such as wound healing effect, anti-inflammatory effect, diuretic effect, antioxidant effect, etc. Many research of AI and CA are used to evaluate their scavenging effect towards free radical. Several research investigating the combination of both plants conducted in Faculty of Medicine Universitas Indonesia limited in liver, kidney and brain, this research aim to seek the efficacy of both plants to suppress oxidative stress in heart tissue.
This study uses experimental in vivo method. Combination of AI and CA are administered to Sprague dawley rats with dose of 200mg.kgBW- and 150mg.kgBW-1 respectively for 3, 7 and 14 days in hypoxia condition. Then the effect of both plants are compared to placebo (aquades) and Piracetam at 50mg.kgBW-1 dose. The result showed that combination of AI and CA have antioxidant effect after 7 days administration. Those combinations of AI and CA can suppress those pathways and reduce the MDA level. Therefore, the usage duration of the combination of AI and CA determined the efficacy as antioxidant in the heart and longtime usage duration might replace the use of piracetam as antioxidant.

Studi mengenai efek antioksidan pada Acalypha indica Linn (AI) dan Centella asiatica (CA) mulai diperdalam dikarenakan peningkatan komplikasi penyakit yang disebabkan oleh pembentukan stress oksidatif. Kandungan dari kedua tanaman ini telah diteliti pada jaringan dan memiliki efek yang bagus dalam penyembuhan luka, anti-inflamasi, diuretik, antioksidan dll. Telah banyak dilakukan penelitian tentang AI dan CA yang digunakan untuk mengevaulasi efek penurunan/eliminasi radikal bebas. Penelitian mengenai kombinasi AI dan CA masih sedikit dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terbatas pada organ ginjal, hati dan otak, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan khasiat kombinasi AI dan CA pada jaringan jantung dalam menanggulangi stres oksidatif.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental in vivo. Kombinasi AI dan CA yang digunakan mempunyai kadar dosis yang masing-masing berjumlah 200mg.kgBB-1 dan 150mg.kgBB-1. Lalu kombinasi tersebut dieksperimentalkan pada tikus Sprague dawley dengan berat antara 150-250 g selama 3, 7 dan 14 hari dalam keadaan hipoksia. Efek dari kedua tanaman tersebut dibandingkan dengan plasebo (aquades) dan Pirasetam dengan dosis 50mg.kgBW-1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kombinasi AI dan CA mempunyai efek antioksidan setelah pemberian lebih dari 7 hari. Kombinasi AI dan CA dapat menekan/memotong jalur pembentukan stress oksidatif di jantung dan mengurangi kadar MDA. Oleh karena itu durasi penggunaan kombinasi AI dan CA menentukan khasiat antioksidan dalam jantung dan perlakuan jangka panjang mungkin dapat menggantikan obat Pirasetam sebagai antioksidan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Tendi
"Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal. Penyebab dari terjadinya penyakit ini bervariasi termasuk karena adanya stres oksidatif. Oleh karena itu, salah satu cara pencegahan terjadinya penyakit ini adalah dengan mengurangi stres oksidatif dengan menggunakan obat atau senyawa yang dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan salah satunya katalase. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh durasi pemberian kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) terhadap perubahan aktivitas spesifik enzim katalase dalam ginjal tikus yang mengalami hipoksia. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan kontrol positif berupa pemberian pirasetam, kontrol negatif berupa pemberian akuades dan kelompok yang lain dengan perlakuan pemberian kombinasi ekstrak selama 3 hari, 7 hari dan 14 hari. Penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan jumlah sampel sebesar 40 ekor. Setelah dilakukan analisis, ternyata tidak terdapat perbedaan bermakna pada semua kelompok yang diujikan (p=0.702). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak ini dengan durasi 3 hari, 7 hari dan 14 hari memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (pirasetam).

