Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Sora Yullyana
"Penggunaan kontrasepsi merupakan strategi untuk menunda dan mengontrol kelahiran dengan mengurangi kemungkinan terjadinya fertilitas ovum oleh spermatozoa. Namun, cakupan penggunaan kontrasepsi di Provinsi Papua masih jauh dari target yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi penggunaan kontrasepsi pada 15-49 tahun berdasarkan faktor predisposisi dan faktor pendukung di Provinsi Papua tahun 2012. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan analisis data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Sampel penelitian ini adalah wanita usia subur usia 15-49 tahun yang tercatat sebagai responden pada data SDKI 2012 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi penggunaan kontrasepsi pada WUS 15-49 tahun di Provinsi Papua adalah 14,6 persen.
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara distribusi penggunaan kontrasepsi pada WUS dengan usia >35 tahun (PR: 7,823; CI 95% 3,210-19,067), pendidikan tinggi (PR: 4,751; CI 95% 2,884-7,827), bekerja (PR: 0,435; CI 95% 0,318-0,595), jumlah paritas 3-4 anak (PR: 3,254; CI 95% 2,286-4,633), tinggal di perkotaan (PR: 2,694; CI 95% 1,960-3,703), ekonomi menengah (PR: 2,666; CI 95% 1,798-3,953), pengetahuan tinggi (PR: 3,970; CI 95% 2,863-5,507), dan pernah terpapar informasi KB (PR: 3,091; CI 95% 2,255-4,236) dengan nilai p value <0,005. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan upaya promosi kesehatan secara intensif dan penyebarluasan informasi oleh tenaga kesehatan mengenai manfaat akan pentingnya penggunaan kontrasepsi pada WUS, memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dalam memperoleh alat/metode KB.

The use of contraception is a strategy to delay pregnancy and to do birth control, with the possibility of reducing fertility of ovum by spermatozoa. However, coverage of the use of contraceptive in Papua is still far from the target set. This study aims to determine the distribution of contraceptive use based on WUS 15-49 years predisposing factors and enabling factors in Papua Province in 2012. This research used cross sectional design method with secondary data analysis of Demographic Health Survey of Indonesia 2012. This study sample were women age is 15-49 years, listed as respondents in the data IDHS 2012, and meet the inclusion and exclusion criteria.
The results showed that the distribution of contraceptive use on WUS 15-49 years in Papua province was 14.6 percent. The results of analysis showed there is a significant relationship between the distribution of contraceptive use on WUS with age >35 years (PR: 7.823; 95% CI 3.210 to 19.067), higher education (PR: 4.751; 95% CI 2.884 to 7.827), employment status (PR: 0.435; 95% CI 0.318 to 0.595), number of parity 3-4 children (PR: 3.254; 95% CI 2.286 to 4.633), urban residence (PR: 2.694; 95% CI 1.960 to 3.703), middle income (PR: 2.666; 95% CI 1.798 to 3.953), higher knowledge (PR: 3.970; 95% CI 2.863 to 5.507), and have been exposed to family planning information (PR: 3,091; 95% CI 2.255 to 4.236) with a p value <0.005. Therefore, an increase in the effort required of health promotion, intensive counseling and dissemination of information by health professionals about the benefits of the importance of contraceptive use on WUS, providing quality contraceptive services in obtaining the tools/methods of family planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loli Adriani
"Salah satu usaha pengendalian penduduk, adalah dengan meningkatkan kontrasepsi modern pria. Akan tetapi berdasarkan Laporan SDKI 2012, partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi modern masih sangat rendah, dan belum mencapai target RPJMN 2010-2014. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menjelaskan determinan partisipasi penggunaan kontrasepsi modern pada pria kawin usia 15-54 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2012 modul pria, dengan jumlah sampel 5812 pria kawin usia 15-54 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kondom dan masa subur, pengetahuan vasektomi, persepsi KB merupakan urusan wanita, persepsi kondom, jumlah anak hidup, dan diskusi KB dengan tenaga kesehatan berhubungan signifikan dengan partisipasi penggunaan kontrasepsi modern pada pria kawin. Faktor dominan yaitu pengetahuan kondom dan masa subur (sedang: OR=5,1; 95%CI: 2,5-10,2 ; baik: OR=9,2; 95%CI: 4,2-20,9), dan terdapat interaksi antara persepsi kondom dengan diskusi dengan tenaga kesehatan. Disarankan penggalakan program KB pada pria, serta memberikan KIE terkait kontrasepsi pria oleh tenaga kesehatan.

