Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129158 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Sarma Suryani
"Risiko cedera adalah permasalahan umum bagi atlet. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan risiko terjadinya cedera olahraga pada siswa sekolah khusus olahragawan DKI Jakarta. Desain penelitian menggunakan korelasional deskriptif (descriptive correlation). Penelitian cross sectional ini menggunakan teknik purposive sampling dalam memilih 66 partisipan dengan rentang usia 15-18 tahun. Hasil uji analisis mengatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan risiko terjadinya cedera olahraga pada siswa sekolah khusus olahragawan DKI Jakarta (p=0,156 dan α=0,05). 58,8% siswa dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki risiko tinggi mengalami cedera olahraga. Pemanasan dan pendinginan harus dilakukan sebelum dan sesudah olahraga untuk mengurangi risiko terjadinya cedera olahraga.

Risk injury was a common problem in athlete. Aim of this study was to determine the correlation between level of knowledge and sport risk injury in DKI Jakarta Sport School. Cross sectional study was conducted among 66 participants aged 15-18 years whom selected by purposive sampling technique. The data were analyzed descriptive correlational methods. The result shows that knowledge has no significant correlation with risk injury (p = 0.156 and α = 0.05). Meanwhile 58,8 % participants with high knowledge caterogy were also high in risk injury. Warming up and cooling down should be conducted to reduce sport risk injury.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Herawati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik pada siswa-atlet di SKO Ragunan DKI Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa-atlet di SKO Ragunan DKI Jakarta sejumlah 86 siswa. Penelitian ini menggunakan alat ukur Academic Procrastination Scale yang disusun oleh McCloskey & Scielzo (2015) untuk mengukur prokrastinasi akademik dan alat ukur Academic Self-Regulation Scale yang disusun oleh Magno (2010) untuk mengukur self- regulated learning. Berdasarkan uji korelasi dengan teknik analisis Pearson Correlation, ditemukan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik (r = -0.230, n = 86, p < 0.01, one-tailed). Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara self-regulated learning dengan prokrastinasi akademik pada siswa-atlet di SKO Ragunan DKI Jakarta.

This study aims to examine the influence of Self-Regulated Learning towards Academic Procrastination on Student-Athletes at SKO Ragunan DKI Jakarta. The participant in this study were student-athletes who attended SKO Ragunan DKI Jakarta with total 86 students. This study uses a measuring instrument Academic Procrastination Scale compiled by McCloskey & Scielzo (2015) to measure academic procrastination. In addition, this study uses the Academic Self-Regulation Scale compiled by Magno (2010) to measure self-regulated learning. Based on the correlation test using the Pearson Correlation analysis technique, it was found that there was a significant negative correlation between self-regulated learning and academic procrastination (r = -0.230, n = 86, p < 0.01, one-tailed). Which means, that there is a relationship between self-regulated learning and academic procrastination in student-athletes at SKO Ragunan DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyrillistanti Tishka Kusumaedi
"Latar Belakang: Cedera trauma dental merupakan masalah serius secara global terutama pada siswa Sekolah Dasar karena frekuensi kejadian yang tinggi serta sifat pengobatannya yang rumit, mahal, dan terkadang memiliki efek samping yang dapat bertahan beberapa tahun. Peran guru sangat penting dalam memberikan penanganan yang tepat apabila terjadi cedera pada muridnya.
Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan guru SD di DKI Jakarta tentang cedera trauma dental dan hubungan antara sikap, efikasi diri, karakteristik pribadi, pengalaman, serta sumber informasi guru dengan pengetahuan.
Metode: Studi cross-sectional dengan metode convenience sampling pada 624 guru SD di DKI Jakarta dengan mengirimkan kuesioner online yang disebarkan melalui Dinas Pendidikan di seluruh wilayah DKI Jakarta. Analisis data dilakukan secara deskriptif, uji Chi Square, dan analisis statistik dengan nilai Odds Ratio.
Hasil: 51,8% guru SD di DKI Jakarta masih memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai praktik pertolongan pertama cedera trauma dental. 30,8% guru mengetahui bahwa bagian gigi yang patah dapat disambung kembali, 90,1% guru mengetahui bahwa kontrol perdarahan harus dilakukan segera setelah terjadinya cedera, dan 29% guru mengetahui bahwa gigi yang terlepas dapat dikembalikan ke posisi awalnya. Sumber informasi, pengalaman, dan efikasi diri guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan mengenai manajemen cedera trauma dental (p < 0,05).
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan guru SD di DKI Jakarta mengenai manajemen pertolongan pertama cedera trauma dental masih terbatas. Mayoritas guru belum pernah mendapatkan pelatihan ataupun informasi mengenai cedera trauma dental sehingga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap dan efikasi diri guru. Sumber informasi mengenai cedera trauma dental dapat mempengaruhi pengetahuan guru SD di DKI Jakarta melalui edukasi dan pelatihan pertolongan pertama dari para ahlinya.