Chronic kidney disease is a disease that can be fatal. The cause of this disease is vary, including oxidative stress. Therefore, one of the way to prevent this disease to develop is to decrease the amount of oxidative stress by using drug or substance that can increase the activity of antioxidant enzymes such as catalase. This research is about the effect of the duration of using extract combination between Akar Kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) on the specific change of catalase enzyme activity in hypoxic rat's kidney. This research uses an experimental design with positive control using pirasetam, negative control using aquades and the other groups with the using of extract combination for 3 days, 7 days and 14 days. The analysis will be done with Kruskal-Wallis analysis and the samples are 40 rats' kidneys. The result show that there is no difference between all of the experimental groups (p=0.702). As a conclusion, use of this extract combination for 3 days, 7 days and 14 days has an almost same effect with the positive control (pirasetam)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
"ABSTRAK
Pendahuluan : Ginjal sensitif terhadap hipoksia karena memerlukan sekitar 20-25% dari total cardiac output harian. Hipoksia berperan penting dalam patogenesis penyakit ginjal kronis karena dapat memicu peningkatan stres oksidatif. Glutation (GSH) sebagai salah satu antioksidan intraseluler terbanyak dapat mencerminkan tingkat stres oksidatif di tingkat seluler (parameter stres oksidatif). Efek antioksidan dari akar kucing dan pegagan diduga dapat mengurangi pengunaan GSH oleh sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi pemberian teroptimal dari kombinasi kedua herbal tersebut dalam menanggulangi stres oksidatif.
Metode : Tikus diinduksi hipoksia selama 7 hari kemudian dibagi dalam 5 kelompok (kontrol positif yang diberikan pirasetam, kontrol negatif yang diberikan akuades, eksperimen 1, 2, dan 3 yang masing-masing diberikan kombinasi akar kucing 200 mg/kgBB dan pegagan 150 mg/kgBB selama 3, 7, dan 14 hari). Kadar GSH diukur setelah perlakuan.
Hasil & Diskusi: Data hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p<0,05). Namun berdasarkan rerata kadar GSH tiap kelompok, kelompok eksperimen 2 dan 3 menunjukkan kadar GSH yang lebih tinggi berturut-turut 12,8% dan 10,1% daripada kontrol positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi kedua herbal selama 7 dan 14 hari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi pada sel ginjal pascahipoksia. Durasi optimal pemberian kombinasi herbal adalah 7 hari.

ABSTRACT
Introduction : Hypoxia has an important role in the pathogenesis of chronic kidney disease because it can trigger oxidative stress. The antioxidant effect of akar kucing and pegagan is hypothetized to help reduce the utilisation of GSH (an intracellular antioxidant) in cells. This research aims to find the optimal duration of the combined extract of akar kucing and pegagan for overcoming the oxidative stress in kidney cells.
Method : After hypoxia, rats were divided into 5 groups (positive control - piracetam, negative control - aquades, experimental 1, 2, and 3 - a combination of 200 mg/kgBW akar kucing and 150 mg/kgBW pegagan each for 3, 7, and 14 days respectively). GSH level as the parameter of oxidative stress was then measured.
Discussion : The results from this research are not statistically significant. However, if compared by means of each study group, the 2nd and 3rd experimental group show higher GSH levels (12,8% and 10,1% respectively) than that of the positive control group. Thus, the combined extract of akar kucing and pegagan for 7 and 14 days prove to be effective in handling the oxidative stress in post-hypoxic kidney cells. The optimal duration is 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Degup Demolin P.
"Hipoksia menyebabkan sel membutuhkan adaptasi untuk bertahan. Hal ini menyebabkan respon hipoksia. Namun, hipoksia yang terus menerus dapat menyebabkan kerusakan jaringan ireversibel. Beberapa herbal secara tradisional sudah digunakan dalam penanganan gangguan-gangguan organ akibat hipoksia. Penggunaan herbal tradisional ini sebagian besar belum memiliki studi keamanan dan efikasinya. Pada studi eksperimental ini, dipilih campuran akar kucing dan pegagan akan dilihat efikasinya terhadap ginjal tikus Sprague dawley paska hipoksia. Studi ini akan menggunakan ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica). Kedua herbal ini telah digunakan secara tradisional untuk efek anti-inflamasi, penurun demam, dll. Studi ini akan menggunakan kombinasi ekstrak dibandingkan dengan plasebo dan pirasetam dan juga akan melihat seberapa lama pemberian ekstrak yang memiliki efek yang paling baik. Pada studi ini akan diukur aktivitas spesifik dari karbonik anhidrase sebagai indikator dari respons hipoksia dan akan dibandingkan aktivitas spesifiknya pada tiap grup perlakuan. Penelitian ini menggunakan 42 sampel, dimana 2 diantaranya drop-out, sehingga hanya 40 data yang dianalisis. Dari analisis statistik, ditemukan bahwa ekstrak ini memiliki efek signifikan dibandingkan dengan plasebo saat diberikan selama 7 hari (p=0,004, CI 95%: 0,0448-0,3492). Kesimpulan yang didapatkan bahwa terapi ini memiliki hasil yang menurunkan aktivitas spesifik enzim karbonik anhidrase paling efektif pada pemberian 7 hari.

