Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eulis Mar`atul Kamilah
"Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi .Hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan secara bergantian,transfusi darah yang terinfeksi HIV,dan penularan ibu yang terinfeksi HIV ke anak yang dikandungnya merupakan faktor resiko yang dapat menularkan HIV dari satu orang ke orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien yang terdiri dari jenis kelamin, umur, status kawin, pendidikan, pekerjaan, dan perilaku beresiko serta IMS dengan kejadian HIV/AIDS di Klinik VCT Puskesmas Cikarang Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari data kunjungan pasien yang melakukan VCT ( Voluntary Counselling and Testing) dari bulan Januari - Desember 2013.
Desain penelitian menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 587 orang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik pada setiap variabel yang diteliti. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Adapun analisis multivariate digunakan untuk melihat faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian HIV/AIDS. Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-squre untuk bivariat dan regresi logistic ganda untuk multivariat.
Hasil analisis menunjukkan persentase pasien yang mengalami kejadian HIV positif di Klinik VCT Puskesmas Cikarang pada Tahun 2013 sebesar 12,4 %. Variabel yang berhubungan bermakna dengan dengan kejadian HIV adalah variabel status kawin (p= 0,012) dan status IMS (p=0,012). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian HIV adalah status bercerai dengan OR 5,3. Untuk mencegah terjadinya HIV/AIDS maka penulis menyarankan untuk selalu menggunakan kondom pada saat melakukan perilaku seks beresiko juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan IMS untuk mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a collection of symptoms that are caused by the Human Immunodeficiency Virus (HIV). This virus damages the immune humans and cause a decrease or loss of endurance, so to infection and illness. Unsafe sex, use of unsterile needles and in turn, HIV-infected blood transfusions, and transmission of HIV-infected mother to child it contains a risk factor that can transmit HIV from one person to another.
This study aims to determine the relationship of patient characteristics consisting of gender, age, marital status, education, occupation, and risk behavior and STI incidence of HIV / AIDS in the health center VCT Clinic Cikarang Bekasi. The data used in this study is a secondary data derived from traffic data of patients undergoing VCT (Voluntary Counselling and Testing) of the month from January to December 2013.
Study design using cross-sectional design (cross-sectional) with a total sample of 587 people. The data were then analyzed using univariate, bivariate and multivariate analyzes. Univariate analysis was conducted to determine the characteristic features of each variable studied. While the bivariate analysis was conducted to determine the relationship between the independent variables and the dependent variable. The multivariate analysis is used to see the most dominant factors associated with the incidence of HIV / AIDS. Statistical tests used in this study is the chi-square test for bivariate and multiple logistic regression for multivariate analyzes.
The analysis showed the percentage of patients who experienced a positive HIV incidence in Cikarang VCT clinic at the health center in 2013 of 12.4%. Variables significantly associated with the incidence of HIV is variable marital status (p = 0.012) and the status of STI (p = 0.012). The most dominant variables associated with HIV incidence is divorced marital status with OR of 5.3. To prevent HIV / AIDS, the authors suggest to always use a condom when doing risky sexual behavior are also advised to check the IMS to prevent the transmission of HIV / AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyda Amalia
"HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena terus terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya. Berdasarkan Infodatin AIDS 2016, bahwa DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah kasus HIV tertinggi. Dari tahun 2014 sampai tahun 2016, terjadi peningkatan insiden HIV di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui determinan yang berhubungan dengan status HIV/AIDS pasien di Poli VCT (Voluntary Counselling and Testing) Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari data pasien di Poli VCT yang sudah terinput ke SIHA (Sistem Informasi HIV dan AIDS) pada bulan Januari sampai Desember tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel seluruh pasien di Poli VCT yang memenuhi kriteria inklusi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel adalah 1229 sampel. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei tahun 2018 di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang. Analisis dalam penelitian ini adalah univariat, bivariat dan stratifikasi. Hasil analisis menunjukan variabel yang berhubungan bermakna dengan status HIV/AIDS adalah jenis kelamin (P= 0,000), tingkat pendidikan (P= 0,007), pekerjaan (P= 0,025), status perkawinan (P= 0,009 dan P=0,022), status penyakit sifilis (P= 0,000), hubungan anal seks berisiko (P= 0,032), dan bergantian peralatan suntik (P= 0,000). Variabel jenis kelamin merupakan variabel confounding pada hubungan vagina seks berisiko dengan status HIV/AIDS (P-Interaksi= 0,371 , Perubahan PR= 11,36%). Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status penyakit sifilis, hubungan anal seks berisiko, bergantian peralatan suntik dengan status HIV/AIDS, dan jenis kelamin merupakan variabel confounding pada hubungan vagina seks berisiko dengan status HIV/AIDS

HIV/AIDS is a serious public health problem because its incidence continues to raise each year. Based on AIDS Infodatin 2016, it is found that DKI Jakarta is the province with the highest number of HIV cases. Since 2014 to 2016, there is an increased of incidence of HIV in Primary Health Center Tanah Abang. The purpose of this study is to know the determinants related to HIV / AIDS patients status at VCT (Voluntary Counseling and Testing) Primary Health Center Tanah Abang in 2017. This study used a secondary data derived from patient data in Polyclinic VCT which had been computed to SIHA (System Information on HIV and AIDS) from January to December 2017. This study used a cross-sectional design with a sample of all patients in VCT Polyclinic who met the inclusion criteria. The sampling method used is total sampling with total sample is 1229 samples. The study was conducted from April to May 2018 at Primary Health Center Tanah Abang. The analysis in this study is univariate, bivariate and stratification. The results of the analysis showed significant variables with HIV/AIDS status were sex (P = 0,000), education level (P = 0.007), occupation (P = 0.009), marital status (P = 0.009 and P = 0.022), syphilis status (P = 0.000), risky anal sex relationship (P = 0.032), and sharing injection equipment (P = 0,000). Sex variables are confounding variables in risky vaginal sex relationship with HIV/AIDS status (P-Interaction = 0.371, PR change = 11.36%). This study concluded that there is a relationship between sex, education level, occupation, marital status, syphilis status, risky anal sex relationship, sharing injection equipment with HIV/AIDS status, and sex is a confounding variable on risky vaginal sex relationship with status HIV/AIDS"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Kurniatiningsih
"Konsentrasi PM2,5 dalam ruang mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia terutama pada kelompok rentan seperti balita. Balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2.5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko terhadap gejala ISPA. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross sectional pada balita diwilayah kerja Puskesmas Mekarmukti yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 130 orang. Penentuan gejala ISPA pada balita berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan kuesioner sedangkan pengukuran konsentrasi PM2,5 dalam ruang menggunakan Haz dust EPAM 5000. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gejala ISPA pada balita (8,47 ; 3,52-20,36). Faktor lain yang mempengaruhi adalah status merokok (1,38; 0,58-3,26), jenis kelamin (1,22; 0,58-2,55), status gizi (1,64; 0,56-4,84), suhu (2,48; 0,97-6,32) dan kelembaban (1,96; 0,89-4,34). Analisis multivariat menunjukkan bahwa balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko 15,71 kali mengalami gejala ISPA setelah dikontrol dengan variabel kelembaban dan pendapatan orang tua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi PM2.5< dengan kejadian gejala ISPA pada balita. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan pencegahan terhadap efek PM2.5 dengan konseling kesehatan lingkungan dan peningkatan promosi kesehatan terkait faktor risiko gejala ISPA pada balita.

