Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103919 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kiki Baihaki
"Modifikasi permukaan suatu material saat ini sangat menarik untuk diamati. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi terhadap zeolit alam Indonesia dengan nanobimetalik Cu dan Ni untuk katalis reduksi 4-nitrofenol. Nanobimetalik berhasil diimobilisasi ke dalam zeolit alam dengan mereduksi Cu2+ dan Ni2+ dengan NaBH4. Katalis yang disintesis (zeolit@Ni, zeolit@Cu, zeolit@Cu@Ni, zeolit@Cu-Ni, dan zeolit@Ni@Cu) dapat membantu menurunkan absorbansi spektrofotometer UV-Vis intermediet 4-nitrofenolat. Didapatkan hasil penelitian dengan urutan aktivitas katalis 75 mg zeolit@Ni@Cu > 100 mg zeolit@Cu-Ni > 75 mg zeolit@Cu@Ni > 75 mg zeolit@Cu untuk mereduksi 4-nitrofenol dengan konsentrasi 8,60x10-5 M, sedangkan zeolit@Ni tidak dapat mereduksi. Didapatkan juga nilai tetapan laju reaksi sejati (k) untuk masing-masing katalis. Untuk zeolit@Cu k= 0,0814 menit-1, zeolit@Cu@Ni k= 0,26 menit-1, zeolit@Cu-Ni k=0,118 menit-1, dan zeolit@Ni@Cu k=0,213 menit-1.

Surface modification of a material is very interesting to observe. In this research, modification of Indonesian nature zeolite with bimetallic nanoparticle Cu and Ni has done for the catalytic reduction of 4-nitrophenol. Bimetallic nanoparticles have been successfully immobilized into natural zeolite after reducing the immobilized Cu2+ and Ni2+ with NaBH4. The synthesized catalysts (zeolit@Ni, zeolit@Cu, zeolit@Cu@Ni, zeolit@Cu-Ni, and zeolit@Ni@Cu) could decreased the intermediate 4-nitophenolate using UV-Vis absorbance. The experiments showed the order catalytic activity as followed 75 mg zeolit@Ni@Cu > 100 mg zeolit@Cu-Ni > 75 mg zeolit@Cu@Ni > 75 mg zeolit@Cu to reduce 4-nitrophenol with the concentration is 8.6 x 10-5 M, while zeolit@Ni was not active. The obtained value of the reduction rate constants for each catalysts. Were zeolit@Cu k= 0.0814 menit-1, zeolit@Cu@Ni k= 0.26 menit-1, zeolit@Cu-Ni k=0.118 menit-1, and zeolit@Ni@Cu k=0.213 menit-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Arifah
"Kemajuan industri yang terus berkembang banyak memanfaatkan bahan kimia yang berbahaya dan menghasilkan limbah kimia beracun. Salah satu limbah kimia beracun yang dihasilkan 4-Nitrofenol (4-NP). Salah satu cara untuk menanggulangi limbah 4-Nitrofenol adalah dengan mereduksinya menggunakan reduktor seperti NaBH4. Hasil yang didapat dari proses reduksi adalah 4-Aminofenol (4-AP). Proses reduksi tidak sempurna bila tidak menggunakan katalis. Katalis yang digunakan zeolit@NiO, zeolit@CuO, dan zeolit@CuO-NiO. Zeolit yang digunakan berfungsi sebagai template dari katalis oksida. Setiap katalis mempunyai kondisi optimum yang berbeda-beda. Urutan dengan aktivitas katalis adalah zeolit@CuO-NiO>zeolit@CuO>zeolit@NiO. Zeolit@CuO-NiO memiliki daya katalis yang paling baik, dengan adanya efek sinergi dari kedua katalis. Penggunaan katalis zeolit@CuO-NiO pada kondisi optimum 50 mg katalis dengan waktu reduksi 3 menit dalam mereduksi 4-Nitrofenol 8,6 x 10-5 M dan menghasilkan persen reduksi 100%. Penggunaan katalis zeolit@CuO pada kondisi optimum 50 mg dengan waktu reduksi 20 menit dan menghasilkan persen reduksi 100%. Katalis zeolit@NiO pada kondisi terbaik15 mg pada penilitan ini dengan waktu reduksi 45 menit dan menghasikan persen reduksi 66,98% dalam mereduksi 4-Nitrofenol 8,6 x 10-5 M. Proses reduksi dapat dibuktikan dari pergeseran λmaks 400 nm hasil intermediet ion Nitrofenolat dengan muncul peningkatan absorbansi pada λmaks 300 nm. Hasil akhir yang didapatkan 4-Aminofenol.

