Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201972 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Zaky Amiyoso
"Industri garmen di Indonesia banyak menggunakan pekerja manusia dengan sistem kerja dimana setiap pekerja melakukan suatu tugas tertentu secara berulang (repetitif) yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan, salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kejadian Carpal Tunnel Syndrome dan faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pekerja pekerja bagian produksi di Andalas Garmen Perkampungan Industri Kecil, Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan obeservasional dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pekerja bagian produksi di Andalas Garmen sebesar 40 sampel. Instrumen penelitian berupa kuesioner, phalen test, tinel?s sign dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28 pekerja (70%) mengalami keluhan yang berhubungan dengan CTS dan 15 pekerja (37.5%) positif terkena CTS. Tedapat hubungan yang bermakna antara gerakan repetitif (p=0.007) dengan kejadian CTS.

Garment industry in Indonesia using workers to work in system which each worker perform a certain task repeatedly (repetitive movement), that can cause work related musculoskeletal disorder. One of them is known as Carpal Tunnel Syndrome. This study was conducted to analyze CTS and risk factors related to production garment workers at Andalas Garmen, Perkampungan Industri Kecil, East Jakarta. It was used an observasional research with cross sectional method. The number of sample are 40 people. Research using questionnaire, phalen test, tinel?sign and observation. The results showed that 28 workers (70%) get CTS complaints and the prevalence of CTS in production workers were 15 workers (37.5%). Repetitive movement (p=0.007) had a significant relationship with CTS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Fitriana
"Porter merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko terhadap masalah Musculoskeletal Disorders (MSDs). Hal ini dikarenakan pekerjaan manual, postur janggal, beban berlebih, serta aktivitas kerja yang berlebihan. Pekerjaan terdiri atas aktivitas penyimpanan dan pengangkutan barang. Penelitian ini membahas tentang gambaran tingkat risiko ergonomi dan keluhan MSDs terkait aktivitas manual handling pada porter SBU Garuda Indonesia Cargo tahun 2014, dengan jumlah responden 52 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Risiko ergonomi dinilai dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) untuk aktivitas manual handling dan NLE (NIOSH Lifting Equation) pada aktivitas mengangkat. Variabel lain yang diteliti yaitu usia, masa kerja, pekerjaan sebelumnya, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok. Penelitian menilai keluhan MSDs dengan menggunakan CMDQ (Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaire) dan CHDQ (Cornell Hand Discomfort Questionnaire). Penelitian bersifat deskriptif dengan desain studi cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan risiko tinggi (skor REBA = 11) untuk aktivitas penyimpanan barang, dan sangat tinggi (skor REBA = 13) untuk aktivitas pengangkutan barang, serta hasil penghitungan NLE menunjukkan kegiatan mengangkut barang dapat menyebabkan risiko MSDs (LI ≥ 1). Keluhan MSDs terbanyak pada tubuh yaitu bagian punggung bawah, lengan atas kanan, dan betis kiri yatu sebanyak 67,31%, sedangkan pada tangan, keluhan terbanyak pada area D (telapak tangan bagian atas) sebanyak 38,46% pekerja untuk tangan kanan, dan 26,92% pekerja untuk tangan kiri. Frekuensi keluhan MSDs terbanyak pada 1-2 kali seminggu, tingkat keparahan cukup tidak nyaman, dan sedikit mengganggu pekerjaan. Karena itu, diperlukan upaya pengendalian secara teknik, administrasi, dan personal untuk menurunkan tingkat risiko dan keluhan MSDs.

Porter is one of a risky job for musculoskeletal disorders (MSDs) problems. This is because of manual work, awkward postures, excessive load, and excessive work activities. The work consists of the activities of storage and build up. This study discusses the overview of ergonomic risk level and musculoskeletal disorders discomfort related with manual handling activities at porter of SBU Garuda Indonesia Cargo 2014, with 52 respondents. Data was collected by observation and interviews using questionnaire. Ergonomic risk assessed by the method of REBA (Rapid Entire Body Assessment) for manual handling activities and NLE (NIOSH Lifting Equation) method for lifting activities. Other variables under study are age, years of service, previous work, exercise habits, and smoking habits. Research assessing MSDs discomfort using CMDQ (Cornell Musculoskeletal Discomfort Questionnaire) and CHDQ (Cornell Hand Discomfort Questionnaire). The study is a descriptive with cross-sectional study design.