One attempt to control the population is increasing modern contraceptive use among men. However, IDHS 2012 reported that participation of men in modern contraceptive use is still very low, and haven’t rich the target of RPJMN 2010-2014. This study examined the determinants of modern contraceptive use in married men aged 15-54 years in Indonesia. This study used Indonesia Demographic and Health Survey - Men Module 2012 (IDHS 2012) data, with a sample of 5812 married men aged 15-54 years old. Findings indicated that knowledge of condoms and ovulatory cycle, knowledge of vasectomy, perception; contraception is a woman’s bussiness, perception of condoms, the number of living children, and family planning discussions with health worker were most significantly associated with modern contraceptive use among married men. The dominant factor is the knowledge of condoms and ovulatory cycle (middle: OR = 5.1; 95% CI: 2.5 to 10.2; good: OR = 9.2; 95% CI: 4.2 to 20.9), and there is an interaction between the perception of condoms with discussions with health worker. Suggested promotion of family planning programs in men, as well as providing IEC related male contraception by health worker."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyrisca Fatmarani
"Meski tren penggunaan kontrasepsi terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, angka unmet need atau kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi masih tinggi. Total persentase unmet need pada wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun di Indonesia adalah 11,4 persen, di mana 4,5 persen untuk menunda kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran. Meski demikian, pemilihan kontrasepsi mantap pada Wanita Usia Subur (WUS) yang bertujuan untuk membatasi kelahiran masih tetap rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi mantap pada WUS di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder SDKI 2012. Sampel pada penelitian ini dibatasi pada WUS yang sedang menikah (currently in union), sedang menggunakan alat kontrasepsi modern (current use modern contraception) MOW/Tubektomi, IUD, suntikan, susuk KB, dan pil KB, dan datanya tersedia lengkap sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 16.385 responden. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.
Hasil analisis menunjukkan umur (≥33 tahun; OR=17,827, 95% CI: 13,142-24,182), pendidikan (tinggi; OR=2,189, 95% CI: 1,295-3,699), status pekerjaan (bekerja; OR=1,256, 95% CI: 1,087-1,452), daerah tempat tinggal (perkotaan; OR=2,229, 95% CI: 1,933-2,570), status ekonomi (teratas; OR=4,452, 95% CI: 3,525-5,622; menengah atas; OR=2,408, 95% CI: 1,878-3,039; menengah; OR=2,048, 95% CI: 1,592-2,634; menengah bawah; OR=1,372, 95% CI: 1,052-1,790), paritas (>5 anak; OR=12,579, 95% CI: 9,944-15,912; 3-4 anak; OR=8,944, 95% CI: 7,324- 10,922), biaya pelayanan KB (mahal; OR=2,225, 95% CI: 1,928-2,566), sumber pelayanan KB (pemerintah; OR=4,380, 95% CI: 3,803-5,044), dan keputusan ber-KB (bersama; OR=1,859, 95% CI: 1,596-2,165) berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi mantap.

Although the trend of contraceptive use continued to increase over the years, the number of unmet need in Family Planning (FP) remain high. The total percentage of unmet need among married women aged 15-49 in Indonesia is 11.4 percent; 4.5 percent for delaying births and 6.9 percent for limiting births. However, the permanent contraceptive choice in Women of Reproductive Age (WRA) which is to limit births remains low. This study aims to determine factors associated with permanent contraceptive choice among WRA in Indonesia 2012. This study used a cross-sectional study design using secondary data IDHS 2012. The sample in this study is limited on currently married WRA, who are using modern contraception (female sterilization/tubectomy, IUD, injection, implant, and birth control pills), and have complete data according to the variables studied. The number of samples is 16.385 respondents. Bivariate analysis using Chi Square test.