The growing progress industries are much using a hazardous chemicals and toxic waste. One of toxic chemical waste generated 4-Nitrophenol (4-NP). The one way to tackle the waste 4-Nitrophenol is by reduction using a reducing agent such as NaBH4. The results a reduction process is 4-minophenol (4-AP). The reduction process is not perfect when not using the catalyst. The catalysts used are zeolite@NiO, CuO zeolite@CuO and zeolite@CuO-NiO. Zeolites are used as a template function of oxide catalysts. Each catalyst has optimum conditions in different way. The activities of the catalyst are zeolite@CuONiO> zeolite@CuO>zeolite@NiO. Zeolite@CuO-NiO has the best catalyst, with a good combine effect of the two catalysts. The optimum condition of catalysts zeolite@CuO-NiO in weight of 50 mg catalyst, with a time 3 minutes in a reducing of 4-Nitrophenol 8.6 x 10-5 M and resulted in 100% percent reduction. Catalysts zeolite@CuO in the optimum conditions of weight 50 mg with a time reduction 20 minutes and may produce 100% percent reduction. Zeolite@NiO catalyst at the best conditions of weight 15 mg in this experiment, with a time reduction of 45 minutes and generate 66.98% percent reduction of 4-Nitrophenol 8.6 x 10-5 M. The reduction process shown by shifted λmaks 400 nm, Nitrofenolat ion intermediates increase in absorbance at 300 nm λmaks and the final result is 4-Aminophenol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Yanti Christine
"Dalam penelitian ini, dilakukan preparasi dan karakterisasi zeolit mesopori dengan bahan awal zeolit alam Lampung dengan metode tandem acid-base treatments. Zeolit alam yang umumnya merupakan material dengan ukuran mikropori dimodifikasi dengan menyatukan dua metode yang biasa dilakukan untuk mengubah ukuran mikropori zeolit menjadi zeolit hierarki, yaitu dealuminasi dan desilikasi. Proses dealuminasi diharapkan dapat meningkatkan rasio Si:Al sehingga terjadi proses pengaturan ulang dalam kerangka zeolit kemudian dilakukan proses desilikasi yang bertujuan untuk melarutkan sebagian Si dalam kerangka zeolit dan mengarahkan pembentukan mesopori dalam zeolit.
Dalam penelitian ini terjadi peningkatan luas permukaan dari yang sebelumnya 4,795 m2/g menjadi 16,855 m2/g. Zeolit yang berhasil dimodifikasi memiliki sisi aktif yang cukup besar yang dapat berperan menjadi adsorben ion logam berat Cu2+ yang lebih baik daripada zeolit tanpa modifikasi. Terlihat dari data UV-Visibel larutan Cu2+ yang tersisa hanya sebesar 176 ppm pada waktu 60 menit sementara pada waktu yang sama zeolit tanpa modifikasi menyisakan larutan Cu2+ sebesar 200 ppm.

In this research, hierarchical zeolite is prepared from natural zeolite by tandem acid-base treatments. Natural zeolite is occurred by nature to have micropore size modified with two familiar method that mostly used to change micropore size zeolite into hierarchical zeolite. They are dealumination and desilication. Extensive characterization of both natural and modified zeolite were conducted using XRD, BET, SEM-EDS, AAS. XRD Pattern of Raw Zeolite, Pre-treated Zeolite, Z-A1, Z-A2, and Z-A2-B1 shows that the process to modify this material does not change the crystallinity characteristic of this material.
In this research, surface area increase from 4,795 m2/g to16,855 m2/g. Application of these material as adsorbent of heavy metal were carried out using solution of 300 ppm Cu2+. The UV-Vis result shows the modified zeolite (c.a. 10 mg) give better performance than natural zeolite."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahid Hidayat
"Bentonit merupakan senyawa lempung yang tersusun atas mineral lempung dari kelompok smektit. Kandungan utama bentonit adalah mineral montmorillonit. Bentonit alam di modifikasi dengan penyeragaman kation menggunakan kation Na+. Juga dilakukan pilarisasi dengan Al2O3 untuk meningkatkan basal spasing. Untuk meningkatkan sifat reduksinya maka bentonit di immobilisasi dengan nanopartikel. Digunakannya nanopartikel bertujuan untuk meningkatkan daya katalis dari bentonit, sehingga diharapkan mampu mendegradasi perubahan dari senyawa 4-Nitrofenol menjadi 4-Aminofenol.