The results showed a high risk (REBA score = 11) for storage activities, and very high risk (REBA score = 13) for build up activities, and the results of NLE indicate if lifting activities can lead to the risk of MSDs (LI ≥ 1). The most MSDs complaints on the body founded on the lower back, right upper arm, and left calf as much as 67,31%, while on the hand, most of complaints in the area D (upper palm) as much as 38,46% for the right hand, and 26,92% for the left hand. The most frequency of MSDs complaints found on 1-2 times per week, with the severity is moderately comfortable, and slightly interfered. Therefore, necessary for a control effort in engineering, administrative, and personnel to reduce the risk and complaints of MSDs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldy Dharma Putra
"Industri manufaktur telah banyak menggunakan mesin dan peralatan canggih sebagai pengganti tenaga manusia. Akibatnya timbul bahaya kebisingan yang berdampak kepada emosi pekerja menjadi tidak stabil sehingga mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan terjadilah kenaikan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara dosis pajanan kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja di unit produksi PT. X tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pekerja unit produksi PT. X sebanyak 60 orang. Instrumen penelitian berupa Sound Level Meter, data medical check up dan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan didapatkan sebanyak 25% pekerja berusia lebih dari sama dengan 30 tahun memiliki tekanan darah tidak normal. Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara usia pekerja dengan tekanan darah dengan nilai p-value=0.039.

The manufacturing industry has many uses advanced machinery and equipment as a replacement for human labor. As a result there is a danger of noise which affects the worker becomes unstable emotions that causing stress. Considerable stress causes constriction of blood vessels, those stimulate the heart to work harder to pump blood throughout the body and there was a rise in blood pressure. This study was conducted to analyze the relationship between noise dose with blood pressure on workers in the production unit of PT. X 2014. Study uses cross-sectional study design. The sample of this research is the production unit workers PT. X as many as 60 people. The research instrument is a Sound Level Meter, medical check-up of data and questionnaires. The results indicate obtained as much as 25% more than the same old worker with 30 years of having abnormal blood pressure. There is a statistically significant relationship between age workers with blood pressure with p-value = 0.039.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Binti Wiladatul Laili
"Readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan merupakan perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dengan produksi beton sebagai bisnis utamanya di mana dalam proses produksinya menghasilkan kebisingan dengan intensitas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program konservasi pendengaran untuk melindungi pekerja dari penurunan pendengaran akibat bising di readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan pada bulan Mei-Juni tahun 2014 di readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan dengan observasi, wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian menyatakan bahwa readymix plant PT X Lenteng Agung Jakarta Selatan belum memiliki kebijakan atau komitmen khusus terkait pelaksanaan program konservasi pendengaran. Program konservasi pendengaran yang telah dilakukan masih belum optimal serta masih memerlukan banyak evaluasi dan perbaikan.

Readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta is a company engaged in manufacturing sector with concrete production as a major business in which in the process of production produces high intensity noise. This research aims to develop hearing conservation program to protect workers from noise induced hearing loss in readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta, 2014. This research is a descriptive analytic study performed in May-June 2014 in readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta by observation, interview and study of literature. Research results revealed that readymix plant PT X Lenteng Agung South Jakarta does not have a policy or specific commitments related to the implementation of hearing conservation program yet. Hearing conservation program that has been made is still not optimal and still requires a lot of evaluation and improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Zuliana
"Dalam rangka mencegah segala potensi risiko, dibutuhkan iklim keselamatan yang baik di tempat kerja. Iklim keselamatan digunakan untuk melihat aspek psikologis pekerja mengenai nilai, sikap, dan persepsi mereka terkait keselamatan di tempat kerja yang dapat berdampak terhadap perilaku. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut, penerapan iklim keselamatan yang baik menjadi kunci utama dalam membentuk persepsi pekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran iklim keselamatan di Proyek Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung Halim tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara daring dan turun langsung ke lapangan dengan menggunakan kuesioner. Sebanyak 70 responden pekerja PT Wijaya Karya Bangunan Gedung berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor dimensi iklim keselamatan secara keseluruhan sudah cukup baik. Dimensi iklim keselamatan tersebut yaitu komitmen manajemen (5,52), komunikasi keselamatan (5,27), pelatihan (5,22), akuntabilitas pribadi (4,98), peraturan dan prosedur (5,14), dan lingkungan yang mendukung (5,16). Hasil penelitian secara keseluruhan menyarankan, untuk merubah persepsi pekerja dapat ditingkatkan melalui penegasan komitmen manajemen, peraturan dan prosedur dengan komunikasi dan pelatihan yang memadai dan ditopang oleh tanggung jawab yang baik serta lingkungan yang mendukung.

