Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149369 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitio, Natalina Br.
"Jumlah kendaraan di Jakarta bertambah setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan polusi udara dan kemacetan lalu lintas. Masyarakat di Jakarta biasanya akan menggunakan jalan tol untuk menghindari kemacetan sehingga jumlah kendaraan yang memenuhi jalan tol semakin bertambah setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsentrasi pajanan PM2 di Gerbang Tol Cililitan Tahun 2014, dengan menggunakan desain studi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM2,5 di dalam gardu lebih tinggi dibandingkan konsentrasi PM2.5 di luar. Konsentrasi PM2.5 di dalam dan di luar gardu sudah melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) yang ditetapkan pemerintah Indonesia yaitu 65 µg/m3 selama 24 jam dengan rata-rata jumlah 9812 kendaraan per hari.

The number of vehicles at Jakarta increase every year. This results air pollution and traffic jam. People at Jakarta usually use highway to avoid traffic jam until a number of vechicles which use highway increasingly every year. The purpose of this study to identify the concentration of PM2.5 exposure in Cililitan Toll Gate in 2014, with using descriptive design study. This study showed PM2,5 exposure at inside tollbooth has higher than outside tollbooth. PM2.5 concentration inside and outside tollbooth has already got beyond NAB (Nilai Ambang Batas) which prescript by Indonesia government, that is 65 µg/m3 during 24 hours with mean of vechicles 9812 vechicles per day.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amaliyah
"Particulate Matter 2,5 (PM 2,5) adalah partikel halus memiliki diameter aerodinamis kurang dari 2,5 μm, partikel ini terbentuk dari gas dan kondensasi uap suhu tinggi selama pembakaran. Sumber partikel berasal dari alam dan antropogenik. Beberapa partikel bebas dapat juga masuk ke dalam saluran limfa. Partikel-partikel yang dapat larut mungkin diserap lewat epitel ke dalam darah. Testosteron adalah hormon steroid yang diproduksi di testis pada pria dan di ovarium pada wanita (dalam jumlah yang terbatas testosteron pada wanita juga diproduksi dalam kelenjar adrenal). Pengukuran partikel PM 2,5 dilakukan di dalam dan di luar gardu tol menggunakan pompa leland legacy. subyek penelitian ini adalah para pekerja gerbang tol dengan pengambilan sampel darah. Jumlah sampel 45 orang pekerja dan 15 orang bukan pekerja gerbang tol.
Hasil pengukuran PM 2,5 dihitung menggunakan rumus dari leland legacy. Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata konsentrasi PM 2,5 di dalam gardu 316,35 μg/m3 dan di luar gardu sebesar 152,11 μg/m3. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan antara konsentrasi PM 2,5 baik di dalam maupun di luar gardu dengan nilai P value > 0,05 Rata-rata kadar plasma testosteron pekerja gerbang tol adalah 604,67 ng.dl, sedangkan untuk bukan pekerja gerbang tol adalah 750,30 ng/dl. Hasil uji statistik menunjukkan nilai P value > 0,05 berarti tidak ada perbedaan antara kadar plasma testosteron pekerja gerbang tol dan bukan pekerja gerbang tol. Tidak ada hubungan yang signifikan antara testosteron dengan faktor usia, perilaku merokok, dan status gizi baik pekerja gerbang tol maupun bukan pekerja gerbang tol. Walaupun demikian perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mencegah pajanan.

