Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199862 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lidya Priscilla
"Jamu merupakan obat tradisional berbahan alami dan telah didayagunakan oleh bangsa Indonesia dalam memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi populasi mikroba dan menganalisis kemungkinan kontaminasi mikroba Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella spp., dan Staphylococcus aureus yang terdapat pada sediaan jamu di Indonesia menggunakan teknik real-time PCR dan membandingkannya dengan metode konvensional yaitu Angka Lempeng Total (ALT) dan uji bakteri patogen. Berdasarkan hasil yang diperoleh, metode konvensional belum dapat digunakan sebagai pengujian utama karena masih memberikan hasil positif palsu dan dengan metode real-time PCR dapat dideteksi adanya cemaran Pseudomonas aeruginosa pada sampel jamu yang tidak dapat terdeteksi dengan metode konvensional

Herbal medicine is a traditional medicine made from natural materials that have been used by Indonesian people to solve health problems. This study aims to identify the microbial population and analyze microbial contamination of mikroba Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella spp., dan Staphylococcus aureus were found in herbal medicine in Indonesia using real-time PCR technique and compared with conventional methods such as Total Viable Count (TVC) and identification of bacterial pathogens. The result has shown that conventional methods can not be used as the main test because of false positive results. Realtime PCR method can detects the presence of contaminant bacteria Pseudomonas aeruginosa and in herbal medicine sample that can not be detected with conventional method."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : CRC PRESS, 2011
615.321 HER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Paskah Dwi Deborah
"Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl.] mengandung sejumlah senyawa fenolik dan flavonoid seperti kaempferol, mirisetin, naringin, kuersetin, mangiferin, benzofenon, mahkosida A dan rutin, sehingga memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Karena kandungannya tersebut Mahkota Dewa secara empiris telah digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit seperti kanker, gangguan hepar, jantung, diabetes, rematik, gangguan ginjal, stroke dan tekanan darah tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi kondisi ekstraksi daging buah Mahkota Dewa menggunakan metode microwave-assisted extraction MAE dengan pelarut etanol-air untuk memperoleh kadar fenolik total dan antioksidan yang optimum serta membandingkan metode ekstraksi MAE dengan metode konvensional sokhlet dan refluks. Metode MAE dipilih sebagai metode ekstraksi karena berpotensi besar untuk mengekstraksi senyawa aktif pada tanaman.
Etanol-air dipilih sebagai pelarut ekstraksi karena air dan etanol mempunyai konstanta dielektrik dan faktor disipasi yang tinggi sehingga efektif menyerap energi gelombang mikro dari alat MAE. Parameter ekstraksi yang divariasikan berjumlah empat yaitu konsentrasi pelarut etanol, rasio sampel-pelarut, waktu ekstraksi, dan daya alat MAE. Proses optimasi dilakukan dengan bantuan response surface methodology RSM. Kadar fenolik total diukur dengan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH.
Kondisi optimum ekstraksi MAE dengan pelarut etanol-air yang menghasilkan kadar fenolik total 184,081 mg EAG/g ekstrak dan aktivitas antioksidan tertinggi inhibisi radikal bebas = 31,69 adalah dengan kondisi konsentrasi pelarut etanol 80, rasio sampel dan pelarut 1:12, waktu ekstraksi 1 menit dan daya alat MAE 50. Analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kadar fenolik total dengan aktivitas antioksidan.
Hasil rendemen hasil ekstraksi, kadar fenolik total serta aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa metode ekstraksi MAE lebih efisien dibandingkan metode konvensional sokhlet dan refluks. Hasil perbandingan profil kromatogram KCKT antara sampel hasil metode MAE, sokhlet, dan refluks dengan standar maupun isolat menunjukkan bahwa setiap sampel ekstrak mengandung senyawa kuersetin, mahkosida A, 6,4-dihidroksi-4-metoksibenzofenon-2-O- -D-glukopiranosida, dan mangiferin.

Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl. contains some phenolic and flavonoid compounds such as kaempferol, myricetin, naringin, quercetin, mangiferin, benzophenone, mahkoside A and rutin, that have activity as antioxidant. P.macrocarpa is empirically used as treatment for cancer, liver, heart, kidney disease, diabetes, rheumatism, stroke, and hypertension.
This study is aimed to optimize the condition of extraction using microwave assisted extraction method using ethanol water as solvent to obtain optimum total phenolic content and antioxidant activity from P.macrocarpa and to compare the MAE to conventional method soxhlet and reflux. MAE method has been selected due to its ability to extract an active compound of plant.