The concentration of PM2.5 in space affects health when inhaled by humans, especially in vulnerable groups such as toddlers. Toddlers who live in homes with concentrations of PM2.5 do not meet the requirements have a risk for the ARI symptoms. This research was conducted with a cross-sectional study design on children under five in the working area of ​​the Mekarmukti Public Health Center that met the inclusion and exclusion criteria as many as 130. Determination of ARI symptoms in toddlers based on the results of interviews and observations using a questionnaire while measuring the concentration of PM2.5 in the room using Haz dust EPAM 5000. The analysis was carried out using multiple logistic regression. The results of the analysis showed a significant relationship between the concentration of PM2.5 with ARI symptoms in toddlers (8.47 ; 3.52-20, 36). Other influencing factors were smoking status (1.38; 0.58-3.26), gender (1.22; 0.58-2.55), nutritional status (1.64; 0.56-4, 84), temperature (2.48; 0.97-6.32) and humidity (1.96; 0.89-4.34). Multivariate analysis showed that toddlers living in homes with PM2.5 concentrations did not meet the requirements had a risk of 15.71 times experiencing ARI symptoms after controlling for humidity and parental income variabels. The conclusion of this study is that there is a significant relationship between PM2.5 concentration and the ARI symptoms in toddlers. Therefore, it is necessary to control and prevent the effects of PM2.5 with environmental health counseling and increased health promotion related to risk factors for ARI symptoms in toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Gani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian Infeksi Menular Seksual pada ibu rumah tangga. Terdapat beberapa indikator pengetahuan Infeksi Menular Seksual menurut Kementerian Kesehatan, 2007 yaitu: cara penularan, cara pencegahan, dan stigma tentang IMS. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pada 134 responden, semuanya adalah ibu rumah tangga yang berusia 15-35 tahun. Subjek yang dipilih adalah yang bersedia diwawancarai, tinggal di daerah penelitian minimal satu tahun terakhir.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian Infeksi Menular Seksual. Faktor yang berhubungan dengan Infeksi Menular Seksual adalah perilaku. Faktor pendahulu dan perilaku suami juga mempengaruhi terjadinya Infeksi Menular Seksual. Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, usia melakukan hubungan seksual lebih dewasa, perilaku seksual yang tidak berisio akan mampu menekan kejadian IMS.

The purpose of this study research was to find out the relationship between knowledge, the attitudes and behaviors of housewives with the incidence of sexually transmitted infections. According to the Ministry of Health, 2007 knowledge indicators of sexually transmitted infections namely: the mode of transmission and prevention, perception, and stigma about STIs. This research study used quantitative methods on 134 respondents, all of them are housewives aged 15-35 years. Subjects were selected that are willing to be interviewed, living in the study research area at least the past year.
The result of this study showed that there was no relationship between knowledge with the incidence of sexually transmitted infections. The significant factors influencing sexually transmitted infections were behavioral factors. Historical experience and husband behavioral factors also influence on the sexually transmitted infections. Respondents with higher levels of education, mature adult of sexual activity, and sexual behavior will be able to reduce the incidence of STIs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustanti Listyani
"Fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas dengan unit - unit kerja yang terdapat di puskesmas mekarmukti mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit akibat kerja (PAK). Pada tiga unit kerja yang dilakukan penelitian di temukan beberapa risiko yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum saat melakukan tindakan, terjatuh, terbakar maupun kebakaran dan bahaya radiasi dikarenakan apron atau pelindung diri bagi radiographer saat melakukan tindakan kurang cukup untuk memberikan perlindungan maksimal dari bahaya radiasi.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan penilaian metode pendekatan AS/NZS 4360:2004. Untuk mengurangi risiko K3 pada Unit Kerja yang ada di Puskesmas Mekarmukti bukan hanya dengan tersedianya SOP setiap tindakan namun di perlukan pengawasan dan dukungan selain dari pihak Puskesmas juga dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Karena program K3 yang ada di Puskesmas hanya fokus kepada kesehatan dan perlindungan pekerja di luar tenaga kesehatan yaitu pekerja sector industry namun untuk pekerja atau petugas kesehatan belum menjadi prioritas utama sehingga di perlukan peningkatan pelatihan dalam melakukan setiap kegiatan di Puskesmas yang berisiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Basic health facilities such as Puskesmas with the unit - unit of work contained in Puskesmas Mekarmukti have a high risk of occupational diseases ( PAK ). In three units of work done research found some risks that can lead to workplace accidents such as needle stick while doing the action , falls, fires and burns and radiation hazards due to the protective apron or radiographer currently insufficient action to provide maximum protection from radiation hazards.