The analysis showed that age (≥33 years; OR = 17.827, 95% CI: 13.142 to 24.182), education (higher; OR = 2.189, 95% CI: 1.295 to 3.699), employment status (employed; OR = 1.256, 95% CI: 1.087 to 1.452), area of residence (urban; OR = 2.229, 95% CI: 1.933 to 2.570), economic status (richest; OR = 4.452, 95% CI: 3.525 to 5.622; richer; OR = 2.408, 95% CI: 1.878 to 3.039; middle; OR = 2.048, 95% CI: 1.592 to 2.634; poorer; OR = 1.372, 95% CI: 1.052 to 1.790), parity (>5 children; OR = 12.579, 95% CI : 9.944 to 15.912; 3-4 children; OR = 8.944, 95% CI: 7.324 to 10.922), cost of FP services (expensive; OR = 2.225, 95% CI: 1.928 to 2.566), source of FP services (public; OR = 4.380, 95% CI: 3.803 to 5.044), and FP decisions (together; OR = 1.859, 95% CI: 1.596 to 2.165) are associated with the permanent contraceptive choice.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Lutfiah
"Partisipasi pria dalam KB masih sangat rendah yaitu 4,7% tahun 2012. Wanita masih sangat dominan dalam pemakaian alat kontrasepsi. Efek samping dari penggunaan beberapa metode kontrasepsi dapat menyebabkan beberapa gangguna, seperti disfungsi seksual dan hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pria kawin usia 15-54 tahun dalam KB di Indonesia tahun 2012, menggunakan design studi cross sectional pada 9260 pria kawin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria yang berpartisipasi dalam KB adalah pria yang pendidikan tinggi, pengetahuan yang baik mengenai KB, terpapar informasi KB melalui media masa, didukung oleh pasangannya, dan terjadi komunikasi antara pria dengan pasangannya (suami-istri).

Male participation in KB is still low in 2012, taht is 4,7%. Women are still very dominant in the use of contraceptives. The use of multiple methods of contraception may cause some side effects, such as sexual dysfunction and hypertension. This study aims to investigate the characteristics of merried men aged 15-54 years for family planning propram participating in Indonesia at 2012, using cross-sectional study desugn to 9260 married men. The result showed that men who participated in family planning program is a man with heigh education, have a good knowledge about family planning, accessing family planning program from mass media, supported by her partner, and communicating their partner as husband and wife."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carissa Putri Moegandi
"Latar belakang: Layanan kontrasepsi dalam program keluarga berencana merupakan bentuk pelayanan kesehatan reproduksi yang memiliki objektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI yang masih tinggi serta pemakaian kontrasepsi yang rendah di provinsi Papua menandakan taraf kesehatan reproduksi yang masih belum optimal. Meskipun demikian, pemilihan penggunaan kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis mengenai hubungan faktor-faktor sosiodemografis serta penggunaan media massa dan internet dengan kejadian unmet need kontrasepsi di provinsi Papua.
Metode: Desain penelitian ini berupa studi potong lintang menggunakan data sekunder dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Subjek penelitian ini adalah wanita usia subur dalam rentang 15-49 tahun yang berdomisili di Papua serta memiliki data kuesioner yang lengkap. Unmet Need kontrasepsi didefinisikan sebagai perempuan yang fertil dan aktif secara seksual dengan keinginan untuk menunda atau mencegah kehamilan, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square dikarenakan data bersifat kategorik serta dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 458 total subjek yang digunakan dalam penelitian ini. Faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian unmet need kontrasepsi di papua adalah tingkat pendidikan suami (p < 0.001), frekuensi membaca surat kabar/majalah (p = 0.017), frekuensi mendengar radio (p = 0.027), kepemilikan televisi (p = 0.005; OR = 0.443), frekuensi menonton televisi (p = 0.005), dan kepemilikan telepon seluler (p < 0.001; OR = 0.356).
Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh dengan kejadian unmet need kontrasepsi di Papua adalah tingkat pendidikan suami, frekuensi membaca surat kabar/majalah, frekuensi mendengar radio, kepemilikan televisi, frekuensi menonton televisi, dan kepemilikan telepon seluler.