Particulate Matter (PM 2.5) are fine particles having an aerodynamic diameter of less than 2.5 lm, these particles are formed from gas and high temperature steam condensation during combustion. Particles derived from natural sources and anthropogenic. Some free particles can also enter into the lymph channels. The particles may be absorbed through soluble epithelium into the blood. Testosterone is a steroid hormone produced in the testes in men and ovaries in women (a limited amount of testosterone in women is also produced in the adrenal glands). Measurement of PM 2.5 particles carried inside and outside the toll booth using a pump leland legacy. This research is the subject of the toll gate workers with blood sampling. Number of samples 45 and 15 workers not tollgate workers.
The results of measurements of PM 2.5 was calculated using the formula of leland legacy. Based on the results of the study the average value of the concentration of PM 2.5 in the substation 316.35 μg/m3 and outside the substation was 152.11 μg/m3. Statistical test results showed no difference between PM 2.5 concentrations both within and outside the substation with P value> 0.05 Average plasma levels of testosterone tollgate workers are ng.dl 604.67, while not working toll booths is 750.30 ng / dl. Statistical test results show the value of the P value> 0.05 means that there is no difference between plasma testosterone levels toll gate workers and not the toll gate workers. There is no significant relationship between testosterone with age, smoking behavior, and nutritional status of both workers and non-workers tollgate tollgate. Nevertheless, health checks need to be done regularly to prevent exposure
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cesie Nadia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan disain studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 58 pekerja di gerbang tol Cililitan PT. Jasa Marga cabang CTC yang dibatasi inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner, data sekunder, observasi, dan pengukuran denyut nadi. Hasil penelitian didapatkan 56,9% pekerja mengalami kelelahan tingkat ringan dan 43,1% mengalami kelelahan tingkat sedang. Variabel yang diteliti yaitu durasi kerja, pola shift kerja, beban kerja, waktu istirahat, lama tidur, kondisi kesehatan, dan gambaran workstation. Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan signifikan antara beban kerja, waktu istirahat, dan lama tidur dengan kelelahan kerja. Disarankan untuk pihak perusahaan melakukan fatigue management guna mencegah dampak dari timbulnya kelelahan.

This study aims to determine the relationship factors that may influence the occurrence fatigue at work. Types of research is descriptive analytical with cross sectional study design. The sample in this study amounts to 58 workers at the toll collectors Cililitan gate PT. Jasa Marga CTC branch office that restricted inclusion and exclusion. Data were collected by questionnaires, secondary data, observation, and pulse measurement. The results showed that 56.9% of workers experienced low fatigue level and 43.1% experienced moderate fatigue level. The variable are duration of work, work shift patterns, work load, rest periods, length of sleep, health condition, and workstations. Results of bivariate analysis found there is significant relationship between work load, rest periods, and length of sleep with fatigue at work. Recommended for the company is created fatigue management in order to prevent the impact of the onset of fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Putri Wulandari
"Penelitian ini memberikan bukti perhitungan mengenai analisis efektifitas pelayanan antrian pada gardu tol otomatis dan gardu tol reguler. Hasil perhitungan atas gardu tol otomatis dan gardu tol reguler pada gerbang tol Cililitan 1 menunjukkan bahwa waktu pelayanan gardu tol reguler lebih efektif dibanding waktu pelayanan gardu tol otomatis. Selain itu, dilakukan juga peramalan estimasi sistem antrian gardu tol yang efektif di masa depan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pengembangan sistem antrian gardu tol di masa depan. Hasil peramalan menunjukkan bahwa sistem antrian gardu tol otomatis akan lebih efektif di masa depan dan butuh dilakukan pengembangan.

This study provides evidence about calculation of analysis for effectiveness of the queue of automatic toll gates and regular toll gates. Calculation results of automatic toll gates and regular toll gate show that service time of regular toll gate is more effective comparing with service time of automatic toll gate. In addition, this study also provides forecasting results to estimate effectivity toll gate queue system in future as consideration to develop toll gate queue system in future. Forecasting results show that automatic toll gate queue system will be more effective in future and needs development to be done."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44270
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Widyasari
"Masalah antrian yang disebabkan kapasitas pelayanan yang tidak mencukupi kerap terjadi pada gerbang tol Cililitan. Penambahan kapasitas gerbang tol dengan penambahan gardu tidak mungkin lagi untuk dilakukan karena keterbatasan lahan yang tersedia sehingga sangat dianjurkan untuk menerapkan suatu strategi dengan menggunakan sistem pembayaran elektronik. Peramalan dengan menggunakan metode seasonal ARIMA dan Analytical Neural Network dilakukan untuk mengetahui jumlah kendaraan lima tahun ke depan. Simulasi eksperimen dengan menggunakan software Promodel pada berbagai skenario jumlah pengguna sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran elektronik, serta konfigurasi pengoperasian gardu tol tunai dan otomatis berdasarkan hasil peramalan untuk lima tahun ke depan.dilakukan untuk mengetahui konfigurasi gardu untuk setiap kombinasi persentase pengguna sistem pembayaran tunai, e-toll, dan e-pass yang memiliki kondisi antrian tidak melebihi standar pelayanan minimum ataupun antrian terpendek. Peningkatan jumlah pengguna sistem pembayaran elektronik dan penyesuaian jumlah gardu yang dioperasikan mampu mereduksi antrian hingga mencapai rata-rata satu kendaraan di dalam antrian. Untuk lima tahun ke depan, antrian di gerbang tol dapat teratasi jika jumlah pengguna sistem pembayaran elektronik minimal sebesar 25%.