To prevent all potential risks, a good safety climate is needed in the workplace. Safety climate is used to look at the psychological aspects of workers regarding their values, attitudes, and perceptions about safety in the workplace which can have an impact on behavior. Therefore, to overcome this, the application of a good safety climate is the main key in shaping workers' perceptions. The purpose of this study was to determine the description of the safety climate in the Jakarta Bandung Halim High Speed ​​Rail Development Project in 2022. This study used a quantitative method with a cross sectional design. Data collection was done online and offline using a questionnaire. A total of 70 respondents workers PT Wijaya Karya Bangunan Gedung participated in this research. The results showed that the average score of the overall safety climate dimension was quite good. The dimensions of the safety climate are management commitment (5.52), communication (5.27), training (5.22), personal accountability (4.98), rules and procedures (5.14), and a supportive environment (5,16). Overall research results suggest that changing employee perceptions can be improved through affirmation of management commitment, regulations and procedures with adequate communication and training also supported by good personal accountability and a supportive environment.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Yulianto
"Kecelakaan kerja merupakan keluaran proses yang merupakan balk bagi pekerja, perusahaan, keluarga maupun dalam lingkup yang lebih luas-nasional. Penelitianpenelitaian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan sebab dominant dari kecelakaan kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan operator produksi di PT. Astra Daihatsu Motor - Casting Plant, Karawang pada 2006 dengan menggunakan survey yang bersifat cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan operator produksi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan penggunaan APD pada operator produksi mencapai skor 80%. Penelitian juga menunjukkan tingkat kepatuhan ini terutama disebabkan karena adanya prosedur dan peraturan penggunaan APD dan penerapan sistem sanksi. Tingkat kepatuhan ini meskipun cukup tinggi, masih hams ditingkatkan karena perilaku tidak aman berpotensi menjadi kecelakaan.
Lebih lanjut, Analisis univariat menunjukkan prosedur dan peraturan penggunaan APD mendapat skor tertinggi. Ini menunjukkan prosedur yang ada sudah cukup jelas dan disosialisasikan dengan memadai. Sementara skor di bawahnya ditempati oleh persepsi terhadap bahaya dan risiko, penerapan sistem sanksi, penerapan sistem imbalan dan pengawasan penggunaan APD oleh supervisor dan safety officer.
Meskipun persepsi terhadap bahaya dan risiko mendapatkan skor yang cukup tinggi, namun demikian tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kepatuhan menggunakan APD - ini berarti ada faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan APD sebaga;mana dijelaskan oleh Ramsey. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penerapan sistem pemberian sanksi lebih memberikan pengaruh terhadap kepatuhan penggunaan APD dibandingkan dengan penerapan sistem pemberian imbalan.
Alasan dominan yang mendasari ketidakpatuhan menggunakan APD adalah: Karena ketiadaan ataupun kerusakan APD Berta persepsi bahwa untuk pekerjaan tertentu sebenarnya dipandang tidak berbahaya atau berisiko. Penulis berharap basil penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.

One output of the process which delivering negative impact to the employee, company, family as well as in the broader scope - nation is accident. The past studies indicated that the human factors were playing significant role in producing the accident.
This study is intended to analyze the factors which are influencing the level of compliance of the production operators in wearing personnel protective equipment (PPE) in PT. Astra Daihatsu Motor - Casting Plant, Karawang, in the year of 2006 using cross sectional survey methodology. The respondents of this study are production operators amounting around 105 persons.
The study indicated that compliance for wearing PPE of the production operators reaching score of 80%. The study also indicated that this level of compliance mostly due to the availability of the procedures and provisions for using PPE and the implementation of the punishment system. This level of compliance although relatively high, still has to be increased because unsafe acts have the possibilities for producing incident.