Introduction: Contraception in family planning program is one of the health care services delivered to lower the number of Maternal Mortality Rate (MMR). High MMR in Papua, Indonesia, reflected the need to optimize reproductive health care in the region. Despite that, the use of contraception itself is affected by numerous factors. This research aims to analyze sociodemographical factors and also the use of mass media and internet in affecting unmet need for contraception in Papua.
Method: This cross-sectional study used the secondary data obtained from 2017 Indonesia DHS (IDHS). Subjects in this study included all women of childbearing age (15-49 years old) in Papua with complete data from the survey. Unmet need for contraception was defined as fertile and sexually active women of childbearing age with the intention to postpone or limit their pregnancy without using any contraception method. Since all data were categorical, analysis were performed using Chi-Square test and logistic regression.

Result: A total of 458 subjects were included in this study. The factors that were found to affect unmet needs in Papua are husband’s educational level, (p < 0.001), frequency of reading newspaper/magazine (p = 0.017), frequency of listening to radio (p = 0.027), television ownership (p = 0.005; OR = 0.443), frequency of watching television (p = 0.005), and mobile phone ownership (p < 0.001; OR = 0.356).
Conclusion: Factors which were found to affect unmet need for contraception in Papua are husband’s educational level, frequency of reading newspaper/magazine, frequency of listening to radio, television ownership, frequency of watching television, and mobile phone ownership.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anida Fathiyah Muti`Atunnisa
"Latar belakang: Provinsi Banten merupakan provinsi dengan persentase penggunaan MKJP pada wanita kawin terendah se-nasional (13%). Hal tersebut sangat disanyangkan mengingat Provinsi Banten termasuk provinsi penyangga program KB di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP pada WUS di Provinsi Banten.
Metode: Analisis data sekunder dilakukan dengan menggunakan data SDKI tahun 2017. Uji chi-square dan regresi logistik dengan interval kepercayaan 95% digunakan dalam penelitian ini untuk menggambarkan kekuatan hubungan antar variabel.
Hasil: Cakupan penggunaan MKJP pada WUS di Provinsi Banten pada penelitian ini diestimasikan sebesar 13.3%. Hasil analisis multivariabel menunjukkan variabel yang memiliki hubungan secara statistik antara lain: (a) usia 36-49 tahun [AOR: 4.54; 95% CI: 1.03-20.10]; (b) tingkat pendidikan [AOR: 4.34;95% CI: 1.86-10.17]; (c) jumlah anak hidup [AOR: 2.47; 95% CI: 1.44-4.25]; (d) tempat tinggal [AOR: 2.81; 95% CI: 1.22-6.48]; (e) sumber layanan KB [AOR: 16.20; 95% CI: 7.44-35.25].
Kesimpulan: WUS yang menerima layanan KB di fasilitas publik memiliki peluang lebih tinggi untuk menggunakan MKJP. Hal tersebut dapat terjadi karena sebagian besar fasilitas kesehatan publik telah bekerja sama dengan program JKN. Oleh karena itu, dengan meningkatkan kemitraan antara fasilitas kesehatan swasta dengan program JKN diharapkan dapat memperluas aksesibiltas layanan KB terutama bagi peserta JKN.

Background: Banten is the province with the lowest percentage of the use of LARC among married women nationwide (13%). Considering that Banten is a buffer province for family planning programs in Indonesia which should help to accelerate the program. This study aims to determine the factors influencing the use of LARC among women of reproductive age in Banten Province.
Method: Secondary data analysis was conducted using the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS). Chi-square test and logistic regression with 95% confidence interval were used in this study to describe the strength of association between variables.
Results: The percentage of the use of LARC in Banten Province in this study was estimated at 13.3% among women reproductive age. The result of multivariable analysis shows variables associated with the use of LARC included: (a) age 36-49 years [AOR: 4.54; 95% CI: 1.03-20.10]; (b) level of education [AOR: 4.34;95% CI: 1.86-10.17]; (c) number of living children [AOR: 2.47; 95% CI: 1.44-4.25]; (d) residence [AOR: 2.81; 95% CI: 1.22-6.48]; (e) source of FP [AOR: 16.20; 95% CI: 7.44-35.25].