This study used a cross-sectional study design with assessment approach AS / NZS 4360:2004. To reduce the risk of K3 at the work unit in Puskesmas Mekarmukti not only by the availability of SOPs any action yet in need of supervision and support as well apart from Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Because K3 program in Puskesmas only focus on the health and protection of workers outside the health workers which industry sector workers , but for workers or health workers will not be a top priority so in need of increased training in conducting any activity in high-risk in Puskesmas on safety and health employment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Fachlaeli
"Prevalensi IMS tinggi pada WPSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsistensi penggunaan kondom pada satu bulan terakhir dengan kejadian Infeksi Menular seksual pada wanita penjaja seks langsung (WPSL). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sumber data hasil Survey Terpadu Biologis dan Perilaku Tahun 2011. Populasi adalah wanita penjaja seks langsung (WPSL) di Provinsi Jawa Barat. Jumlah sampel adalah 500 responden. Hasil penelitian prevalensi IMS pada WPSL 21%, sebagian besar WPSL tidak konsisten menggunakan kondom 76 %. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan tidak bermakna antara konsistensi penggunaan kondom dengan kejadian IMS OR 1.14 (95%CI 0.66;2.3). Peningkatan konsistensi penggunaan kondom dan peningkatan peluang menggunakan kondom.

STDs prevalence is high in the WPSL. This study aims to determine the relationship the consistency of condom use in the last month with the incidence of sexually transmitted infections in female sex workers directly (WPSL). This study uses crosssectional study design. Data is collected secondary data results of Integrated Biological and Behavioral Survey in 2011. Population is female direct sex workers (WPSL) in West Java province. Number of sample is 500 respondents. The study found that the prevalence of sexually transmitted infections in female sex workers directly (WPSL) by 21% most of the WPSL is inconsistent use of condoms 76%. The results of bivariate analysis showed that there was no significant relationship between the consistency of condom use with the incidence of STI OR 1:14 (95% CI 0.66; 2.3). Increase particularly the consistent use of condoms and increased opportunities to use condoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30753
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonspsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota Yogyakarta, Tangerang, Makassar di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16 LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9 LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5 LSL berusia >24 tahun, 48 LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51 LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS PR=2.0;95 CI 1.2-3.2 , usia le; 24 tahun PR=1.7 ; 95 CI 1.0-2.7 , kurang berpartisipasi pada program kesehatan PR=2.0 ; 95 CI 1.2-3.4 , kurang mendapatkan sumber media informasi PR=0.6 ; 95 CI 0.4-1.0 . Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun PR=2.14 ; 95 CI 0.98-4.66 , LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan PR=2.10; 95 CI 1.17-3.77 , dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi PR=2.05 ; 95 CI 1.11-3.77 . Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki LSL ; pengetahuan HIV/AIDS; perilaku seksual berisiko.

Sexual risk behavior HIV AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV AIDS and sexual risk behavior HIV AIDS among MSM in 3 cities Yogyakarta, Tangerang, Makassar in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16 MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9 MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5 MSM 24 years, 48 MSM less participate in the health services HIV AIDS, 51 MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV AIDS less having knowledge HIV AIDS PR 2.0 95 CI 1.2 3.2 , age le 24 years PR 1.7 95 CI 1.0 2.7 , less participate in the health program PR 2.0 95 CI 1.2 3.4 , less get media source information PR 0.6 95 CI 0.4 1.0 . Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged 24 years PR 2.14 95 CI 0.98 4.66 , MSM less follow the program health service PR 2.10 95 CI 1.17 3.77 , and MSM got a better media source information PR 2.05 95 CI 1.11 3.77 . It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.Keywords Men Sex with Men MSM , sexual behavior risk HIV AIDS, knowledge of HIV AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Erma Rini
"Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk menangani penyebaran HIV/AIDS. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemanfaatan layanan VCT oleh populasi berisiko tinggi HIV/AIDS di Indonesia. Banyak populasi berisiko tinggi HIV/AIDS yang belum pernah melakukan VCT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan VCT pada populasi berisiko tinggi HIV/AIDS di Provinsi Banten tahun 2013. Penelitian menggunakan desain studi kuantitatif dengan desain crossesctional.