Furthermore, frequency distribution analysis showed that the the procedures and provisions for wearing PPE reach the highest level. This concluded that the procedures and provisions are adequate and properly trained. While the scores below respectively are hazard and risk perception, implementation of punishment system, implementation of reward system and monitoring on wearing PPE conducting by the supervisor and safety offiicer.
Although hazard and risk perception reachs relatively high score but this variable has not significant relationship with the level of compliance in wearing PPE - this means that other factors are taking influence as indicated in the Ramsey model. This study also showed that the implementation of punishment system has more impact to the compliance level compared with the implementation of reward system.
The majority reason of the production operators for not wearing complete PPE are due to the less stock or damage of PPE as well as perception that for several jobs actually the hazard and risk areaacceptable.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Hugo
"Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) telah berjalan selama lebih dari 10 tahun dan menjadi suatu pedoman atau acuan yang bersifat wajib untuk dilaksanakan bagi perusahaan yang memiliki potensi bahaya besar atau mempekerjakan paling sedikit 100 orang pekerja. Penerapan SMK3 merupakan salah satu upaya preventif yang harus dilakukan akibat meningkatnya risiko kecelakaan kerja. SMK3 adalah penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang akan dapat meminimalkan risiko kerugian moral dan moneter, kehilangan jam kerja, serta keselamatan orang dan lingkungan. Penelitian ini adalah penelitian gabungan (mixed method). Dalam penelitian ini, teknik pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk mengukur hasil penerapan SMK3 di industri galangan kapal kecil PT. X, PT. Y, dan PT. Z menggunakan instrumen audit tingkat awal (64 kriteria SMK3) sesuai PP No. 50 Tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2023 - Oktober 2023 yang dengan pengambilan data observasi pada industri galangan kapal kecil PT X., PT. Y, dan PT. Z digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian penerapan SMK3 di 3 industri galangan kapal kecil PT. X, PT. Y, dan PT. Z berdasarkan instrumen audit SMK3 PP No. 50 Tahun 2012 tingkat awal (64 kriteria) Manajer HSE dari setiap perusahaan di PT. X, PT. Y, dan PT. Z merupakan responden yang memberikan dokumen dan keterangan. Hasil penelitian didapatkan fakta bahwa Tingkat kesesuaian penerapan SMK3 PT. X : 21,88%, PT. Y : 3,13%, PT. Z : 21,88%. Tingkat ketidaksesuaian penerapan SMK3 PT. X sebesar 78,12 % dengan temuan mayor sebesar 51 %, temuan minor sebesar 45 %, dan temuan kritikal sebesar 4 %. Tingkat ketidaksesuaian penerapan SMK3 PT. Y sebesar 98,44% dengan temuan mayor sebesar 49,21%, temuan minor sebesar 49,21%, dan temuan kritikal sebesar 1,58%. Tingkat ketidaksesuaian penerapan SMK3 PT. Z sebesar 78,12% dengan temuan mayor sebesar 52% dan temuan minor sebesar 48%.

Government Regulation (GR) Number 50 of 2012 concerning the Occupational Safety and Health Management System (OSHMS) has been running for more than 10 years and has become a mandatory guideline or reference to be implemented for companies that have the potential for major hazards or employ at least 100 workers. The implementation of OSHMS is one of the preventive efforts that must be carried out due to the increased risk of work accidents. OSHMS is the implementation of an occupational safety and health management system that will be able to minimize the risk of moral and monetary losses, loss of working hours, as well as the safety of people and the environment. This research is a mixed method. In this study, quantitative data processing techniques were carried out to measure the results of the application of OSHMS in the small shipyard industry of PT. X, PT. Y, and PT. Z uses an initial level audit instrument (64 OSHMS criteria) according to PP No. 50 of 2012. This research was conducted in September 2023 - October 2023 with observational data taken on the small shipyard industry of PT X, PT. Y, and PT. Z. Used to measure the level of achievement of the application of SMK3 in 3 small shipyard industries of PT. X, PT. Y, and PT. Z based on the audit instrument OSHMS PP No. 50 Year 2012 entry level (64 criteria) HSE Manager from each company at PT. X, PT. Y, and PT. Z is a respondent who provides documents and information. The results of the study found that the level of suitability of the application of OSHMS PT. X : 21.88 %, PT. Y : 3,13 %, PT. Z : 21,88 %. The level of non-conformity in the application of OSHMS PT. X is 78.12% with major findings of 51%, minor findings of 45%, and critical findings of 4%. The level of non-conformity in the application of OSHMS PT. Y is 98,44% with major findings of 49,21%, minor findings of 49,21%, and critical findings of 1,58%. The level of non-conformity in the application of OSHMS PT. Z is 78,12% with major findings of 52 % and minor findings of 48%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Mukri Bandjar
"Disaat konsumen semakin kritis dan era globalisasi yang membawa pengaruh terhadap sistem perdagangan dunia maka perusahaan, khususnya yang bergerak di bidang industri harus mampu meningkatkan daya saing, menciptakan nilai-nilai unggul, meningkatkan efisiensi dan menekan biaya produksi. Hal ini untuk memenuhi standar dan norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja yang menjadi persyaratan dunia internasional seperti: Ecolabelling, ISO 14000, EHS Management System, dan lain-lain. Khususnya industri yang beresiko tinggi, perilaku keselamatan kerja menjadi faktor utama untuk menjamin tercapainya zero accident (tidak terjadinya kecelakaan kerja). Salah satu perilaku keselamatan adalah kepatuhan, khususnya patuh menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seharusnya sudah menjadi kewajiban seluruh pekerja mulai dari operator hingga tingkat manajemen.