Ethanol water has been selected as the extraction solvent because it has a great dielectric constant and dissipation factor that effective to absorb microwave energy from MAE instrument. Extraction parameters used were ethanol concentration, ratio between sample and solvent, extraction time, and microwave power. The analysis was performed using response surface methodology RSM. Total phenolic content measured by Folin Ciocalteu method, and antioxidant activity was measured by DPPH method.
The optimum conditions of MAE using ethanol water solvent for the highest total phenolic content 184,081 mg GAE g extract and antioxidant activity free radical inhibition 31,69 were 80 ethanol, sample solvent ratio of 1 12, extraction time of 1 min, and power of 50. The analysis of Pearson correlation indicated that there is a correlation between total phenolic content with antioxidant activity.
The results of extract yield, total phenolic content, and antioxidant activity indicated that MAE is more efficient than both soxhlet and reflux. The comparison result of HPLC chromatogram profiles between extract samples of MAE, soxhlet, and reflux method with standard or isolates indicated that each of extract sample contains quercetin, mahkoside A, 6,4 dihydroxy 4 methoxybenzophenon 2 O D glucopyranoside and mangiferin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tilaar, Martha
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015
615.88 MAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Wahyu Mulyani
"Usaha-usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum belum berhasil memberantas peredaran jamu berbahan Kimia Obat (BKO). Salah satu penyebabnya adalah penindakan yang bersifat reaktif sporadis, membuka kesempatan pelanggar hukum untuk beradaptasi dan terus berinovasi dalam melaksanakan modus operandinya demi menghindari tekanan dari penegak hukum. Untuk mengatasi hal ini diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ancaman peredaran jamu BKO sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan suatu sistem peringatan dini. Yaitu serangkaian teknologi, kebijakan dan prosedur yang disusun khusus untuk pemprediksi dan memitigasi dampak peredaran jamu BKO. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode collection and analysis dalam pengolahan data. Teknik triangulasi digunakan untuk memastikan validitas data baik primer maupun sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan komponen intelijen negara dan partisipasi aktif masyarakat menjadi hal yang mutlak dibutuhkan demi keberhasilan sistem peringatan dini atau early warning terkait peredaran jamu BKO. Badan intelijen negara selaku coordinator dari seluruh intelijen yang ada di instansi negara wajib menjalankan fungsi sebagai komite intelijen pusat (kominpus). Dalam satu system yang dibangun seharusnya Indonesia National Single Window (INSW) seharusnya didapat kerjasama kontrol antar lembaga yaitu BPOM, BIN, Bea dan Cukai, Kepolisian dan masyarakat. Early warning system menghadirkan 4 komponen utama sistem peringatan dini yaitu pengetahuan resiko, layanan pemantauan dan peringatan, diseminasi dan komunikasi serta kemampuan respons. Saran untuk melakukan pemberantasan dan pencegahan peredaran jamu BKO adalah melakukan studi untuk menilai potensi kerugian negara akibat peredaran BKO. Hasil studi tersebut dijadikan dasar untuk membangun kewaspadaan nasional dan ditindak lanjuti dengan penyusunan sistem peringatan dini yang melibatkan berbagai instansi terkait dan dukungan masyarakat.