Berdasarkan hasil analisis multivariate (final model) terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan pemnfaatan layanan VCT yaitu usia (p-value = 0,009), akses ke layanan VCT (p-value=0,039) dan variabel pengetahuan VCT (p-value = 0,0001). Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemnfaatan layanan VCT adalah pengetahuan responden tentang VCT dengan nilai OR tertinggi yaitu 4,4 yang artinya responden dengan pengetahuan tentang VCT nya baik cenderung akan memanfaatkan layanan VCT 4,4 kali lebih besar dibanding dengan yang memiliki pengetahuan tentang VCT kurang baik.

Voluntary Counseling and Testing (VCT) is a public health strategy to response of HIV / AIDS . This research is based on the low number of utilization of VCT services by high -risk populations with HIV / AIDS in Indonesia. The most highrisk populations on HIV mostly don’t access to VCT services. This study aims to determine the associated factors with the utilization of VCT services in a population at high risk of HIV / AIDS in Banten province in 2013. The study uses a quantitative study design with cross-sectional design.
Based on the results of multivariate analysis ( final model) , there are three variables relate to the utilization of VCT services , namely age ( p - value = 0.009 ), access to VCT services (p-value = 0.039) and VCT knowledge variables ( p - value = 0.0001 ). The most influence variables on the utilization of VCT services is the knowledge on VCT, with the highest OR value is 4.4 , it is means that the respondent with good knowledge of VCT likely to utilize VCT services 4.4 times greater thanwho has less of good knowledge in VCT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perilaku seks bebas di kalangan remaja semakin meningkat belakangan ini. Kurangnya
pengetahuan remaja tentang seks merupakan Salah satu faktor penyebab. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan tingkat karakteristik rernaja yang terdiri dari umur,
jenis, kelamin, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, tempat tinggal, dan
keterpaparan media informasi dengan tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas.
Desain yang digunakan adalah diskriptif korelasi dengan uji chi-square. Sampel
berjumlah 40 orang siswa SMA Negeri 1 Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi dengan
teknis cluster random sampling. Hasil menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antam karakteristik remaja, yaitu variabel keterpaparan media informasi dengan tingkat
pengetahuan remaja tentang seks bebas, sedangkan untuk variabel yang lain tidak ada
hubungan yang bermakna."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5501
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Zaki Dinul
"HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit communicable disease yang merusak sistem kekebalan tubuh. Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang timbul akibat penurunan sistem kekebalan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik individu dan faktor risiko terhadap terjadinya infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti saroso tahun 2011. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penderita HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik VCT yang memiliki kelengkapan data yang lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proprsi infeksi oportunistik (84,4 %) dan ada hubungan antara jumlah CD4 dan stadium HIV/AIDS terhadap terjadinya infeksi oportunistik pada penderita HIV/AIDS (pvalue = 0,037). Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi perumusan program pencegahan dan tatalaksana HIV/AIDS di masa yang akan datang.

HIV / AIDS is a disease communicable disease that damages the immune system. Opportunistic infections are infections caused by the decrease in the immune system. This study aims to know the description of individual characteristics and risk factors for the occurrence of opportunistic infections in people with HIV / AIDS at the Hospital for Infectious Diseases Sulianti Saroso in 2011. This study design is cross-sectional. The sample in this study were all patients with HIV / AIDS who visited the VCT clinic that has a complete data completeness.
The results showed that proprsi opportunistic infections (84.4%) and no relationship between CD4 count and stage of HIV / AIDS on the occurrence of opportunistic infections in people with HIV / AIDS (pvalue = 0.037). It is hoped this research can be useful for the formulation of programs of prevention and management of HIV / AIDS in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>