Data di lapangan yang menunjukkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada tahun 2004-2005 adalah sebesar 68% karena tindakan tidak aman, 29% karena kondisi tidak aman dan 3% tidak diketahui penyebabnya. Dari tindakan tidak aman, 48% adalah pekerja yang tidak menggunakan APD. Tidak ( menggunakan APD, khususnya ketika sedang bekerja adalah masalah perilaku tidak aman pekerja yang hares ditanggulangi. Perilaku ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini perlu diketahui sehingga upaya untuk menghilangkan perilaku tidak aman di tempat kerja dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Resiko dan bahaya tidak bisa dihilangkan 100% kecuali sumber bahaya tersebut dihilangkan sama sekali, yang bisa kita lakukan adalah meminimasi potensi bahaya agar kemungkinan resiko diperkecil seminimal mungkin. Oleh karena pentingnya pengendalian resiko, meskipun APD adalah urutan terakhir dalam pengendalian resiko tapi perlu dilakukan.
Oleh karena itu penulis melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengarihi kepatuhan penggunaan APD pekerja di bagian produksi kulkas PT.LGEIN Tangerang yang dilakukan pada bulan November-Desember 2005. Data diambil dengan sampel 73 responder meliputi 4 foreman dan 69 operator. Pengambilan data melalui kuesioner, wawancara dan observasi langsung. Analisis data menggunakan analisis statistik yaitu univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 52,1% pekerja yang tingkat kepatuhannya baik menggunakan APD dan 47,9% tergolong tidak baik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh bahwa satu-satunya faktor yang berkaitan dengan kepatuhan menggunakan APD adalah persepsi pekerja terhadap bahaya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kinerja pekerja PT.LGEIN Tangerang khususnya perilaku patch dalam menggunakan APD.

When consumer becomes critically in globalization era that brings influences for world trade system, company, especially industrial company must increase power competition, creating best values, increasing efficiency and minimizing cost production. The goal is to complying norms, safety and health standard that one of condition in international world such as: Ecolabelling, ISO 14000, El-IS Management System, etc. Especially on high-risk industry, safe behavior is main factor to ensure there is no accident in workplace. One of safety behavior is complying, especially in using PPE must become an obligation for all workers form operator to management level.
From data on location, showing that cause of an accident in years 2004-March 2005 are : 68 % unsafe act, 29 % unsafe condition and 3 % unknown. From unsafe act, 48 % cause an accident is workers that not using PPE. Workers that not using PPE is the behavioral, unsafe act problem which must solved. This behavior could happen because many factors. We must know this problem, and then our works to reducing unsafe act behavior may runs effectively.
Risk and hazard could not reduce 100 % only if that hazard source is not exist anymore. The way we can do for reducing risk is minimizing hazard potential. Since risk control is very important, we must using PPE although this is the last rank in risk control.
This is the reason why the writers do analyzing factors that influence complying workers in using PPE in Refrigerator Production at PT.LGEIN Tangerang from November-December 2005. The data respondent is 73, including 4 foreman and 69 operator. Data are collected by questionnaire, interview and direct observation, data analyzed by statistically using chi-square.