Background: Traumatic dental injury is a serious problem globally, especially in elementary school students because of the high frequency of occurrence and the nature of the treatment which is complicated, expensive, and sometimes has side effects that can last several years. Teacher’s role is very important in providing appropriate treatment in the event of an injury to a student.
Objective: To determine the knowledge level of elementary school teachers in Jakarta about traumatic dental dental injuries and the relationship between teachers’ attitudes, self-efficacy, personal characteristics, experiences, and information sources with knowledge.
Methods: A cross-sectional study using convenience sampling method was conducted on 624 elementary school teachers in Jakarta by sending an online questionnaire which was distributed through the Education Office in all areas of Jakarta. Data analysis was carried out descriptively, Chi Square test, and statistical analysis with the Odds Ratio value.
Results: 51,8% of elementary school teachers in Jakarta have limited knowledge about the practice of first aid for traumatic dental injuries. 30.8% of teachers know that broken teeth can be reattached, 90.1% of teachers know that bleeding control must be done immediately after the injury, and 29% of teachers know that an avulsed tooth can be returned to its original position. Teachers' sources of information, experiences, and self-efficacy had a significant relationship on knowledge about the management of traumatic injuries (p < 0.05).
Conclusion: The knowledge level of elementary school teachers in Jakarta regarding first aid management for dental trauma injuries is still limited. The majority of teachers have never received training or information about traumatic dental injuries so that it affects to the knowledge level and self-efficacy of teachers. Sources of information regarding traumatic dental injuries can affect the knowledge of elementary school teachers in Jakarta through education and first aid training from experts.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Naomi Miranda
"Dalam memenuhi tanggung jawab peran ganda sebagai siswa atlet, dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat memaksimalkan aspek akademik. Strategi Self-Regulated Learning terbukti memiliki dampak positif di berbagai aspek. Kualitas proaktif siswa dalam Self-Regulated Learning salah satunya berasal dari keyakinan motivasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran motivasi intrinsik dalam memprediksi Self-Regulated Learning siswa atlet di SKO Ragunan DKI Jakarta. Partisipan penelitian ini adalah 86 siswa atlet SKO Ragunan DKI Jakarta dengan usia maksimal 19 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Skala Motivasi Intrinsik dan Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa motivasi intrinsik (F = 46.5, p < .05) dapat memprediksi Self-Regulated Learning dengan R² = .356, yang artinya 35% varians skor Self-Regulated Learning dapat dijelaskan oleh motivasi intrinsik. Hasil penelitian ini memperjelas arah hubungan kedua variabel tersebut, yang mana motivasi intrinsik berperan secara signifikan dalam memprediksi kemunculan Self-Regulated Learning pada siswa atlet.