Conclusion: Women who receive family planning services at public sector have a higher chance of using LARC. This can happen because most public sector have collaborated with the JKN program. Therefore, by increasing the partnership between private sector and the JKN program, it is hoped that it will expand the accessibility of family planning services, especially for JKN participants.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Lorensimaya
"Unmet need adalah proporsi wanita usia subur dalam status kawin yang tidak menggunakan alat kontrasepsi meskipun mereka menyatakan ingin menjarangkan kehamilan atau membatasi kelahiran. Persentase unmet need di Indonesia tahun 2012 adalah 11 persen, angka ini masih perlu untuk diturunkan sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di tahun 2014, yaitu 6,5 persen dan target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, yaitu lima persen. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kejadian kebutuhan pelayanan KB tidak terpenuhi di Indonesia serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan desain studi potong lintang.
Hasil menunjukkan bahwa total kejadian kebutuhan KB tidak terpenuhi di Indonesia adalah 11,4 persen. Tujuh persen untuk membatasi kelahiran dan empat persen untuk menjarangkan kehamilan. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kebutuhan KB tidak terpenuhi di Indonesia adalah umur wanita, jumlah anak hidup, jumlah anak ideal, wilayah tempat tinggal, pendidikan suami, pengetahuan tentang kontrasepsi, dan diskusi suami istri tentang KB. Faktor yang paling berhubungan terhadap kejadian kebutuhan KB tidak terpenuhi di Indonesia adalah diskusi suami istri tentang KB.

Unmet need is the proportion of women of childbearing age in marital status were not using contraception even though they said they want to spacing or limiting births. The percentage of unmet need in Indonesia in 2012 was 11 percent, this proportion still needs to be decreased in accordance with the target of the National Medium Term Development Plan in 2014 is 6,5 percent and target of Millennium Development Goals (MDGs) in 2015 is five percent. The aim of the study is to describe unmet need for family planning in Indonesia and factors related to it. Data of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2012 were used for univariate, bivariate and multivariate analysis with the design of cross-sectional study.
The results showed that the total of unmet need for family planning in Indonesia is 11,4 percent, seven percent for limiting births and four percent for spacing births. Factors associated with unmet need for family planning in Indonesia is woman's age, number of living children, ideal number of children, region of residence, husband's education, knowledge of contraception, and discussions couple about family planning. Most related factor to the case of unmet need for family planning in Indonesia is discussions couple about family planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Novi Handayaning
"Latar belakang: Program Keluarga Berencana (KB) merupakan metode dalam menekan angka pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar masih memiliki angka penggunaan kontrasepsi yang rendah. Pengetahuan mengenai kontrasepsi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan penggunaan kontrasepsi.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan kontrasepsi dan unmet need pada wanita usia subur di Indonesia.
Metode: Penelitian analitik komparatif tidak berpasangan dengan metode potong lintang dilakukan pada data sekunder yang didapatkan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dan 2017. Subjek pada penelitian ini adalah semua wanita usia subur usia 15-49 tahun. Subjek dengan data tidak lengkap dieksklusi dari penelitian. Pengetahuan tentang kontrasepsi dinilai baik apabila subjek mengetahui minimal salah satu metode kontrasepsi modern. Unmet need didefinisikan sebagai wanita usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi tapi tidak menginginkan anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan. Dilakukan analisis chi-square pada data kategorik dan analisis Mann-Whitney U untuk data numerik. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dengan nomor surat lolos kaji etik KET-1252/UN2.F1/ETIK/PPM.00.02/2020.