Efforts by law enforcement officers have not succeeded in eradicating the circulation of medicinal chemicals-contained herbal medicine or also known as Jamu Berbahan Kimia Obat (BKO). One of the causes is sporadic reactive action, which gives opportunities for law offenders to adapt and continue to innovate in carrying out their operational mode to avoid pressure from law enforcement. In order to overcome this issue, national awareness as an early warning system regarding the threat of BKO herbal medicine distribution is required. Such early warning system comprises a series of technologies, policies and procedures devised specifically for predicting and mitigating the impact of BKO herbal medicine circulation. This research uses the qualitative approach with collection and analysis method in data processing. Triangulation techniques are used to ensure the validity of both primary and secondary data. The results showed that the involvement of state intelligence components and the active participation of the community becomes absolutely necessary for the success of early warning system or early warning related to the circulation of BKO herbal medicine. National Intelligence Agencies (BIN) as the coordinator of all intelligences in state institutions must perform the function as central intelligence committee (Kominpus). The one-stop integrated system namely Indonesia National Single Window (INSW) should maintain cooperation between institutions such as BPOM, BIN, Customs and Excise, Police and society. Early warning system presents 4 main components, such as risk knowledge, monitoring and warning service, dissemination and communication, as well as response capability. As a suggestion, in eradicating and preventing the circulation of BKO herbal medicine, a study to assess the potential loss of the state due to the circulation of BKO herbal medicine should be conducted. The results of these studies serve as a basis for building national awareness and are followed up by the preparation of an early warning system involving various relevant agencies and community support."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustantri Wahyuni
"Jamu sebagai warisan budaya Indonesia telah tercoreng oleh jamu berbahan kimia obat. Pencampuran jamu dengan bahan kimia obat sekilas nampak sebagai kejahatan yang ‘biasa-biasa’ saja. Namun secara ilmiah diketahui bahwa kimia obat sangat membahayakan jika dikonsumsi tanpa dosis dan aturan yang tepat. Beberapa literatur menunjukkan bahan kimia obat dalam jamu menyebabkan gangguan jantung, gagal ginjal, perforasi lambung, osteoporosis hingga menimbulkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana proses viktimisasi yang terjadi pada konsumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan wawancara tidak terstruktur. Data diambil dengan teknik purposive sampling kepada pengguna jamu berbahan kimia obat. Hasil penelitian menunjukkan proses viktimisasi berawal ketika korban memiliki kebutuhan untuk menyembuhkan penyakitnya. Adanya perasaan puas terhadap khasiat jamu berbahan kimia obat tersebut menyebabkan penggunaan secara kontinu. Hingga akhirnya pada satu titik korban merasakan efek negatifnya dan tersadar bahwa itu disebabkan oleh jamu yang ia konsumsi. Proses viktimisasi terhadap korban bisa berlangsung secara singkat, namun bisa pula berlangsung lama. Dampak terhadap kesehatan pun berbeda-beda tergantung pada frekuensi penggunaannya. Kerugian fisik yang dialami antara lain gangguan tidur, badan terasa lemas, batuk-batuk, gangguan jantung hingga mengakibatkan kematian.

Jamu as Indonesia's cultural heritage has been tarnished by herbal medicine mixed with active pharmaceutical substances. Mixing herbs with active pharmaceutical substances seems not a serious crime. However, it is scientifically known that active pharmaceutical substances are very dangerous if consumed without proper dosage and its rules of use. Some literature shows that active pharmaceutical substances in herbal medicine can cause heart disease, kidney failure, gastric perforation, osteoporosis and even death. This study aims to reveal how the victimization process happened to consumers. The method used in this research is qualitative with unstructured interviews. Data were taken using purposive sampling technique. The results show that the victimization process begins when victim has a need to heal their illness without going to a doctor. The satisfaction feeling with the efficacy of herbal medicine mixed with active pharmaceutical substances then causes continuous his consumption. Until finally the victim felt the negative effects and realized that it was caused by the herbs he has consumed. The victimization process can be last in short or in a long time. The impact on health also varies depending on the frequency of use. Physical impact includes sleep disorder, body feels very weak, coughs, heart problems and death."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Junaedi
"Pemakaian obat herbal dimasyarakat diiringi dengan berkembangnya industri obat tradisional. Khusus untuk Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) setiap tahun pertumbuhannya semakin meningkat. IKOT turut berkontribusi sebesar 20% dari omset nasional produk herbal. Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKOT adalah ketersediaan bahan baku dan kualitas produksi yang belum terstandar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan bahan baku untuk produk IKOT dan kontribusi dari kualitas produk IKOT terhadap pemakaian produk herbal masyarakat. Metode yang digunakan adalah survey dan wawancara kepada 4 IKOT di kota Depok dan responden yang menggunakan produk herbal sebanyak 84 orang. Berdasarkan analisa hasil penelitian diperoleh Y = 0,549 X atau pemakaian produk = 0,549 kualitas produk. Artinya apabila kualitas produk ditingkatkan satu kali maka pemakaian produk akan meningkat 1/0,549 atau sekitar dua kali. Kualitas produk berkaitan secara bermakna dengan kualitas bahan baku herbal. Kontinuitas produksi di IKOT tergantung pada bahan baku yang berasal dari bukan hasil budidaya. Kemitraan dengan petani penyedia bahan baku melalui pola penanaman sistem Good Agriculture Practice (GAP). Pembinaan petani diarahkan pada cara budidaya, pengelolaan panen dan pasca panen serta cara penyimpanan bahan baku yang sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Kerjasama dengan pihak perguruan tinggi dalam hal pengujian bahan baku herbal harus dilakukan oleh IKOT agar kualitas bahan terstandar.