In order to fulfilling dual responsibilities as student-athletes, learning strategies are needed that can maximize academic aspects. Self-Regulated Learning strategy is proven to have a positive impact in various aspects. One of the proactive qualities of students in Self-Regulated Learning comes from motivational beliefs. Therefore, this study aims to examine the role of intrinsic motivation in predicting Self-Regulated Learning of student athletes at SKO Ragunan DKI Jakarta. The participants of this study were 86 students of SKO Ragunan DKI Jakarta athletes with a maximum age of 19 years. The research instrument used is the Skala Motivasi Intrinsik and Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S). The results of linear regression analysis show that intrinsic motivation (F = 46.5, p < .05) can predict Self-Regulated Learning with R² = .356, which means that 35% of the variance of Self-Regulated Learning scores can be explained by intrinsic motivation. The results of this study clarify the direction of the relationship between the two variables, in which intrinsic motivation significantly predicted the emergence of Self-Regulated Learning in student athletes."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Mujiarni Rahmi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran Self-Regulated Learning terhadap Academic Resilience siswa Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan DKI Jakarta dengan maksimal usia partisipan adalah 18 tahun dengan 96 partisipan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S) dan Academic Resilience Scale (A-RS) dan. Hasil analisis regresi linier pada penelitian ini menunjukkan bahwa Self-Regulated Learning (F = 29.1, p < .05) dapat secara signifikan memprediksikan Academic Resilience dengan R² =.237, yang artinya 23% varians skor Academic Resilience dapat dijelaskan oleh Self-Regulated Learning. Hasil penelitian ini memperkuat bukti penelitian yang menggambarkan adanya peranan yang signifikan pada Self-Regulated Learning dalam memprediksikan kemampuan Academic Resilience siswa SKO.

This study aims to investigate the role of Self-Regulated Learniing in predicting Academic Resilience of Students Athletes at Special School of Sports Ragunan DKI Jakarta in Pandemic Era. The participants of this study were 96 students of SKO Ragunan DKI Jakarta with maximum age of 18 years. The research instrument used is the Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S) dan Academic Resilience Scale (A-RS). The results of liniear regression anlysis show that Self-Regulated Learning (F = 29.1, p < .05) can predict Academic Resilience with R² =.237, which means that 23% of the varians Academic Resilience scores can be explained by Self-Regulated Learning. The results of this study can clarify the direction of the relationship between Self-Regulated Learning and Academic Resilience in student athletes at SKO Ragunan DKI Jakarta in pandemic era"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Naomi Miranda
"Dalam memenuhi tanggung jawab peran ganda sebagai siswa atlet, dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat memaksimalkan aspek akademik. Strategi Self-Regulated Learning terbukti memiliki dampak positif di berbagai aspek. Kualitas proaktif siswa dalam Self-Regulated Learning salah satunya berasal dari keyakinan motivasional. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran motivasi intrinsik dalam memprediksi Self-Regulated Learning siswa atlet di SKO Ragunan DKI Jakarta. Partisipan penelitian ini adalah 86 siswa atlet SKO Ragunan DKI Jakarta dengan usia maksimal 19 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Skala Motivasi Intrinsik dan Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa motivasi intrinsik (F = 46.5, p < .05) dapat memprediksi Self-Regulated Learning dengan R² = .356, yang artinya 35% varians skor Self-Regulated Learning dapat dijelaskan oleh motivasi intrinsik. Hasil penelitian ini memperjelas arah hubungan kedua variabel tersebut, yang mana motivasi intrinsik berperan secara signifikan dalam memprediksi kemunculan Self-Regulated Learning pada siswa atlet.

In order to fulfilling dual responsibilities as student-athletes, learning strategies are needed that can maximize academic aspects. Self-Regulated Learning strategy is proven to have a positive impact in various aspects. One of the proactive qualities of students in Self-Regulated Learning comes from motivational beliefs. Therefore, this study aims to examine the role of intrinsic motivation in predicting Self-Regulated Learning of student athletes at SKO Ragunan DKI Jakarta. The participants of this study were 86 students of SKO Ragunan DKI Jakarta athletes with a maximum age of 19 years. The research instrument used is the Skala Motivasi Intrinsik and Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S). The results of linear regression analysis show that intrinsic motivation (F = 46.5, p < .05) can predict Self-Regulated Learning with R² = .356, which means that 35% of the variance of Self-Regulated Learning scores can be explained by intrinsic motivation. The results of this study clarify the direction of the relationship between the two variables, in which intrinsic motivation significantly predicted the emergence of Self-Regulated Learning in student athletes."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Vitria Ningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja di DKI Jakarta. Sebanyak 701 responden yang merupakan remaja SMA di DKI Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah dipilih berdasarkan multistage random sampling. Dalam melihat kedua hubungan varibel tersebut, digunakan alat ukur Sense of Community Index SCI-2 yang terdiri dari 24 item dan de Jong Loneliness Scale yang terdiri dari 6 item. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sense of community di sekolah dengan kesepian pada remaja SMA di DKI Jakarta. Hubungan antara keduanya menunjukkan arah yang negatif, dimana semakin tinggi skor sense of community di sekolah diikuti dengan rendahnya skor kesepian pada remaja.