Dari hasil reduksi 4,3x10-4 mmol 4-Nitrofenol dengan 0,084 mmol NaBH4 menjadi 4-Aminofenol, di dapatkan Al-Bentonit@Au mampu mereduksi 98% reduksi dan persen konversi 93% dan Al-Bentonit@Cu mereduksi 100% dan mengkonversi 91%. Sedangkan Al-Bentonit@Ag, dan Al-Bentonit@Ni, pada 4,3x10-4 mmol 4-Nitrofenol hanya mampu mereduksi 4-NP namun belum terbentuk senyawa 4-AP. Katalis Al-Bentonit@Cu sebanyak 5 mg dengan waktu pengadukan 3 menit mampu mereduksi 5 mL 4-NP 1x10-3 M dengan 0,84 mL NaBH4 0,1 M dengan persen reduksi 98,9% dan persen konversi 99,2%.

Bentonite is a fine clay compound that is composed of clay minerals of the smectite group. The main content of bentonite is montmorillonite minerals. Natural bentonite modified by using a uniform cations Na + cations. Also performed pilarisasi with Al2O3 to increase basal spasing. To improve the properties of the bentonite reduction in immobilizing the nanoparticles. The use of nanoparticles aims to improve the catalyst of bentonite, that are expected to degrade the change of the compound 4-nitrophenol into 4- aminophenol.
Reduction of the results of 4.3 x10-4 mmol 4-nitrophenol with 0.084 mmol NaBH4 into 4-aminophenol, in getting Al-Bentonite @Au can reduce 98% percent reduction and the percent conversion of 93% and Al-Bentonite @ Cu can reduce100% and converting 91%. While Al-Bentonite@Ag, and Al-Bentonite @ Ni, at 4.3 x10-4 mmol 4-nitrophenol is only able to reduce 4-NP but not formed compound 4-AP. Al-Bentonite@Cu catalysts as 5 mg with 3 minutes stirring able to reduce 5 ml of 4-NP 1x10-3 M with 0.84 mL of 0.1 M NaBH4 with 98.9% percent reduction and 99.2% the percent conversion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Wibowo
"Suatu konsep baru sistem penghilangan merkuri yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah merubah bentuk organomerkuri ke bentuk yang dapat di adsorp dengan cara impregnasi zeolit dengan senyawaan reduktor SnCl2. Adsorben Zeolit/SnCl2 di preparasi pada komposisi yang berbeda, mengandung 0,5 ? 10 % SnCl2 dalam adsorben. Hasil karakterisasi menunjukkan keberadaan Sn(II) pada permukaan zeolit dengan tidak merusak struktur zeolit. Hasil uji adsorpsi menunjukkan komposisi optimum adsorben adalah Zeolit/SnCl2 0,5 % wt dengan luas permukaan 15,72 m2/g. Zeolit klinoptilolit aktif tanpa impregnasi memberikan efisiensi adsorpsi 25,59 % dan pada Zeolit/SnCl2 0,5% wt efisiensi adsorpsinya sebesar 54,70 %. Hasil ini mengindikasikan bahwa penambahan SnCl2 dalam zeolit klipnotilolit aktif mampu meningkatkan efisiensi kemampuan adsorpsi merkuri dalam minyak mentah.