Hypoxia forces cells to adapt in order to survive. This adaptation causes what is called the hypoxic response. However, continuous hypoxia will cause several irreversible tissue injuries. Several herbal medications have been used traditionally for diseases associated with hypoxia such as chronic kidney disease. These herbals has been used traditionally for medical purposes such as anti-inflammatory agent, anti-pyretic, etc. However, most of these herbals have not been proven for its efficacy nor its safety. In this study, we used a combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica extracts to determine its efficacy on post-hypoxic Sprague dawley kidneys. This experimental study used these combinations and compared it to placebo and piracetam and also sought for the effective duration. The Carbonic Anhydrase enzyme will be used as an indicator of hypoxic response and its concentration will be measured for comparison between groups. The experiment used 42 samples, in which 2 dropped-out, and 40 datas were analyzed. After statistical analysis, we found that the combination have significant effect when given in 7 days (p= 0.004, CI95% 0.0448-0.3492). In conclusion, therapy using these herbal extracts will have a reducing effect on Carbonic Anhydrase level when given for 7 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Hartono
"Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan fungsi ginjal yang ireversibel. Stres oksidatif merupakan salah satu faktor utama dalam perkembangan penyakit ginjal kronik. Terdapat beberapa agen terapeutik yang dapat digunakan untuk menekan stres oksidatif, diantaranya adalah antioksidan. Beberapa herbal telah menunjukkan efek antioksidan dan dapat digunakan sebagai agen terapeutik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efikasi pemberian kombinasi Acalypha indica Linn pada dosis 200mg∙kgBB-1 dan Centella asiatica pada dosis 150mg∙kgBB-1 selama 3 hari, 7 hari, dan 14 hari untuk menekan stres oksidatif pada ginjal tikus Sprague dawley yang telah mengalami kondisi hipoksik selama 7 hari.
Efek dari herbal ini akan dibandingkan dengan plasebo dan Pirasetam dengan dosis 50mg∙kgBB-1 selama 7 hari, serta tikus yang tidak mengalami hipoksia. Kadar malondialdehida (MDA) pada ginjal tikus tersebut digunakan untuk mengukur tingkat peroksidasi lipid. Hasil menunjukkan bahwa pemberian herbal ini menunjukkan perbedaan bermakna (P<0.05) antara tikus yang diberikan kombinasi herbal ini selama 7 hari dengan tikus yang tidak mengalami hipoksia, tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok-kelompok tikus lain. Disimpulkan bahwa kombinasi Acalypha indica Linn dan Centella asiatica tidak mampu menurunkan kerusakan akibat peroksidasi lipid.

Chronic kidney disease is the irreversible damage on kidney function. Oxidative stress is a major factor on the progression of chronic kidney disease. A number of therapeutic agents could be used to supress oxidative stress, such as antioxidants. Some herbals have been shown to have antioxidant property and could be used as therapeutic agents. The aim of this study was to test the efficacy of a combined supplementation of Acalypha indica Linn at 200mg∙kgBW-1 and Centella asiatica at 150mg∙kgBW-1 for 3 days, 7 days, and 14 days to supress oxidative stress in the kidneys of Sprague dawley mice that have been exposed to hypoxic condition for 7 days.
The effect of these herbals was compared to placebo and Piracetam at 50mg∙kgBW-1 for 7 days, as well as mice not exposed to hypoxic condition. Malondialdehyde (MDA) concentration on the kidneys of these mice was used to measure the extent of lipid peroxidation. The result showed that supplementation of these herbals caused a significant difference (P<0.05) between mice given the herbals for 7 days vs mice not exposed to hypoxic condition, but no other significant difference is found among the mice. It is concluded that combined supplementation of Acalypha indica Linn and Centella asiatica did not manage to reduce lipid peroxidation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David
"Ginjal adalah organ yang rentan akan hipoksia, di mana hipoksia menimbulkan kerusakan sel secara ireversibel. Namun, gejala kerusakan ginjal baru muncul setelah stadium lanjut. Kondisi ini dapat ditanggulangi dengan meningkatkan antioksidan untuk mengimbangi stres oksidatif akibat hipoksia. Efek antioksidan dari kombinasi ekstrak 200 mg/kgBB akar kucing (Acalypha indica Linn) dan 150 mg/kgBB pegagan (Centella asiatica) telah diteliti mampu meningkatkan aktivitas spesifik enzim glutation peroksidase (GPx) pada ginjal pascahipoksia. Dengan desain eksperimental menggunakan 5 hingga 8 ekor tikus Sprague Dawley perkelompok, sampel berupa kedua ginjal dihipoksia menggunakan kadar oksigen lingkungan sebesar 10%. Aktivitas spesifik GPx dalam ginjal dengan durasi pemberian kombinasi herbal selama 3, 7, dan 14 hari diukur menggunakan kit RANSEL dari RANDOX, kemudian dibandingkan dengan aktivitas spesifik GPx pada kontrol positif berupa pirasetam, kontrol negatif berupa akuades, dan tikus standard sebagai kontrol tikus sehat. Rerata aktivitas spesifik dinilai secara statistik dengan One-Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Terdapat kemaknaan kuat bahwa pemberian kombinasi herbal meningkatkan aktivitas spesifik GPx dibandingkan kontrol negatif (p<0,05), dengan peningkatan tertinggi pada pemberian kombinasi herbal selama 7 hari. Dengan demikian, pemberian kombinasi herbal memiliki efek yang bermakna dalam meningkatkan respons tubuh akan hipoksia, dilihat dari peningkatan aktivitas spesifik GPx, terutama pemberian selama 7 hari.