Queuing problems caused by insufficient capacity of toll booth services often occurs in Cililitan toll plaza. Additional capacity with the addition of toll booths is no longer possible to do because of limited space available. So, it is advisable to apply a strategy of using electronic payment systems. Forecasting using seasonal ARIMA and Analytical Neural Network conducted to determine the number of vehicles the next five years. Simulation experiments using ProModel based on various scenarios of the number of users on each cash payment systemand electronic payment systems. The simulation was also based on the configuration and operation of both cash and automatic tollbooth by using theforecasting?s results for the next five years to find out the toll booth's configurations for any percentage combination of the cash payment system users, e-toll, and the e-pass which has the shortest queue or queue conditionthat does not exceed the minimum service standards . Increase in the number of users of electronic payment systems and adjustthe amount of operated toll booths would be able to reduce the queue up to an average of one vehicle in the queue. For the next five years, the queues at toll gates can be resolved if the number of users of electronic payment systems at least by 25%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30457
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trusti Dian Susanti
"Pajanan partikulat dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular serta kematian. Tujuan penelitian ini mengetahui konsentrasi pajanan partikulat di PKB Cilincing. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur pajanan personal pada petugas uji mekanis dan area pada kantor dan pengujian. Rata-rata konsentrasi pajanan personal PM10, PM2.5, PM1, PM0.25 pada petugas uji mekanis : 342.26 g/m3; 232.23 g/m3; 190.58 g/m3; dan 140.10 g/m3, ruangan kantor : 208.05 g/m3; 168.87 g/m3; 149.18 g/m3; 110.42 g/m3, dan pengujian : 213,50 g/m3; 130.24 g/m3; 100,42 g/m3; 47,25 g/m3. Perbedaan konsentrasi pajanan partikulat dapat terjadi karena perbedaan ukuran dan jenis kendaraan, lokasi, serta jenis pengujian.

Exposure to vehicle emission particulates has been known to cause death and health effects on respiratory and cardiovascular systems. This study conducted to determine concentration of PM2.5 in Vehicle Emission Testing Centre, Cilincing unit, by collecting personal exposure on emission inspector, at office and testing area. Average personal exposure concentration of PM10, PM2.5, PM1, PM0.25 were 342.26 g m3 232.23 g m3 190.58 g m3 dan 140.10 g m3, office area 208.05 g m3 168.87 g m3 149.18 g m3 110.42 g m3 testing area 213,50 g m3 130.24 g m3 100,42 g m3 47,25 g m3. Concentration of particulate matter may different due to size and types of vehicles, location, and types of vehicle testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Salsabila
"Latar belakang. PM2.5 dikenal sebagai salah satu faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap beban kematian global. Pabrik dengan bahan baku semen merupakan kontributor utama dalam emisi PM tingkat global. Emisi PM2.5 dapat menurunkan fungsi paru manusia yang mengakibatkan PPOK. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara pajanan PM2.5 dengan risiko PPOK pada pekerja.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan data primer. Jumlah sampel penelitian sebanyak 84 pekerja, metode pengambilan sampel lingkungan menggunakan metode personal sampling, sedangkan sampel responden diambil menggunakan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner IPAG untuk skrining PPOK dan Laser Egg untuk mengukur konsentrasi PM2.5.
Hasil. Berdasarkan hasil uji Chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2.5 OR = 3,627; 95 CI: 1,190-11,055 dan lama kerja OR = 0,352; 95 CI: 0,144-0,858 . Dari hasil uji regresi logistik ditemukan faktor paling dominan terhadap PPOK adalah konsentrasi PM2.5 OR = 4,000 dan lama kerja sebagai variabel protektif OR = 0,323. Simpulan. Konsentrasi PM2.5 merupakan variabel yang berpotensi untuk menyebabkan PPOK, sedangkan lama kerja menjadi variabel protektif terhadap kejadian PPOK.