A new concept of mercury removal system has been developed in this study is to change organomercury shape into a form that can be adsorp by impregnating clinoptilolite zeolite with SnCl2 as reductor. Preparation of clinoptilolite zeolite/SnCl2 adsorbent with different compositions, contain 0.5 - 10% SnCl2 in the adsorbent. Characterization results showed the presence of Sn(II) on the surface of the clinoptilolite zeolite with no damage to structure of clinoptilolite zeolite. Adsorption test carried out using a batch reactor to determine the ability of an adsorbent which has been in preparation. Test results showed the optimum adsorbent composition is 0.5 wt% Zeolit/SnCl2 with a surface area of 15.72 m2/g. Adsorption without impregnation of the actived clipnotilolite zeolite provided adsorption efficiency of 25.59 % and 0.5% wt Zeolit/SnCl2 adsorption efficiency of 54.70%. These results indicate that the addition of SnCl2 in the actived zeolite clinoptilolite be able to increase the efficiency of adsorption performance of mercury in crude oil."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S43359
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Purwanto
"Ion Ca2+ merupakan sumber kesadahan dalam air. Kesadahan air mengakibatkan sabun sukar untuk membuih sehingga pakaian sulit untuk menjadi bersih. Kesadahan juga mengakibatkan timbulnya kerak dalam ketel. Kerak ini akan menghalangi transfer panas yang pada akhirnya akan memboroskan bahan bakar. Karena itulah ion Ca2+ harus dikurangi hingga ambang batas yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu maksimal 500 ppm.
Pada penelitlan ini digunakan zeolit alam Lampung sebagai adsorben untuk menyerap ion Ca2+. Ukuran zeolit yang digunakan adalah 20-10 mesh dan 30-20 mesh. Sebelum digunakan zeolit terlebih dahulu direndam dalam larutan NH4Cl 1,5M selama 50 jam. Selanjutnya dipanaskan dalam tungku dengan suhu 200°C selama lebih kurang 2 jam. Pemanasan ini akan melepaskan NH dan terbentuk H-zeolit. H-zeolit digunakan sebagai unggun dalam tangki filtrasi dengan variasi tinggi 5 cm, 7,5 cm, dan 10 cm.
Tangki filtrasi yang digunakan terbuat dari kaleng cat yang berdiameter 28,5 cm dan tinggi 37,5 cm. Air baku yang telah dimasukkan garam CaCl2 masuk melalui bagian bawah tangki filtrasi dan keluar melalui saluran keluar di bagian atas tangki. Lamanya waktu sejak keran masuk dibuka hingga air filtrat keluar pertama kali kurang lebih 20 menit. Menit tersebut adalah menit ke-0. Sampel diambil setiap 1 menit kemudian diuji dengan AAS di laboratorium AAS di Jurusan Fisika FMIPA UI.
Dari hasi pengujian dengan AAS, diperoleh grafik konsentrasi ion Ca2+ terhadap waktu. Grafik tidak menunjukkan kondisi ideal adsorpsi di mana pada grafik hasil pengujian konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent terlihat fluktuatif. Idealnya pada beberapa waktu pertama konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent relatif konstan dalam jumlah di bawah konsentrasi awal. Kemudian setelah adsorben mulai jenuh, konsentrasi ion Ca2+ mulai naik mencapai konsentrasi awal. Kemungkinan hal ini disebabkan adanya ion-ion lain sehingga terjadi interferensi dalam embacaan AAS dan adanya ion Ca2+ dalam zeolit yang ikut terlepas masuk dalam filtrat.
Namun secara garis besar H-zeolit dengan ukuran 30-20 mesh jelas memiliki luas permukaan lebih besar daripada yang berukuran 20-10 mesh. H-zeolit dengan ukuran 30-20 mesh mampu menurunkan konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent dengan lebih baik. Hingga menit ke-60, unggun zeolit dengan tinggi 5 cm bisa menurunkan sampai 689 ppm, ketinggian 7,5 cm bisa menurunkan sampai 496 ppm, dan ketinggian 10 cm bisa mengurangi sampai 522 ppm. Konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent cenderung terus turun. Jika waktu operasi diperpanjang kemungkinan konsentrasi ion Ca2+ dalam effluent bisa mencapai ambang batas yang telah ditetapkan yaitu sebesar 500 ppm bahkan bisa kurang dari itu.