This study was conducted to examine the relationship of sense of community in schools and loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. A total of 701 respondents who are high school teenagers in DKI Jakarta partitioned in this study and selected through multistage random sampling technique. Sense of community was measured by The Sense of Community Index 2 SCI 2 consists of 24 items and loneliness was measured by de Jong Loneliness Scale consisting of 6 items. The results of this study indicate a significant relationship between the sense of community in school with loneliness among high school adolescents in DKI Jakarta. The relationship between the two variables shows negative direction, where the higher the score of the sense of community in school followed by the low score of loneliness in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarumaha, Rahmat Satria Valentino
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-regulated learning terhadap student engagement pada siswa atlet di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan DKI Jakarta. Partisipan penelitian ini adalah 96 siswa atlet di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan DKI Jakarta yang berada pada jenjang pendidikan SMA dengan rentang usia 15 sampai 18 tahun. Data yang diperoleh diolah menggunakan metode kuantitatif, variabel self-regulated learning diukur dengan Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S) dan variabel student engagement diukur menggunakan Student Engagement Scale (SES). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa self-regulated learning (F = 65.417, p < .05) dapat memprediksi student engagement dengan R² = .404 artinya 40% varians skor student engagement dapat dijelaskan oleh self-regulated learning. Hasil penelitian ini memperjelas arah hubungan peran self-regulated learning terhadap student engagement adalah positif. Semakin tinggi skor self-regulated learning yang diperoleh partisipan maka semakin tinggi juga skor student engagement partisipan.

This study aims to examine the role of self-regulated learning on student engagement in student athletes at the Ragunan Special School for Athletes, Jakarta, Indonesia. The participants of this study were 96 high school level student athletes at the Special School for Athletes in Ragunan, Jakarta, Indonesia with an age range of 15 to 18 years. The data obtained were processed using quantitative methods, self-regulated learning variables were measured using the Academic Self-Regulated Learning Scale (A-SRL-S) and student engagement variables were measured using the Student Engagement Scale (SES). The results from the linear regression analysis showed that self-regulated learning (F = 65,417, p < .05) could predict student engagement with R² = .404, meaning that 40% of the variance in student engagement scores could be explained by self-regulated learning. The results of this study clarify that the relationship between the role of self-regulated learning and student engagement is positive. The higher the self-regulated learning score obtained by the participants, the higher the participant's student engagement score."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holivia Almira Jacinta
"Tingkat resiliensi merupakan salah satu aspek yang berperan dalam membantu individu menghadapi stres. Adanya tingkat resiliensi mampu menentukan jenis mekanisme koping yang sehat dan adaptif pada anak sehingga mencegah pemilihan koping maladaptif seperti terjadinya risiko adiksi smartphone. Penelitian mengenai tingkat resiliensi anak dengan terjadinya risiko adiksi smartphone pada anak usia sekolah dasar belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 158 anak dengan rentang usia 10-12 tahun di tiga sekolah di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Sampel didapatkan dengan teknik nonprobability sampling jenis consecutive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) untuk mengukur tingkat resiliensi anak dan kuesioner Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV) untuk mengukur risiko adiksi smartphone anak. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square koreksi yates menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat resiliensi dengan terjadinya risiko adiksi smartphone pada anak dengan hasil p value 0,096 (α > 0,05). Rekomendasi berkaitan dengan penelitian ini ialah disusunnya program untuk meningkatkan resiliensi anak di sekolah. Selain itu, orang tua diharapkan mampu melatih tingkat resiliensi anak melalui penerapan pola asuh yang positif dan melakukan diskusi dengan anak terkait kontrol penggunaan smartphone di rumah.