The result showed there were 52, 1% of workers good complying in using PPE and 47,9% of workers not complying in using PPE. Based on statistical analysis, just perception those have significant relation with complying using PPE. I hope this result of research could improve workers performance behavior especially complying in using PPE at PT.LGEIN Tangerang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia
"Kecelakaan adalah hal yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan kerugian. Salah satu tools yang dapat membantu untuk menurukan angka kecelakaan ini adalah inspeksi keselamatan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui implementasi planned safety inspection berdasarkan International Safety Rating System (ISRS) di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor Tahun 2014. Penelitian ini merupakan study evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara kepada Assistant Manager safety, safety officer, maintanance, dan operator. Berdasarkan sub elemen ketiga International Safety Rating System ditunjukan bahwa hasil penelitian dari 6 sub elemen adalah Perencanaan inspeksi, sistem tindak lanjut, preventive maintanance, Pemeriksaan peralatan sebelum penggunaan, alternatif pelaporan kondisi substandar dan pemenuhan persyaratan telah 100% sesuai dengan International Safety Rating System. Sedangkan untuk sub elemen analisis laporan inspeksi belum dilakukan PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor, bagian/item kritis 90% sesuai dengan International Safety Rating System , dan sistem inspeksi khusus telah 96,7% telah sesuai dengan International Safety Rating System. Secara keseluruhan planned safety inspection PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor telah 91% sesuai dengan International Safety Rating System. Peneliti memberikan rekomendasi untuk mempertahakan sub elemen yang telah sesuai dengan ISRS dan memperbaiki beberapa hal yang belum sesuai dengan ISRS.

Accident is an undesirable event that causes losses. One of tools which can help to reduce the accident is safety inspection. The purpose of this study is to know about the implementation of safety inspection in terms of International Safety Rating System (ISRS) at PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor in 2014. This study is a evaluation research. Data was collected through observations and interviews of Assistant Manager safety, safety officer, maintenance and operator. Based on the third element of the ISRS indicated that the result of the 6 elements, which are planned inspection, follow up system, preventive maintenance, pre-use equipment inspection, alternative substandard conditions reporting system and compliance requirements, comply to 100% of the ISRS requirements. The critical part/items comply to 90%, special system inspections comply to 96,7% of ISRS requirements. Otherwise, the analysis of inspection reports element has not done by PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Overall, safety inspection at PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor complies the ISRS requirements up to 91%.Researcher gives some recommendation for sustained suitable sub elements by ISRS and to improve unsuitable sub elements by ISRS."
2014
S55030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Maharaja
"Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) saat ini merupakan hak asasi mendasar manusia, sehingga terdapat kecendrungan dan keharusan akan pemenuhan standar ini pada semua aspek kegiatan guna mencegah terjadinya penurunan derajat kesehatan maupun keselamatan. Dalam penerapannya, K3 membutuhkan sebuah sistem agar program nya berjalan dengan efektif. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan sebuah sistem yang mengutamakan keselamatan dalam bekerja, tidak melihat besar kecilnya pekerjaan dan tempat kerja tersebut.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) turut berupaya mengambil peran dalam mensosialisasikan dan menerapkan SMK3 berdasarkan standar OHSAS 18001:2007, yaitu standar internasional dalam penerapan manajemen K3. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan di lingkungan FTUI, maka akan dilakukan Hazard Identification, Risk Assessment and Control (HIRARC) pada laboratorium di FTUI. HIRARC merupakan salah satu persyaratan yang harus ada dalam penerapan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2007.

Occupational Health and Safety (OHS) is one of the basics of human rights, thus it?s an obligation to fullfill these standards in every aspects of human activities to prevent the reduction of health and safety quality. In the implementation, OHS needs a system so the program will run effectively. Occupational health and safety management system is a system that prioritize safety in working without considering how small the work and also the working area.
Faculty of Engineering University of Indonesia also have a role in socializing and implementing OHS System according to OHSAS 18001:2007 standards, an international standard about the implementation of OHS Management System. Hence, to prevent the accident to happen in the Faculty of Engineering area, Hazard Identification, Risk Assesment and Control (HIRARC) will be done in the laboratories in the Faculty of Engineering University of Indonesia. HIRARC is one of the requirement to implement OHS Management System based on OHSAS 18001:2007.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>