Sedangkan zeolit alam Lampung ukuran 20-10 mesh dengan tinggi unggun 5 cm hanya mampu mengadsorp sampai menit ke-40 saja (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 634 ppm), ketinggian unggun 7,5 cm bisa mengadsorp sampai menit ke-50 (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 574 ppm), dan ketinggian unggun 10 cm bisa mengadsorp juga sampai menit ke-50 (kandungan ion Ca2+ dalam effluent berkurang hingga 412 ppm)."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S50844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Radityo
"Penggunaan zeolit sebagai katalis terutama katalis ZSM-5 telah banyak diterapkan hampir di semua industri. Pengembangan akan sintesis ZSM-5 terus dilakukan. Pada penelitian terdahulu, sol-gel yang dihasilkan memerlukan waktu aging yang lama (5 hari), suhu pemanasan yang tinggi (160 oC), dan belum optimalnya pengamatan terhadap gel yang terbentuk yakni komposisi Si/Al, perolehan (yield), dan morfologi. Penelitian ini dititikberatkan pada pembentukan sol-gel dengan memvariasikan kondisi operasi menggunakan Jet Bubble Column serta tidak dilakukan pemanasan dengan hasil waktu pembentukan sol-gel selama 3 hari, persebaran Si-Al yang merata, dan perolehan yield sebesar 50.18 %.

Using zeolite as a catalyst especially ZSM-5 have already applied almost at all industry. Development of ZSM-5 synthesis have done continuously. In earlier research, sol-gel need a long aging period (5 days), high treatment temprature (160 oC) and have not observed yet some parameters such as Si/Al composition, yield, and morfology. In this research, we focus on sol-gel forming with different operating condition using Jet Bubble Column and without treatment. As a result is 3 days sol-gel forming time, homogeneous sol-gel, and 50.18% yield."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43418
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Muhammad Lutfi
"Senyawa 7-hidroksi-4-metilkumarin (hymecromone) merupakan senyawa heterosiklik turunan kumarin yang memiliki banyak aktivitas biologis. Hymecromone disintesis melalui reaksi kondensasi Pechmann antara resorsinol dan etil asetoasetat dengan variasi katalis asam dan metode. Katalis asam heterogen zeolit disintesis melalui reaksi kalsinasi dari NH4/MOR, NH4/Y dan NH4/USY dan katalis H-ZSM-5 didapat secara komersil lalu dikarakterisasi dengan FT-IR, NH3-TPD, XRD, SEM-EDX, dan BET. Katalis asam homogen yang digunakan adalah H3BO3 dan AlCl3 sebagai asam Lewis serta asam p-toluensulfonat monohidrat (PTSA.H2O) dan H2SO4 sebagai asam Brønsted. Reaksi dijalankan dengan metode konvensional (pengadukan), Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS), dan Ultrasound Assisted Organic Synthesis (UAOS) dengan variasi jumlah katalis, suhu, dan waktu reaksi. Kemudian produk dikarakterisasi dengan FT-IR, UV-Vis, NMR, dan LC/MS. Katalis heterogen H/Y memberikan yield optimum sebesar 8,06% dengan kondisi reaksi perbandingan mol reaktan 1:1, jumlah katalis 10 wt%, waktu 9 jam, suhu 80 oC menggunakan metode konvensional. Zeolit H/Y kemudian digunakan dalam studi reaksi recycle sebanyak 3 kali menggunakan metode UAOS dan menunjukkan kemampuan untuk digunakan berulang kali. Katalis homogen PTSA.H2O memberikan yield optimum sebesar 76,15% dengan kondisi reaksi perbandingan mol reaktan 1:1, konsentrasi katalis 10%, waktu 3 menit, suhu 70 oC menggunakan metode MAOS. Zeolit memberikan pilihan alternatif untuk katalis yang ramah lingkungan, mudah dipisahkan, dan dapat digunakan berulang kali.