The resilience level is one aspect that plays a role in helping individuals deal with stress. It can determine the type of coping mechanism that is healthy and adaptive in children to prevent maladaptive coping choices, such as the risk of smartphone addiction. Similar research has never been carried out in Indonesia. This research is quantitative research with a cross-sectional design. This research sample was 158 children aged 10-12 years in three schools in Duren Sawit District, East Jakarta. Samples were obtained using nonprobability sampling technique with consecutive sampling. This study used the Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) questionnaire to measure child resilience and the Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV) questionnaire to measure the risk of children's smartphone addiction. The study's results were analyzed using the Yates risk correction chi-square test, showing no relationship between the level of resilience and the occurrence of smartphone addiction in children with a p-value of 0.096 (α > 0.05). Recommendations related to this research are to develop programs to increase children's resilience in schools. In addition, parents are expected to be able to train their child's level of resilience through implementing positive parenting and conducting discussions with children regarding controlling smartphone use at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ravenda Tyara Kinanti
"Latar belakang: Infeksi saluran pernapasan atas merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak usia sekolah (5-12 tahun). Gejala umumnya bersifat ringan dan self-limiting disease, sehingga menimbulkan perilaku swamedikasi oleh orang tua kepada anak. Perilaku swamedikasi harus dilandasi dengan pengetahuan yang baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan pola swamedikasi gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak usia sekolah (5-12 tahun) di DKI Jakarta. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian merupakan orang tua dengan anak usia 5-12 tahun yang berdomisili di DKI Jakarta. Penelitian menggunakan instrumen kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas, dan disebarkan secara online dalam bentuk google form. Analisis hubungan variabel dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hubungan dinyatakan bermakna apabila p<0.05. Hasil: Prevalensi swamedikasi gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak di penelitian ini adalah 90%. Mayoritas orang tua (60%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan sudah tepat dalam pemilihan obat (73.5%). Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua dengan ketepatan pemilihan obat gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak (p=0.021). Faktor dengan hubungan bermakna terhadap tingkat pengetahuan orang tua adalah jenis kelamin (p=0.028), pekerjaan (p=0.004), dan pendapatan (p=0.003). Faktor dengan hubungan bermakna terhadap ketepatan pemilihan obat adalah jenis kelamin (p=0.047). Kesimpulan: Mayoritas orang tua memiliki tingkat pengetahuan cukup dan sudah tepat dalam pemilihan obat. Berdasarkan analisis didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan terhadap ketepatan pemilihan obat untuk gejala infeksi saluran pernapasan atas pada anak usia sekolah.

Introduction: Upper respiratory tract infection is common in school-aged children (5-12 years). Symptoms are generally mild and self-limiting and it gives rise to self-medication behaviour by parents towards children. Self-medication behaviour must be based on good knowledge. Therefore, aims of this study is to determine the relationship between the level of parental knowledge and the pattern of self-medication for symptoms of upper respiratory tract infections in school-aged children (5-12 years) in DKI Jakarta. Method: This research was conducted with a cross-sectional design. The subjects were parents with children aged 5-12 years who live in DKI Jakarta. The study used a questionnaire instrument that has been tested for validity and reliability, and distributed online as a Google form. Analysis of variable association was carried out using the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. The association is declared significant if p<0.05. Results: The prevalence of self-medication for symptoms of upper respiratory tract infections in children in this study was 90%. Most parents (60%) have sufficient knowledge and are appropriate in selecting drugs (73,5%). There is a significant association between the level of parental knowledge and the accuracy of choosing medication for symptoms of upper respiratory tract infections in children (p=0.021). Factors with a significant association to the level of parental knowledge were gender (p=0.028), occupation (p=0.004), and income (p=0.003). The factor with a significant association to the accuracy of drug selection is gender (p=0.047). Conclusion: Most of parents have a sufficient level of knowledge and are appropriate in selecting drugs. Based on the analysis, a significant association was found between the level of knowledge and the accuracy of drug selection for symptoms of upper respiratory tract infections in school-aged children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>