The use of herbs remedies in industrial growth accompanied by traditional medicine. Specifically for Small traditional medicine Industry (IKOT) increasing its growth each year. IKOT contribute 20% of the national turnover of herbs products. The main problems faced by IKOT is the availability of raw materials and production quality that has not been standardized. This research aims to analyze the availability of raw materials for the product and IKOT contributions from IKOT product quality to the use of herbs products community. The method used was a survey and interviews to 4 IKOT in Depok and respondents who use herbs products as much as 84 people. Based on an analysis of the research results obtained Y = 0.549 X or product usage = 0.549 product quality. It means that, when the quality of products improved once and then use the product to rise 1/0.549 or about twice. The quality of the product concerned significantly to the quality of raw herbs. Continuity of production at IKOT depending on the raw material comes from is not the result of cultivation. Partnership with farmers providing raw materials through a system of planting pattern of Good Agriculture Practice (GAP). The construction of the farmers directed at how the cultivation, harvest and post harvest management and storage of the raw materials according to the way of making a good traditional medicine (CPOTB). Cooperation with the College in terms of raw herbs material testing must be carried out by the quality of the ingredients, standardized so that the IKOT."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Elsevier, 2005
615.321 RES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dennis Chan
"Daun Kejibeling merupakan tanaman herbal yang kaya akan kandungan polifenol yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Salah satu metode yang efektif untuk mengekstrak kandungan polifenol adalah UA-ATPE (Ultrasound Assisted – Aqueous Two-Phase Extraction) yang dilakukan secara simultan, dimana kondisi operasi yang optimum harus disesuaikan dengan karakteristik dari Daun Kejibeling sendiri. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi tiga parameter ekstraksi untuk memperoleh kandungan TPC (Total Phenolic Content) dan TFC (Total Flavonoid Content) tertinggi ekstrak yaitu waktu ekstraksi dengan variasi 20, 30, 45, 60 dan 75 menit; rasio bahan dengan pelarut dengan variasi 1:15 w/v, 1:20 w/v, 1:25 w/v, 1:30 w/v dan 1:35 w/v; dan suhu ekstraksi dengan variasi 30, 40, 50 dan 60°C. Ekstrak diuji kandungan TPC dengan larutan standar asam galat, dan kandungan TFC dengan larutan standar kuersetin pada alat spektrofotometri UV-Vis secara triplo. Hasil optimasi membuktikan bahwa kondisi optimum diperoleh pada waktu ekstraksi 60 menit dan rasio bahan dengan pelarut 1:20 w/v dengan TPC dan TFC fasa atas sebesar 3,819 mg GAE (Gallic Acid Equivalent)/g sampel dan 2,735 mg QE (Quercetin Equivalent)/g sampel, serta pada suhu ekstraksi 50°C dengan TPC dan TFC fasa atas sebesar 4,346 mg GAE/g sampel dan 3,093 mg QE/g sampel.

Kejibeling leaves are herbal plants rich in polyphenol content which are beneficial for human health. One of the effective methods for extracting polyphenol content is with Ultrasound Assisted – Aqueous Two-Phase Extraction carried out simultaneously, where the optimum extraction condition must be adjusted to the characteristics of the Kejibeling leaf itself. Three extraction parameters were optimized to obtain the highest TPC (Total Phenolic Content) and TFC (Total Flavonoid Content) from extracts, including extraction time with variations of 20, 30, 45, 60 and 75 minutes; material-to-solvent ratio with variations of 1:15 w/v, 1:20 w/v, 1:25 w/v, 1:30 w/v and 1:35 w/v; and extraction temperature with variations of 30, 40, 50 and 60 Celsius. The extracts will be tested for TPC values ​​with Gallic Acid standard solution, and TFC values ​​with Quercetin standard solutions on UV-Vis spectrophotometry in triples. The optimization results prove that optimal conditions are obtained at extraction time of 60 minutes and the material-to-solvent ratio of 1:20 w/v with TPC and TFC of upper phase are 3.819 mg GAE (Gallic Acid Equivalent)/g sample and 2.735 mg QE (Quercetin Equivalent)/g sample, and at extraction temperature of 50 Celsius with TPC and TFC of upper phase are 4,346 mg GAE/g sample and 3,093 mg QE/g sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>