7-Hydroxy-4-methyl coumarin (hymecromone) is a heterocyclic coumarin with a wide range of biological activities. In this study, hymecromone was successfully synthesized by reacting resorcinol and ethyl acetoacetate with several acidic catalysts using various methods. Acidic zeolite catalysts were synthesized by calcination of NH4/MOR, NH4/Y, and NH4/USY, while H/ZSM-5 were commercially obtained. All zeolites then were characterized by FT-IR, NH3-TPD, XRD, SEM-EDX, and BET. The homogenous catalysts used were H3BO3 and AlCl3 as Lewis acids, as well as p-toluene sulfonic acid monohydrate (PTSA.H2O) and H2SO4 as Brønsted acids. Reactions were conducted using conventional heating with stirring, Microwave-Assisted Organic Synthesis (MAOS), and Ultrasound-Assisted Organic Synthesis (UAOS) with variations in catalyst amount, temperature, and reaction times. The product was characterized using FT-IR, UV-Vis, NMR, and LC/MS. The heterogeneous catalyst H/Y afforded an optimum yield of 8.06% with the reaction conditions as follows: 1:1 (mole/mole) of reactant ratio, 10 wt% of catalyst, 9 hours of reaction time at 80oC using a conventional method. H/Y was recycled 3 times and showed good recyclability. The homogenous catalyst PTSA.H2O gave the optimum yield of 76.15% with the reaction conditions as follows: 1:1 (mole/mole) of reactant ratio, concentration catalyst of 10%, 3 minutes of reaction time at 70oC using the MAOS method. In conclusion, zeolites offer an alternative for a more environmentally friendly catalyst that is easy to separate and recyclable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandha Riveri Sesunan
"ABSTRACT
Penelitian ini menawarkan alternatif metode dalam penyisihan kandungan
pencemar pada limbah cair rumah sakit dengan teknologi ozonasi katalitik
menggunakan Zeolit Alam Lampung (ZAL) jenis klinoptilolit yang dikombinasikan
dengan radiasi sinar UV. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan waktu
penyisihan (0, 15, 30, 60, dan 120 menit); dan sistem konfigurasi ozonasi dalam
pengolahan limbah cair, yaitu: ozon tunggal, Ozon-UV, Ozon-ZAL, Ozon-UV-ZAL.
Analisis yang dilakukan meliputi analisis COD dengan metode FAS, analisis NH3-N
dengan metode Nessler, metode TPC untuk mengetahui jumlah Coliform, dan analisis
antibiotik dengan menggunakan metode aminoantipirin. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konfigurasi Ozon-UV-ZAL sebagai konfigurasi yang terbaik
dari semua konfigurasi yang dirancang dengan efisiensi penurunan COD, NH3-N,
E.coli, Coliform, dan antibiotik masing-masing sebesar 50%; 28,74%; 100%;
83,14%; dan 100%.

ABSTRACT
This research attempts to proffer an alternative method to eliminate pollutants
from hospital wastewater through catalytic ozonation technology using combination
of ZAL and UV radiation. The research was conducted with various circulation of
time (0, 15, 30, 60, and 120 minutes); and system configuration of ozonation in
wastewater treatment (Ozone, Ozone-UV, Ozone-ZAL, and Ozone-UV-ZAL). The
results were analyzed which comprising of COD by FAS method, NH3-N by Nessler
Method, TPC method to determine the number of E.coli/coliform, and
aminoantipyrine method to antibiotics (phenol derivatives). To sum up, this research
pointed out that the configuration of Ozone-UV-ZAL became the best configuration
to treat the hospital wastewater with efficiency of removal reached: 50%; 28.74%;
100%-83.14%; and 100%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada penelitian ini digunakan zeolit klinoptiiolit alam sebagai bahan dasar kata|is_ Proses aktivasi di-Iakukan dalam dua cara yang bebeda, yaitu proses pertukaran kation diikuti dengan dealuminasi, Serta proses aktivasi dengan urutan sebaliknya Salah satunya diujikan sebagai katalis sadangkan yang Iain sebagai support untuk katalis ZnOICr2O3 yang penyisipannya dilakukan dengan metode kopresipitasi.
Sebelum dilakukan uji coba pada reaksi dekomposisi n-heksana, dilakukan karakterisasi iuas permukaan, komposisi kation dan kristaIinitas. Uji reaksi dilakukan dengan reaktor unggun tetap (kontinu) pada Iaju alir gas carrier N2 sebesar 30 mllmenit dan berat katalis masing-masing 0,1 gram.
Zeolit klinoptilolit yang proses aktivasinya diawali dengan pertukaran kation, pada reaksi dekomposisi n-heksana memgrikan konversi mulai signifikan pada temparatur reaksi mulai mendakati 450 °C dan menghasilkan sanyawa propena Serta isomamya. Pada suhu 470 °C, konversinya mencapai 10,5%. Sedangkan zeolit kiinoptilolit yang proses aktivasinya diawali dengan dealuminasi, sampel katalis Iebih cepat terdeaktivasi sekalipun memiliki karakter permukaan yang Iebih baik_
Katalis Zn0!Cr2O3!zeo|it menghasilkan konversi yang mulai signitikan pada temperatur reaksi mendekati 400 “C dan mamberikan produk senyawa heksena sarla isomernya. Pada 470 °C, konversinya mencapai 22%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>