Background. PM2.5 is known as one of the most influential environmental agent to the global death burden. Cement plants are major contributors to global level PM emissions. PM2.5 emissions can decrease human lung function resulting in COPD. Therefore, this study was conducted to see the relationship between PM2.5 exposure and the risk of COPD on workers.
Methods. Cross sectional study using primary data with personal sampling method for the environmental agent. Subjects in this study are 84 workers taken using purposive sampling. Instrument used was Laser Egg to measure PM2.5 concentration and IPAG questionnaire for COPD screening.
Results. Bivariate analysis shows PM2.5 concentration OR 3,627 95 CI 1,190 11,055 and years of working OR 0,352 95 CI 0,144 0,858 as variables that significantly related with COPD. The result from logistic regression test found the most dominant factor for COPD is the concentration of PM2.5 OR 4 and years of working as a protective variable OR 0,323. Conclusion. PM2.5 concentration is a potential variable to cause COPD whereas the years of working comes protective variable against COPD occurence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Tri Wulandari
"ABSTRAK
Pajanan PM2.5 berhubungan dengan kematian akibat penyakit kardiovaskular dan
pernafasan. Konsentrasi PM2.5 meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi besarnya risiko
yang muncul pada pekerja sebagai populasi berisiko di Terminal Terpadu Kota
Depok akibat pajanan PM2.5 di udara ambien. Besar risiko dianalisis
menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan. Untuk menghitung
besarnya risiko dilakukan sampling konsentrasi PM2.5 pada 3 titik yang diukur
pada pagi, siang, dan sore, serta survei antropometri dan pola aktivitas pada 63
pekerja di terminal. Konsentrasi rata-rata PM2.5 adalah 61,67 μg/m3. Hasil
perhitungan risiko realtime maupun lifetime menunjukkan bahwa seluruh
kelompok pekerja memiliki risiko non karsinogenik (RQ>1) dengan asupan
sebesar 0,005 mg/kg/hari dan 0,0106 mg/kg/hari. Berdasarkan jenis pekerjaan,
perhitungan secara realtime maupun lifetime, semua jenis pekerjaan memiliki
risiko non karsinogenik. Manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah
menurunkan konsentrasi PM2.5 hingga pada batas aman yaitu 23 μg/m3 atau
membatasi waktu pajanan menjadi 5 jam sehari atau 123 hari setahun atau 11,3
tahun.