Kidneys are susceptible for hypoxia, which causes cell damage irreversibly. However, the impairment symptoms appear in the later stage. This condition can be anticipated by increasing antioxidants to balance oxidative stress caused by hypoxia. Antioxidant effect of combined 200 mg/kgBW akar kucing (Acalypha indica Linn) and 150 mg/kgBW pegagan (Centella asiatica) extract have been proven to elevate glutathione peroxidase (GPx)’s activity in post-hypoxic mice kidneys. Using experimental design consisted of 5 to 8 mice pergroup, the sample, being two kidneys, was made hypoxic with 10% environmental oxygen concentration. The specific activity of GPx while given combined herbal for 3, 7, and 14 days was measured with RANSEL kit from RANDOX. Then, it was compared with piracetam, aquadest, and standard mice as positive, negative, and healthy control respectively. Spesific activity mean for each group was measured statistically using One Way Anova followed with Post Hoc. There was strong significance that combined herbal increased spesific activity of glutathione peroxidase compared to negative control (p<0,05), with the highest increment was on 7 days. In conclusion, the combined herbal gave significant effect in increasing body’s response on hypoxia, shown by increasing spesific activity of glutathione peroxidase, especially while given for 7 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estiana Filzadiyanti
"Menurut The Free Radicals Theory of Aging akumulasi radikal bebas salah satu faktor penyebab penuaan yang dapat merusak sel-sel tubuh. Tubuh memiliki sistem antioksidan untuk menjaga homeostasis dan melindungi dari stres oksidatif. Namun, antioksidan endogen yang bekerja dianggap belum sepenuhnya dapat menangani masalah tersebut, sehingga diperlukan suplementasi antioksidan eksogen yang memanfaatkan sumber tanaman herbal di Indonesa. Tanaman Acalypha indica (AI) dan Centella asiatica (CA) diketahui memiliki berbagai kandungan senyawa, salah satunya adalah flavonoid. Pada berbagai penelitian, flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang diketahui dapat membantu melindungi tubuh dari stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak AI dan CA terhadap kadar antioksidan Glutation (GSH) otak tikus Sprague Dawley tua. Studi eksperimental in vivo menggunakan otak tikus dari lima kelompok percobaan, yaitu tikus kontrol tua, tikus yang diberi AI (250 mg/kgBB), tikus yang diberi CA (300mg/kgBB), tikus yang diberi vitamin E (15 UI/kgBB), dan tikus kontrol muda. Pengukuran kadar GSH menggunakan metode Ellman. Kadar GSH otak pada kelompok tikus yang diberi AI lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA (p= 0,001), Vitamin E (p=,006), dan tikus kontrol muda (p= 0,003). Kadar GSH pada kelompok tikus kontrol tua lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA, Vitamin E, dan tikus kontrol muda. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua tanaman memiliki kadar antioksidan dan berpotensi sebagai suplemen bagi tubuh.