Hasil: Sebanyak 45.607 WUS pada data SDKI 2012 dan 29.627 WUS pada data SDKI 2017 diikutsertakan dalam penelitian. pada data SDKI 2012, faktor yang menjadi risiko kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi adalah daerah tempat tinggal pedesaan (p = 0,004), pendidikan rendah (p < 0,0001), pendidikan suami rendah (p < 0,0001), tidak adanya kepemilikan listrik (p < 0,0001), dan ketidakmauan diskusi pubertas dengan anak perempuan (p = 0,001). Pada data SDKI 2017, faktor yang menjadi risiko kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi adalah usia muda (p < 0,0001), daerah tempat tinggal pedesaan (p = 0,011), pendidikan rendah (p < 0,0001), pendidikan suami rendah (p < 0,0001), tidak memiliki pekerjaan (p < 0,0001), dan tidak memiliki radio, televisi, internet, handphone (p < 0,0001), dan internet (p = 0,002). Pada data SDKI 2012, faktor yang berpengaruh terhadap unmet need adalah usia (p = 0,023) dan paritas (p < 0,0001). Pada data SDKI 2017, faktor yang berpengaruh terhadap unmet need adalah daerah tempat tinggal (p = 0,003), pendidikan (p = 0,008), pendidikan suami (p < 0,0001), status pekerjaan (p = 0,03), kepemilikan listrik (p = 0,001), dan kepemilikan televisi (p = 0,01)
Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai kontrasepsi adalah usia, daerah tempat tinggal, pendidikan, pendidikan suami, dan kepemilikan berbagai fasilitas. Faktor yang berpengaruh terhadap unmet need adalah usia, paritas, daerah tempat tinggal, pendidikan, pendidikan suami, status pekerjaan, kepemilikan televisi, dan kepemilikan listrik.

ackground: The Family Planning Program is a method of controlling in population growth rates and also improving maternal and child health. Indonesia as one of the largest countries has abysmally low contraceptive coverage. Knowledge about contraception is an important factor in determining the use of contraception. This study aims to determine the factors that influence contraception and the unmet need of women of childbearing age in Indonesia.
Method: An unpaired comparative analytic study with a cross-sectional method was conducted on secondary data obtained from 2012 and 2017 Indonesian Demographic and Health Surveys (IDHS). The subjects in this study were all women of childbearing age (15-49 years). Subjects with incomplete data were excluded from the study. Knowledge of contraception was defined as knowing at least one method of modern contraception. Unmet need was defined as childbearing age woman who did not use contraception but did not want any more children or wanted to space pregnancies. Chi-square analysis was performed on categorical data and Mann-Whitney U analysis on numerical data.
Result: A total of 45,607 childbearing age women in the 2012 IDHS data and 29,627 childbearing age women in the 2017 IDHS data were included in the study. In the 2012 IDHS data, the risk factors for poor knowledge about contraception were rural areas (p = 0.004), low education (p <0.0001), low partner education (p <0.0001), lack of electricity ownership ( p <0.0001), and unwillingness to discuss puberty with daughter (p = 0.001). In the 2017 IDHS data, the risk factors for poor knowledge about contraception were young age (p <0.0001), rural areas (p = 0.011), low education (p <0.0001), low partner education (p < 0.0001) , did not have a job (p <0.0001), did not have radio, television, internet, mobile phones (p <0.0001), and internet (p = 0.002). In the 2012 IDHS data, factors influencing unmet needs were age (p = 0.023) and parity (p <0.0001). In the 2017 IDHS data, factors influencing unmet needs were the area of residence (p = 0.003), education (p = 0.008), partner education (p <0.0001), employment status (p = 0.03), electricity ownership (p = 0.001), and television ownership (p = 0.01)
Conclusion: Factors affecting knowledge about contraception were age, area of residence, education, partner education, and ownership of various facilities. Factors that influence unmet needs are age, parity, area of residence, education, partner education, employment status, ownership of television, and ownership of electricity
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Anindya
"Kontrasepsi suntikan merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan di tahun 2012. Meski memiliki beberapa keuntungan, kontrasepsi suntikan memiliki berbagai efek samping bagi kesehatan akseptor KB. Penelitian dilakukan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dan pelayanan KB dengan penggunaan kontrasepsi suntikan pada akseptor KB di Indonesia tahun 2012. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa seluruh variabel dari faktor karakteristik individu dan pelayanan KB memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan kontrasepsi suntikan. Diketahui pula bahwa biaya kontrasepsi yang tinggi di pelayanan swasta adalah faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi suntikan (OR=9,7; nilai p=0,000).

Contraceptive injection is the most popular contraception method in 2012. This method offers several advantages, but on the other hand, it also has many side effects for acceptors’s health. The study purpose is to analyze the relationship between individual characteristics and family planning services with the use of injectable contraceptives in family planning acceptors in Indonesia in 2012. This study uses cross sectional study design and secondary data analysis of 2012 Indonesia Demographic Health Survey.