ABSTRACT
Exposure to fine particulate matter (PM2.5) is associated with mortality for
cardiovascular and pulmonary disease. PM2.5 concentration increased in
accordance with motor-vehicle quantity. This study aims to estimate the risk of
PM2.5 exposure among workers as population at risk in Depok Integrated
Terminal. The risk quotient is estimated using EHRA methodology. In order to
estimate the risk, outdoor ambient air PM2.5 was observed at 3 points area
(observed in the morning, afternoon, and evening at each point), and also
individual anthropometry and activity pattern had been surveyed among 63
respondents. Average PM2.5 ambient concentration is 61,67 μg/m3. The result of
realtime and lifetime assessment showed that workers in general had non
carcinogen risk (RQ>1) with general potential average dose of 0,005 mg/kg.day
and 0,0106 mg/kg.day. Based on occupation type, both realtime and lifetime
assessment showed that all occupation type had high risk quotient. The risk
management that can be done is by decreasing the concentration to the safest, 23
μg/m3 or by limiting the time of exposure.;;"
2016
S65210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Yosi Marin
"Penelitian ini bertujuan melihat hubungan PM2.5 terhadap gangguan fungsi paru pada pedagang tetap di Terminal Terpadu Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM2.5 ambien mencapai 230μg/m3. Didapatkan gangguan fungsi paru sebesar 77,4% dari 71 sampel (tipe restriktif 74,6%; obstruktif 2,8%). Ditemukan hubungan signifikan antara gangguan fungsi paru dengan intake PM2.5 (p=0,004) dan rokok (kebiasaan merokok(p=0,019); jumlah rokok(p=0,001); dosis inhalasi PM2.5 (p=0,001)). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara gangguan fungsi paru dengan umur, jenis kelamin, status gizi, riwayat penyakit, lama kerja, dan masa kerja. Uji multivariat menunjukkan intake PM2.5 memililki pengaruh terbesar terhadap gangguan fungsi paru (p=0,007; OR=6,5). Selanjutnya diperlukan perbaikan lingkungan terminal, perubahan perilaku merokok, dan manajemen risiko melalui ARKL.
This study aimed to determine the relationship between PM2.5 and the impaired lung function. PM2.5 ambient concentration reached 230μg/m3. Pulmonary dysfunction was found 77.4% of 71 respondents (74.6% restrictive; 2.8% obstructive). There were significant associations between lung function and PM2.5 intake (p=0.004), smoking (smoking habits (p=0.019); number of cigarettes/day (p=0.001); and PM2.5 inhaled dose from cigarettes (p=0.001)). There were no significant relationships with age, sex, nutritional status, history of illnesses, work-hours, and work-years. Multivariate test revealed PM2.5 intake as a main contributor on lung function impairment (p=0.007; OR=6.5). Further improvements on enviromnent, changes in smoking behavior, and risk management through ERHA study are necessary."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Alvin Faiz Bara Mentari
"Jalan Raya Daan Mogot-Pesing Kota Jakarta Barat merupakan jalan raya yang memiliki fungsi vital karena dikelilingi perumahan, industri, pasar, menghubungkan dua kota besar (Jakarta Barat dan Tanggerang), serta merupakan jalan raya yang memiliki titik konsentrasi PM2.5 tertinggi dengan 298 µg/m3 berdasarkan data IQair. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian yang dapat menganalisis risiko kesehatan terhadap masyarakat yang tinggal disekitarnya akibat pajanan PM2.5. Penelitian ini menggunakan metode ARKL dengan sampel udara pada 4 titik pengukuran dan sampel subjek sebanyak 96 responden. Pengambilan sampel udara menggunakan alat Dusttrak sedangkan pengambilan data sampel subjek dilakukan dengan wawancara. Berdasarkan hasil pengukuran PM2.5 pada 4 titik pengukuran, terdapat 3 titik yang konsentrasinya telah berada diatas baku mutu PP No.22 tahun 2021 pada titik 2 dengan 73,8 µg/m3, titik 3 dengan 57,2 µg/m3, dan titik 4 dengan 155,4 µg/m3. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan data rerata berat badan responden 59,5 kg, umur 44,5 tahun, waktu pajanan 24 jam/hari, frekuensi pajanan 350 hari/tahun, dan durasi pajanan 20 tahun. Intake realtime dan lifetime tertinggi berada pada titik 4 pengukuran dengan konsentrasi maksimum 0,03 mg/kg/hari dan 0,05 mg/kg/hari. RQ realtime dan lifetime tertinggi berada pada titik 4 dengan nilai maksimum 1,74 dan 2,61. Dibutuhkan manajemen risiko yang dapat menanggulangi titik dengan kategori berisiko diantaranya edukasi penggunaan masker, menanam tanaman penyaring debu dalam rumah, peningkatan gizi, serta penghijauan jalan raya.

Daan Mogot-Pesing road of West Jakarta is a highway that has a vital function because it is surrounded by housing, industry, markets, connects two big cities (West Jakarta and Tangerang), and is a highway that has the highest PM2.5 concentration point with 298 µg/m3 based on IQair data. Therefore, a study is needed that can analyze the health risks to the people who live around them due to PM2.5 exposure. This study used the EHRA method with air samples at 4 measurement points and a sample of 96 respondents. Air samples were taken using the Dusttrak tool while the subject sample data was collected by interview. Based on the results of PM2.5 measurements at 4 measurement points, there are 3 points whose concentrations are above the PP No. 22 of 2021 quality standards at point 2 with 73.8 µg/m3, point 3 with 57.2 µg/m3, and point 4 with 155.4 µg/m3. Based on the interview results, the average respondent's body weight was 59.5 kg, age 44.5 years, exposure time 24 hours/day, exposure frequency 350 days/year, and exposure duration 20 years. The highest realtime and lifetime intakes were at point 4 of measurement with a maximum concentration of 0.03 mg/kg/day and 0.05 mg/kg/day. The highest realtime and lifetime RQ is at point 4 with a maximum value of 1.74 and 2.61. Risk management is needed that can address points with risk categories including education on using masks, planting dust filter plants in the house, improving nutrition, and planting plants around the road."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>