According to The Free Radical Theory of Aging, accumulation of free radicals lead to aging which can damage body cells. Our body has antioxidant system to maintain homeostasis and protect from oxidative stress. However, the endogenous antioxidant cant fully solve the problem, thus our body needs exogenous antioxidant supplement that can utilize from herbal plants in Indonesia. Acalypha indica (AI) and Centella asiatica (CA) is a plant known having several chemical compounds which one of them is flavonoid. In many studies, flavonoid has antioxidant activity that can help protect body from oxidative stress. This study has objective to discover the effect of AI and CAs extract to antioxidant GSH (glutathione) level in old Sprague Dawley rats brains.This study was conducted as in vivo experimental research using rats brains from 5 experimental groups, which are old control rats, rats that were given AI (250 mg/kgBW), rats that were given CA (300 mg/kgBW), rats that were given vitamin E (15 UI/kgBW), and young control rats. Measurement of GSH lever was done by using Ellman method. GSH level in group of rats that were given AI was significantly higher compared to brain GSH level in group of rats that were given CA (p=0.001), vitamin E (p=0.006), and young control rats (p=0.003). GSH level in old control rats group was significantly higher compared to group of rats that were given CA, vitamin E, and young control rats. This result show that both plants have antioxidant activity and potentially used as supplementation for body."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wynne Oktaviane Lionika
"Strok merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker pada saat ini. Pada pasien pasca strok biasanya akan mengalami gejala sisa dan untuk mengatasi hal tersebut biasanya akan diberikan neuroterapi berupa Pirasetam. Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Pirasetam maka dilakukan penelitian mengenai kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan terhadap perbaikan neuron. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) pada stimulasi neurogenesis di girus dentatus eksternus pada tikus pasca hipoksia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan kontrol positif yaitu Pirasetam. Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Didapatkan hasil bahwa terdapat kemaknaan yang cukup kuat pada kombinasi 200 mg/kgBB ekstrak akar kucing dan 150 mg/kgBB pegagan (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi memiliki efek cukup bermakna dengan akuades dan memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (Pirasetam).

Nowadays, stroke is number three killer disease after heart disease and cancer. In patient after stroke, there will be a sequealae and they will be given neurotherapy, Piracetam. For reducing the side effect of Piracetam, the research about combination extract of akar kucing and pegagan for neuron improvement is needed. This focus of this research discuss about the effect of combination of the extract of akar kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) for stimulating neurogenesis in gyrus dentatus externus of Sprague Dawley pasca hipoxia. The desain of this research is experimental with positive control, Piracetam. This research uses One Way Anova following with Post Hoc. The result show that there is a significant between combination of 200 mg/kgBB extract akar kucing and 150 mg/kgBB pegagan (p=0,000). It is concluded that combination has a significant value if it is compared with aquadest and have a same effect if it is compared with positive control (Piracetam)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jody Felizio
"Stroke telah menjadi penyakit yang menduduki peringkat tiga sebagai penyebab kematian terbesar di dunia. Pasien yang telah sembuh dari stroke masih mengalami gejala neurologis sisa dari penyakit tersebut. Piracetam merupakan obat yang digunakan untuk mengobati gejala neurologis paska stroke, namun penggunaan piracetam menimbulkan banyak efek samping. Oleh karena itu, untuk mengurangi efek samping dari penggunaan piracetam, dilakukan penelitian mengenai efek neuroterapi dari kombinasi akar kucing dan pegagan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu kefektifan penggunaan kombinasi ekstrak 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) dan 150 mg pegagan (Centella asiatica) terhadap neurogenesis neuron pasca hipoksia di hipokampus girus dentatus. Penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan kontrol positif berupa piracetam, dan kontrol negatif berupa akuades. Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada jumlah sel normal paska perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif (p=1,000), dan kontrol positif (p=0,184). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penggunaan kombinasi 150 mg akar kucing dan 150 mg pegagan tidak memiliki efek yang bermakna dibandingkan dengan pemberian akuades dan pirasetam.
Kata kunci: hipoksia, Acalypha indica Linn, Centella asiatica, piracetam, neurogenesis, hipokampus girus dentatus

Stroke has become a disease that was ranked third as a cause of death in the world. Patients who have recovered from the stroke still experience residual neurological symptoms from stroke. Piracetam is a drug used to treat post-stroke neurological symptoms. However, its usage cause many side effects. Therefore, to reduce side effects from the usage of piracetam, a research on the effect of combination of 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) extract with 150 mg pegagan (Centella asiatica) extract for hippocampus neuron regeneration of Sprague Dawley mouse is conducted. This research aims to find out the effectiveness of the usage of 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) extract with 150 mg pegagan (Centella asiatica) on neurogenesis in the hippocampus gyrus dentatus. This research is an experimental study using a piracetam as the positive control, and aquades as the negative control. This research uses One Way Anova test followed by Post Hoc test to determine the results. Results showed that there was no significant difference in the number of normal cells post-treatment compared to negative controls (p=1.000) and positive controls (p=0,184). The conclusion to be drawn is that the use of combination of 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) extract with 150 mg pegagan (Centella asiatica) has no significant effect compared with the provision of aquades and piracetam."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>