The results of multivariable analysis showed that both individual characteristics and family planning services factors have a significant association with the use of contraceptive injection. It also found that the high cost of contraceptives in private services is the most dominant factor that affecting the use of contraceptive injections (OR=9,7; p-value=0,000).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Firdawati
"Penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan cenderung mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan sebaliknya, disisi lain jumlah penduduk di wilayah perkotaan semakin banyak, dan lebih mudah memiliki akses terhadap informasi, fasilitas kesehatan, dan transportasi, selain tingkat pendidikan dan status ekonomi yang juga lebih tinggi dibanding pedesaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor penggunaan kontrasepsi modern dan faktor apa paling dominan serta menganalisis dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti untuk meningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKAP KKBPK tahun 2019 yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan menelaah dokumen kebijakan dan menganalisis kebijakan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh variabel independen berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan kecuali kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,370) untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB (p-value=0,066) dan kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,347) untuk di pedesaan. Hampir seluruh variabel juga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi modern baik di perkotaan dan pedesaan, kecuali keterpaparan sumber informasi melalui media dan institusi serta kepemilikan jaminan kesehatan untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB, keterpaparan sumber informasi melalui institusi dan kepemilikan jaminan kesehatan untuk di pedesaan. Hasil analisis kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern, pada perumusan kebijakan masih belum menggambarkan secara jelas kebijakan yang berdasarkan segmentasi sasaran dan wilayah terutama di perkotaan dan pedesaan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaanya juga masih ada kendala dalam pemenuhan kuantitas, persebaran dan kapasitas tenaga lini lapangan terutama penyuluh KB yang menjadi ujung tombak program KB. Disisi lain belum semua pihak dapat menerima program KB karena bervariasinya komitmen pelaksana kebijakan di wilayah tertentu dan masih adanya hambatan sosial dan budaya. Selain itu belum optimalnya pelaksanaan komunikasi kebijakan dan masih adanya anggapan program KB hanya tanggung jawab BKKBN mempengaruhi peningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Adapun rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah perlu merumuskan kembali pada beberapa kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern dan memperkuat strategi komunikasi yang efektif menurut segmentasi sasaran dan wilayah.

The use of modern contraceptives in urban areas tends to decrease, while in rural areas it is the opposite, on the other hand, the population in urban areas is more numerous, and has easier access to information, health facilities, and transportation, in addition to higher levels of education and economic status than rural areas. The purpose of this study was to determine the relationship between the factors of modern contraceptive use and the most dominant factors and to analyze and provide evidence-based policy recommendations to increase the use of modern contraceptives in urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from SKAP KKBPK in 2019 which is complemented by qualitative research by reviewing policy documents and analyzing policies to increase the use of modern contraceptives. The results showed that almost all independent variables were associated with modern contraceptive use in urban and rural areas except ownership of health insurance (p-value=0.370) for urban areas, and family planning knowledge variables (p-value=0.066) and ownership of health insurance (p-value=0.347) for rural areas. Almost all variables are also the most dominant factors affecting modern contraceptive use in both urban and rural areas, except exposure to information sources through media and institutions and ownership of health insurance for urban areas, and variables of family planning knowledge, exposure to information sources through institutions and ownership of health insurance for rural areas. The results of the analysis of policies related to increasing the use of modern contraceptives, in the formulation of policies still do not clearly describe policies based on target segmentation and areas, especially in urban and rural areas that have different characteristics. In its implementation, there are still obstacles in fulfilling the quantity, distribution and capacity of field personnel, especially family planning extension workers who are the spearhead of the family planning program. On the other hand, not all parties can accept the KB program because of the varying commitment of policy implementers in certain areas and the existence of social and cultural barriers. In addition, the implementation of policy communication has not been optimal and there is still an assumption that the family planning program is only the responsibility of BKKBN affecting the increase in the use of modern contraceptives in urban and rural areas. The policy recommendations based on the research results are the need to reformulate some policies related to increasing the use of modern contraceptives and strengthening effective communication strategies according to target segmentation and region."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>